Oleh :
Hamasah Ibrahim
NIM :
082001600032
1
jalan salah satunya Jalan Sisingamangaraja hingga Jalan Merdeka Barat dan Jalan
Gatot Subroto terutama pada saat jam masuk kerja yaitu pukul 07.00-10.00 dan
pukul 16.00-20.00 yang merupakan jam pulang kantor. Dengan adanya kemacetan
tersebut daapt menimbulkan emisi kendaraan bermotor yang sangat buruk bagi
kesehatan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta untuk
mengurangi emisi kendaraan bermotor dan kemacetan di jalan tersebut seperti
membuat kebijakan pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil genap. Kebijakan
pembatasan lalu lintas dengan sistem ganjil genap atau dikenal kebijakan ganjil-
genap merupakan kelanjutan manajemen rekayasa lalulintas yang ditetapkan
melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 164 Tahun 2016.
Dengan adanya kebijakan ganjil-genap terhadap kendaraan bermotor yang
terdapat dibeberapa lokasi diharapkan dapat mengurangi kemacetan dan
menurunkan emisi kendaraan bermotor. Namun dengan kondisi eksisting saat ini
kebijakan pembatasan kendaraan bermotor ganjil-genap yang diharapkan dapat
menekan angka kemacetan, tampaknya belum berjalan sesuai dengan harapan.
Masih terjadinya kemacetan disepanjang koridor jalan yang diberlakukan
pembatasan lalu lintas ganjil-genap sehingga dapat menimbulkan serta
meningkatnya emisi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Selanjutnya Pemda
DKI Jakarta memperluas area ganjil-genap dengan menerbitkan Peraturan
Gubernur Nomor 155 Tahun 2018 tentang pembatasan lalu lintas dengan sistem
ganjil-genap. Dengan adanya perluasan area ganjil-genap seberapa besar penurunan
emisi di DKI Jakarta khususnya area penerapan ganjil-genap tersebut, maka perlu
dilakukan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perluasan
ganjil-genap tersebut dalam menurunkan pencemaran udara. Dalam penelitian ini
menggunakan alat Particle Counter HT 9600 untuk mengukur PM2,5 dan PM10 dan
GasAlert MicroClip XL BWTechnologies by Honeywell untuk mengukur konsentrasi
CO dimana parameter tersebut sangat berbahaya sehingga perlu dilakukan
pengukuran yang akan dilakukan dibeberapa titik pada area ganjil-genap.
2
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsentrasi CO dan NO2
pada parkir basement Mall X di Jakarta Barat dan potensi dampaknya terhadap
pekerja. Tujuan yang dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Mengukur kualitas udara di beberapa lokasi Ganjil Genap dengan parameter
PM2,5, PM10, dan CO.
2 Mengetahui pengaruh faktor-faktor lain seperti (suhu, kelembaban udara,
ventilasi dan jumlah kendaraan terhadap konsentrasi PM2,5, PM10, dan CO
di beberapa lokasi Ganjil Genap yang telah ditentukan.
3 Membandingkan nilai kosentrasi PM2,5, PM10, dan CO dengan baku mutu
dari Peraturan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001
Tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu Tingkat
Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta.
4 Mengetahui dampak dari parameter PM2,5, PM10, dan CO terhadap
kesehatan pekerja.
5 Memberikan rekomendasi pengelolaan dapat berupa usaha pencegahan
sumber pencemar atau usaha pengendalian sumber pencemar
3
Gubernur DKI Jakarta No. 551 Tahun 2001 Tentang Penetapan Baku Mutu
Udara Ambien dan Baku Mutu Tingkat Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta.
5. Penelitian dilakukan di 5 titik area Ganjil Genap yang berlokasi di Jalan
M.H Thamrin sebagai titik 1, Jalan S. Parman sebagai titik 2, Jalan Jenderal
Sudirman sebagai titik 3, Jalan H.R Rusuna Said sebagai titik 4 dan Jalan
Gunung Sahari sebagai titik 5.
6. Potensi dampak akibat emisi kendaraan bermotor yang diteliti pada pekerja
yang bekerja di area Ganjil Genap.
