Anda di halaman 1dari 5

Modul 1

DASAR DASAR PRAKTIKUM IMUNOSEROLOGI

Dalam melaksanakan Kegiatan Praktikum Modul 1 ini, Anda akan dikenalkan beberapa
dasar dalam praktik imunoserologi, antara lain: pengenalan alat yang sering digunakan
dalam praktik imunoserologi, dan pemahaman kembali mengenai prinsip dasar dari
Imunoserologi. Setelah melaksanakan kegiatan praktikum ini, Anda diharapkan dapat:
1. menyebutkan dan menggunakan alat-alat praktikum imunoserologi dengan baik dan
benar; serta dapat lebih paham mengenai prinsip dari imunoserologi.

A. Pengenalan Alat

Sebelum Anda melangkah ke kegiatan praktikum yang lebih jauh maka yang pertama
kali harus Anda kenali adalah alat-alat yang digunakan beserta fungsinya masing-
masing. Berikut ini adalah alat-alat yang umum digunakan di laboratorium
imunoserologi.

1. Sentrifugasi (centrifuge)

Sentrifugasi merupakan alat yang sering kali digunakan dalam praktikum


imunoserologi. Alat ini memiliki fungsi salah satunya untuk memisahkan larutan
sehingga akan menjadikan cairan tersebut memiliki bagian air dan supernatan
(pemisahan padat/cair, padat/cair/cair atau padat/padat/cair). Sebagai contoh kita
dapat memisahkan darah. Setelah dipisahkan dengan sentrifugasi darah akan
terlihat berbeda antara plasma/ serum dengan sel darah. Sentrifugasi ialah proses
pemisahan partikel berdasarkan berat partikel tersebut terhadap densitas layangnya
(bouyant density). Dengan adanya gaya sentrifugal maka akan terjadi perubahan
berat partikel dari keadaan normal pada 1 x g (sekitar 9,8 m/s 2 ) menjadi meningkat
seiring dengan kecepatan serta sudut kemiringan perputaran partikel tersebut
terhadap sumbunya.
Gambar 1. Centrifuge

2. Jarum suntik/ spuit / syringe

Sampel yang digunakan dalam praktik ini yaitu darah, oleh sebab itu penyediaan
jarum suntik/ spuit harus selalu tersedia. Penggunaan jarum suntik memiliki prinsip
penggunaan sekali pakai.

Gambar 2. Spuit disposable (sumber: FK-Univ Sebelas Maret)

3. Tabung vacutainer

Tabung vacutainer merupakan tabung yang sangat aman untuk penempatan


specimen. Tabung vacutainer dapat mengurangi terjadinya tumpahnya spesimen.
Tabung ini juga aman digunakan, sederhana dan sesuai panduan Environmental
Protection Agency (EPA). Tabung vacutainer harus di simpan pada suhu yang
sesuai. Tabung ini memiliki jenis yang beraneka ragam dengan variasi warna tabung
bergantung dari fungsinya. Tabung vacutainer ada beberapa jenis dan dengan
antikoagulan yang berbeda yang ditunjukan dengan berbagai warna antara lain:
a. Biru muda. Mengandung antikoagulan sodium citrate, digunakan untuk
pemeriksaan CTAD.
b. Merah. Tidak mengandung antikoagulan, digunakan untuk pemeriksaan kimia
darah.
c. Kuning. Mengandung inter polymer gel, digunakan untuk pemeriksaan SST
d. Hijau muda. Mengandung lithium heparin dan gel, digunakan untuk penentuan
pemisahan plasma kimia.
e. Lavender / ungu. Mengandung K3EDTA, digunakan untuk penentuan hematologi
darah, pengujian immunohematology rutin dan skrining donor darah.
f. Abu- abu. Mengandung sodium fluoride dan potassium oxalate, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa. ( Fitria, 2014)

Gambar 3. Tabung vacutainer

4. Shaker

Shaker yang sering digunakan saat praktikum meliputi plateform shaker atau vortex
shaker. Alat ini memiliki fungsi untuk mengaduk/ meng-agitasi cairan sehingga
seluruh bagian campuran menjadi homogen (merata). Penyimpanan alat ini
harus diletakan di tempat yang k okoh dan tidak mudah bergetar. Segala tempat
penyimpanan bagi alat alat laboratorium harus bersih dan aman.
Gambar 4. Jenis jenis shaker (sumber: www.alatalatlab.com)

B. Prinsip Dasar Imunoserologi

a. Pemahaman antigen dan antibodi

Antibodi merupakan protein pelindung yang berfungsi sebagai bentuk


perlawanan tubuh terhadap benda asing atau patogen (antigen). Antibodi dalam
bentuk protein globulin disebut dengan imunoglobulin (Ig). Imunoglobulin
dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah
kontak dengan antigen. Beberapa jenis imunoglobulin yaitu Ig G, Ig A, Ig D, Ig E
dan Ig M.
Imunoglobulin G merupakan komponen utama imunoglobulin serum,
dengan berat molekul 160.000 dalton. Ig G ditemukan dalam berbagai cairan
seperti darah dan urin. Ig G dapat menembus plasenta masuk ke janin dan
berperan dalam imunitas bayi sampai umur 6-9 bulan. Ig A kadarnya banyak
ditemukan pada cairan sekresi saluran napas, cerna dan kemih, air mata
keringat, ludah dan dalam air susu ibu. Ig A dapat bekerja secara opsonisasi
oleh karena neutrofil, monosit dan makrofag memiliki reseptor untuk Fcα (Fcα-R)
sehingga dapat meningkatkan efek bakteriolitik komplemen dan menentralisasi
toksin. Ig A juga dapat berperan dalam imunitas cacing pita. Lambung memiliki
imunoglobulin A sebnayak 80%, Ig M 13% dan Ig G 7%.
Imunoglobulin M memiliki rumus bangun pentamer dan merupakan
imunoglobulin terbesar. Ig M terbentuk lebih dahulu sebagai respon imun primer
terhadap antigen dibandingkan Ig G. Bayi yang baru pertama kali lahir memiliki
kadar Ig M 10% dari kadar Ig M dewasa karena Ig M ibu tidak dapat menembus
plasenta. Imunoglobulin D ditemukan dalam serum dengan kadar paling rendah.
Ig D tidak mengikat komplemen, Ig D juga dapat mencegah terjadinya toleransi
imun. Imunoglobulin E mudah diikat sel mast, basofil, dan eosinofil. Alergen yang
diikat oleh dua molekul IG E pada permukaan sel mast akan menimbukan influks
ion kalsium ke dalam sel. Sehingga dapat menurunkan kadar adenosin
monofosfat siklik (cAMP) intraseluler yang meninmbulkan degranulasi sel mast.
Selain itu Ig E dapat ditemukan pada infeksi cacing, trikinosis dan diduga
berperan pada imunitas parasit.
Antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan dengan produk respons
imun yang dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi atau TCR. Secara
fungsional antigen dibagi menjadi imunogen hapten. Contoh hapten adalah
dinitrofenol, berbagai golongan antibiotik dan obat lainnya dengan berat molekul
kecil. Hapten biasanya dikenali oleh sel B, sedangkan protein pembawa oleh sel
T. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi yaitu hidrat arang (polisakarida),
lipid, asam nukleat, dan protein. Antigen berdasarkan spesifitas yaitu
heteroantigen dimiliki banyak spesies, xenoantigen dimiliki spesies tertentu,
aloantigen spesifik pada satu individu dalam suatu spesies, antigen organ
spesifik hanya dimiliki organ tertentu, autoantigen dimiliki alat tubuh sendiri.

Anda mungkin juga menyukai