Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena

mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan

pertama kehidupan bayi. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian

ASI eksklusif, salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar.

Hal ini akan menjadi faktor penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI

eksklusif kepada bayi baru lahir (Handayani, 2015). Air Susu Ibu (ASI)

merupakan makanan yang paling baik untuk bayi yang langsung diproduksi dari

payudara ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya, karena komposisinya sesuai

pada setiap tumbuh kembang bayi. World Health Organization (WHO), United

Nation Internasional Children’s Emergency Fund dan Kementerian Kesehatan

merekomendasikan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan bayi,

ASI eksklusif selama 6 bulan, hingga 2 tahun, ASI harus tetap diberikan bersama

dengan makanan pendamping ASI yang aman dan bergizi (UNICEF, 2016).

WHO juga menambahkan bahwa selama pemberian ASI eksklusif ada

beberapa cairan yang dapat dikonsumsi oleh bayi pada keadaan tertentu, cairan

tersebut ialah beberapa tetes sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral

atau obat-obatan. Karena produksi ASI setelah 6 bulan semakin menurun

sedangkan bayi terus mengalami pertumbuhan. Sehingga, kebutuhan gizi pada

bayi tidak mencukupi hanya dari ASI saja, oleh karena itu diberikan makanan

pendamping ASI. Makanan pendamping ASI (MP ASI) adalah makanan tambahan

yang diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sampai usia 24 bulan guna
2

memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi,

paling tidak sampai usia 24 bulan. Peranan makanan tambahan bukan sebagai

pengganti ASI tetapi untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Surininah, 2015).

Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya

sekitar 36% selama periode 2007-2014. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)

2014 menunjukkan cakupan ASI eksklusif di Indonesia yakni sekitar 54,3%.

Angka ini masih dibawah angka yang telah ditetapkan oleh Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) yakni target cakupan pemberian ASI Eksklusif per 2014

sebesar 80%, sedangkan cakupan inisiasi menyusu dini nasional hanya sebesar

34,5%. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018 menunjukkan cakupan ASI

eksklusif di Indonesia yakni sekitar 56,7%. Angka ini masih dibawah angka yang

telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yakni target cakupan

pemberian ASI Eksklusif per 2017 sebesar 80%, sedangkan cakupan inisiasi

menyusu dini nasional hanya sebesar 34,5%.

Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang

mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur tahun 2016 sebesar 74 %. Cakupan

tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sejak tahun 2011 (61,5%).

Secara keseluruhan pencapaian di JawaTimur (74%) belum memenuhi target yang

telah ditetapkan (77%). Ada 15 kabupaten/kota yang sudah memenuhi target,

sedangkan 23 kabupaten/kota lainnya belum mencapai target (Dinkes Jatim,

2016). Berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Jombang pada tahun 2017

Cakupan ASI eksklusif tertinggi di Puskesmas Pulorejo (99,04%) dan terendah

ada di Puskesmas Tambakrejo (51,54%) (Dinkes Jombang, 2017).


3

Produksi ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

kegagalan dalam pemberian ASI secara eksklusif, Hal tersebut sesuai dengan

penelitian Chan (2016), dari 44 ibu post partum, sebanyak 44% berhenti menyusui

sebelum bayi berusia 3 bulan karena ASI yang kurang, 31% karena masalah

payudara, 25% merasa kelelahan. Salah satu usaha untuk memperbanyak ASI

adalah dengan menyusui anak secara teratur.

Semakin meningkat frekuensi menyusui, maka akan terjadi peningkatan

produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka terjadi penurunan

ASI. Saat bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua reflek yang akan

menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat pula, yaitu reflek

pembentukan/produksi ASI atau reflek prolaktin yang dirangsang oleh hormon

prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). Bila bayi

mengisap puting payudara, maka akan diproduksisuatu hormon yang disebut

prolaktin, yang mengatur sel dalam alveoli agar memproduksi air susu. Air susu

tersebut dikumpulkan ke dalam saluran air susu. Kedua, reflek mengeluarkan (let

down reflex). Isapan bayi juga akan merangsang produksi hormon lain yaitu

oksitosin, yang membuat sel otot disekitar alveoli berkontraksi, sehingga air susu

didorong menuju puting payudara. Jadi semakin bayi mengisap, maka semakin

banyak air susu yang dihasilkan (Perinasia, 2017).

Dari berbagai provinsi di Indonesia, gagalnya pemberian ASI eksklusif

dipengaruhi oleh faktor ASI tidak lancar sehingga tidak dapat menyusui bayinya.

Berdasarkan sirvei yang dilakukan oleh badan penelitian dan pengembangan di

bidang kesehatan, pada tahun 2012 didapat 66% ketidak lancaran ASI terjadi

frekuensi menyusui yang kurang dari 8x/hari, 34% akibat tidak melakukan IMD,
4

dan 30% akibat kurangnya asipan gizi selama menyusui (Muktamar, 2015).

Ketidaklancaran produksi yang terjadi dapat diketahui dari tanda-tanda ASI yang

tidak lancar, seperti : ASI tidak dapat keluar secara spontan dan memerlukan alat

bantu, sebelum disusui payudara terasa lembek, bayi kencing kurang dari 8x/hari.

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi

ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan teratur

makan pengeluaran ASI akan berjalan dengan lancara. Pada faktor isapan bayi ata

frekuensi penyusuan ini makan paling sedikit bayi disusui 8x/hari, karena semakin

sering bayi menyusui pada payudara ibu maka pengeluaran ASI akan semakin

lancar (Kristiyansari, 2016).

Menurut Supriyadi (2016) 8,9% jumlah ibu yang mengeluh ketidak lancaran

pengeluaran ASI mengakibatkan ibu berinisiatif memberikan makanan tambahan

selain ASI seperti susu formula upaya ibu bermakasud mencegah terjadinya

penyakit pada bayi. Bayi yang hanya mendapatkan susu formula akan lebih besar

terkena infeksi saluran pencernaan dan infeksi telinga tengah (otitis media). Bayi

yang mengkonsumsi ASI sedini mungkin akan lebih jarang menderita infeksi

telinga dan infeksi saluran pernafasan atas, diare dan penyakit saluran cerna lain

(Bobak, 2015).

Teori Mercer (2004) mengemukakan mengenai pencapaian peranan ibu,

Pencapaian peranan ibu dalam hal ini adalah peningkatan frekuensi menyusui

terutama pada bayi 0-6 bulan dengan menyusui akan secara teratur akan membuat

kelancaran produksi ASI. Bagi yang ibu yang produksi ASI nya lancar akan

memiliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan ibu dan bayinya, kesehatan
5

bayi seperti akan memiliki kekebalan tubuh, pertumbuhan badan meningkat, bayi

mengalami gizi yang cukup dan meningkatkan kecerdasan otak.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Semakin meningkat frekuensi menyusui, maka akan terjadi peningkatan

produksi ASI dan sebaliknya jika anak berhenti menyusu maka terjadi

penurunan ASI.

2. Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian ASI eksklusif,

salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar.

3. Produksi ASI tidak lancar menyebabkan kegagalan pemberian ASI

secara eksklusif.

1.3 Batasan masalah

Pada penelitian dibatasi pada:

1. Bayi usia 0-6 bulan.

2. Ibu yang menyusui bayi.

1.4 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka rumusan masalahnya

adalah : “Apakah ada hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran

pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang ?”
6

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran

pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro

Kabupaten Jombang .

1.5.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi frekuensi menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan

Ngoro Kabupaten Jombang .

b. Mengidentifikasi kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui di

Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang .

c. Menganalisis hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran

pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan

Ngoro Kabupaten Jombang .

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Teoritis

a. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan

Dapat memperluas pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam

menggali tentang kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data awal

penelitian berikutnya mengenai kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

menyusui.
7

1.6.2 Praktis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan indikator untuk

mengontrol kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui

b. Bagi ibu

Sebagai bahan masukan bagi keluarga agar bisa memantau pe

kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

c. Bagi Tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan penyuluhan

bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan kelancaran pengeluaran

ASI pada ibu menyusui.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Menyusui

2.1.1 Konsep Menyusui


8

Pengertian menyusui

Menyusui adalah proses yang sangat alami, terkadang apa hal-hal tertentu

yang belum dimengerti oleh ibu, terutama ibu yang baru pertama kali

memiliki buah hati (Nadine, 2016).

2.1.2 Manfaat Menyusui

1. Manfaat menyusui bagi bayi

Bayi akan mendapat enam manfaat terpenting dari menyusui, yaitu

a. Memperoleh nutrisi terbaik

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, ASI mengandung nutrisi

lengkap dibutuhkan oleh bayi. Tidak ada satu pun susu formula

yang dapat menggantinya.

b. Daya tahan tubuh lebih baik

Kolostrum yang terdapat pada ASI mengandung zat kekebalan,

terutama Immunoglobulin A untuk melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi terutama diare. ASI juga mengandung latoferin,

yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan

yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

c. Pertumbuhan otak optimal

Komposisi taurin, DHA dan AA pada ASI sangat mendukung

pertumbuhan optimal otak bayi. Taurin adalah sejenis asam amino

kedua terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-

transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.


8
Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin

mengakibatkan terjadinya gangguan pada retina mata.


9

d. Lebih cerdas

Interaksi ibu bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan

untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan

kecerdasan bayi.

e. Memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi

Menyusu pada ibu memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi

sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang

tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju

sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk

menyayangi orang lain.

2. Manfaat menyusui bagi ibu

Bayi akan mendapat enam manfaat terpenting dari menyusui, yaitu

a. Menghentikan perdarahan pascapersalinan

Salah satu hormon yang berperan dalam proses produksi ASI

adalah hormon oksitosin. Oksitosin berpengaruh dalam proses

pengeluaran ASI dari kelenjar susu. Hormon ini membuat otot

saluran ASI berkontraksi sehingga ASI dalam kelenjar susu bisa

keluar ke ujung saluran untuk kemudian di isap bayi dengan

mudah.

b. Menurunkan risiko kanker

Ibu yang menyusui bayinya secara eksklusif terbukti mengalami

penurunan risiko terkena kanker. Bagaimana mekanisme


10

pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi risiko kanker memang

belum bisa dipahami secara pasti, tetapi dari penelitian yang

dilakukan, didapat kenyataan yang jelas bahwa ibu yang

memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker

payudara dan kanker ovarium 25% lebih rendah dibanding yang

tidak menyusui secara eksklusif.

c. Alat kontrasepsi alamiah

Keberhasilan menyusui anak mencegah kehamilan bisa mencapai

99%. Syaratnya, ibu harus betul-betul memberikan ASI-nya secara

eksklusif 6 bulan dan selama memberikan ASI eksklusif ibu belum

mengalami menstruasi. Hal ini karena saat kedua persyaratan itu

terpenuhi akan berlangsung mekanisme perubahan hormon

reproduksi pada ibu yang mengakibatkan terhentinya proses

ovulasi atau pelepasan sel telur ke arah rahim.

d. Cepat kembali ke berat badan semula

Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Ini

karena timbunan lemak yang ada pada tubuh akibat kehamilan

digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI.

Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi

sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga

akan terpakai. Logikanya, jika timbunan lemak menyusui berat

badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum hamil.

e. Kembali memesrakan hubungan antara suami istri


11

Dengan menyusui rahim akan lebih cepat kembali ke posisi

semula. Tentu saja, hal ini menandakan pemulihan fisik ibu yang

nyata. Jika fisik ibu sudah pulih, tentu saja hubungan seksual bisa

cepat kembali seperti sebelum hamil. Dengan begitu, hubungan

antara suami-istri dapat kembali mesra.

(Nadine, 2016).

2.1.3 Cara Menyusui

Berikut adalah beberapa tips untuk membantu anda berhasil dalam

menyusui sejak awal.

1. Susui bayi anda sesegera mungkin langsung setelah persalinan bila

anda dan bayi dalam keadaan baik.

2. Dapatkan bantuan untuk memosisikan bayi anda bila terasa sakit,

berarti ada masalah. Rasa sakit di awal itu wajar, tetapi rasa sakit atau

dilingkungan anda bisa membantu anda sehingga menjadi tidak terlalu

sakit.

3. Dekap bayi ke tubuh anda. Bila mungkin, kontak kulit bayi dekat

dengan anda membuat bayi merasa nyaman dan membantu anda

merespon tanda-tanda yang dibuatnya ketika dia ingin menyusu.

4. Sering menyusu di hari-hari pertama itu normal-jangan berusaha

menetapkan jadwal untuk bayi anda.

5. Tawarkan kedua payudara setiap kali menyusui. Tidak masalah apabila

bayi anda menyusu dari satu payudara.

6. Ingatlah bahwa menyusui adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh

anda dan bayi anda serta dibutuhkan waktu sampai kegiatan ini terasa
12

normal dan alami. Apa yang terjadi dihari-hari dan minggu-minggu

pertama berubah dengan berjalannya waktu.

7. Jangan berikan cairan apa pun dengan botol ketika anda sedang

membiasakan menyusui. Bahkan apabila di kemudian hari anda

mempertimbangkannya, di saat bayi sedang belajar ini, penggunaan

botol dapat mempengaruhi penanganan.

8. Lupakan jam ketika anda menyusui. Lamanya bayi berada di payudara

tidaklah relevan terhadap menyusui.

9. Akan, tetapi menyusui dalam waktu yang lama (misalnya di atas satu

jam) yang tepat tidak bisa membuat bayi sedang dan membuatnya

gelisah adalah tanda bahwa ada sesuatu yang salah.

10. Gantilah breast pada anda secara berkala. Breast pad yang lembab

akan menjadi tempat berkembang biak bakteri.

11. Lepaskan bayi anda dari puting secara lembut dengan melepaskan

isapan yang dibuatnya. Dengan lembut pula, sisipkan jari anda ke

ujung mulut bayi dan kemudian tariklah.

12. Perah sedikit ASI dan pijatkan ke puting setelah menyusui. Bila

mungkin, biarkah puting anda mengering di udara terbuka (Nadine,

2016).

2.3 Konsep Dasar ASI Eksklusif

2.3.1 Pengertian ASI


13

ASI adalah karunia luar biasa yang telah Tuhan anugerahkan kepada

manusia dengan segala manfaat yang terkandung di dalamnya (Riksani,

2012).

2.3.2 Pengertian ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa

tambahan cairan lain atau makanan padat, bayi harus sering disusui serta

tanpa batasan waktu (Roesli, 2008).

ASI eksklusif menurut WHO (dalam Riksani, 2016) adalah hanya

memberikan ASI kepada bayi Anda, tidak memberikan tambahan dalam

bentuk apapun dari usia 0-6 bulan.

2.3.3 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi (Kristiyansari, 2016).

a. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai ke tiga

b. Air Susu Masa Peralihan

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.

c. Air Susu Matur

ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari

kesepuluh.
Untuk lebih jelas perbedaan kadar Gizi yang dihasikan

kolostrum, ASI transisi, dan Asi mature dapat dilihat pada table

berikut:

Tabel 2.1
Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum transisi ASI mature

Energy ( Kg Kla) 57,0 63,0 65,0


Laktosa ( gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
14

Lemak ( gr/100 ml) 2,9 3,6 3,8


Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
imunoglobulin :
IgA (mg/ 100 ml ) 335,9 - 119,6
IgG (mg/ 100 ml ) 5,9 - 2,9
IgM(mg/ 100 ml ) 17,1 - 2,9
Lisosum(mg/ 100 ml ) 14,2- 16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 421-520 250-270

Sumber : (Kristiyansari, 2016)

Tabel 2.2

Perbedaan komposisi ASI, susu sapi, dan susu formula

Komposisi / 100 ml ASI mature Susu sapi Susu


formula
Kalori 75 69 67
Protein 1,2 3,5 1,5
Lactalbumin (%) 80 18 60
Kasein 20 82 60
Air 87,1 87,3 40
Lemak (gr) 4,5 3,5 90
Karbohidrat 7,1 4,9 6,9
Ash (gr) 0,21 0,72 0,34
Sumber : (Kristiyansari, 2016)

Tabel 2.3
Mineral
Na 16 50 21
K 53 144 69
Ca 33 128 46
P 14 93 32
Mg 4 13 5,3
Fe 0,05 trace 1,3
Zn 0,15 0,04 0,42
Sumber : (Kristiyanasari, 2016)

Tabel 2.3
Vitamin
A ( iu) 182 140 210
C ( mg) 5 1 5,3
D ( iu) 2,2 42 42
E ( iu) 0,08 0,04 0,04
Thiamin ( mg) 0,01 0,04 0,04
Riboflavin ( mg) 0,04 0,03 0,06
15

Niacin ( mg) 0,2 0,17 0,7


Ph Alkaline Acid Acid
Bacteria iontent Sterile Nonsteril sterile
Sumber : Kristiyansari, (2016)

2.3.4 Manfaat Pemberian ASI

a. Manfaat ASI

Menurut Kristiyansari (2016) ASI bermanfaat bukan hanya

untuk bayi saja, tetapi juga untuk ibu, keluarga dan negara serta

lingkungan.

1. Manfaat ASI untuk bayi adalah :

a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

b) Mengandung antibodi.

c) ASI mengandung komposisi yang tepat.

d) Mengurangi kejadian karies dentis.

e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi.

f) Terhindar dari alergi.

g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.

h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada

payudara.

2. Manfaat ASI untuk ibu :

a) Aspek kontrasepsi.

Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan


16

prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi

estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

b) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin kelenjar hipofisis.

c) Aspek penurunan berat badan

Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih

cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.

d) Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,

tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,

rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3. Manfaat ASI untuk keluarga

a) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

keperluan lain.

b) Aspek psikologis

Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih

jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat

mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.


17

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saya

dan kapan saja.

4) Manfaat ASI untuk negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

Sedangkan menurut Prasetyono (2012) manfaat ASI adalah :

a. Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama

bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.

b. ASI memang terbaik untuk bayi manusia, sebagaimana susu sapi yang

terbaik untuk bayi sapi.

c. ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.

d. Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat mengurangi

risiko infeksi lambung dan susu, sembelit serta alergi.

e. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi

yang tidak memperoleh ASI. Ketika ibu tertular penyakit melalui

makanan, seperti gastroentritis atau polio, maka antibodi ibu terhadap

penyakit akan diberikan kepada bayi melalui ASI.

f. Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning.

Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring

diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan

bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tidak diberi pengganti ASI.
18

g. ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun selalu

dalam keadaan steril dan suhunya juga cocok.

h. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI semakin

mendekatkan hubungan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,

nyaman dan terlindungi. Hal ini mempengaruhi kemapanan emosinya

di masa depan.

i. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan

kepadanya, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan mengonsumsi

ASI, bayi semakin cepat sembuh.

j. Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.

k. Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberi ASI antara

lain kolik, kematian bayi secara mendadak.

l. IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin ketimbang

bayi yang tidak diberi ASI.

m. Menyusui bukanlah sekedar memberi makan, tetapi juga mendidik

anak.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran ASI

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran pemberian ASI

(produksi ASI) antara lain :

a. Faktor makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan

ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi

yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar


19

pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan

yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu

harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta

mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak

kurang lebih 8-12 gelas/hari.

Bahan makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :

1. Yang merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi, alkohol.

2. Yang membuat kembung, seperti : ubi, singkong kool, sawi dan

daun bawang.

3. Bahan makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.

b. Faktor ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan

berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI

bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang

baik harus dalam keadaan tenang.

c. Faktor penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diperhatikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat

dapat mempengaruhi produksi ASI.

d. Faktor perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypopise

untuk mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak

lagi dan hormon oxytocin.


20

e. Faktor anatomis buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun

berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-

sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan

berkurang.

f. Faktor fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan

dan mempertahankan sekresi air susu.

g. Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam

menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan

pengeluaran ASI berkurang.

h. Faktor isapan anak

Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar

maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI

berkurang.

i. Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon

mempengaruhi hormon prolaktin dan oxytocin yang berfungsi dalam

tpembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-hormon ini

erganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan dan

pengeluaran ASI

(Kristiyansari, 2016).
21

2.3.6 Cara pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja

a. Memerah ASI dengan tangan

Teknik memerah ASI dengan tangan yang saat ini popular di

kalangan ibu-ibu adalah teknik marmet. Memerah ASI dengan teknik

awalnya diciptakan oleh seorang ibu yang harus mengeluarkan ASI-

nya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan mengeluarkan ASI

dengan refleks yang tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI saat

bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan satu metode memijat

dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses

dari teknik ini adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara

memijat.

Langkah-langkah teknik Marmet

1. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya (telunjuk dan jari tengah)

sekitar 1 cm hingga 1,5 cm dari areola.

2. Tempatkan ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari

lainnya di posisi jam 6.

3. Perhatikan bahwa jari-jari tersebut terletak di atas gudang ASI

sehingga proses pengeluaran ASI optimal.

4. Hindari melingkari jari pada areola. Posisi jari seharusnya tidak

berada di jam 12 dan jam 4.

5. Dorong ke arah dada, hindari meregangkan jari. Bagi yang

berpayudara besar, angkat dan dorong ke arah dada.

6. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan.

Gerakkan ibu jari dan jari lainnya sehingga menekan gudang ASI
22

hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat, maka ibu tidak akan

kesakitan saat memerah.

7. Ulangi secara teratur sehingga gudang ASI kosong. Posisikan jari

secara tepat, dorong, gulung.

8. Putar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya.

Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan kedua

tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri, gunakan tangan

kiri. Juga saat memerah payudara kanan, gunakan tangan kanan.

Saat memerah ASI, jari-jari berputar seiring jarum jam ataupun

berlawanan agar semua gudang ASI kosong. Pindahkan ibu jari dan

jari lainnya pada posisi jam 6 dan jam 12, kemudian posisi jam 11

dan jam 5, kemudian jam 2 dan jam 8, kemudian jam 3 dan jam 9.

b. Memerah ASI dengan teknik botol hangat

Anda juga dapat memerah ASI menggunakan teknik botol hangat. Ini

merupakan teknik yang bermanfaat untuk menghilangkan bendungan,

terutama bila payudara nyeri dan puting susu tegang.

Caranya :

1. Cara botol kaca berukuran lumayan besar.

2. Mintalah keluarga untuk memanaskan sejumlah air dan isilah botol

dengan air panas. Biarkan beberapa menit untuk menghangatkan

kaca botol.

3. Bungkus botol dengan kair dan buang air panas.

4. Dinginkan leher botol dan masukkan ke dalam puting susu sampai

menyentuh kulit di sekelilingnya dengan ketat.


23

5. Pegang kuat botol tersebut, setelah beberapa menit botol

mendingin dan menimbulkan isapan lembut maka akan menarik

puting susu.

6. Rasa hangat membantu refleks pengeluaran dan ASI mulai

mengalir dan mengisap botol.

7. Setelah beberapa saat, nyeri pada payudara berkurang dan

memerah dengan tangan atau isapan sudah bisa dilakukan.

(Nadine, 2016).

c. Cara mengeluarkan ASI dengan pompa

Ada 2 macam bentuk pompa

Ada beberapa tipe pompa manual antara lain:

1. Tipe silindris

Pompa ini efektif dan mudah dipakai. Kekuatan tekanan isapan

mudah dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa

berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik yang tempat

penampungan ASI di bagian bawah silinder.

2. Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston yang ditarik ke bawah akan lebih mudah

mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung di botol

yang ditempelkan di pompa.

3. Tipe kerucut/plastik dan bola karet /tipe terompat


24

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan

dan dapat menyebabakn kerusakan puting susu serta jaringan

payudara.

Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar.

Karena umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya

terbatas di rumah sakit besar (Kristiyansari, 2016).

2.3.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

a. Aspek pemahaman dan pola pikir

Berdasarkan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan,

terbukti bahwa ASI eksklusif memang lebih unggul dibandingkan susu

formula. Sebab, ASI mengandung zat-zat kekebalan yang tidak

dimiliki oleh susu formula. Zat kekebalan ini sangat dibutuhkan oleh

bayi pada bulan-bulan pertama setelah kelahirannya.

b. Aspek gizi

ASI mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi

hingga 6 bulan pertama kelahirannya. ASI pertama yang diberikan

kepada bayi, yang sering disebut kolostrum, banyak mengandung zat

kekebalan, terutama IgA yang berfungsi melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi seperti diare.

c. Pendidikan

Sesungguhnya Tuhan menganugerahi payudara memang untuk

menyusui bayi, karena dapat menghasilkan ASI. Maka, hendaknya

para ibu memanfaatkannya dengan menyusui bayi. Meskipun bersifat


25

alamiah dan naluriah, para ibu tetap memerlukan informasi dan

pengetahuan yang terkait penyusunan.

d. Aspek imunologik

Para ahli berpendapat bahwa ASI mengandung zat anti infeksi yang

berish dan bebas kontaminasi. Kadar immunoglobin A (IgA) dalam

kolostrum cukup tinggi. Meskipun sekretori IgA tidak diserap oleh

tubuh bayi, tetapi zat ini berfungsi melumpuhkan bakteri pathogen E

coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

e. Aspek psikologis

Aktivitas menyusui dapat membentuk ikatan batin yang kuat antara ibu

dan bayi, menghadirkan perasaan aman dan tenang, merangsang

produksi ASI, serta memperlancar ASI, sehingga bayi bisa lebih

terpuaskan.

f. Aspek kecerdasan

ASI mengandung DHA dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan

otak. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama pertama setelah

kelahiran bayi mempunyai dua dampak positif.

g. Aspek neurologist

Dengan meminum ASI, koordinasi saraf pada bayi yang terkait

aktivitas menelan, mengisap dan bernapas semakin sempurna.

h. Aspek biaya
26

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui

secara eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan

untuk membeli susu formula beserta peralatannya.

i. Aspek penundaan kehamilan

Menyusui secara eksklusif dapat menunda datang bulan dan

kehamilan, sehingga dapat digunakan alat kontrasepsi alamiah yang

dikenal dengan metode amenore laktasi (MAL).

(Prasetyono, 2016).

2.3.8 Hambatan pemberian ASI ekslusif

menurut Riksani (2012) hambatan dalam pemberian ASI eksklusif

adalah:

a.ASI keluar sedikit

Anggapan yang paling sering berkembang di masyarakat adalah tidak

keluarnya ASI atau jumlah ASI yang dianggap kurang. Jumlah produksi

ASI memang sedikit pada hari-hari pertama pascakelahiran.

b. Khawatir badan menjadi gemuk

Banyak pula ibu yang menolak menyusui dengan alasan takut badannya

menjadi gemuk selama menyusui. Hingga kini, anggapan itu tidak

pernah dibuktikan kebenarannya karena yang terjadi justru sebaliknya.

c.Takut payudara turun

Anggapan ini juga sering ditemukan dimasyarakat. Namun ini tentu saja

merupakan anggapan yang salah kaprah. Terdapat banyak faktor yang

menyebabkan payudara tak sekencang saat masih gadis.


27

d. Bayi terserang diare saat diberi ASI

Banyak ibu beranggapan bayinya mencret atau diare karena konsistensi

BAB yang cair. Kebanyakan orang menganggap BAB bayi akan serupa

dengan bentuk dan konsistensi BAB anak atau orang dewasa. Maka, ibu

pun khawatir dan menganggap bayinya terserang diare karena BAB-nya

cair. Karena hanya diberi ASI, tentu ASI-lah yang dianggap sebagai

penyebab diare pada bayi.

e.Bayi ASI terlihat kurang montok, sementara bayi yang diberi susu formula

terlihat lebih montok

Secara kasar, kadang memang benar bahwa bayi yang diberi susu

formula terlihat lebih gemuk dibanding bayi yang hanya diberi ASI. Hal

ini terjadi karena susu formula lebih cepat membuat bayi merasa

kenyang dan susu sapi memang dirancang untuk membuat badan bayi

menjadi besar.

f. Informasi yang kurang atau salah

Tidak jarang, ada klinik, rumah sakit ataupun tempat pelayanan

kesehatan lain, yang langsung menyarankan ibu untuk memberikan susu

formula kepada bayi.

g. Pengaruh orang terdekat atau orang tua

Orang tua tentu orang yang lebih lama hidup di dunia dan mempunyai

banyak pengalaman, terutama dalam hal perawatan dan pengasuhan


28

anak. Oleh karena itu, dengan pengalamannya, orangtua dianggap lebih

tahu cara terbaik mengurus anak.

h. Ibu bekerja sehingga repot jika harus memberikan ASI

Inilah alasan yang paling sering dikemukakan oleh ibu yang tidak

menyusui bayinya. Alasan paling populer, paling kuat, dan paling

dimaklumi.

2.4 Teori Keperawatan Ramona T Mercer

2.4.1 Pengertian

Teori Mercer (2004) mengemukakan mengenai pencapaian peranan

ibu,yang ditempatkan dengan lingkaran sarang Bronfenbrenner (1979)

mengenai mikro sistem, ekosistem dan makro sistem.

1. Lingkungan yang mana pencapaian peranan ibu adalah mikro sistem

yang meliputi keluarga,dan faktor-faktor seperti fungsi

keluarga,hubungan ayah-ibu,dukungan sosial,dan tekanan. Variabel-

variabel yang ada dalam mikrosistem berinteraksi satu atau lebih pada

variabel-variabel yang lain yang akan mempengaruhi peranan ibu.

Bayi sebagai sebuah individu dimasukkan dalam sistem keluarga.

Keluarga adalah dipandang sebagai sebuah sistem semiclosed yang

menjaga batasan-batasan dan mengkontrol perubahan yang terjadi di

dalam antara sistem keluarga dan sistem sosial.

2. Ekosistem, pengaruh, dan membatasi mikrosistem, tetapi ekosistem

menentukan dalam bagian apa yang terjadi pada perkembangan

peranan ibu dan anak


29

3. Makrosistem mengacu pada prototype umum yang ada dalam sebuah

budaya yang dipindahkan dalam konsistensi budaya.

Pencapaian peranan ibu adlah sebuah proses yang mengikuti empat

tahapan pada akuisisi peranan (diadaptasi dari Thorn dan Nardi,1975)

1. Anticipatory-memulai dengan penialaian sosial dan psikologikal pada

peranan dengan mempelajari pengalaman-pengalaman pada peranan.

Ibu berfantasi mengenai peranan, berhubungan dengan janin dalam

rahim dan memulai memerankan peranan.

2. Formal-memulai dengan asumsi pada peranan pada saat

melahirkan;perilaku peranan dipandu oleh formal,harapan konsensual

pada yang lain dalam sistem sosial ibu.

3. Informal-memulai sebagai ibu mengembangkan cara unik

berhubungan dengan peranan yang tidak diyakini oleh sistem sosial.

4. Personal-pengalaman ibu akan harmoni,kepercayaan diri, dan

kompetensi dalam cara ia melakukan peranan,peranan keibuan yang

dicapai.

Awal penelitian Mecer,ia mengambil teori interaksi Mead mengenai

diri dan teori sistem umum Bertalanffy. Seperti dalam penelitiannya yang

dikembangkan ke dalam pencapaian pada peranan ibu, ia juga

menggabungkan penelitian Werner dan Erikson dengan Burr dan teori-

teori yang berhubungan untuk mengembangkan sebuah kerangka toerikal

pada teori peranan dari sebuah pendekatan interaksi. Penelitian Reva

Rubin pada pencapaian peranan ibu dan penelitian Mercer yang dilakukan
30

pada variabel-variabel yang berbeda akan mempengaruhi peranan ibu dan

juga menjadi sumber-sumber literatur teori utama.

Dasar-dasar Mercer dalam teorinya untuk pencapaian peranan ibu

pada faktor-faktor berikut ini:

1. Pencapaian peranan ibu sebuah interaksional dan proses perkembangan

yang terjadi selama periode tertentu, yang mana ibu menjadi lebih

dekat dengan bayinya, ini akan membutuhkan kompetensi dalam tugas

keperawatan yang memerlukan peranannya dan mengekspresikan

kesenangan dan gratifikasi dalam peranannya. Pergerakan personal

yang mana ibu mengalammi sebuah harmoni, kepercayaan diri dan

kompetensi bagaimana ia melakukan peranannya adalah poin akhir

pada pencapaian peranan ibu identitas keibuan

2. Usia ibu kronologikal dan perkembangan.

3. Persepsi pada pengalaman melahirkan sebuah persepsi wanita pada

performanya selama mengandung dan melahirkan

4. Pemisahan awal ibu dan bayi, pemisahan ibu setelah melahirkan

dikarenakan sakit dan atau prematur.

5. Penghargaan diri”sebuah persepsi individu pada bagaimana pandangan

yang lain dan penerimaan diri pada persepsi.

6. Konsep diri “Keseluruhan persepsi pada diri yang meliputi kepuasan

diri, penrimaan diri ,menghargai diri dan kecocokan dan ketidak

cocokan antara diri yang ideal.

7. Fleksibilitas peranan tidak digabungkan bagaimanapun siapa yang

mengisi peranan adalah tidak penting. “fleksibilitas pada sikap


31

melahirkan anak meningkatakan dengan perkembangan. Ibu yang lebih

tua memiliki potensial untuk merespon sedikit kaku pada bayi dan

untuk melihat tiap situasi yang berhubungan dengan nuansa unik.

8. Sikap childearing sikap ibu atau kepercayaan mengenai childearing.

9. Status kesehatan “persepsi ibu dan ayah pada kesehatan mereka

sebelumnya, kesehatan mereka sekarang, kesehatan mereka dimasa

akan datang, kekebalan terhadap penyakit, kecemasan akan kesehatan,

orientasi sakit dan penolakan pada peranan sakit.

