Disusun oleh:
Arimurti Chusnul Chotimah, S.K.H.
19/451353/KH/10272
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Arimurti Chusnul Chotimah, S.K.H.
19/451353/KH/10272
Mada.
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya sehingga Laporan Koasistensi Administrasi Dinas dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner di Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung dapat
diselesaikan.
Laporan koasistensi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak meliputi:
1. Prof. Dr. Drh. Siti Isrina Oktavia Salasia, MP., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin
kepada kami untuk melaksanakan koasistensi di Dinas Pangan dan Pertanian
Kota Bandung.
2. Drh. Heru Susetya, M.P., Ph.D., selaku Ketua Departemen Kesehatan
Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
3. Drh. M.Th. Khrisdiana Putri, MP, PhD selaku Koordinator Koasistensi
Administrasi Dinas dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Gadjah Mada.
4. Dr. drh. Yatri Drastini, M.ScSelaku dosen penguji lisan dan pembimbing
Koasistensi Administrasi Dinas dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada.
5. Ir. Gin Gin Ginanjar., M.Eng, selaku Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota
Bandung.
6. Drh. Ermariah selaku Kepala Bidang Keamanan Pangan, Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Bandung.
7. Ir. Galih Praasih selaku Kepala Bidang Peternakan.
8. Drh. Elise Wieke, selaku Kepala Seksi Produksi dan Kesehatan Hewan.
9. Drh. Risti Lestari, drh. Setiati Gita Pergiwa, dan Gun Gun Gunawan, S.Sos
selaku Pembimbing Lapangan.
10. Endang Priatna, S.Sos, selaku kepala Unit Pelaksana Teknis Rumah Potong
Hewan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung.
iii
11. Segenap pegawai dan staf Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung yang
telah membantu selama kegiatan koasistensi berlangsung.
Penulisan laporan ini masih perlu adanya masukan berupa kritik dan saran
agar menjadi lebih baik. Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberi manfaat
untuk berbagai pihak yang membutuhkan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................ 11
Latar Belakang ............................................................................................... 11
Tujuan ............................................................................................................ 12
Tempat dan Waktu Pelaksanaan .................................................................... 12
v
Standar Kualitas Susu ............................................................................. 42
Pengambilan Sampel Susu ..................................................................... 43
Pemeriksaan Keadaan dan Susunan Susu............................................... 44
Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) ................................................. 47
PELAKSANAAN KEGIATAN ........................................................................... 51
LAMPIRAN .......................................................................................................... 90
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
Gambar 26. Pemberian injeksi vitamin pada sapi.......................................... 80
Gambar 27. Kegiatan sosialisasi rabies ......................................................... 81
Gambar 28. Kegiatan vaksinasi rabies yang berlangsung di Kantor Kelurahan
Sukagalih ................................................................................................ 83
Gambar 29. Vaksin Rabies merk Rabisin® ................................................... 83
Gambar 30. Penangkapan anjing liar di perumahan Cisaranten Endah ......... 85
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Syarat mutu susu segar menurut SNI 3141.1:2011 ......................... 43
Tabel 2. Gambaran abnormal yang dapat ditemui pada susu segar ............... 44
Tabel 3. Daftar Penyakit Hewan Menular Strategis ...................................... 48
Tabel 4. Hasil pengujian susu menggunakan lactoscan milk analyzer.......... 77
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Bandung merupakan ibukota dari provinsi Jawa Barat. Luas wilayah
Kota Bandung adalah 16.729,65 hektar. Sebagai kota metropolitan, Kota Bandung
memiliki lahan yang kurang luas untuk pertanian dan peternakan. Pemerintah Kota
Bandung harus mendatangkan bahan pangan dari luar kota untuk memenuhi
kebutuhan pangan warga. Pemerintah Kota Bandung memasok 96% bahan pangan
dari luar kota. Untuk itu pemerintah juga bertugas untuk mengawasi komoditas
pangan segar yang beredar di Kota Bandung antara lain: daging, susu, telur, ikan,
beras, sayuran dan buah-buahan. Bahan pangan asal hewan seperti daging, susu dan
mengandung bahaya biologis, kimiawi dan fisik. Apabila bahan pangan tersebut
yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
manusia baik melalui hewan maupun bahan makanan asal hewan atau bahan asal
hewan lainnya, dan ikut serta memelihara dan mengamankan produksi bahan
makanan asal hewan dari pencemaran dan kerusakan akibat kurang higienisnya
pangan, bidang pertanian dan bidang perikanan. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut
perikanan. Hal ini sejalan dengan OIE (2012) tentang fungsi dokter hewan sebagai
perantara dan perumus kebijakan dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan hewan,
penjamin produk-produk pangan asal hewan, penjamin higiene dan sanitasi hewan
hewan, serta inspeksi dan mengawasi proses sertifikasi tempat penghasil produk
pangan asal hewan. Berkaitan dengan peran dokter hewan dalam bidang kesmavet
Tujuan
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung adalah mengetahui dan memahami
dilaksanakan di Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung yang beralamat di Jl.
Arjuna No. 45, Husen Sastranegara, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa
Barat. Koasistensi dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada tanggal 7-26
Oktober 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kota Bandung
Kota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibu kota
Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Kota Bandung adalah 16.729,65 hektar dan
Kota Bandung terletak pada posisi 107º36’ Bujur Timur dan 6º55’ Lintang
Selatan. Kota Bandung terletak pada ketinggian 768 meter di atas permukaan laut,
titik tertinggi di daerah Utara dengan ketinggian 1.050 meter dan terendah di
sebelah selatan adalah 675 meter di atas permukaan laut. Kota Bandung di bagian
selatan permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah Kota Bandung bagian
14
15
Bandung Barat;
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi;
melayani.
Kota Bandung sebagai sebuah kota jasa, mendorong kesejahteraan masyarakat yang
merata dan berkeadilan melalui pertumbuhan ekonomi yang berbasis padat tenaga
berwawasan lingkungan.
berkelanjutan
terintegrasi.
sebagai berikut :
zoonosa
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
tanggal 15 April Tahun 2001, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No. 26
tahun 2001 yang merupakan gabungan dari 3 dinas yaitu, Dinas Pertanian Tanaman
Pangan, Dinas Peternakan dan Dinas Perikanan. Kewenangan Dinas Pertanian dan
tahun 2010 berdasarkan Peraturan Daerah No. 13 tahun 2009 Bagian Ketahanan
Pangan kembali bergabung menjadi salah satu Bidang di Dinas Pertanian sehingga
nama Dinas berubah menjadi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
berubah menjadi nama dinas kembali berubah menjadi Dinas Pangan dan Pertanian
Kota Bandung.
Struktur Organisasi
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung mempunyai tugas pokok
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan
fungsinya.
pelaksanaan tugas
kesejahteraan pegawai;
dan kegiatan Dinas yang meliputi Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Kepala
Seksi;
lingkup Dinas;
lingkup Dinas;
penetapan rencana kerja daerah yang meliputi RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra
dan Renja, serta rencana kerja lainnya sesuai dengan ketetentuan peraturan
perundang-undangan;
penetapan laporan kinerja daerah yang meliputi LKPJ, LPPD, IPPD, LKIP dan
pertanian;
Provinsi, Pemerintah Pusat, dan instansi terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya;
u. melaksanakan tugas lainnya dari atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Sekretariat Dinas
Dinas;
dan Dinas;
dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang Keamanan Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang. Kepala Bidang
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
24
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas terkait dengan
5. Bidang Perikanan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
25
Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura dipimpin oleh seorang Kepala Bidang.
sebagian tugas Kepala Dinas lingkup tanaman pangan dan hortikultura. Bidang
hortikultura;
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
7. Bidang Peternakan
menyelenggarakan fungsi:
dan kerjasama;
dan kerjasama;
kerjasama;
dan
f. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan tugas dan
fungsinya.
Pengertian
konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta
27
digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi
Fungsi
Fungsi dan syarat RPH telah dijelaskan oleh pemerintah dalam Peraturan
Penanganan Daging (Meat Cutting Plant). Fungsi RPH adalah unit pelayanan
masyarakat dalam penyediaan daging yang aman, sehat, utuh, dan halal, serta
3. Pemantauan dan surveilans penyakit hewan dan zoonosis yang ditemukan pada
Jenis
1. Jenis I, yaitu RPH milik pemerintah daerah dan pengelolaannya dilakukan oleh
2. Jenis II, adalah RPH milik pemerintah yang dikelola oleh pemerintah daerah
3. Jenis III, adalah RPH milik pemerintah daerah yang dikelola oleh pemerintah
Tipe
1. Rumah potong hewan tipe D yaitu rumah potong hewan yang ada di daerah
kecamatan dan produk hasil potongannya (daging dan lain-lain) hanya boleh
2. Rumah potong tipe C, yaitu rumah potong yang telah memenuhi persyaratan
ruangan dan jumlah ternak yang disembelih berkisar antara 5 sampai 15 ekor
sapi (ternak besar), dan produk hasil potongannya (daging dan lain-lain) dapat
3. Rumah potong hewan tipe B, yaitu rumah potong yang telah memenuhi
diedarkan antarpropinsi dalam satu negara. Pada umumnya jumlah ternak yang
4. Rumah potong tipe A, yaitu rumah potong hewan telah memenuhi persyaratan
tipe B ditambah dengan tersedianya laboratorium dan tenaga ahli yang dapat
ataupun radioaktif lainnya. Daging yang dihasilkan RPH tipe A ini dapat
Kategori
kategori yaitu:
2. Kategori II, adalah usaha pemotongan hewan di RPH yang dilengkapi dengan
13/Permentan/Ot.140/1/2010).
Persyaratan
Gudang; o) Kamar mandi dan kamar kecil/WC; p) Tempat parkir; q) Ruang mesin
Persyaratan ruang pemotongan. Lantai harus kedap air dan mudah kering
atau air mudah mengalir pada parit (selokan). Permukaan lantai tidak licin dan tidak
kasar, serta hindarkan tempat yang membuat air mudah tergenang (Soeparno,
2007). Dinding ruang pemotongan sebaiknya terbuat dari porselin setinggi minimal
2 m, dan tidak terdapat sudut yang tajam. Hal ini untuk memudahkan dalam
tertinggal dan menempel (Soeparno, 2007). Agar sirkulasi udara dalam ruang
pemotongan baik, maka ventilasi harus cukup dan hendaknya lubang ventilasi
diberi kasa. Hal ini untuk mengurangi adanya lalat, debu, dan burung. Disamping
los/ruang seperti kandang yang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum ternak.
Ruang ini harus dirancang sedemikian rupa agar ternak tidak stres (Soeparno,
2007).
pernyataan bahwa ternak dapat disembelih. Ruang karantina ini pada umumnya
Ruang isolasi. Ruang ini digunakan untuk ternak yang sakit (Soeparno,
2007).
31
Pemotongan Ternak
akan dipotong harus sehat dan tidak produktif. Secara umum, ternak sehat adalah
ternah yang tidak menderita sakit, tidak dalam keadaan lelah atau bukan ternak yang
sakit, baik yang disebabkan oleh penyakit menular maupun oleh penyakit yang
tidak menular dapat disembelih dengan persyaratan sebagai berikut: Pada kasus
penyakit Sura (penyakit ngantuk/ngorok) ternak harus dipotong pada malam hari.
Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan penyakit karena penyakit tersebut
dapat ditularkan melalui darah lewat lalat yang banyak beterbangan disiang hari.
Pada penyakit Anthrax, ternak tidak boleh dikonsumsi sama sekali. Jadi ternak
2007).
dahulu selama 12–24 jam. Ternak diistirahatkan mempunyai maksud agar ternak
tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin, dan cukup tersedia energi agar
penting karena ternak yang habis bekerja jika langsung disembelih tanpa
pengistirahatan akan menghasilkan daging yang berwarna gelap yang biasa disebut
dark cutting meat, karena ternak mengalami stres (Beef Stress Syndrome), sehingga
pada otot (Smith et al., 1978). Pengistirahatan ternak dapat dilaksanakan dengan
maksud untuk memperoleh berat tubuh kosong (BTK = bobot tubuh setelah
dikurangi isi saluran pencernaan, isi kandung kencing, dan isi saluran empedu) dan
tanpa pemuasaan bermaksud agar ketika disembelih darah dapat keluar sebanyak
adalah dokter hewan. Dokter hewan inilah yang berhak menentukan hewan dapat
keamanan, menghilangkan rasa sakit sesedikit mungkin pada ternak (Blakely dan
karkas yang dihasilkan lebih baik. Pemingsanan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu dengan alat pemingsan (knocker), senjata pemingsan (stunning gun),
pada samping rahang bawah yang berbatasan dengan telinga pada leher dan
vena jugularis (Smith et al., 1978), saluran pernapasan dan saluran makanan
darah dapat keluar dengan sempurna (berat darah 3 sampai 5% dari berat hidup)
ke empat bagian kaki bawah (Smith et al., 1978). Pengulitan bisa dilakukan di
dengan membuat irisan panjang pada kulit sepanjang garis tengah dada dan bagian
perut. Irisan dilanjutkan sepanjang permukaan dalam kaki dan kulit dipisahkan
mulai dari ventral ke arah punggung tubuh (Soeparno, 2005) dan diakhiri dengan
mengeluarkan organ pencernaan (rumen, intestinum, hati, dan empedu) dan isi
dua bagian sebelah kanan dan kiri dengan menggunakan gergaji tepat pada garis
bagian yang kurang bermanfaat dan ditimbang untuk memperoleh berat karkas
jaringan kulit, bekas memar, rambut, dan sisa kotoran yang ada. Karkas agar lebih
baik kualitasnya, maka disemprot air dengan tekanan tinggi dan dilanjutkan dengan
dicuci air hangat yang dicampur garam (Smith et al.., 1978) dan dibungkus dengan
jam sebelum pemotongan tulang rusuk atau pemotongan paruhan karkas (half
34
pendinginan berkisar antara -4oC sampai dengan 100C, tetapi menurut Blakely and
Bade (1992), temperatur ruang pendinginan harus tetap pada 20oC. Karkas atau
daging baru dapat dikeluarkan atau dipasarkan apabila telah diperiksa oleh dokter
hewan atau petugas yang berwenang, karkas yang sehat akan diberi stempel atau
Daging
Pengertian daging
Pengertian daging menurut Anonim (2008) adalah bagian otot skeletal dari
karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa
Higiene daging
Higiene adalah segala upaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan serta
mendapatkan daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) serta
konsumen. Aman berarti tidak mengandung bahan bahaya biologis, kimiawi, dan
fisik atau bahan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Sehat berarti
dikurangi atau dicampur dengan bahan lain. Halal berarti penyembelihan hewan
1. Sapi. Warna merah khas (warna gelap, warna keungu-unguan akan berubah
menjadi merah ceri ketika kontak dengan oksigen), serat daging halus dan
2. Kerbau. Warna lebih merah dari daging sapi, serat daging agak kasar, lemak
berwarna putih.
3. Babi. Warna pucat merah muda, lemak berwarna putih kelabu, serat daging
4. Kuda. Warna daging kecoklatan, serat otot kasar dan panjang, konsistensi
padat, diantara serat tidak ada lemak, lemak berwarna kuning emas dengan
kosnsistensi lunak.
5. Kambing. Daging berwarna lebih pucat dari domba, lemak berwarna putih,
konsistensi padat, serat daging halus dan sangat rapat, diantara otot dan
6. Ayam. Warna keputihan, serat daging halus, konsistensi kurang padat, lemak
dipengaruhi oleh gen, umur, pakan, aktivitas otot, spesies, teknik pemotongan dan
reaksi pada myoglobin. Warna daging sapi adalah merah ceri, daging domba
36
berwarna merah pucat hingga merah bata, daging babi berwarma merah muda
keabuan, daging kuda berwarna merah gelap, daging unggas berwarna putih
keabuan, dan daging ikan berwarna putih keabuan (Sanjaya dkk, 2007).
2. Bau
Daging yang berwarna lebih tua memiliki bau yang lebih kuat daripada daging yang
lebih muda. Masing-masing spesies memiliki bau daging khas yang berbeda
3. pH
Penurunan nilai pH post mortem disebabkan karena akumulasi asam laktat hasil
dari glikolisis post mortem secara anaerob. Nilai pH daging sapi normal antara 5,4
– 5,8 pada 6 jam post mortem (Komariah dkk, 2009). Dark, Firm, Dry (DFD)
dicirikan dengan daging berwarna gelap, kompak dan kering pH akhir yang dimiliki
daging adalah > 6,2. Kondisi ini terjadi karena jumlah glikogen dalam daging
sedikit sehingga asam laktat yang dihasilkan sedikit pula. Daging yang mengalami
Pale, Soft, Exudative (PSE) mempunyai ciri daging pucat, lembek dan basah. PSE
banyak terjadi pada babi dan ayam. Kejadian ini dikarenakan penurunan pH post
mortem yang cepat yaitu daging mencapai pH 5,5 dalam waktu 1 jam sedangkan
sutu masih tinggi sehingga terjadi denaturasi protein otot dan air banyak dilepas
4. Tekstur
Daging yang baik memiliki tekstur kenyal, padat, tidak kaku dan bila ditekan tidak
mudah hancur. Daging segar tidak berlendir dan tidak terasa lengket di tangan.
Bekas pijitan cepat kembali ke posisi semula. Daging yang tidak baik ditandai
37
dengan tekstur yang lunak dan bila ditekan mudah hancur (Marsanti, 2018).
1. Homeostasis
saraf dan kelenjar endokrin. Kedua sistem ini membantu komunikasi dan
mekanisme yang mengatur koordinasi fungsi organ yang berbeda selama stress
2. Eksanguinasi
mempertahankan tekanan darah dan menahan darah yang ada di dalam organ- organ
vital sehingga hanya 50% volume darah yang dapat dikeluarkan dari tubuh hewan.
Hewan yang stress sebelum disembelih ditandai dari darah yang mengalir tidak
deras, berarti ternak tersebut dalam keadaan stress berat (Sanjaya, et al., 2007 dan
Koswara, 2009).
oksigen dalam otot yang berikatan dengan mioglobin menurun hingga habis. Kadar
glikogen menjadi ATP berubah dari aerobik menjadi anaerobik. Glikolisis anaerob
38
dihasilkan energi (ATP) dan asam laktat. Glikolisis anaerob dapat terjadi pada
jaringan hewan yang masih hidup pada kondisi tertentu, misalnya saat jaringan
ini merupakan proses yang dominan dalam 36 jam postmortem. Asam laktat yang
dihasilkan dari glikolisis anaerob akan terakumulasi dalam otot, sehingga nilai pH
otot menjadi menurun, dari 7,0 – 7,2 menjadi 5,3 – 5,7 setelah 24 – 48 jam
daging setelah hewan mati dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi laju
glikolisis. Secara umum terdapat terdapat tiga pola penurunan pH postmortem pada
daging :
a. Nilai pH menurun secara bertahap dari 7,0 sampai 5,6 – 5,7 dalam waktu 6 – 8
b. Nilai pH menurun sedikit sekali pada jam – jam pertama setelah pemotongan
dan tetap relatif tinggi, mencapai pH akhir 6,5 – 6,8 (pola Dark, Firm, and
Dry);
c. Nilai pH menurun relatif cepat sampai sekitar 5,4 – 5,5 pada jam-jam pertama
setelah pemotongan, mencapai pH akhir 5,3 – 5,6 (pola Pale, Soft, Exudative).
Nilai pH daging tidak pernah kurang dari 5,3, karena pada pH di bawah 5,3
39
enzim-enzim yang berperan dalam proses glikolisis tidak aktif (Sanjaya et al.,
temperatur di dalam otot oleh sistem sirkulasi, sehingga panas dari bagian dalam
tubuh tidak lagi diangkat ke paru-paru dan permukaan tubuh lain (Sanjaya et al.,
6. Rigor mortis
kematian yang bersifat irreversibel. Dalam kondisi rigor mortis, elastisitas otot
hilang, otot sulit diregangkan. Proses ini sama dengan proses kontraksi pada saat
hidup. Onset rigor mortis pada setiap individu berbeda-beda yaitu: (1) sapi dan
domba 6-12 jam setelah kematian, (2) babi 15 menit sampai 3 jam setelah kematian,
(3) unggas 5 menit sampai 1 jam setelah kematian (Sanjaya et al., 2007).
7. Proteolisis postmortem
pembusukan. Beberapa enzim yang terlibat dalam proses tersebut adalah calcium
activated calpain I dan calpain II, cathepsin, dan enzim lisosom. Setelah kematian,
karena tidak ada energi (ATP), Ca++ intraseluler meningkat sehingga menstimulasi
calcium-activated enzyme Calpain I & Calpain II. Calpain bekerja optimum pada
seperti lisosom sehingga cathepsin keluar. Cathepsin bekerja optimum pada pH <
Pemeriksaan Daging
1. Uji H2S
Uji H2S termasuk uji awal pembusukan daging. Daging yang busuk akibat
bakteri akan menyebabkan bau busuk, rasa asam serta akan membentuk gas.
Bakteri yang ada pada daging busuk akan mempercepat terbentuknya H2S,
(Chrismanuel, 2012).
