Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

“WAHAM”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen Pembimbing : Hana Nafiah, MNS.,

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Astri Fitriya (17.1299.S)


2. Eliza Farda Syarifah (17.1318.S)
3. Kharisma Nanda O. (17.1331.S)
4. Nuzzullul Ammah (17.1368.S)

Kelas : 3A S1 Keperawatan

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN-PEKALONGAN
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama
dinegara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai
gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut
dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan
individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta
dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Prevalensi gangguan waham menetap didunia sangat bervariasi, berdasarkan
beberapa literature, prevalensi gangguan waham menetap pada pasien yang dirawat inap
dilaporkan sebesar 0,5 – 0,9 % dan pada pasien yang dirawat jalan, berkisar antara 0,83-
1,2 %. Sementara pada populasi didunia, angka pravelensi dari gangguan ini mencapai
24-30 kasus dari 100.000 orang sedangkan dijawa tengah sendiri menurut direktur
RSJD Amino Gondhohutomo Semarang dr.Sri Widyayati, Sppk,M.Kes mengatakan
ditahun 2009 angka kejadian penderita gangguan jiwa dijawa tengah berkisar antara
3300 orang – 9300 orang. Angka kejadian ini penderita sudah terdiagnosa.Pasien rawat
inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik
dengan gejala curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri,
galak dan bersikap bermungsuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizofrenia dengan
perilaku alam sesuai dengan jenis waham yang diyakininya ( Medikal Record 2010).
Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan berdosa, penghukuman
diri, rasa tidak mampu, fantasui yang tak terkendali serta damba-dambaan atau harapan
yang tidak kunjung sampai merupakan sumber dari waham.waham dapat berkembang
jika terjadi nafsun kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang mendalam.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasisawa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan
masalah waham.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan :
1. Konsep gangguan jiwa
2. Konsep waham
3. Asuhan kperawatan jiwa pada waham
BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Waham (delusi) merupakan keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang salah
tentang eksternal, dimana tidak sejalan dengan intelegensia klien dan latar belakang kultural,
yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
Waham merupakan salah satu gangguan respon neurobiologis.

Respon adaptif : Respon maladaptif :


1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan pikiran/waham
2. Persepsi akurat menyimpang 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten dengan 2. Ilusi 3. Kesulitan memproses emosi
pengalaman 3. Reaksi emosional 4. Ketidakteraturan
4. Perilaku sesuai berlebihan atau 5. Isolasi sosial
5. Hubungan sosial berkurang
4. Perilaku ganjil atau
tak lazim
5. Menarik diri

B. Klasifikasi Waham
Beberapa tipe waham adalah :
1. Waham aneh (bizzare delusion) : keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali
tidak masuk akal (sebagai contoh : orang dari angkasa luar telah menanmkan alat di
badan klien)
2. Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang sesuai dengan mood
(sebagai contohnya, seorang klien depresi percaya bahwa ia bertanggung jawab untuk
penghancuran dunia)
3. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi yang tidak mempunyai
hungan dengan mood atau merupakan mood netral (sebagai contohnya, klien depresi
mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran)
4. Waham Nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan dunia adalah tidak ada
atau akan berakhir
5. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa klien kehilangan atau akan merampas
semua harta miliknya
6. Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh klien (contoh :
keyakinan bahwa otak klien berakar atau mencair)
7. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham referensi, kontrol dan
kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari
bagian waham)
8. Waham kejar/persekutorik : keyakinan palsu bahwa klien sedang diganggu, ditipu atau
disiksa, sering ditemukan pada seorang klien yang senang menuntut yang mempunyai
kecenderungan patologis
9. Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang yang
berlebihan
10. Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya :
bahwa peristiwa, benda-benda, atau orang lain mempunyai kepentingan tertentu dan
tidak biasanya, umunya dalam bentuk negative, diturunkan dari idea referensi dimana
seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain
11. Waham pengendalian : perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan klien
dikendalikan oleh tenaga dari luar
12. Penarikan pikiran (thought withdrawal) : waham bahwa pikiran klien dihilangkan dari
ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Biologis :
1. Latar belakang genetik :
- Adanya riwayat keturunan (diturunkan melalui kromosom orang tua)
- Riwayat janin pada saat prenatal dan perinatal seperti adanya riwayat trauma,
aspiksia, premature, preeklamsi, malnutrisi, stress, ibu dengan perokok berat,
alkoholisme, pemakaian obat-obatan, infeksi, dan hipertensi
- Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbik
- Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamate,
2. Status Nutrisi : adanya riwayat status nutrisi yang jelek : KEP dan Malnutrisi
3. Keadaan kesehatan secara umum :
- Kurang tidur, gangguan irama sirkadian, lethargi, riwayat infeksi, riwayat
aktifitas dan tidak ada inisiatif mencari bantuan yankes.
4. Sensivitas biologis : riwayat penggunaan obat, infeksi, dan radiasi
5. Paparan terhadap racun : virus influenza pada semester I & II, gas CO, asbestos

Psikologis :
1. Inteligensi : riwayat kerusakan pada korteks prefrontal dan korteks limbik serta
gangguan sirkulasi oksigen dan glukosa ke otak
2. Keterampilan verbal :
- Komunikasi tertutup, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi peran
ganda, gagap
- Riwayat adanya stroke, trauma kepala dan infeksi
3. Moral : riwayat tinggal dilingkungan broken home, panti asuhan, panti sosial,
pesantren, biara, dan lapas
4. Kepribadian : mudah kecewa, putus asa, tidak mampu membuat keputusan, menutup
diri dan cemas yang tinggi
5. Pengalaman masa lalu : trauma, teraniaya, ortu otoriter, broken home, dan pilih
kasih
6. Konsep diri : ideal diri yang tidak realitas, HDR, identitas tidak jelas, krisisperan
dan gambaran diri negative
7. Motivasi : kurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan
8. Pertahanan psikologis : riwayat koping tidak efektif dan gangguan perkembangan
9. Self kontrol : tidak mampu berkonsentrasi

Sosial Kultural :
1. Usia : Riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2. Gender : Riwayat ketidakjelasan identitas dan adanya kegagalan peran gender
3. Pendidikan : Riwayat pendidikan yang rendah, riwayat putus, dan gagal sekolah
4. Pendapatan : Riwayat penghasilan yang rendah, dan tidak ada kemandirian
5. Pekerjaan : Riwayat pekerjaan dengan stresful dan resiko tinggi
6. Status Sosial : Riwayat tunas wisma dan terisolasi
7. Latar Belakang Budaya : Nilai-nilai dan budaya yang bertentangan dengan nilai
kesehatan
8. Agama dan Keyakinan : Sifat religi dan keyakinan yang berlebihan atau kurang
9. Keikutsertaan dalam politik : Gagal dalam berpolitik
10. Pengalaman Sosial : Bencana alam, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, sulit
mendapat pekerjaan
11. Peran Sosial : stigma negative, diskriminasi, dan praduga negatif.

b. Faktor Presipitasi
Faktor Biologis :
1. Latar belakang genetik :
- Adanya riwayat keturunan, gangguan pada janin
- Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks prefrontal dan korteks Limbik &
Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamate
2. Status Nutrisi : Status nutrisi yang jelek : KEP & Malnutrisi
3. Keadaan kesehatan secara umum : kurang tidur, gangguan irama sirkadian, lethargi,
riwayat infeksi, riwayat aktifitas & tidak ada inisiatif mencari bantuan yankes
4. Sensitivitas biologis : Riwayat penggunaan obat, infeksi dan radiasi & terpapar
dengan racun

Faktor Psikologis :
1. Inteligensi : Riwayat kerusakan pada korteks pre frontal dan korteks limbik serta
gangguan sirkulasi oksigen dan glukosa ke otak
2. Keterampilan verbal : komunikasi tertutup, komunikasi dengan emosi berlebihan,
komunikasi peran ganda, gagap dan riwayat adanya stroke, trauma kepala dan infeksi
yang mempengaruhi keterampilan verbal
3. Moral : Riwayat tinggal di lingkungan broken home, panti asuhan, panti sosial,
pesantren, biara dan lapas
4. Kepribadian : mudah kecewa, putus asa, tidak mampu membuat keputusan, menutup
diri dan cemas yang tinggi.
Faktor Sosial Budaya :
1. Pekerjaan : Riwayat pekerjaan dengan stresful & resiko tinggi
2. Pengalaman sosial : Bencana alam, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, sulit dan
mendapat pekerjaan
2. Pohon Masalah

Kerusakan komunikasi verbal

Gangguan proes pikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


3. Diagnosa Keperawatan

No. Dx Kep Deskripsi Data Mayor Data Minor


1. Gangguan Gangguan proses Subyektif : Subyektif :
proses pikir pikir yang ditandai - Merasa cemburu - merasa orang lain
: waham dengan keyakinan - Merasa curiga menjauh
tentang diri dan - Meyakini - merasa tidak ada yang
lingkungan yang diancam/diguna-guna mau mengerti
menyimpang, - Meyakini sebagai orang
dipertahankan secara hebat
kuat - Meyakini memiliki
kekuatan luar biasa
- Meyakini sakit/organ
tubuh rusak
- Meyakini sudah mati