10. Kecemasan “sebuah sifat yang mana terdapat kecenderungan untuk

menerima situasi penuh tekanan sebagai sesuatu yang berbahaya dan

mengancam dan seperti situasi khusus

11. Depresi “memiliki sejumlah gejala depresi dan khususnya komponen

affective pada pikiran depresi

12. Peranan sifat konflik dan kesulitan untuk merasakan oleh wanita dalam

memenuhi kewajiban peranan sebagai seorang ibu

13. Kasih sayang sebuah komponen pada peranan orang tua dan

identifikasi. Kasih sayang dipandang sebagai sebuah proses yang

meningkatkan kasih sayang dan komitmen emosional pada seorang

individu yang terbentuk.

14. Temperamen bayi sebuah temperamen mudah versus temperamen sulit

itu berhubungan apakah bayi mengirimkan sulit untuk membaca

petunjuk memunculkan peranan ketidak kompetensian dan frustasi

pada ibu.
32

15. Status kesehatan bayi sakit disebabkan pemisahan ibu dan bayi

interfensi dengan proses kasih saying

16. Karakteristik bayi temperamen,penampilan, dan status kesehatan

17. Keluarga “sebuah sistem dinamis yang meliputi sub sistem-

individual(ibu,ayah,janin) dan (ibu-ayah,ibu-bayi/janin, dan ayah-

janin/bayi) yang mana secara keseluruhan merupakan sistem keluarga.

18. Fungsi keluarga pandangan individu pada aktifitas dan hubungan

antara keluarga dan sub sistemnya dan unit sosial yang lebih luas.

19. Stess/tekanan secara positif dan negara menganggap kehidupan

kejadian dan variabel lingkungan

20. Dukungan sosial “jumlah bantuan yang diterima, kepuasan dengan

bantuan yang didapatkan dan seseorang (jaringan) dalam menyediakan

bantuan.

Empat area dukungan sosial sebagai berikut:

1. Dukungan emosional “perasaan dicintai,diperhatikan,dipercaya,dan

dimengerti

2. Dukungan informasional “membantu individual dengan memberikan

informasi yang berhubungan dengan permasalahan dan atau situasi

3. Dukungan fisik “sebuah hal yang baik dalam bantuan

4. Penilaian dukungan “sebuah dukungan yang menceritakan peranan

yang diambil bagaimana ia akan melakukan peranan itu,itu akan dapat

membuat individu untuk mengevaluasi dirinya yang berhubungan

dengan performa lain dalam peranan.


33

5. Hubungan ibu dan ayah persepsi pada hubungan pasangan yang

meliputi nilai –nilai yang ada tujuan dan persetujuan antara dua

tersebut.

6. Budaya cara total dalam mempelajari kehidupan dan melaluinya dari

generasi ke generasi

2.4.2 Fokus

Fokus utama dari teori mercer (maternal role Attainment-becoming a

mother) adalah gambaran proses pencapaian peran ibu dan proses menjadi

seorang ibu dengan berbagai asumsi yang mendasarinya. Model ini juga

menjadi pedoman bagi perawat dalam melakukan pengkajian pada bayi

dan lingkungannya,digunakan untuk mengidentifikasi tujuan bayi,

memberikan bantuan terhadap bayi dengan pendidikan dan dukungan,

memberikan pelayanan pada bayi yang tidak mampu untuk melakukan

perawatan secara mandiri dan mampu berinteraksi dengan bayi dan

lingkungannya.

2.4.3 Implikasi

Ibu yang baru melahirkan perlu mempersiapkan diri untuk

memberikan ASInya pada bayi yang baru dilahirkan, persiapan secara

psikologis diperlukan karena ibu mengalami perubahan peran.

Berdasarkan teori keperawatan Maternal Role attainment-becoming a

Mather yang dikembangkan oleh Ramona T. Mecer, yang mengemukakan

bahwa focus utamadari teori ini adalah gambaran proses pencapaian peran

ibu dan proses menjadi seorang ibu. Pencapaian peran ibu bisa berhasil

bila ibu menjadi dekat dengan bayinya dan mendapatkan dukungan dari
34

pasangan (suami) termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan

peran selanjutnya setelah melahirkan (Alligood 2002).

Faktor ayah dijelaskan oleh dua indikator yaitu dukungan ayah dan

interaksi ayah-ibu. Hasil penelitian menunjukan mayoritas ayah

memberikan dukungan cukup terhadap ibu yang melahirkan secara SC.

Hampir semua ayah-ibu memiliki interaksi yang baik. Faktor dukungan

ayah membuktikan mampu menurunkan kecemasan pada ibu bersalin

secara SC.

Suami atau pasangan intim (father or intimate partnert), berdasarkan

teori keperawatan Mercer berkontribusi pada proses pencapaian peran ibu

yang pada pelaksanaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi

ayah membantu mengurangi tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran

ibu (Nursalam 2013).

Mercer, R. T., & Ferkehch (1990) mengidentifikasi bahwa dukungan

emosional dan penghargaan yang dimaksud adalah perasaan mencintai,

penuh perhatian, percaya dan mengerti, tentang peran pelaksanaan, dan

bagaimana ia menampilkan perannya. Dukungan instrumental sebagai

pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi serta

dukungan informasional untuk membantu individu menolong dirinya

sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan

dengan masalah dan atau situasi.

Pada tahun 2003, Mercer merevisi model maternal role attainment

menjadi a becoming mother. Pada model ini ditempatkan interaksi antara


35

ibu, bayi dan ayah sebagai sentral interaksi yang tinggal dalam satu

lingkungan.

Makrosistem

Mesosistem

Mikrosistem

Hubungan Ibu dan Ayah

Ibu
Empati/peka pada isyarat bayi Anak
Harga diri/konsep diri pengasuhan
Tempramen/perangai
Kedewasaan dan fleksibilitas
Kemampuan untuk
Sikap
P memberikan isyarat
Kehamilan & pengalaman kelahiran s
e Penampilan karakteristik
Kesehatan secara keseluruhan dan t
r Daya tanggap kesehatan h
konflik peran/ketegangan r
a a
w e l
a s o
t s k
a e
n Komponen Peran Ibu Hasil Pada Anak
S
Kompetensi dalam perilaku ibu
Mengekspresikan kepuasan Kognitif/mental
Keterkaitan pada bayi Pengembangan
Prilaku
Kesehatan
kompetensi
Dukungan Sosial

Fungsi Keluarga

Pengaturan kerja orang


tua

Konsistensi pengaruh budaya

Gambar 2.2 Becoming a mother : A Revised Model (From R. T. Mercer, Personal


communication, September 3, 2003; Tomey, MA & Aligood, 2006
hal.615 )

Dalam model ini dijelaskan Sikap dan perilaku baik ibu maupun bayi dapat

mempengaruhi identitas masing-masing. Sikap dan perilaku ibu pada teori Mercer
36

ini meliputi empati, sensitivitas terhadap isyarat bayi, harga diri, konsep diri, sikap

orang tua dalam menerima bayi, kedewasaan dan fleksibilitas, sifat kehamilan dan

pengalaman melahirkan, kesehatan, depresi, dan konflik peran. Respon

perkembangan bayi yang berhubungan dengan perkembangan identitas peran ibu

berupa kontak mata bayi dengan ibu, refleks menggenggam, refleks tersenyum

dan sikap tenang ibu dalam menjalankan perawatan, perilaku interaktif bayi

dengan ibu. Adapun sifat bayi yang dapat mempengaruhi identitas peran ibu

berupa temperamen, kemampuan mengirimkan isyarat, penampilan, karakteristik

umum, tanggung jawab, dan kesehatan (Mercer, 1991 dalam Alligood dan Tomey,

2006).

2.5 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara Mes
logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah

(Hidayat, 2014).

Mik
37

Mikrosistem
Faktor Ibu
1. Empati
2. Harga diri
3. Kedewasaan
4. Sikap
5. Kehamilan &
Pengalaman
Maternal Role/
6. Kesehatan
identity :
Ayah 1. Makanan ibu
1. Peran 2. Isapan bayi
2. Interaksi
Mak
3. Frekuensi
menyusui
Mak
Bayi 4. Lama menyusui
1. Temperamen
2. Status kesehatan
3. Isyarat bayi /responsif
4. Karakteristik kelancaran pengeluaran
ASI pada ibu menyusui

Lancar Tidak lancar

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: mempengaruhi

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian hubungan frekuensi menyusui


dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa
Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang

2.6 Hipotesis
38

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

H1 : Ada hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran pengeluaran

ASI pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang

BAB 3
39

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, yang memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang

bisa mempengaruhi akurasi hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam

dua hal; pertama, desain penelitian merupakan suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data (Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik

korelasional yang mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan antara variabel. Sampel perlu

mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Dengan demikian pada

rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel

(Nursalam, 2013).

Rancangan penelitian yang digunakan analitik dengan metode

pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali pada satu saat (Hidayat, 2014).

3.2 Kerangka Kerja (frame work)

25 35
40

Kerangka kerja adalah bagian kerja terhadap rancangan kegiatan

penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2014). Kerangka kerja dalam

penelitian ini adalah:

Desain penelitian
Analitik korelasional dengan metode pendekatan cross sectional

Populasi
Semua ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Sidowarek Wilayah
Kerja Puskesmas Pulorejo Ngoro Jombang sejumlah 165

Sampel
Sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan sesuai kriteria inklusi di
Wilayah Kerja Puskesmas Pulorejo Ngoro Jombang sejumlah 116

Sampling
Simple Random sampling

Pengumpulan data
Kuesioner dan Observasi

Pengolahan dan analisa data


Editing, Coding,, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Uji rank spearman

Hasil penelitian

Kesimpulan

Gambar 3.1. Kerangka kerja hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran


pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan
Ngoro Kabupaten Jombang

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling Penelitian


41

3.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini populasi yang

digunakan Semua ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa Pulorejo

Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sejumlah 135 responden

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2014).

Pengambilan sample menggunakan rumus Arikunto (2006)

N
n
1  N (d ) 2
Keterangan:

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

D = tingkat signifikan

165
n
1  165(0,05) 2
165
n
1  165(0,0025)

165
n
1  0.4125
165
n
1.4125

= 116 orang

(Nursalam, 2013).

Sampel dalam penelitian adalah sebagian ibu yang memiliki bayi usia 0-6

bulan di Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sejumlah

116 populasi
42

3.3.3 Sampling

Sampling penelitian adalah proses menyeleksi populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling, yang

digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan

metode consecutive yaitu pemelihan sampel dengan menetapkan subjek

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai

kurun waktu tertentu (Nursalam, 2013).

3.4 Kriteria sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang

memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam,

2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Bayi yang diberi susu formula.

3.5 Identifikasi Variabel

3.5.1 Variabel independent (bebas)


43

Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh penelitian

untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam, 2013). Variabel independent

pada penelitian ini adalah frekuensi menyusui.

3.5.2 Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Notoatmodjo, 2010). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2013).

Tabel 3.1 Definisi operasional penelitian hubungan frekuensi menyusui


dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa
Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang
44

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor / kriteria


Operasional Ukur
Variabel Kebutuhan > 2-3 jam lembar Nominal 1.> 2-3 jam
Independent bayi terpenuhi < 2-3 jam cheklis 2.< 2-3 jam
Frekuensi dengan
menyusui menyusui tiap
2-3 jam.
Setiap
menyusui
lakukan pada
kedua
payudara
secara
bergantian

Variabel ASI yang 1. lembar Nominal 1. Lancar


dependent : keluar dengan Lancar (jika cheklis 2. Tidak lancar
Kelancaran lancar saat menyusui
pengeluaran menyusui bayi tidak ada
ASI pada ibu kendala)
menyusui 2.
Tidak lancar
(jika
menyusui ada
kendala)

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sidowarek Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang.

3.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari sampai April 2019.

3.8 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


45

3.8.1 Pengumpulan Data

a. Peneliti mengajukan surat rekomendasi penelitian kepada institusi

pendidikan STIKES Pemkab Jombang yang ditujukan kepada Kaprodi

S1 Keperawatan.

b. Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Jombang

c. Menyerahkan surat rekomendasi penelitian kepada Kepala Puskesmas

Pulorejo Ngoro Jombang.

d. Mengelompokkan semua jumlah populasi responden berdasarkan desa

Tempat tinggal paisen.

e. Meminta data bayi 0-6 bulan ke Bidan desa Sidowarek

f. Mengundi pasien sesuai sampel yang di hitung.

g. Mencari dan mendatangi alamat responden.

h. Melakukan pendekatan terhadap responden untuk menjelaskan maksud

dan tujuan serta memberikan informed consent

i. Peneliti memulai melakukan pengumpulan data

j. Mengobservasi ibu saat menyusui bayi dan menayakan terakhir bayi di

beri ASI /terakhir menyusui berapa menit dan jam berapa

k. Memberi checklist kepada ibu agar mengetahui berapa frekuensi

menyusui bayinya setelah itu di catat waktunya

l. Melakukan penimbangan berat badan bayi dengan timbangan

m. Melakukan kunjungan rumah responden sebanyak 4x dalam 1 bulan

n. Setelah semua data di observasi, peneliti kemudian melakukan analisa


46

data.

o. Menyusun hasil penelitian.

3.8.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan

hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data

kuantitatif (Nursalam, 2013). Untuk mengetahui frekuensi menyusui dan

kelancaran pemberian ASI menggunakan lembar observasi atau lembar

check list.

3.9 Analisa Data dan Pengolahan Data

Setelah angket dari responden terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan

data dengan cara sebagai berikut :

3.9.1 Editing

Editing adalah memeriksa kembali semua data yang telah peneliti

kumpulkan melalui pembagian kuesioner dengan tujuan mengecek

kembali apakah hasilnya sudah sesuai dengan rencana atau tujuan yang

hendak peneliti capai. Apabila ada beberapa kuesioner yang belum diisi

atau pengisian tidak sesuai dengan petunjuk sebaiknya diperbaiki dengan

jalan meminta mengisi kembali kuesioner yang masih kosong ke

responden semula.

3.9.2 Coding

Coding adalah tahap dimana peneliti memberi kode pada setiap kategori

yang ada dalam setiap variabel.

a. Responden
47

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

b. Umur

Umur < 20 tahun = U1

Umur 20-35 tahun = U2

Umur > 35 tahun = U3

c. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dasar (SD-SMP) = T1

Pendidikan Menengah(SMA) = T2

Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) = T3

d. Jumlah Anak

Jumlah 1-2 Anak = J1

Jumlah 2-3 Anak = J2

Jumlah 4-5 Anak = J3

Jumlah 5-6 Anak = J4

e. Jumlah usia anak terkecil

Usia 0-1 bulan = A1

Usia 1-2 bualn = A2

Usia 2-3 bulan = A3

Usia 4-5 bulan = A4

Usia 6 bulan = A5

3.9.3 Tabulating
48

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah

diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang telah

dirancang. (Nursalam, 2013).

Hal ini diinterpretasikan dengan skala :

1. 0 % : Tidak ada

2. 1 – 25 % : Sebagian Kecil

3. 26 – 49 % : Hampir setengahnya

4. 50% : Setengahnya

5. 51 – 75 % : Sebagian Besar

6. 76 – 99 % : Hampir seluruhnya

7. 100% : Seluruhnya (Arikunto, 2010)

3.9.4 Skoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden untuk

mengukur frekuensi menyusui dan kelancaran pemberian ASI dengan

bantuan check list.

3.9.5 Analisa Data

a. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu

variabel frekuensi menyusui dan kelancaran pemberian ASI.

Untuk mengukur frekuensi menyusui menggunakan observasi

dengan kriteria:
49

1. > 2-3 jam


2. < 2-3 jam

Sedangkan mengukur kelancaran pemberian ASI dengan check list.

1. Lancar

2. Tidak lancar

b. Analisis bivariate

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria

frekuensi menyusui dan kelancaran pemberian ASI.

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikansi

atau tidak dengan kemaknaan 0,05 dengan menggunakan uji rank

spearman dengan software statistik, dimana  < 0,05 maka ada

hubungan frekuensi menyusui dengan kelancaran pengeluaran ASI

pada ibu menyusui di Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten

Jombang, sedangkan  > 0,05 tidak ada hubungan frekuensi menyusui

dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui di Desa

Pulorejo Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang

Tabel 3.2 Interpretasi Korelasi

Besarnya Nilai R Interpretasi


Antara 0,800-1,000 Sangat kuat
Antara 0,600-0,799 kuat
Antara 0,400-0,599 Sedang
Antara 0,200-0,399 Rendah
Antara 0,000-0,199 Sangat rendah
(Arikunto, 2010)
50

3.10 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini mendapat rekomendasi dari Program Studi

S-I Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PEMKAB Jombang dan

permintaan ijin Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang, Bupati Jombang dan

RSUD Jombang. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika, meliputi :

a. Nonmaleficience
Peneliti berkewajiban untuk meyakinkan bahwa kegiatan penelitian

yang dilakukan tidak menimbulkan suatu resiko bahaya, baik bahaya

secara fisik maupun bahaya secara psikologis (Afiyanti &

Rachmawati, 2014). Penelitian ini diyakini tidak menimbulkan

bahaya bagi partisipan, karena metode yang digunakan adalah

wawancara. Selama proses wawancara tidak terjadi hal-hal yang

dapat membahayakan bagi partisipan dan sebelum dilakukan

wawancara, peneliti memberikan informasi bahwa jika dalam

kegiatan penelitian yang dilakukan menyebabkan ketidaknyaman

partisipan, maka partisipan memiliki hak untuk tidak

melanjutkannya. Namun, jika hal tersebut tidak terjadi , maka

wawancara akan diteruskan.


b. Beneficence
Prinsip ini mewajibkan peneliti untuk meminimalkan resiko dan

memaksimalkan manfaat, yang mana penelitian terhadap manusia

dihaeapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan manusia

baik secara individu maupun masyarakat secara keseluruhan

(Setiawan & Saryono, 2011). Penelitian ini akan memberikan

informasi bagaimana keluarga menanggapi kejadian hipoglikemia


51

yang mana hasilnya dapat memberikan informasi kepada pemberi

layanan kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang

kegawatdaruratan hipoglikemia sehinga, pasien dan keluarga pasien

dapat melakukan penatalaksanaan awal di rumah.


c. Autonomy
Partisipan memilika hak untuk menentukan keputusannya

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian setelah diberikan penjelasan

oleh peneliti dan memahami bentuk partisipasinya dalam penelitian

(Afiyanti & Rachmawati, 2014). Penelitian ini dilakukan setelah

mendapat persetujuan dari partisipan yang mana sebelum dilakukan

kegiatan wawancara pasrtisipan diberikan penjelasan tentang tujuan,

manfaat, dan proses penelitian yang akan dilakukan. Penelitian akan

dihentikan ketika partisipan memutuskan untuk tidak melanjutkan

keikutsertaannya dalam penelitian.


d. Anonymity
Kerahasian partispan dilakukan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil peneltian

yang akan disajikan (Hidayat, 2014). Peneliti menjaga kerahasiaan

dengan memberikan kode peserta mengenai identitasnya. Penulisan

transkrip data akan diberikan inisial P1, P2, P3 dan seterusnya.

e. Justice
Prinsip memberikan keadilan dan kesetaraan dalam penelitian,

dengan menghargai hak-hak dalam memberikan perawatan secara

adil, dan hak untuk menjaga privasi partisipan (Setiawan & Saryono,

2011). Setiap partisipansebelum dilakukan kegiatan penelitian

diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan proses penelitian


52

yang akan dilakukan. Peneliti menghormati dan menghargai

partisipan apa adanya tanpa membedakan latar belakang budaya

maupun ekonomi.
f. Veracity
Kejujuran merupakan suatu darasar penelitian yang harus dimiliki

peneliti untuk kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu

pengetahuan tersebut dapat diterima dan tidak diragukan validitasnya

(Sarosa, 2017). Peneliti dalam penelitian ini melakukan penelitan

dengan partisipan di Kabupaten Jombang dan menuliskan hasil

penelitian berdasarkan temuan yang ada dan disusun secara

sistematis.
g. Confidentiality
Prinsip memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik

inforasi maupun masalah-masalah (Hidayat, 2014). Peneliti

menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar

persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkip

wawancara dalam tempat husus yang hanya bisa diakses oleh

peneliti.
h. Inform consent
Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

partispan peneltian dengan memberikan lembar persetujuan yang

diberikan sebelum peneltian dilakukan dengan tujuan agar partispan

mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya

(Hidayat, 2014). Setelah partispan bersedia, maka diminta untuk

menandatangani inform consent. Setelah inform consent

ditandatangani peneliti memiliki tanggung jawab terhadap partisipan.


53

Anda mungkin juga menyukai