4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5
bercampur dengan gas-gas lain sehingga gas karbon monoksida (CO) dapat terhirup
secara tidak disadari bersamaan dengan terhirupnya gas lain yang berbau. Sifat gas
karbon monoksida (CO) adalah beracun karena gas karbon monoksia (CO) yang
terhirup akan bergabung dengan hemoglobin menjadi karboksihemoglobin (COHb)
yang menghalangi oksigen masuk dalam aliran darah (Arifin dan Sukoco, 2009).
Karbon ini berbentuk gas methan yang dapat menyebabkan leukimia dan
kanker. CO merupakan senyawa gas beracun yang terbentuk akibat pembakaran
yang tidak sempurna dalam proses kerja motor, CO diukur dalam satuan % volume.
Kendaraan pada saat beroperasi akan mengalami proses pembakaran. Pembakaran
sering terjadi tidak sempurna, sehingga akan menghasilkan polutan. Semakin besar
persentase ketidak sempurnaan pembakaran, akan semakin besar polutan yang
dihasilkan. Karbon monoksida dan asap kendaraan bermotor terjadi karena
pembakarannya tidak sempurna yang disebabkan kurangnya jumlah udara dalam
campuran yang masuk ke ruang bakar atau bisa juga karena kurangnya waktu yang
tersedia untuk menyelesaikan pembakaran (Jayanti, 2014).
Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai
perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta
disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar
solar terutama berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio
kebutuhan udara dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar
mesin diesel (WHO, 2006).
Menurut Sarifuddin dkk (2016) sumber gas karbon monoksida (CO) adalah
hasil pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar minyak bumi. Bahan bakar
minyak bumi misalnya adalah bensin. Bensin merupakan bahan bakar kendaraan
bermotor yang banyak digunakan oleh masyarakat di kota-kota besar. Pembakaran
bensin yang terjadi di mesin kendaraan bermotor menghasilkan pembakaran tidak
sempurna dengan reaksi sebagai berikut :
6
yaitu pembakaran sampah, pembakaran tidak sempurna yang terjadi pada proses
industri, kegiatan rumah tangga, letusan gunung berapi dan kebakaran hutan (Arifin
dan Sukoco, 2009)
Temperature
Temperatur udara merupakan unsur iklim yang sangat penting dalam
mempengaruhi difusi dan transformasi zat pencemar di udara. Temperatur juga
dapat mempengaruhi konsentrasi pencemar udara sesuai dengan kondisi cuaca.
Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi
7
pencemar semakin rendah. Temperatur udara biasanya diukur dengan
menggunakan thermometer air raksa. Temperatur udara diukur dalam derajat
Celcius, Fahrenheit, Reaumur, dan Kelvin. Di Indonesia secara umum digunakan
satuan derajat Celcius (Tjasyono. B, 2004).
Kelembaban Udara
Kelembaban udara menyatakan kondisi uap air yang terkandung dalam udara
(Siahaan, 2012). Tinggi rendahnya kelembaban udara dapat menentukan besar
kecilnya kandungan bahan pencemar baik di ruang tertutup maupun ruang terbuka
akibat adanya pelarut bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya pencemaran.
Nilai kelembaban yang rendah mengakibatkan konsentrasi pencemar di atmosfer
meningkat (Oke, 1987). Kelembaban udara dapat mengakibatkan partikel-partikel
tersuspensi naik dan menghalangi pemanasan sinar matahari terhadap permukaan
bumi. Kondisi tersebut menyebabkan udara yang mengandung pencemar tidak akan
bergerak naik dan terperangkap pada suatu tempat sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan manusia (Lakitan, 1994).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
9
Persiapan Penelitian
1. Studi Kepustakaan
2. Survey dan penentuan titik sampling
3. Penelitian Pendahuluan
4. Uji banding alat
Pengolahan Data:
1. Data sekunder dari konsentrasi CO, PM2,5, dan PM10 ditabulasikan pada Ms. Excel.
2. Hasil uji banding alat PM2,5, dan PM10, temperatur dan kelembapan dihitung faktor
koreksinya terhadap alat yang akan digunakan penelitian.
3. Data konsentrasi CO, PM2,5, dan PM10 yang telah didapat dirata-ratakan menjadi
konsentrasi perjam dan konsentrasi harian menggunakan Ms. Excel.
