Anda di halaman 1dari 12

KADAR ZAT TERLARUT DALAM LARUTAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Materi Perkuliahan Kimia

Oleh :

Acep Apriandi (5009180041)

Ari Sugiarto (5009180083)

Ana Rainasiar (5009180113)

Giofaldi Noor Ma’rifat (5009180135)

Jamaludin (5009180161)

PRODI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

Jl. R.E. Martadinata No. 150 Ciamis Jawa Barat 46274


A. Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau
solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut
dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam
cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan
dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan
dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula
larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.

1. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut


Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan
dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas :
a. Elektrolit Kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar
listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air),
seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
1) Asam-asam kuat, seperti : HCl, HClO3, H2SO4, HNO3 dan
lain-lain.
2) Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali
tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3
dan lain-lain
b. Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya
lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar :
Yang tergolong elektrolit lemah:
1) Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
dan lain-lain
2) Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
3) Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2
dan lain-lain
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan
arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan
ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya: Larutan urea, Larutan sukrosa,


Larutan, glukosa, Larutan alkohol dan lain-lain.

2. Komponen Larutan
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama
(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat
terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat
terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom,
maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat
yang terlarut di dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat,
cair, atau gas. Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut
(solute). Khusus untuk larutan cair, maka pelarutnya adalah volume terbesar.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a. Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan,
temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b. Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem,
temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari
zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
3. Larutan terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Larutan tak jenuh
Yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil
kali konsentrasi ion.
b. Larutan jenuh
Yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c. Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh)
Yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada
yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan
sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi


2, yaitu:
1) Larutan pekat
Yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute
dibanding solvent.
2) Larutan encer
Yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.

Dalam suatu larutan, pelarut dapat berupa air dan bukanan air.

4. Interaksi suatu zat terlarut dengan pelarutnya


a. Zat terlarut bereaksi dengan pelarut
Ada zat yang dapat bereaksi secara permanen dengan pelarut,
sehingga terbentuk zat baru yang tidak dapat dipisahkan lagi secara
fisika, contohnya oksida asam dan oksida basa yang masing-masing akan
membentuk asam atau basa. Karena bereaksi, kelarutan zat seperti ini
cukup besar.
b. Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut
Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut
bersifat ion atau polar dan pelarutnya juga bersifat polar. Jika zat berupa
ion, maka terjadi gaya ion-dipol antara ion zat terlarut dengan pelarut.
Gaya ini lebih besar dari gaya dipol-dipol antar molekul pelarut, maka
akan terjadi sovasi, pengurungan partikel zat terlarut oleh molekul
pelarut.
Jika pelarutnya air, maka proses solvasi tersebut disebut hidrasi.
Untuk terjadinya hidrasi, diperlukan energi yang dilepaskan untuk
membentuk ikatan antara ion dan molekul air yang disebut kalor hidrasi.
Energi hidrasi akan makin besar bila ikatan antara ion dan molekul air
makin kuat, yaitu bila jari-jari ion makin kecil dan muatannya makin
besar.
Pada pelarutan ion, juga dipengaruhi oleh besarnya konstanta
dielektrik pelarut, karena semakin besar konstanta dielektriknya, makin
kecil gaya coulomb yang menarik ion-ion zat terlarut yang telah terpisah.
Hal tersebut sesuai dengan persamaan hukum coulomb sebagai berikut:
𝟏 𝒒𝟐
𝑭 = × 𝒒𝟏 ×
𝑫 𝒓
Jika zat terlarut berupa molekul polar, maka terdapat gaya dipol-dipol
antara zat dengan pelarut, contohnya glukosa yang melalui gugus
karbonil (-C=O) dan hidroksinya (-OH) yang bersifat polar membentuk
ikatan hidrogen dengan air .
c. Zat terlarut berinteraksi lemah dengan pelarut
Hal ini terjadi bila molekul zat terlarut dan pelarut bersifat non polar.
Antar pelarut dan zat terlarut hanya terdapat gaya London yang relatif
lemah. Akibatnya, proses pelarutannya lebih lama.
d. Zat yang tidak larut dalam pelarut
Sesungguhnya, tidak ada zat yang mutlak tidak larut dalam suatu
cairan, yang ada hanyalah zat yang kelarutannya sangat kecil sehingga
dianggap tidak larut. Misalnya yang terjadi pada molekul non polar
dengan molekul polar. Molekul non polar, seperti minyak, sukar larut
dalam air.
Molekul polar memiliki interaksi antarmolekul yang relatif kuat
dibandingkan dengan interaksi antar molekul polar dan non polar.
Akibatnya, interaksi molekul polar dan nonpolar itu tidak cukup kuat
untuk mengalahkan interaksi antarmolekul molekul polar dan molekul
polar akan cenderung berkumpul dengan sesamanya daripada bercampur
dengan molekul nonpolar.
Dalam air yang bersifat polar, molekul nonpolar sukar larut karena
gugus non-polar seperti etil, metil dan senyawa aromatik yang bersifat
hidrofobik memiliki kecenderungan untuk bergabung (berasosiasi) satu
dengan yang lainnya dan akan bersifat menolak air.
Namun, tidak berarti molekul nonpolar pasti tidak dapat larut dalam
pelarut polar. Ada senyawa nonpolar tertentu yang memiliki gugus non
polar (etil, metil, dsb) sekaligus memiliki gugus polar seperti karbonil
(C=O) dan hidroksi (O-H) pada aldehid atau keton, seperti pada asam
fulvat dan asam humat.
Adanya gugus polar tersebut memungkinkan terjadinya interaksi
dengan molekul polar, misalnya jika pelarutnya air, dapat terbentuk
ikatan hidrogen.
5. Jenis-jenis larutan
Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut
dan pelarutnya. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan
berdasarkan fase komponen-komponennya.
Zat Terlarut
Contoh Larutan
Gas Cairan Padatan

Bau suatu zat


Udara (oksigen
Uap air di udara padat yang
Pelarut Gas dan gas-gas lain
(kelembapan) timbul dari
dalam nitrogen)
larutnya molekul
padatan tersebut
di udara

Sukrosa (gula)
dalam air;
Etanol dalam air;
natrium klorida
Air terkarbonasi campuran
(garam dapur)
Cairan (karbon dioksida berbagai
dalam air;
dalam air) hidrokarbon
amalgam emas
(minyak bumi)
dalam raksa

Uap air dalam


Hidrogen larut
kayu; Aloi logam
Padatan dalam logam, Air dalam arang
seperti baja dan
misalnya platina
duralumin

Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat


dibedakan sebagai larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan
elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan listrik,
sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.

 Pelarutan
Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air. Molekul komponen-
komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama
jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu
sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan
interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam
pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat
larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya
berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan
terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah
maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.
Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi.
Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat
terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama
berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair
dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada
kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air
umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
 Larutan ideal
Bila interaksi antarmolekul komponen-komponen larutan sama
besar dengan interaksi antarmolekul komponen-komponen tersebut
pada keadaan murni, terbentuklah suatu idealisasi yang disebut
larutan ideal. Larutan ideal mematuhi hukum Raoult, yaitu bahwa
tekanan uap pelarut (cair) berbanding tepat lurus dengan fraksi mol
pelarut dalam larutan. Larutan yang benar-benar ideal tidak terdapat
di alam, namun beberapa larutan memenuhi hukum Raoult sampai
batas-batas tertentu. Contoh larutan yang dapat dianggap ideal
adalah campuran benzena dan toluena.
Ciri lain larutan ideal adalah bahwa volumenya merupakan
penjumlahan tepat volume komponen-komponen penyusunnya. Pada
larutan non-ideal, penjumlahan volume zat terlarut murni dan pelarut
murni tidaklah sama dengan volume larutan.
 Penurunan Tekanan Uap
Adakah pengaruh zat terlarut terhadap tekanan uap jenuh
larutannya? Bagaimana pengaruh itu? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, perhatikan data tekanan uap jenuh beberapa larutan pada
suhu 28 °C di bawah ini :
Tekanan uap jenuh air = 28,36 mmHg
Tekanan uap larutan urea 0,1 M = 27,85 mmHg
Tekanan uap larutan urea 0,2 M = 27,34 mmHg
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa tekanan
uap suatu larutan akan semakin kecil, jika molaritas larutan semakin
besar (bertambahnya zat terlarut). Hal ini dikarenakan molaritas
larutan yang semakin besar, mengakibatkan fraksi mol zat terlarut
juga bertambah besar.
Francois Raoult (dikenal Raoult), seorang ahli kimia dari
Perancis mendapatkan hubungan antara tekanan uap jenuh larutan
dengan tekanan jenuh pelarut dari konsentrasi larutan. Menurut
Raoult, jika zat nonelektrolit yang sukar menguap dilarutkan, maka
besarnya tekanan uap larutan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝐴
Dengan
P = tekanan uap jenuh larutan ................... (mmHg)
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni ........ (mmHg)
XA = fraksi mol pelarut
Karena zat terlarut sukar menguap(nonvolatil), maka diperoleh
hubungan P larutan sebagai berikut.
𝑃 = 𝑃°. 𝑋𝐴 di mana XA < 1 sehingga P < P°
Dari persamaan ini nampak bahwa terjadi penurunan tekanan
uap dari pelarut. Besarnya penurunan tekanan uap tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut.
𝛥𝑃 = 𝑃° − 𝑃
= 𝑃° − (𝑃° . 𝑋𝐴)
= 𝑃° (1 − 𝑋𝐴)
Karena XA + XB = 1, maka ΔP = P° . XB
Jadi, penurunan tekanan uap pelarut tergantung pada
banyaknya molaritas zat terlarut, sehingga tidak tergantung pada
jenis zat terlarut. Larutan yang memenuhi hukum-hukum di atas
disebut larutan ideal dan itu terdapat pada larutan encer.
Berdasarkan pada Hukum Raoult yang telah diuraikan di atas,
dapat ditentukan penurunan tekanan uap pelarut (ΔP) jika Mr zat
terlarut diketahui. Sebaliknya, Mr zat terlarut dapat ditentukan jika
ΔP dapat diukur.
B. Kosentrasi Larutan
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan
pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan
jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam
perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta
(part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat
dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi
tinggi).
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
1. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.
maka:
𝑛𝐴 3
𝑋𝐴 = = = 0.3
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵 3 + 7
𝑛𝐵 7
𝑋𝐵 = = = 0.7
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵 3 + 7
𝑋𝐴 + 𝑋𝐵 = 0.3 + 0.7 = 1

2. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :
5
 Gula = 100 × 100 = 5 gram
 Air = 100 - 5 = 95 gram
3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.
Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !
𝑔 1000
 𝑀 = 𝑀𝑟 × 𝑝
4 1000
 𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑁𝑎𝑂𝐻 = (40) × = 0.1 × 2 = 0,2 𝑚
500
4. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml
larutan?
9.8 0.1
 Molaritas H2SO4 = ( 98 ) 𝑚𝑜𝑙/0.25 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 0.25 𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 =
0.4 M
5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-
Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :
N = M x valensi
C. Sifat Koligatif Larutan
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut, maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami:
1. Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Zat cair atau padat jika dimasukkan dalam suatu ruang tertutup akan
menguap sampai ruang tersebut jenuh. Pada keadaan jenuh, proses penguapan
tetap berlangsung yang disertai proses pengembunan dengan laju yang sama.
Dalam keadaan ini terjadi kesetimbangan dinamis antara zat cair atau
padat dengan uap jenuhnya. Tekanan yang ditimbulkan oleh uap jenuh
disebut tekanan uap jenuh. Gambar 1.3 memperlihatkan terjadinya
kesetimbangan dinamis antara zat cair dengan uap jenuhnya
Tekanan uap jenuh dipengaruhi oleh jenis zat dan suhu. Jika zat yang
memiliki gaya tarik-menarik antarpartikel relatif besar, maka zat tersebut
sukar menguap sehingga memiliki tekanan uap jenuh yang relatif kecil.
Contoh garam dan gula. Bagaimana jika zat yang memiliki gaya tarik-
menarik antarpartikel relatif lemah? Untuk zat yang memiliki gaya tarik
menarik antar partikel relatif lemah, maka zat tersebut akan mudah menguap.
Sehingga, zat ini memiliki tekanan uap jenuh yang relatif tinggi. Contoh
etanol dan eter.
Selain jenis zat, tekanan uap jenuh juga dipengaruhi oleh suhu.
Kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik molekulmolekul cairan
bertambah besar sehingga lebih banyak molekul yang dapat meninggalkan
permukaan memasuki fase gas. Hal ini mengakibatkan molaritas cairan
makin besar yang artinya tekanan uap jenuhnya juga semakin besar. Apa
yang dapat kalian simpulkan? Jika suhu dinaikan, maka tekanan uap jenuh
akan bertambah besar.
2. Kenaikan Titik Didih
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih
larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit
kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
𝛥𝑇𝑏 = 𝑚 . 𝐾𝑏

Keterangan:

ΔTb = kenaikan titik didih (oC)

m = molalitas larutan

Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat
𝑊 1000
dinayatakan sebagai: 𝛥𝑇𝑏 = (𝑀𝑟) ( ) 𝐾𝑏
𝑝

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan
dinyatakan sebagai : 𝑇𝑏 = (100 + 𝛥𝑇𝑏) = °

3. Penurunan Titik Beku


Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:
𝛥𝑇𝑓 = 𝑚 × 𝐾𝑓
𝑊 1000
= ( )×( ) × 𝐾𝑓
𝑀𝑟 𝑝

ΔTf = penurunan titik beku


m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya
dinyatakan sebagai:
𝑇𝑓 = (𝑂 – 𝛥𝑇𝑓)°𝐶
4. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang
dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan
melalui membran semi permeabel (proses osmosis) seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :
𝑛
𝜋° = = 𝐶. 𝑅. 𝑇
𝑉𝑅𝑇
Keterangan:
π° = tekanan osmosis (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)

Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis. Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari
yang lain disebut larutan Hipertonis. Larutan yang mempunyai tekanan
osmosis sama disebut Isotonis.

Contoh :

Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5


molal garam dapur.

 Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya)


tetap, yaitu 0.5 molal.
 Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
karena terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya
menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya)


untuk meng-ion adalah derajat ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini
dinyatakan sebagai :

α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula


Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati
1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan
1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit
mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.

 Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai :

ΔTb = Tb(larutan) - Tb(pelarut)

ΔTb = m . Kb

 Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai :


ΔTf = Tf(pelarut) – Tf(larutan)
ΔTf = m . Kf
 Untuk Tekanan Osmosis dinyatakan sebagai :

π° = C R T [1+ α(n-1)]

Larutan cair encer menunjukkan sifat-sifat yang bergantung pada


efek kolektif jumlah partikel terlarut, disebut sifat koligatif (dari kata
Latin colligare, "mengumpul bersama"). Sifat koligatif meliputi
penurunan tekanan uap, peningkatan titik didih, penurunan titik beku,
dan gejala tekanan osmotik.

Anda mungkin juga menyukai