Uji bangkai daging ayam dapat dilakukan dengan reagen durante. Prinsip
kerja uji dengan reagen durante ini adalah malachite green dalam reagen durante
lebih tinggi dari pada malachite green sehingga jika ayam bangkai masih segar,
maka akan terjadi perubahan warna hijau (+) dalam uji durante. Jika ayam bangkai
sudah busuk, maka intensitas warna hijau (++) semakin tinggi dalam uji durante.
harga daging babi lebih murah daripada daging ayam dan sapi dinilai merugikan
Cara kerja dari uji ini adalah cairan sampel yang melekat pada bantalan
bantalan konjugat. Selanjutnya cairan sampel dan antibodi melekat menjadi imun
membran nitroselulosa dan bertemu antibodi lainnya pada garis test dan garis
kontrol. Setelah itu kompleks imun melekat pada antibodi garis tes dan garis kontrol
(Depamede, 2011).
mengandung antigen babi. Jika garis kontrol saja yang mengalami pewarnaan maka
hasil pengujian sampel tersebut negatif atau tidak mengandung cemaran babi.
Namun jika kedua garis (test dan kontrol) tidak terwarnai maka test dinilai invalid
4. Uji Boraks
boraks (bahan pengawet) dalam daging. Ekstrak kunyit mengandung minyak atsiri
42
kurkumin yang berfungsi sebagai indikator asam boraks dan natrium tetraboraks.
Interpretasi dari uji ini adalah positif (+) apabila kertas kunyit berwarna merah
oranye/merah bata, sedangkan negatif (-) apabila kertas kunyit tetap berwarna
Susu
Pengertian Susu
Susu secara umum adalah cairan yang diperoleh dari kelenjar susu (ambing)
ternak sapi perah sehat dengan cara pemerahan yang benar, terus menerus dan tidak
dikurangi sesuatu dan tidak ditambah ke dalamnya sesuatu bahan lain serta tidak
mengalami proses pemanasan (Nurhadi, 2012). Pengertian susu segar yang terdapat
dalam SNI 3141.1:2011 yaitu susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing
sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang
kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum
Higiene susu
Higiene susu adalah usaha mendapatkan susu yang sehat, aman, utuh, dan
murni dari pemerahan sampai konsumen. Usaha ini dilakukan terutama untuk
Syarat mutu susu segar menurut SNI 3141.1:2011 terdapat dalam Tabel 1
(Anonim, 2011).
43
peralatan yang terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi sifat-sifat kimia dari
peredaran susu. Pengambilan sampel susu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Straat monster
44
Cara ini dilakukan dengan mencegat di jalan-jalan yang biasa dilalui loper
susu.
2. Stall monster
rasa, dan kekentalan yang normal atau tidak ada perubahan merupakan
salah satu syarat mutu susu segar. Gambaran abnormal yang dapat ditemui
b. Uji kebersihan
dinilai dalam kategori bersih, sedang (kurang bersih), kotor, dan kotor sekali
(Nurhadi, 2012).
tetrimetri. Prinsip dari uji ini yaitu bahwa susu mempunyai sifat sedikit
asam (keasaman initial) yang berasal dari kandungan kasein, fosfat, dan
sitrat, kemudian jika dititrasi dengan NaOH 0,25 N yang bersifat basa akan
menjadi netral. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi
(Nurhadi, 2012).
d. Uji alkohol
Kualitas yang diuji adalah keasamannya. Jika susu telah asam atau sudah
pada dinding tabung. Namun jika susu segar yang diuji tidak timbul
endapan. Cara uji yaitu dengan memasukkan susu dan alkohol 70%
e. Uji katalase
susu secara cepat. Pada pengujian ini akan diperoleh angka katalase yaitu
dikalikan 5. Prinsip dai uji ini yaitu enzim katalase yang dibentuk oleh sel-
46
sel leukosit, kuman, reruntuhan sel ambing, dan sel-sel organik pada susu
akan mempercepat H2O2 H2O + O2. Angka katalase tinggi terdapat pada
kolostrum, susu mastitis, susu dari sapi yang hampir kering, dan suus yang
f. Uji reduktase
secara cepat. Prinsip dari uji ini adalah bakteri-bakteri tertentu dapat
leuko methylene blue yang tidak berwarna. Angka reduktase yaitu waktu
kualitas susu berdasarkan angka reduktase yaitu 0-0,5 jam masuk dalam
kualitas jelek, 0,5-2 masuk dalam kualitas cukup, dan 2-5 jam termasuk
tengah gelas ukur, baca skala yang tertera. Untuk menentuan berat kering
tanpa lemak (BKTL), berat jenis yang digunakan yaitu berat jenis standar.
1,0270 g/ml di suhu 27,5 ºC dan BKTL sebesar 7,8% (Anonim, 2011).
b. Kadar lemak
masih dalam batas – batas yang diizinkan. Alat yang digunakan diantaranya
penyakit hewan adalah gangguan kesehatan pada hewan yang disebabkan oleh
Republik Indonesia No. 3 tahun 2017 tentang Otoritas Veteriner dan Keputusan
Strategis (PHMS) adalah penyakit hewan yang dapat menimbulkan angka kematian
dan/atau angka kesakitan yang tinggi pada hewan, dampak kerugian ekonomi,
lintas hewan rentan, produk hewan, dan media pembawa penyakit hewan lainnya
2015).
Pemerintah Republik Indonesia No. 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan dan
identitas hewan dan data klinis; faktor lingkungan yang mendukung munculnya
Kementerian.
PELAKSANAAN KEGIATAN
51
52
11 Diki
16.00- Rumah Potong
Oktober RPH Ciroyom Sofandi,
18.30 Hewan
2019 S.Sos
Pendampingan
Pasar Induk
21.30- pemeriksaan pangan
Caringin, Pasar Imam S.
01.00 hasil perikanan
Ciroyom
bersama tim BKIPM
14 Dinas Pangan dan
07.45-
Oktober Apel pagi Pertanian Kota Maulana
08.00
2019 Bandung
Penyuluhan
10.00- Kelompok Ternak drh. Elise
pengolahan limbah
13.00 Kanaya Farm Wieke
ternak
Penyerahan plakat
13.00- drh. Elise
lomba kelompok Kecamatan Cibiru
16.30 Wieke
ternak
15 Dinas Pangan dan
07.45-
Oktober Apel Pagi Pertanian Kota Maulana
08.00
2019 Bandung
Kunjungan ke
09.00- peternakan sapi perah drh. Risti
Kecamatan Cibiru
16.30 dan pengambilan Lestari
sampel susu
16 Materi dan diskusi Dinas Pangan dan Gun Gun
08.30-
Oktober pengujian bahan Pertanian Kota Gunawan,
10.00
2019 pangan asal hewan Bandung S.Sos
Dinas Pangan dan Gun Gun
10.00- Pengujian sampel
Pertanian Kota Gunawan,
12.00 susu
Bandung S.Sos
Kunjungan ke
15.30-
industry pengolahan Jalan Padjajaran Nanang, S.Pt
18.30
hasil ternak (dimsum)
17 Dinas Pangan dan
07.45-
Oktober Apel pagi Pertanian Kota Maulana
08.00
2019 Bandung
Kecamatan
09.00- Sukajadi, drh. Risti
Vaksinasi rabies
12.00 Kelurahan Lestari
Sukagalih
13.00- Pemeriksaan Balai Kota drh. Risti
15.00 kesehatan hewan Bandung Lestari
18 00.00- Rumah Potong drh. Setiati
Oktober RPH Babi Ciroyom
2019
03.00 Hewan Babi Gita Pergiwa
53
Sosialisasi Penyakit
09.00- drh. Risti
Hewan Menular SMPN 47 Bandung
12.00 Lestari
Strategis (PHMS)
22 Monitoring dan
10.00- Pendopo Walikota drh. Risti
Oktober pengobatan hewan
15.00 Bandung Lestari
2019 ternak kelinci
23 10.00- Penyuluhan kesehatan Pondok Pesantren drh. Risti
Oktober
14.00 ternak domba Nurul Huda Lestari
2019
Rumah
16.00- Rumah Potong Rumah Potong Potong
21.30 Hewan Cirangrang Hewan Cirangrang Hewan
Cirangrang
24 Kecamatan Astana
09.00- drh. Risti
Oktober Vaksinasi Rabies Anyar Kelurahan
2019 12.00 Lestari
Panjunan
Gun Gun
14.00- Laboratorium
Pemeriksaan daging Gunawan,
16.00 Keamanan Pangan
S.Sos
25 Kecamatan Astana
09.30-
Oktober Vaksinasi Rabies Anyar Kelurahan Nanang, S.Pt
2019 11.15
Cibadak
Dinas Pangan dan
13.00- drh.
Ujian Lisan Pertanian Kota
16.00 Ermariah
Bandung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Fungsi Administratif
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung terletak di Jalan Arjuna No.45,
Peraturan Wali Kota Bandung Nomor 1389 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pangan dan Pertanian
Kota Bandung, Dinas Pangan dan Pertanian mempunyai tugas pokok melaksanakan
berdasarkan asas otonomi dan pembantuan yang diserahkan oleh Wali Kota.
Ditinjau dari visi dan misinya, Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung
lebih fokus dalam bidang keamanan pangan. Dinas Pangan dan Pertanian Kota
yang tangguh dan unggul”. Demi terselenggaranya visi tersebut maka ditetapkanlah
enam misi Dispangtan. Keseluruhan misi lebih menekankan pada pangan. Misi poin
pangan segar dan penyakit zoonosa. Hal ini sesuai dengan pasal 56 dari Undang-
54
55
pokok dan fungsi Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung, dari 5 poin hanya 1
Peran Kesmavet tentang higiene dan sanitasi lebih dipegang oleh Bidang
Tugas dalam bidang peternakan dipimpin oleh Ir. Galih Praasih, dimana dalam
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan serta Seksi Sarana dan Prasarana
Peternakan. Tugas dalam bidang keamanan pangan dipimpin oleh drh. Ermariah
Pangan dan Hortikultura, Seksi Keamanan Pangan Hasil Peternakan serta Seksi
Kota Bandung memiliki tiga Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Potong
Hewan (RPH) yaitu RPH Ruminansia Ciroyom, RPH Ruminansia Cirangrang, dan
RPH Babi Ciroyom. Unit Pelayanan Teknis Rumah Potong Hewan Dinas Pangan
dan Pertanian Kota Bandung berada langsung di bawah pimpinan Kepala Unit
Pelaksana Teknis Rumah Potong Hewan, Endang Priatna, S.Sos serta Kepala Sub
Bagian Tata Usaha Unit Pelaksan Teknis Rumah Potong Hewan/PPNS Diki
Sofandi Ahmad Rasdam, S.Sos. Ketiga RPH tersebut yang sudah memiliki Nomor
Kontrol Veteriner (NKV) yaitu RPH Ciroyom. Ketiga RPH tersebut termasuk RPH
tidak dilengkapi fasilitas pelayuan karkas sehingga, karkas yang dihasilkan berupa
karkas hangat.
berdasarkan Ketentuan Pasal 127 Huruf G dan pasal 156 ayat (1) Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi
Rumah Potong Hewan merupakan salah satu jenis Retribusi Jasa Usaha yang dapat
dipungut oleh Pemerintah Daerah, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Objek
dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah
- Kambing/Domba : Rp 5.000,-/ekor
- Babi : Rp 50.000,-/ekor
- Unggas : Rp 200,-/ekor
RPH-R Ciroyom
UPT RPH-R Ciroyom terbagi menjadi dua unit yaitu RPH-R Ciroyom 1 dan
RPH-R Ciroyom 2. Kedua RPH ini telah memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV)
yaitu RPH-3273190-019. Rumah Potong Hewan ini juga telah memiliki sertifikat
halal yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan nomor
2020.
RPH-R terdiri dari Petugas Teknis Keswan / Kesrawan / Kesmavet UPT RPH yang
terdiri dari dokter hewan dan keurmaster, Petugas Sanitary UPT RPH. Sedangkan
petugas jagal berasal dari perusahaan swasta diantaranya yaitu PT Kadila Jaya
Sastra Negara Kecamatan Cicendo, Bandung. Bangunan ini memiliki luas lahan
28.800 𝑚2 . RPH Ciroyom terletak satu kompleks dengan Dinas Pangan dan
Pertanian Kota Bandung. Kompleks RPH terletak dikelilingi pertokoan dan juga
Sarana Pendukung. Jalan menuju pintu masuk RPH cukup lebar, sehingga
dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan potong dan kendaraan daging. Selain itu,
jumlah air bersih yang disediakan RPH melimpah. Air bersumber dari PAM dan
dapur dan kamar mandi, tempat parkir, pos jaga, kandang penampungan, unloading
deck, gangway, tempat pengolahan limbah dan bangunan utama RPH. Kompleks
Gambar 6. Tempat penumpukan limbah padat dan tempat penyaringan limbah cair.
Belanda yang termasuk cagar budaya sehingga hanya bisa direnovasi dan tidak bisa
Restraining box Mark I, ruang cuci jeroan, ruang pelayuan (sudah tidak digunakan),
gangway, dimana ruang pengeluaran jeroan dan organ dalam serta tempat
di RPH Ciroyom sudah searah. Tinggi dinding lebih dari 3 m, dinding dalam
berwarna putih terang tetapi pada beberapa bagian sudah kotor. Tembok RPH
setengah keramik dan setengah tembok biasa dengan lantai ubin yang terlihat rata
namun tidak licin. Dengan demikian, higiene sanitasi tidak dapat diterapkan dengan
baik. Sudut pertemuan antara dinding dan lantai membentuk siku-siku. Menurut SNI
(1999) dan Soeparno (2007), seharusnya sudut pertemuan dinding dan lantai dibuat
karkas, alat kebersihan, dan pengangkut karkas. Terdapat sistem katrol rel di RPH
untuk menguliti karkas sehingga karkas tidak langsung bersentuhan dengan lantai.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya penggunaan sistem katrol tidak digunakan secara
maksimal sehingga karkas yang digantung masih menyentuh lantai. Fasilitas yang
tidak tersedia di RPH Ciroyom adalah tempat khusus untuk cuci tangan dan
yang menggunakan jasa disana. Alat angkut berupa mobil bak terbuka yang dialasi
terpal. Pada saat pengamatan karkas yang dibawa tidak diberikan penutup. Sarana
RPH-R Cirangrang
MUI dengan nomor 01021210170818 yang berlaku sejak 15 Agustus 2018 sampai
dengan 14 Agustus 2020. UPT RPH-R Cirangrang belum memiliki sertifikat Nomor
Pekerja UPT RPH-R terdiri dari Petugas Teknis Keswan / Kesrawan / Kesmavet
UPT RPH yang terdiri dari dokter hewan dan keurmaster, Petugas Sanitary UPT
RPH dan Jagal yang berasal dari perusahaan swasta yaitu PT Brahman Farm, PT
Babakan Ciparay, Bandung. Lokasi RPH terletak dekat dengan perumahan warga
dan juga sungai. Hal ini tidak sesuai dengan persyaratan RPH. Menurut Soeparno
(2007), RPH harus jauh dari pemukiman penduduk hal ini dimaksudkan agar tidak
dilalui alat transportasi. Sumber air di RPH tersebut melimpah sehingga, cukup
tempat parkir, pos jaga, kandang penampungan, unloading deck, gangway, dan
bangunan utama RPH. Kantor administrasi RPH Cirangrang tampak dari luar
Restraining box Mark I, terdapat Restraining box Mark IV (tetapi tidak digunakan
karena sedang rusak), tempat mencuci jeroan, gangway, dimana ruang pengeluaran
jeroan dan organ dalam serta tempat penggantungan karkas terdapat dalam satu
ruangan.
Tata ruang RPH. Alur proses ternak datang hingga keluar karkas sudah
searah. Setiap proses pemotongan darah yang mengalir akan langsung disiram oleh
mengalir di atas lantai menuju saluran pembuangan. Lantai cenderung licin dan
64
terdapat beberapa bagian yang berlubang, namun lantai sudah landai ke arah
pembuangan.
pisau, sistem rel, penggantung karkas, dan tempat cuci tangan. Tidak terdapat
disediakan oleh pengusaha pengguna jasa di RPH Cirangrang. Alat angkut berupa
mobil bak terbuka yang dialasi terpal. Pada saat pengamatan karkas yang dibawa
Husein Sastra Negara, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung. RPH Babi ini terletak
satu kompleks dengan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung dan RPH-R
Ciroyom. Lokasi RPH Babi Ciroyom ini sendiri berada di area industri yang berada
di pusat kota.
65
jalan yang dapat dilalui kendaraan pengangkut hewan potong dan kendaraan
daging. Sumber air cukup untuk minum dan keperluan pembersihan. Sumber tenaga
listrik yang cukup. Selain itu pula pada RPH Babi Ciroyom ini memiliki persediaan
untuk operator, kamar mandi/WC, tempat parkir, dan menara air. Tidak terdapat
kandang isolasi dan insenerator. Terdapat sarana penanganan limbah seperti pada
Gambar 13. Menurut persyaratan bangunan dan tata letak juga disebutkan bahwa
kompleks RPH Babi harus dipisahkan dengan komplek RPH lain dengan jarak yang
cukup jauh atau dibatasi dengan tinggi pagar minimal 3 meter atau terpisah total
dengan tembok serta terletak di tempat yang lebih rendah daripada RPH lain. RPH
Babi Ciroyom berlokasi dekat dengan RPH-R Ciroyom hanya dipisahkan oleh
kantor administrasi utama dan RPH Babi dikelilingi pagar yang cukup tinggi ± 3
meter.
Bangunan RPH. Tidak ada pemisahan antara daerah kotor dengan daerah
pencelupan air panas dan tempat pengerokan dalam satu alur. Lantai RPH licin dan
rata. Tetapi pada saat pengamatan lantai RPH kotor. Jarak antara kandang
penampungan dan istirahat kurang dari 10m dari bangunan utama. Terdapat atap,
Peralatan. Terdapat sistem rel dan penggantung karkas sesuai alur sehingga
pada saat pembelahan karkas tidak menyentuh lantai. Tidak ada fasilitas biosecurity
yang melakukan pemotongan di RPH. Daging diangkut dalam boks terbuka dengan
alas terpal tanpa dilengkapi alat pendingin. Hal ini bertentangan dengan SNI 1999
yang menyebutkan bahwa kendaraan pengangkut daging harus dimiliki oleh RPH.
agar ternak tidak stres, darah dapat keluar sebanyak mungkin, dan cukup tersedia
energi agar proses rigormortis berjalan sempurna. Menurut Smith et al. (1978),
pengistirahatan ternak penting karena ternak yang habis bekerja jika langsung
yang biasa disebut dark cutting meat, karena ternak mengalami stres (Beef Stress
selama kurang lebih dua hari sebelum dipotong maupun dikirim ke RPH-R
terdiri dari kandang bebas karena sapi Brahman Cross biasa diumbar ditempat
hingga ±180 ekor sapi bahkan lebih. Tempat pakan dan minum pada kandang
Gun Stunner tipe Non Penetrating Captive Bolt (Mushroom Head) Stunning
tajam sehingga memutus saluran makanan, nafas dan pembuluh darah sekaligus.
efisiensi waktu.
babi kurang lebih ± 10-15 ekor babi dikumpulin di ruang pemotongan. Proses
Babi yang sudah pingsan dilakukan penusukan pada bagian leher. Darah yang
keluar dari babi akan ditampung. Berdasarkan penjelasan jagal, darah yang
ditampung kemudian akan dijual karena permintaan dari pasar. Proses pemingsanan
ini telah melanggar prinsip kesejahteraan hewan karena pemukulan dan penusukan
dengan cara menggantung tendo di kedua kaki belakang menggunakan hoist untuk
menghindari kontaminasi dari lantai. Darah yang masih menetes disiram dengan
air. Pengulitan dilakukan secara bertahap diawali dengan membuat irisan panjang
pada kulit, sepanjang garis dada dan perut kemudian dilanjutkan sisi median kaki
hingga bagian punggung ke belakang. Pada kondisi lapangan masih kurang sesuai
karena dalam proses pengulitan tidak diberi alas berupa wadah penampungan
sehingga masih dapat menyentuh lantai dan bahkan kulit diletakkan di lantai.
Beberapa jagal juga terlihat merokok saat melakukan proses pengulitan. Asap dan
abu rokok dapat mencemari karkas dan dapat membahayakan kesehatan konsumen.
70
mengeluarkan organ pencernaan (rumen, intestinum, hati, dan empedu) dan isi
rongga dada (jantung, esopagus, paru, dan trakea). Di RPH-R Ciroyom, RPH-R
Cirangrang, maupun RPH Babi Ciroyom, semua organ pencernaan, isi rongga dada,
dan sistem reproduksi dikeluarkan. Namun pada saat pengamatan, tidak dilakukan
dilakukan pada karkas yang sudah dihilangkan kepala, teracak, dan ekor.
dan kiri. Kemudian masing-masing ekstremitas dipisahkan dari tubuh. Di RPH Babi
seperti babi dipotong menjadi dua dan tanpa kepala, babi tidak di potong sama
sekali, ataupun babi dipotong kepalanya saja. Selanjutnya karkas babi di timbang
sendiri oleh pengusaha menggunakan timbangan milik RPH atau milik sendiri
merupakan sapi yang sehat. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat perubahan yang
terjadi pada organ dalam dan karkas hewan. Jika diagnosa dokter hewan mengarah
kepada penyakit yang berisiko menular pada manusia, organ dan karkas tidak boleh
diedarkan atau diedarkan dengan syarat. Setelah seluruh proses pemotongan selesai,
jagal akan diberi surat keterangan yang menyatakan bahwa daging tersebut
diperoleh dari penyembelihan di RPH, telah diperiksa, dan dinyatakan sehat dan
baik.
Di RPH Babi Ciroyom, karkas babi akan diperiksa oleh keurmaster. Jika
daging dinyatakan layak konsumsi maka akan diberikan cap daging oleh
Higiene Daging
Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung pada hari Kamis, 24 Oktober
2019. Sampel daging yang diuji berasal dari RPH Cirangrang. Uji yang dilakukan
adalah uji organoleptik, uji pH, uji H2S, dan uji species/halal test.
Hasil dari uji organoleptik daging berwarna merah, bau khas daging sapi,
berserat halus,dan tekstur kenyal. Menurut Soeparno (2009), daging sapi memiliki
warna merah khas (warna gelap, warna keungu-unguan akan berubah menjadi
merah ceri ketika kontak dengan oksigen), serat daging halus dan sedikit berlemak,
merupakan salah satu kriteria dalam penentuan kualitas daging. Proses penurunan
pH pada daging dimulai dari pemotongan hewan (hewan telah mati), maka
terjadilah proses biokimiawi yang sangat kompleks di dalam jaringan otot dan
jaringan lainnya sebagai konsekuen tidak adanya aliran darah ke jaringan tersebut,
karena terhentinya pompa jantung. Salah satu proses yang terjadi dan merupakan
proses yang dominan dalam jaringan otot setelah kematian (36 jam pertama setelah
nilai pH daging berkaitan dengan jenis dan spesies ternak. Jenis sapi dari RPH
Uji ketiga yaitu uji H2S. Uji ini bertujuan untuk mendeteksi H2S pada
73
daging. Daging yang busuk akibat bakteri akan menyebabkan bau busuk, rasa asam
serta akan membentuk gas. Bakteri yang ada pada daging busuk akan mempercepat
perubahan warna pada kertas saring yang menandakan hasil negatif seperti pada
Gambar 20 .
Gambar 20. Hasil uji H2S tidak terdapat warna coklat pada kertas saring
terhadap daging babi. Uji dilakukan dengan menggunakan test kit yang disebut
dengan Xema Pork Detection Kit. Sampel daging dipotong kecil-kecil lalu
tersebut. Hasil negatif apabila hanya satu garis kontrol yang terlihat,sedangkan hasil
positif apabila terdapat dua garis yang terlihat. Hasil uji pemalsuan daging babi
dengan Xema Pork Detection Kit pada sampel daging memberikan hasil negatif
Gambar 21. Hasil uji species sampel daging: A.Hasil pemeriksaan sampel negatif
ditandai dengan satu garis merah pada strip. B.Hasil pemeriksaan positif ditandai
dengan dua garis merah pada strip.
Higiene Susu
Kota Bandung. Kelompok ini beranggotakan 13 orang dengan jumlah ternak sapi
total 26 ekor. Jumlah sapi yang sedang dalam masa laktasi 10 ekor. Rata-rata
produksi susu yang dihasilkan yaitu 8 liter/hari. Pemerahan dilakukan dua kali
sehari pada pagi dan sore hari. Petugas pemerah tiga orang. Metode pemerahan
yang digunakan dengan metode perah stripping (Gambar 22). Susu yang diperah
23). Saat dpindahkan ke dalam milk can susu disaring menggunakan kain. Susu
Dari segi higiene dan sanitasi, kebersihan dari susu yang dihasilkan oleh
Kelompok Ternak Mitra Cisurupan masih kurang. Pada saat proses pemerahan
juga masih kurang karena sapi jarang mandikan sehingga masih terlihat kotoran di
badan sapi saat pemerahan. Hal ini dikhawatirkan dapat mengontaminasi susu yang
diperah.
76
Keamanan Pangan Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Sampel susu yang
diuji berasal dari Kelompok Ternak Mitra Cisurupan. Sampel yang diuji berjumlah
10 sampel, masing-masing dari sapi yang berbeda. Pengujian yang dilakukan yaitu
sampel susu. Hasil yang didapatkan yaitu susu berwarna putih kekuningan dengan
bau khas sapi. Hasil tersebut sesuai dengan SNI 3141.1:2011 bahwa susu yang diuji
menggunakan alat lactoscan milk analyzer. Langkah pertama yaitu menyiapkan alat
lactoscan mik analyzer, setelah itu masuk pada mode selector terdapat tiga piluhan
jenis sampel, cow (sapi), sheep (domba), dan UHT. Lalu dipilih cow karena sampel
Sampel susu dimasukkan ke dalam wadah khusus lactoscan mik analyzer sebanyak
tekan enter dan selang secara otomatis akan menghisap sampel. Setelah menunggu
± 30 detik hasil akan nampak pada layar lactoscan mik analyzer. Hasil
Berdasarkan standar dari SNI 2011 susu memiliki berat jenis normal
menunjukkan bahwa berat jenis yang baik karena berada diangka standar. Susu
dengan nomor sampel 10 memiliki berat jenis yang melebihi standar 1,027
mengakitbatkan berat jenisnya bertambah. Kadar lemak dan juga kadar protein dari
sampel 10 juga melebihi angka standar. Menurut Jester et al., (1990), kolostrum
sapi memiliki kadar total padatan, protein, lemak dan mineral yang lebih tinggi
dibandingkan susu sapi segar. Secara keseluruhan sampel susu dari Kelompok
78
Ternak Mitra Cisurupan mempunyai kualitas yang baik sehingga layak untuk
dikonsumsi.
2019. Peternakan sapi potong yang dikunjungi adalah peternakan yang dimiliki oleh
Bandung. Kelompok ternak Putra Manglayang didirikan sejak tahun 1991, dan saat
memiliki jumlah total ternak sapi 10 ekor, terdiri dari 8 ekor sapi dewasa dan 2 ekor
pedet.
Tipe kandang di peternakan ini adalah kandang tunggal dan ganda (head to
head). Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan siang hari. Alas kandang berupa
tanah. Pakan yang diberikan berupa hijauan yaitu rumput gajah, jerami dan
konsentrat yang terdiri dari ampas tahu, bekatul, tetes tebu dan mineral premiks.
Limbah feses dan urin pada peternakan ini belum dimanfaatkan dan cenderung
menumpuk pada kandang, hal ini yang mendasari Dispangtan untuk memberikan
pembuatan pupuk cair. Kegiatan pelatihan pembuatan pupuk cair dari limbah feses
oleh anggota ternak. Bahan bahan yang diperlukan yaitu feses sapi, dedak, ampas
tahu, buah-buahan, kunyit, EM4, serta molasses. EM4 dan molasses dicampurkan
79
terlebih dahulu dan ditunggu hingga kurang lebih setengah jam. Buah-buahan dan
tong plastik dan diaduk hingga merata. Tong kemudian ditutup dengan rapat, dan
akan diaduk kembali sehari sekali selama 15 menit. Para peternak sangat antusias
dalam mengikuti pelatihan pembuatan pupuk cair ini karena selain dapat
pupuk cair tersebut pada kebun dan sawah mereka. Dispangtan sebelumnya juga
Bandung, dan beberapa kelompok ternak sudah dapat menjual hasil pembuatan
secara subkutan. Adapun bantuan yang diberikan yaitu obat cacing sebanyak 2 pcs,
Kota Bandung merupakan daerah bebas rabies sejak tahun 2010 namun lalu
lintas hewan dari luar Kota Bandung cukup tinggi sehingga tetap perlu diadakan
pencegahan terhadap penyakit ini. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah
di Indonesia yang masih belum bebas dari kasus rabies, sesuai dengan Keputusan
Sukabumi, Cianjur dan Kota Sukabumi Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Lebak
hewan menular strategis rabies yang dilakukan oleh Bidang Peternakan Dispangtan
dari hewan ke manusia) yang paling berbahaya di dunia yang sampai saat ini belum
ditemukan obatnya. Dikatakan sangat berbahaya bagi hewan dan manusia, karena
81
apabila gejala klinis dari penyakit ini telah muncul biasanya akan selalu berakhir
penyakit, terutama gejala klinis pada hewan dan cara penularan penyakit dari hewan
Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung. Target dari sosialisasi ini adalah anak-
anak. Menurut Eng at al (1993), anak-anak sangat berpeluang tertular rabies, karena
60% orang yang cidera karena gigitan anjing adalah anak-anak . Hal ini dikarenakan
diberikan informasi mengenai apa itu rabies, bahaya penyakit rabies, gejala
penyakit rabies, serta cara pencegahan dan penangan jika tergigit hewan penular
82
rabies. Respon dari siswa-siswa sangat antusias karena sosialisasi diberikan secara
interaktif dengan adanya gambar dan video animasi tentang rabies serta lagu
tentang penanganan jika tergigit hewan penular rabies. Kegiatan sosialisasi diakhiri
dengan kuis untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dapat disimpulkan mereka telah mengerti dan dapat menangkap materi sosialisasi
yang diberikan.
kegiatan vaksinasi tersebut kepada para warga. Warga yang memiliki HPR seperti
Vaksin rabies yang digunakan yaitu merk Rabisin® seperti pada Gambar
28. Vaksin diinjeksikan secara subcutan sebanyak 1 ml. Jumlah total hewan yang
divaksin di Kelurahan Sukagalih sebanyak 7 ekor terdiri dari 2 ekor anjing dan 5
ekor kucing.
83
vaksinasi sebagai tanda telah mendapatkan vaksinasi rabies. Kartu vaksinasi berisi
harus dilakukan setiap tahun selama hewan hidup. Seluruh pelayanan vaksinasi
yang dilakukan tidak dibebankan biaya sama sekali. Selain melakukan vaksinasi
A B
Gambar 29. Kegiatan vaksinasi rabies yang berlangsung di Kantor Kelurahan
Sukagalih : A) Kartu vaksinasi ; B) Injeksi vaksin dilakukan secara subcutan
rabies di kota Bandung. Status bebas rabies memang sudah disandang Kota
Bandung namun status ini tetap harus dipertahankan karena banyak daerah-daerah
84
di sekitar Kota Bandung yang masih belum bebas Rabies. Upaya yang dilakukan
oleh Dispangtan Kota Bandung ini masih terkendala oleh jumlah petugas. Petugas
vaksinasi yang dimiliki hanya empat orang terdiri dari 2 orang dokter hewan dan 2
orang dari non dokter hewan. Menurut otoritas veteriner yang berwenang
memberikan vaksin hendaknya diperiksa kesehatan fisik hewan terlebih dahulu dan
tidak sembarang hewan boleh langsung divaksin. Hal ini yang menjadi kendala dari
program vaksinasi, karena apabila yang memberikan vaksin bukan dari medik
(98%), dan lainnya oleh kera dan kucing. Anjing bertanggung jawab terhadap 94%
kasus rabies pada manusia oleh karena itu, pencegahan kasus rabies pada manusia
sangat tergantung pada pengendalian rabies pada anjing (Suzuki dkk, 2008; Yousaf
dkk., 2012).
mencegah terjadinya kasus rabies di Kota Bandung. Meskipun HPR liar tersebut
hari Selasa, 8 Oktober 2019. Dispangtan Kota Bandung mendapatkan laporan dari
untuk teknis penangkapan anjing. Sebelum ditangkap anjing sudah harus dipastikan
komunitas pecinta hewan yang ada di Kota Bandung untuk mencarikan adopter bagi
HPR tersebut, dengan catatan HPR tersebut diberikan vaksinasi rabies terlebih
dahulu.
Kesimpulan
dilaksanakan di Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung pada tanggal 7 Oktober-
penjaminan produk pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH),
pengolahan bahan asal peternakan, serta pengawasan distribusi bahan asal hewan.
Saran
Dinas Pangan dan Pertanian Kota Bandung telah menjalankan tugas pokok
dan fungsi dengan baik, namun perlu perbaikan dan peningkatan di bidang
pengujian dan pengawasan bahan pangan asal hewan sehingga dapat digunakan
instalasi pengolahan air limbah yang memadai di RPH sehingga tidak mencemari
lingkungan.
86
87
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. World Society for the Protection Animals. Welfare Assessment and
Five Freedoms. Bristol: Bristol University.
Anonim. 2008. Standar Nasional Indonesia. SNI 3932:2008 Mutu Karkas dan
Daging Sapi. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 2009. Standar Nasional Indonesia. SNI 3924:2009 Mutu Karkas dan
Daging Ayam. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 2011. Standar Nasional Indonesia. Susu Segar Bagian 1: Sapi. SNI
3141:2011. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Anonim. 2012. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Jasa Umum.
Anonim. 2006. Peraturan Walikota Bandung Nomor 1389 Tahun 2016 Mengenai
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja
Dinas Pangan Dan Pertanian Kota Bandung.
Drastini, Y., Yudhabuntara, D., 2000. Sensitivitas dan Spesifisitas Deteksi Bangkai
Ayam Boiler. Jurnal Sainvet Vol. XVII No.2 2000:34-38.
Jaster, E.H., McCoy, G.C., Fernando, R.I. 1990. Dietary Fat in Milk or Milk
Replacers for Calves Raised in Hutches During The Winter. Journal of
Dairy Sciences No.73.1843-1850.
Mahwati, Y., Rosliana, N., Holiah, H. 2016. Identifikasi Boraks pada Bakso dan
Perilaku Penggunaan Boraks pada Penjual Bakso di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukapakir Kecamatan Bojonglola Kaler Kota Bandung. Jurnal
STIKes Dharma Husada Bandung 1-13.
Marsanti, A.S. 2018. Buku Ajar Higiene Sanitasi Makanan. Ponorogo : Uwais
Inspirasi Indonesia.
Sanjaya, A.G., Sudarwanto, M., Soejono, R.R., Purnawarman, T., Lukman, D.W.,
Latif, H. 2007. Higiene Pangan. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner.
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Smith, G.C.G.T. King dan Carpenter, Z.L. 1978. Laboratory Manual for meat.
Science 2nd ed. Boston: American Press.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta.
Soeparno. 2015. Ilmu dan Teknologi Daging. Ed Revisi ke-2. Yogyakarta: UGM
Press.
LAMPIRAN
90
91