4. Data temperatur dan kelembapan dirata-ratakan menjadi data per jam dan data harian
menggunakan Ms.Excel
Analisis Data :
1. Analisis data sekunder
2. Analisis Regresi hasil uji banding
3. Analisis data konsentrasi pencemar terhadap baku mutu kualitas udara
4. Analisis korelasi antara konsentrasi pencemar terhadap temperatur dan kelembapan
5. Analisis korelasi antara konsentrasi CO, PM2,5, dan PM10
6. Analisis korelasi antara konsentrasi PM2,5, dan PM10
Simpulan
10
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di area penerapan ganjil-genap sesuai dengan
Peraturan Gubernur Nomor 155 Tahun 2018 tentang pembatasan lalu lintas dengan
sistem ganjil-genap. Dimana area tersebut terdapat kemacetan yang dapat
menimbulkan emisi kendaraan bermotor yang sangat buruk bagi kesehatan.
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret dilakukan pengambilan dan pengukuran
sampel pada 5 titik sampling dengan interval waktu pagi dan sore. Waktu
pengambilan sampel untuk pagi hari ( jam 07.00 - 10.00 ) dan sore hari ( jam 16.00
- 20.00 ). Untuk lokasi titik sampling dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian
No Lokasi Keterangan
1. Bundaran Hotel Indonesia Jalan M.H Thamrin
2. Slipi Jaya Jalan S. Parman
3. FX Sudirman mall Jalan Jenderal Sudirman
4. Singapore Embassy Jalan H.R Rusuna Said
5. Farmers Market Jalan Gunung Sahari
11
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung untuk melengkapi data primer
dipenelitian ini yang dapat diperoleh dari pihak dinas atau instansi tertentu. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak Dinas Lingkungan Hidup DKI
Jakarta. Data sekunder yang dibutuhkan terdiri dari:
1. Peta lokasi diberlakukanya penerapan sistem ganjil-genap.
2. Data konsentrasi CO dan PM10.
12
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana untuk mempelajari bagaimana eratnya
hubungan antara satu atau beberapa variabel independen dengan sebuah variabel
dependen. Analisis regresi yang digunakan adalah regresi sederhana. Nilai R square
(R2) berkisar pada angka 0 – 1, sehingga semakin kecil angka R2, maka semakin
lemah hubungan kedua variabel. Nilai R2 diperoleh dari kuadrat koefisien korelasi.
13
BAB IV
WAKTU PELAKSANAAN
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan mulai bulan November 2019 hingga bulan Juni 2019. Jadwal penelitian secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Minggu Ke -
No. Kegiatan November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bimbingan dan konsultasi
1.
topik penelitian
Pengumpulan data sekunder
2. dari DLH DKI Jakarta
14
BAB V
RENCANA BIAYA
Pada penelitian ini disusun rencana perkiraan biaya dari awal penelitian hingga
penelitian selesai dengan tujuan agar dapat melihat perkiraan sementara biaya pada
penelitian yang akan dilakukan ini. Pada tabel 5.1 dapat dilihat rencana biaya
penelitiannya.
Tabel 5.1 Rencana Biaya Penelitian
15
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Z., dan Sukoco.2009. “Pengendalian Polusi Kenderaan”. Bandung: Alfabeta
Indrayani dan Sri Asfiyati. 2018. “Pencemaran Udara Akibat Kinerja Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor Di Kota Medan”. Jurnal Permukiman Vol. 13 No. 1: 13-20
Jayanti Eka, dkk. 2014. “Emisi Gas Karbon Monoksida (CO) dan Hidrokarbon
(HC) Pada Rekayasa Jumlah Blade Turbo Ventilator Sepeda Motor “Supra X
125 Tahun 2006.” Jurnal Rotasi Teknik Mesin Vol. 16 No. 2 : 1-5
Lakitan, B. 2004. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mukhtar Rita, dkk. “Komponen Kimia PM2,5 dan PM10 di Udara Ambien di
Oke, T.R. 1987. Boundary Layer Climates. 2nd Edition. London: Routledge
Seinfeld, JH 1986. Atmosfer Kimia dan Fisika Pencemaran Air. John Wiley &
Sons, New York, Toronto. [Dewa pengantar teks untuk kimia atmosfer.]
16