Laporan lengkap praktikum Kimia Pangan dengan judul percobaan
“Gelatinisasi dan Sineresis” yang disusun oleh: nama : Zakiah Rizkah Nu’man NIM : 1613041004 kelas/kelompok : Pendidikan Kimia B/ VI (enam) telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten dan Koordinator Asisten, maka laporan ini dinyatakan telah diterima.
Makassar, Oktober 2019
Koordinator Asisten Asisten
Sri Putri Awalyah Mispan Nur Aulia S.
Mengetahui, Dosen Penanggungjawab
Dr. Halimah Husain, M.Si
NIP. 19641020 199003 2 002 A. JUDUL PERCOBAAN Gelatinisasi dan Sineresis B. TUJUAN PERCOBAAN Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu : 1. Untuk memahami peranan suhu pada pembentukan sol dan gel 2. Untuk mengetahui proses sineresis C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Neraca analitik 1 buah b. Gelas kimia 50 mL 6 buah c. Hot plate 1 buah d. Batang pengaduk 3 buah e. Spatula 1 buah f. Botol fial 6 buah g. Termometer 3 buah h. Gelas ukur 25 mL 1 buah i. Gelas ukur 10 mL 2 buah j. Lap halus 1 buah k. Lap kasar 1 buah 2. Bahan a. Tepung beras b. Tepung terigu c. Tepung maizena d. Air (H2O) e. Tisu f. Label D. PROSEDUR KERJA 1. Sebanyak 6 buah gelas kimia 50 mL dan botol fial disiapkan dan diberi label. 2. Sebanyak 2 gram tepung beras ditimbang di neraca analitik, penimbangan dilakukan dua kali. 3. Sebanyak 2 gram tepung terigu ditimbang di neraca analitik, penimbangan dilakukan dua kali. 4. Sebanyak 2 gram tepung maizena ditimbang di neraca analitik, penimbangan dilakukan dua kali. 5. 2 gram tepung beras pada gelas kimia 1 dan 2 ditambahkan dengan H2O masing- masing 10 mL yang telah diukur. 6. Gelas kimia yang telah berisi tepung beras dan H2O dipanaskan pada suhu 60oC untuk gelas kimia 1, sedangkan untuk gelas kimia 2 dipanaskan pada suhu 85oC. 7. Selama pemanasan suspensi pada gelas kimia 1 dan 2 diaduk terus, dan suhu diperhatikan untuk setiap gelas kimia. 8. Ketika telah mencapai suhu 60oC dan 85oC pada masing-masing gelas kimia 1 dan 2 pemanasan dihentikan. 9. Suspensi dan gel yang telah terbentuk diisi ke dalam botol fial yang telah diberi label dalam keadaan panas. 10. Perlakuan 1 sampai 8 diulang untuk tepung terigu dan tepung maizena. 11. Suspensi dan gel tepung beras, tepung terigu dan tepung maizena yang telah terbentuk dimasukkan kedalam botol fial lalu disimpan dalam kulkas. 12. Suspensi dan gel diamati apa yang terjadi selama 5 hari. E. HASIL PENGAMATAN 1. Pembuatan gel No. Aktivitas Hasil Pengamatan 1. Tepung terigu ditimbang 2 gr Tepung beras ditimbang 2 gr Tepung maizena ditimbang 2 gr 2. 2 gr tepung terigu + 10 ml H2O Berwarna putih susu 2 gr tepung beras + 10 ml H2O Berwarna putih susu 2 gr tepung maizena + 10 ml H2O Berwarna putih kekuningan 3. Suspensi tepung terigu dipanaskan pada Berwarna putih kekuningan suhu 60oC dan sedikit kental Suspensi tepung terigu dipanaskan pada Berwarna putih kekuningan suhu 85oC dan kental Suspensi tepung beras dipanaskan pada Suspensi berwarna putih susu suhu 60oC dan tidak kental Suspensi tepung beras dipanaskan pada Suspensi berwarna putih susu suhu 85oC dan sangat kental Suspensi tepung maizena dipanaskan Suspensi berwarna putih susu pada suhu 60oC dan kental Suspensi tepung maizena dipanaskan Suspensi berwarna putih susu pada suhu 85oC dan sangat kental 4. Suspensi tepung terigu didinginkan Suhu 60oC = suspensi putih sampai 5 hari keruh Suhu 85oC = putih kekuningan dan keruh Suspensi tepung beras didinginkan Suhu 60 C = suspensi putih o
sampai 5 hari keruh
Suhu 85oC = putih kekuningan keruh dan kental o Suspensi tepung maizena didinginkan Suhu 60 C = putih sampai 5 hari kekuningan dan kental Suhu 85oC = putih keruh dan sedikit kental F. PEMBAHASAN Menurut Winarno (2002) dalam jurnal penelitian Pangesti dkk, tahun 2014 hal.73, Suhu pada saat granula pati pecah disebut suhu gelatinisasi. Gelatinisasi pati merupakan proses penggelembungan dan disorganisasi granula pati. Peristiwa ini disebut sebagai retrogradasi yang ditandai dengan pembentukan gel oleh amilopektin secara lebih lambat dan gel yang terbentuk lebih lunak. Adapun satuan dasar pati adalah anhidroglukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n. Besarnya protein pembentuk gluten dalam tepung sangat menentukan sifat adonan dan produk yang dihasilkan. Gluten mempunyai sifat lentur (elastis) dan tentangan (ekstensibel) (Putera, 2005: 17). Semakin tinggi suhu gelatinisasi maka yang dihasilkan selama waktu pemasakan akan semakin kental. Karena dengan adanya modifikasi HMT membuat tepung menjadi tahan panas selama pemasakan pada suhu tinggi (Pangesti dkk, 2014: 75). Penambahan air sebesar 5–40% menyebabkan gelatinisasi pati berlangsung dalam dua tahap yaitu tahap pertama terjadi dislokasi heliks amilopektin kemudian transisi heliks coil ( melting) pada tahap kedua karena heliks amilopektin terbuka dan membentuk gel yang amorf (Jie dkk, 2011 dalam Florentina dkk, 2016: 390). Air yang terserap pada daerah amorf menyebabkan granula pati kehilangan kestabilan struktur kristalinnya sehingga kehilangan sifat birefringence (Ratnayake dan Jackson, 2006 dalam Florentina dkk, 2016: 390). Amilosa yang keluar dari granula pati selama proses gelatinisasi lebih banyak sehingga derajat gelatinisasinya tinggi. Retrogradasi adalah proses kristalisasi kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi, sedangkan sineresis adalah keluarnya atau merembesnya cairan dari suatu gel dari pati (Wahjuningsih dan Bambang, 2013: 226). Sineresis merupakan peristiwa keluarnya air dari kerangka gel, semakin banyak air yang keluar dari kerangka gel menandakan bahwa nilai sineresisnya semakin tinggi (Sugiarso dan Fithri, 2015: 447). Sineresis merupakan sifat pati yang penting, yang ditandai dengan keluarnya air dari pasta pati pada saat enyimpanan pada suhu dingin. Untuk dapat diaplikasikan sebagai pengental pada produk pangan beku, maka pati harus memiliki sifat tidak mudah mengalami retrogradasi. Pati yang mudah mengalami retrogradasi pada penyimpanan suhu dingin sangat mungkin dapat menyebabkan perubahan fisik yang tidak dikehendaki dan dapat menyebabkan sineresis. Kepekaan terhadap sineresis merupakan sifat pati yang penting, yang ditantai dengan keluarnya air dari pasta pati pada saat didinginkan. Pada tahap awal pembekuan pasta pati diketahui bahwa lebih banyak air yang dibebaskan dari pati garut alami, yaitu sebesar 37,67% sedangkan pada pati garut butirat air yang dibebaskan dari pasta lebih kecil, yaitu antara 2,60%-21%, tergantung pada besarnya derajat substitusi pati-garut butirat. Disamping itu sineresis pati juga makin meningkat seiring dengan makin lamanya waktu simpan (Damat dkk, 2018: 73). Tepung terigu sering disebut sebagai tepung gandum. Tepung terigu ini mengandung beberapa macam unsur kimia yang meliputi karbohidrat, lemak, air, abu, mineral dan serat (Putera, 2005: 17).