Obyektif : Obyektif :
- Marah-marah tanpa - Marah-marah karena
sebab alasan sepele
- Banyak kata (logorrhea) - Menyendiri
- Menyendiri
- Sirkumtansial
- Inkoheren
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Intervensi
Diagnosa : gangguan proses pikir : waham
Tujuan Umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan Khusus :
- Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria evaluasi, klien
dapat mengetahui penyebabnya
- Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang lain
a) Kaji pengetahuan klien dengan perilaku menarik diri sehingga dapat mengenali tanda-
tanda menarik diri
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga memudahkan
perawat memberikan intervensi selanjutnya
b) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama penyebab
perilaku menarik diri
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab perilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan
c) Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
bila tidak mau berhungan dengan orang lain
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan orang
lain.

1. Tindakan Keperawatan

Menurut Murdiono, 2017

Waham Pasien Keluarga


SP I p SP I k
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mendiskusikan kebutuhan yang keluarga dalam merawat pasien
tidak terpenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
3. Membantu pasien memenuhi gejala, dan jenis waham serta proses
kebutuhannya terjadinya
4. Menganjurkan pasien untuk 3. Menjelaskan cara merawat pasien
memasukkan ke dalam jadwal dengan waham
harian
SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
pasien merawat pasien dengan waham
2. Berdiskusi tentang kemampuan 2. Melatih keluarga melakukan cara
yang dimiliki merawat langsung kepada pasien
3. Melatih kemampuan yang waham
dimiliki

SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal harian 1. Membantu keluarga membuat jadwal
pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat
2. Memberikan pendidikan 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
kesehatan tentang penggunaan bisa dijangkau oleh keluarga
obat secara teratur kepada pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

2. Tindakan Keperawatan menurut Budi dan Akemat, 2009


Selanjutnya, setelah diagnosis ditegakkan, perawat melakukan tindakan keperawatan
bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga.tindakan keperawatan pasien waham
meliputi :
A. Tindakan perawatan pada pasien
1. Tujuan keperawatan
a. Pasien dapat berorientasi pada realitas secara bertahap.
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
d. Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
2. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
sebelum memulai mengkaji pasien waham, perawat harus membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu agar pasien terasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan perawat.Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya yaitu :
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Berjabat tangan
3. Menjelaskan tujuan interaksi
4. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Membantu orientasi realitas
1. Tindakan mendukung atau membantah waham pasien
2. Menyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3. Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari
4. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyakal sampai pasien berhenti
membicarakannya.
5. Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi bimbingan sesuai dengan
realitas.
c. Mendiskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah
d. Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
pasien.
e. Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Membantun melakukan kemampuan yang dimiliki
g. Mendiskusikan tentang obat yang diminum
h. Melatih minum obat yang diminum
Sp 1 pasien : membina hubungan saling percaya: mengidentifikassi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan: mempraktikan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi.
SP 2 Pasien : mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu dan membantu
mempraktikanya.
SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar.

B. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


1. Tujuan keperawatan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi
oleh wahamnya.
c. Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien dirumah.
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
c. Diskusikan denga keluarga tentang
1. Cara merawat waham dirumah
2. Tindakan rindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3. Lingkungan yang tepat untuk pasien
4. Obat pasien ( nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat )
5. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
d. Berikan latihan kepada keluarga tentang cara merawat pasien waham
e. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga :
,mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah dan
membantgu pasien untuk munum obat .
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat keluarga
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Waham (delusi) merupakan keyakinan palsu didasarkan pada kesimpulan yang
salah tentang eksternal, dimana tidak sejalan dengan intelegensia klien dan latar belakang
kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.
Waham merupakan salah satu gangguan respon neurobiologis. Salah satu
gangguan jiwa yang sering terjadi pada masyarakat, yaitu waham. Waham adalah
keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tapi dipertahankan dan tidak dapat
dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien dimana
sudah kehilangan kontrol.

B. Saran
Diharapkan bagi pembaca setelah membaca makalah ini khususnya perawat
supaya mampu memahami, mengerti serta dapat mengaplikasikan tindakan keperawatan
secara intensif dan mampu berfikir secara kritis dalam melaksanakan proses keperawatan
apabila mendapati klien dengan gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA

Murdiono, Wahyu Rochdiat. dkk. 2017. Sistem Syaraf dan Sistem Sensori Persepsi.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Budi dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai