Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL KULIAH LAPANG III

POLA DISTRIBUSI KERAJINAN BUAH BULIN DI DESA AIR


SELUMAR, KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG

UNIVERSITAS INDONESIA

Disusun Oleh :

Oleh Alvin Gus Abdurrahman Wahid

DEPARTEMEN GEOGRAFI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

DEPOK

2017
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Perkembangan sektor industri dalam pembangunan di Indonesia tidak terlepas dari
peranan dan keberadaan industri kecil dan kerajinan rakyat, yang kehadirannya jauh lebih
dahulu ada dibandingkan industri modern. Dengan adanya industri kecil dan menengah,
masalah-masalah ekonomi dan sosial seperti pengangguran yang tinggi, pendapatan yang
rendah dan tidak menentu, angka kemiskinan yang tinggi akan teratasi. Sektor Industri
memegang peran kunci sebagai solusi masalah sosial dan ekonomi, karena keunggulan-
keunggulan dibandingkan sektor lain, yaitu modal yang tertanam sangat besar, kemampuan
menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah untuk setiap
bahan dasar yang diolah.
Di Pulau Belitung, dimana menurunnya kejayaan timah sempat menghambat
perekonomian regional serta kehidupan penduduk di Belitung selama beberapa tahun. Pada
masa itu, penduduk Belitung khususnya di daerah perdesaan mencoba untuk menekuni
berbagai kegiatan alternatif di luar pertambangan sebagai sumber kehidupan. Adanya industri
kecil atau rumahan yang memanfaatkan Pohon Bulin atau ulin di Hutan Rakyat Bukit Peramun
sangat membantu perekonomian desa di dekat hutan tersebut yang bernama Desa Air Selumar.
Buah dari pohon yang bernama latin Eusideroxylon zwageri ini dimanfaatkan untuk bahan
kerajinan tangan atau cinderamata. Kerajinan buah bulin itu dikembangkan oleh pemuda Desa
Air Selumar, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung yang tergabung dalam organisasi Air
Selumar (Arsel) Community. Organisasi ini mengembangkan buah bulin menjadi berbagai
bentuk kerajinan tangan. Kerajinan ini menjadi kebanggan Belitung karena hanya di Desa Air
Selumar industri kerajinan Buah Bulin ini dikembangkan.

Gambar 1: Buah Bulin (kiri), beserta replika sepeda Onthel hasil olahan kulitnya (kanan).
Dokumentasi Komunitas Arsel, 2014
Ditambah lagi kepedulian masyarakat beserta pemuda di Air Selumar terhadap
lingkungan alamnya merupakan upaya positif guna melindungi dan melestarikan potensi yang
ada secara berkelanjutan. Disisi lain memberikan manfaat ekonomi yang tinggi dalam sebuah
wadah kelompok perajian dengan kreatifitasnya menjadikan buah bulin sebagai suatu bentuk
unik yang dapat menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Belitung khususnya. Karena
produk-produk kerajinan buah bulin tersebut kini semakin banyak diminati dan banyak
pemesan yang datang ke gallery sebagai pusat pembuatan dan penjualan kerajinan buah bulin.
Penentuan atau penetapan lokasi industri tidak bisa secara asal atau sembarangan.
Faktor lokasi berkaitan erat dengan wilayah bahan baku, pasar, tenaga kerja, wilayah bahan
bakar, jalur transportasi, dan medan wilayah. Namun idealnya wilayah industri harusnya dapat
menyajikan empat kebutuhan pokok industri yakni, bahan baku, bahan bakar, tenaga atau
buruh, dan konsumen atau pasar. Untuk mendapatkan suatu tempat ideal dengan empat kriteria
tersebut tidak akan mungkin, sehingga akan muncul kecenderungan ke salah satu orientasi,
dalam hal ini industri kerajinan buah bulin pada desa air selumar berorientasi pada bahan
mentah karena buah karena dekat dengan hutan rakyat.
Industri dibangun karena adanya permintaan konsumen kepada produsen sehingga
menghasilkan adanya distribusi. Dengan adanya saluran distribusi, maka dapat terjamin
ketersediaan produk yang dibutuhkan oleh masyarakat karena aspek distribusi produk
merupakan posisi strategis, karena keberhasilan suatu produk sampai ke konsumen sangat
tergantung distributor. Sebagian besar produsen tidak langsung menjual barang kepada kepada
konsumen, namun terdapat perantara yang membentuk saluran distribusi.

Gambar 2: Kerajinan Buah Bulin di Pameran Pekan wisata Kecamatan Sijuk (kiri), Pameran
Sail Indonesia (tengah) Pameran di Gresik, Jawa Timur (kanan) sebagai salah satu bentuk
promosi dan pemasaran. Dokumentasi Komunitas Arsel, 2014
Menurut Sumawinata (2004) Industrialisasi desa ditandai oleh kepekaan pada
pengelolaan lingkungan, orientasi padat karya, penggunaan teknologi menengah, serta
berorientasi pada kebutuhan jangka panjang. Industri pedesaan dapat berfungsi sebagai alat
pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, industrialisasi pedesaan melalui mekanisme pasar
dapat mengakumulasi dan mengalihkan modal dari sektor pertanian ke sektor industri.
Industrialisasi dapat pula meningkatkan penyerapan angkatan kerja yang senantiasa bertambah
di pedesaan. Industrialisasi pedesaan juga berfungsi meningkatkan kesejahteraan sosial
ekonomi, dan hal ini dapat diukur antara lain dari segi pendapatan dan lapangan kerja baru.
Akibat-akibat yang disebabkan oleh industrialisasi dapat dibedakan ke dalam tiga aspek
(Moore dalam Soesilowati 1988), yaitu organisasi produksi, struktur ekonomi, dan struktur
ekologi-demografi. Penjelasan singkat mengenai ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Organisasi produksi; dari sudut organisasi produksi, akibat industrialisasi dapat dilihat
dalam hubungan kerja dan organisasi unit-unit produksi.
2. Struktur ekonomi; dari sudut struktur ekonomi, akibat industrialisasi dapat dilihat dari
jenis pekerjaan, tabungan, serta distribusi dan konsumsi. Perubahan juga terjadi pada
aktivitas pertanian ke non pertanian.
3. Struktur ekologi-demografi; dari sudut struktur ekologi-demografi, akibat
industrialisasi lebih ditekankan pada perubahan ukuran dan pertumbuhan penduduk.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dari kegiatan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui mengenai proses distribusi
hasil karya kerajinan buah bulin yang ada di Desa Air Selumar ke wilayah lain, serta
mengetahui dimana saja lokasi-lokasi industri kerajinan buah bulin dan sudah sejauh apa
perkembangannya. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola distribusi hasil
industri kerajinan buah bulin di Desa Air Selumar.

1.3. Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana pola sebaran industri kerajinan buah bulin di Desa Air Selumar?
2. Bagaimana saluran distribusi hasil karya kerajinan buah bulin di Desa Air Selumar?
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1. Industri
Industri memiliki definisi dalam arti secara umum dan secara khusus. Secara umum
industri adalah segala kegiatan ekonomi yang bersifat produktif (Koeswaya, 1995). Kemudian
dalam arti secara khusus industri merupakan kegiatan ekonomi sekunder yaitu segala usaha
yang sifatnya mengubah, menambah, dan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau
barang yang setengah jadi (Supriyadi, 2012).
Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1984 Bab I Pasal 1, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya. Pengertian industri
sendiri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang
sifatnya produktif dan komersial. Dengan adanya industri menurut UU No.5 Tahun 1984 Bab
II Pasal 3, pembangunannya diperuntukkan agar:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan
memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya
untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi
pada umumnya, serta memberikan nitai tambah bagi pertumbuhan industri pada
khususnya.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi
yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha
nasional.
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah,
termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan industri.

Industri didasarkan pada banyaknya tenaga kerja dibedakan menjadi 4 golongan,yaitu:


1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih, 2) Industri sedang,
memiliki jumlah tenaga kerja antara 20–99 orang, 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga
kerja antara 5–19 orang, 4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1–4
orang (BPS, 2002).
Dalam mendukung suatu industri dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi antara lain
(Partadirja, 1985) :
a. Faktor Produksi Modal, yang terdiri atas:
• Modal buatan manusia yang terdiri dari bangunan-bangunan, mesin-mesin, jalan
raya, kereta api, bahan mentah, persediaan barang jadi dan setengah jadi.
• Lahan terdiri dari tanah, air, udara, mineral di dalamnya, termasuk sinar matahari.
b. Faktor produksi tenaga kerja terdiri dari:
• Tenaga kerja atau buruh berupa jumlah pekerja termasuk tingkat pendidikan dan
tingkat keahliannya
• Kewirausahaan sebagai kecakapan seseorang untuk mengoganisasi faktorfaktor
produksi lain beserta resiko yang dipikulnya berupa keuntungan dan kerugian.

Dalam meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi perlu didukung dengan


kemajuan teknologi. Hicks dalam Rahardjo (2006) mengklasifikasian kemajuan teknologi
berdasarkan pengaruhnya terhadap kombinasi penggunaan faktor produksi:
a. Teknologi padat modal, bila kemajuan teknologi mengakibatkan porsi pengunaan
barang-barang modal menjadi lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja.
b. Teknologi netral apabila tidak terjadi perubahan rasio faktor produksi modal dan
tenaga kerja.
c. Teknologi padat karya, apabila penggunaan faktor produksi tenaga kerja lebih dari
penggunaan modal.

Untuk meningkatkan hasil produksi dalam sebuah perusahaan tidak cukup hanya
dengan menggunakan teknologi yang canggih saja, tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang
memiliki skill yang tinggi untuk mengoperasikannya. Dengan demikian diperlukan tenaga
kerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan keterampilan kerja (Siswanto, 1989).

2.2 Teori Lokasi Industri


Geografi industri sendiri merupakan bagian dari geografi ekonomi yang antara lain
mempelajari masalah lokasi industri. Faktor lokasi berkaitan erat dengan wilayah bahan
mentah, pasar, sumber suplai, tenaga kerja. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata
ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006).
Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan
ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas
yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik
ekonomi maupun sosial (Sirojuzilam, 2006: 22).

2.3 Saluran Distribusi


Pada perekonomian sekarang ini, sebagian besar produsen tidak langsung menjual
barangnya ke pemakai akhir. Produsen biasanya bekerja sama dengan perantara untuk
membawa produk mereka ke pasar. Perantara pemasaran membentuk suatu saluran distribusi.
Perusahaan perlu menerapkan saluran distribusi yang baik dan benar supaya produk perusahaan
bisa sampai ke tangan konsumen dengan tepat sasaran. Produsen membutuhkan pengetahuan
yang mendalam mengenai saluran distribusi untuk dapat dengan sukses membawa produknya
ke pasar.
Menurut Kotler (1997), saluran pemasaran (saluran distribusi) adalah sekelompok
organisasi yang saling tergantung yang membantu membuat produk atau jasa tersedia untuk
digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Saluran distribusi adalah
struktur unit organisasi antar perusahaan dan agen serta penyalur, penjual grosiran dan eceran
diluar perusahaan melaluinya sebuah komoditas, produk atau jasa dipasarkan. Menurut Stanton
(1993), saluran distribusi selalu terdiri dari produsen dan konsumen akhir. Saluran distribusi
hanya berlaku bagi orang terakhir yang membelinya tanpa mengadakan perubahan penting
dalam bentuk barang. Bila bentuknya diubah dan muncul sebuah produk baru maka sebuah
saluran baru akan terbentuk.
BAB 3
Metodologi Penelitian
3.1. Kerangka Pikir

Desa Air

Sebaran Lokasi Kerajinan

Distribusi Lokasi Produksi


Tingkatan Aksesibilitas Variasi produk
Jangkauan Jarak dari Lama berdiri
Banyak Pembeli sumber bahan Modal
Jumlah
pengrajin
Kuantitas
Produksi

Pola Distribusi Kerajinan Buah Bulin

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Dusun Satu dan Dusun Dua, Desa Air Selumar, Kecamatan
Sijuk, Kabupaten Belitung.
3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan di teliti adalah:


1. Variabel Produksi yang meliputi, Variasi Produk, Umur Bengkel Pengrajin, Jumlah
Pengrajin, Kuantitas Produksi, Modal,
2. Variabel Distribusi yang meliputi, Tingkatan Saluran Distribusi, Jangkauan
Pemasaran, dan banyaknya Pembeli.
3. Variabel Lokasi yang meliputi, Aksesibilitas, Jarak dari sumber bahan baku.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Metode dan Alat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Studi literatur berupa bahan bacaan dari berbagai sumber, untuk membantu penelitian
ini dari segi kualitas tulisan.
2. Eksploratif, yaitu mencari stakeholder untuk menuju narasumber utama, pada metode
ini kami akan melakukan proses pencarian stakeholder, menghubungi pihak terkait
untuk menemui key informant sehingga kredibilitas dari data terjamin, kemudian dari
key informant. peneliti akan bertanya mengenai informan selanjutnya.
3. Dokumentasi objek penelitian
4. Plotting guna mengetahui lokasi industri di Desa Air Selumar
Alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya:
1. GPS (menggunakan aplikasi smartphone)
2. Kamera
3. Alat perekam
4. Kuisioner, Buku catatan dan alat tulis
3.4.2 Data yang dibutuhkan
Secara umum penelitian ini menggunakan data sekunder berupa:
1. Peta Administrasi Kabupaten Belitung
2. Peta Penggunaan Kabupaten Belitung
3. Data Jumlah Industri
5. Narahubung Ketua Komunitas Pengrajin Air Selumar.

3.4.3 Pengolahan Data


Metode pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:15) metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Menurut Sudarwan Penelitian kualitatif merupakan perilaku artistik. Penelitian kualitatif
berangkat dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Esensinya adalah sebagai sebuah
metode pemahaman atas keunikan, dinamika, dan hakikat holistik dari kehadiran manusia dan
interaksinya dengan lingkungan. Peneliti kualitatif percaya bahwa “kebenaran” adalah dinamis
dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang dalam interaksinya
dengan situasi sosial kesejarahan mereka. Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi
saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa
permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu bagimana pola persebaran distribusi buah
bulin memerlukan sejumlah data lapangan yang bersifat aktual dan konseptual. Di samping itu,
pendekatan kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuailan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi dan situasi yang berubah-ubah
selama penelitian berlangsung.
Penelitian ini menggunakan software untuk mengolah data mengenai sejarah teralis
yaitu ArcGis dan Excel. Dengan mengolah data spasial dan tabular dengan Sistem Informasi
Geografi (SIG). Proses yang dilakukan melalui tahap pemasukan data spasial, editing, labeling,
map joint, overlay, klasifikasi, pemasukan data atribut sampai pada keluaran/output.
Metode yang digunakan dalam penelitian diantaranya studi literatur berupa bahan
bacaan dari berbagai sumber, untuk membantu penelitian ini dari segi kualitas tulisan.
Kemudian penelusuran eksploratif, yaitu mencari stakeholder untuk menuju narasumber
utama, pada metode ini peneliti akan melakukan proses pencarian stakeholder, menghubungi
pihak terkait untuk menemui key informant sehingga kredibilitas dari data terjamin, kemudian
dari key informant peneliti akan bertanya mengenai informan selanjutnya.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan
yaitu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih
mendalam melalui media ruang (Sabari, 2010).
Referensi
Variasi Kerajinan Buah Bulin. Dilansir Tribun Bangka, 2011,
(http://bangka.tribunnews.com/2011/05/24/ini-dia-variasi-kerajinan-buah-bulin) Di akses 16
Februari 2017 09.23
Daniel. Kerajinan Buah Bulin. Artikel blog pribadi, 2011,
(http://teropongdaniel.blogspot.co.id/2011/03/kerajinan-buah-bulin_23.html) Di akses 26
Februari 2017 10.20
Partadirja, Ace. 1985. Pengantar Ekonomi. BPFE Yogyakarta.
Rahardjo, Adisasmita. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Supriyadi, Juli. 2012. Pola Distribusi Genteng Sokka di Kabupaten Kebumen. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Departemen Geografi Universitas
Indonesia.
Sumawinata, Sarbini. 2004. Politik Ekonomi Kerakyatan. PT.Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Sabari, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Jogjakarta: Pustaka
Pelajar
Sirojuzilam. 2006. Teori Lokasi. USU Press. Medan.
Stanton, William J. 1993. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Edisi ke Tujuh, Alih Bahasa Y.
Lamarto, Erlangga.
Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Edisi Revisi). Bumi Aksara.
Jakarta.
Koeswaya, Sony. 1995. Pemasaran Industri. Jakarta: Djambatan
Kotler. 1997. Prinsip Prinsi Pemasaran. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai