Anda di halaman 1dari 23

Pendaftaran dalam kaitian penerimaan sampel

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


......

RSKB
HASTA
HUSADA

Standar Tanggal/Terbit Ditetapkan oleh:


Operasional ........ 2018
Prosedur Kepala Laboratorium
(SOP)
dr. Ninik Pujaning Dyah
NIP. 19670131 200604 2 017
Pengertian Menurut Tjipto Atmoko SOP adalah suatu pedoman atau acuan untuk melakukan tugas pekerjaan
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah maupun non-pemerintah, usaha
maupun non-usah, berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Tujuan Untuk memberikan panduan atau pedoman kerja agar kegiatan di laboratorium dapat terkontrol.
Kebijakan Direktur RSKB Hasta Husada
Prosedur Petugas Pendaftaran Dokter Verifikator Kasir Petugas Pengambilan Petugas Penerimaan
(MAKRO)
Sampel Sampel

Mulai

Pelanggan Mendaftar

Tidak
Konsul
Id. Permintaan
Dokter
Pemeriksan

Ada

Bawa
Keberadaan
Sampel

Tidak
Bawa

Tidak
Pengisian Form
Pendaftar Verifikasi
kelayakan
Sampel

Ya

Tidak

Persyaratan
Pasien

Ya Pembayara
n
Petugas Dokter Verifikator Kasir Petugas Petugas
Pendaftaran Pengambilan Penerima
Sampel Sampel

Pengambilan
Sampel

Sampel
Diterima

Selesai

SOP MIKRO

Pasien Dalam Pasien Luar

Surat Permintaan Permintaan


Dokter Sendiri
Kasir Registrasi
Tempat
Laboratorium
Instruksi Kerja 1. Petugas Laboratorium memeriksa kelengkapan administrasi pasien serta
permintaan pemeriksaan laboratorium di komputer.
2. Petugas Laboratorium melihat jenis pemeriksaan yang diminta,
menentukan jenis bahan yang akan diambil dan memperkirakan jumlah
bahan yang akan diambil.
3. Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk
pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Petugas Laboratorium memanggil pasien sesuai dengan nomor urut dan
menanyakan nama, umur, alamat untuk dicocokkan dengan identitas
pasien yang tertera pada formulir permintaan pemeriksaan.
5. Petugas Laboratorium mengkonfirmasi lagi kepada pasien untuk
pemeriksan yang membutuhkan syarat puasa, setelah waktu puasanya
cukup. Dan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan tertentu, setelah
itu Petugas Laboratorium baru bisa mengambil bahan pemeriksaan atau
sampel.
6. Untuk pemeriksaan gula 2 jam post prandial (2 JPP), setelah
pengambilan darah pertama selesai, Petugas Laboratorium
mempersilahkan pasien makan seperti biasa, kemudian mengingatkan
pasien untuk mencatat jam selesai makan, sebelum tepat 2 jam selesai
makan, pasien diminta datang kembali untuk pengambilan darah dan
urin yang kedua sebelum tepat 2 jam.
7. Petugas Laboratorium menulis nama, No.RM, jam pengambilan, dan
ruang pada tabung/tempat yang akan digunakan.
8. Petugas Laboratorium melakukan pengambilan bahan pemeriksaan
darah, swab dan sekret dengan cara :
a. Pengambilan darah Perifer
Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan dan jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
1) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan darah perifer.
2) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil darahnya pada ujung jari tangan.
3) Petugas Laboratorium memilih jari manis/ tengah tangan pasien
yang akan diambil darahnya.
4) Petugas Laboratorium membersihkan ujung jari pasien yang
telah dipilih dengan kapas beralkohol 70% dengan gerakan
memutar dari arah dalam keluar, kemudian membiarkannya
kering.
5) Petugas Laboratorium melakukan penusukkan ujung jari pada
bagian tepi jari dengan menggunakan lancet, setelah darah keluar
tetes darah pertama diusap dengan menggunakan kapas kering
dan tetes darah berikutnya digunakan untuk bahan pemeriksaan.
6) Petugas Laboratorium menekan luka bekas tusukan dengan
kapas beralkohol 70% segera setelah bahan pemeriksaan
diperoleh.
b. Pengambilan Darah Vena
a. Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
b. Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan darah vena.
c. Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil darahnya pada bagian vena cubiti.
d. Petugas Laboratorium memasang tourniquet pada lengan bagian
atas kurang lebih 5 cm dari siku, setelah posisi vena ditemukan
dan meminta pasien untuk mengempalkan tanganya.
e. Petugas Laboratorium meraba vena yang akan ditusuk,dan
memastikan posisi vena dengan baik.
f. Petugas Laboratorium membersihkan daerah vena yang akan
ditusuk dengan kapas beralkohol 70%, membiarkannya
mengering, kemudian tegangkan kulit di atas vena dan tusukkan
jarum spuit/jarum vacutainer sampai masuk ke dalam lumen
vena, memasukkan tabung vacutainer ke dalam holder sesuai
dengan urutan tabung vacutainer yang digunakan.
a) Untuk pemeriksaan Hematologi menggunakan Vacutainer
warna Ungu
b) Untuk Pemeriksaan Kimia Klinik, Imunologi dan serologi
menggunakan Vacutainer warna Merah ( Kuning )
c) Untuk pemeriksaan Hemostasis menggunakan vacutainer
warna biru
c. Pengambilan Sekret Vagina
1) Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan swab vagina.
3) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil swap/apusannya pada bagian vagina untuk pengambilan
bahan pemeriksaan.
4) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk membuka pakaian
dalamnya, kemudian berbaring di tempat tidur dan menyiapkan
posisi badan untuk pengambilan bahan pemeriksaan.
5) Petugas Laboratorium membersihkan daerah sekitar bibir vagina
dengan desinfektan dan melakukan pengambilan bahan
pemeriksaan dengan menggunakan swab steril pada bagian labia
minora dan lubang vagina.
6) Petugas Laboratorium segera memasukkan hasil swab ke dalam
wadah steril dan menutupnya rapat untuk bahan pemeriksaan
biakan dan mengoleskan bahan pada gelas objek untuk
pemeriksaan langsung dan pewarnaan.
d. Pengambilan Sekret Uretra
1) Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan swab uretra.
3) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil swab/apusannya pada bagian ujung lubang penis untuk
pengambilan bahan pemeriksaan.
4) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk membuka pakaian
dalamnya, kemudian mempersilahkan pasien berbaring di tempat
tidur dan menyiapkan posisi badan untuk pengambilan bahan
pemeriksaan.
5) Pasien terlebih dahulu membersihkan daerah sekitar ujung
lubang penis dengan desinfektan dan melakukan pengambilan
bahan pemeriksaan dengan menggunakan swab steril.
6) Petugas Laboratorium segera memasukkan hasil swab ke dalam
wadah steril dan menutupnya rapat untuk bahan pemeriksaan
biakan dan mengoleskan bahan pada gelas
objek untuk pemeriksaan langsung dan pewarnaan.
e. Pengambilan Swab Tenggorok
1) Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan swab tenggorok.
3) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil swap/apusannya pada bagian tenggorokan.
4) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk membuka
mulutnya sehingga faring dapat terlihat dengan jelas.
5) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk menjulurkan
lidahnya kemudian lidah ditekan dengan menggunakan spatel
steril dan mengusapkan swab steril pada bagian tonsil dan bagian
belakang faring (hindari sentuhan dengan lidah, gigi dan bagian
dalam pipi).
6) Petugas Laboratorium segera memasukkan hasil swab ke dalam
wadah steril dan menutupnya dengan rapat.
f. Pengambilan Swab Luka
1) Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan swab luka.
3) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil swap/apusannya pada bagian luka.
4) Petugas Laboratorium membersihkan daerah sekitar luka dengan
desinfektan dan melakukan pengambilan bahan pemeriksaan
dengan menggunakan swab steril pada bagian luka.
5) Petugas Laboratorium segera memasukkan hasil swab ke dalam
wadah steril dan menutupnya rapat untuk bahan pemeriksaan
biakan dan mengoleskan bahan pada gelas objek untuk
pemeriksaan langsung dan pewarnaan.
g. Pengambilan Swab Anus
1) Petugas Laboratorium menggunakan sarung tangan & jas
laboratorium yang bersih dan rapi.
2) Petugas Laboratorium menyiapkan peralatan yang akan
digunakan untuk pengambilan swab anus.
3) Petugas Laboratorium memberikan informasi bahwa pasien akan
diambil swab/ apusannya pada bagian anus.
4) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk membuka pakaian
dalamnya, kemudian mempersilahkan pasien berbaring di tempat
tidur dan menyiapkan posisi badan untuk pengambilan bahan
pemeriksaan.
5) Petugas Laboratorium membersihkan daerah sekitar anus dengan
desinfektan dan melakukan pengambilan bahan pemeriksaan
dengan menggunakan swab steril pada bagian dalam anus.
6) Petugas Laboratorium segera memasukkan hasil swab ke dalam
wadah steril dan menutupnya rapat untuk bahan pemeriksaan
biakan dan mengoleskan bahan pada gelas objek untuk
pemeriksaan langsung dan pewarnaan.
h. Pengambilan sample Urine
1) Petugas Laboratorium memberi label yang sudah diisi Nama,
No.RM, dan Ruang pada botol urine
2) Petugas Laboratorium memberikan botol urine tersebut pada
pasien dan menganjurkan kepada pasien agar urine ditampung ke
dalam botol urine dengan volume minimal 12 cc atau ½ botol
urine
3) Petugas Laboratorium menerima urine yang sudah ditampung
oleh pasien
4) Petugas Laboratorium menyerahkan botol urine ke laboratorium
i. Pengambilan sample Untuk BTA 3x
1) Petugas Laboratorium memberitahu pasien untuk mengeluarkan
dahak, pada saat itu dahak dikeluarkan dengan batuk yang dalam
(jangan ludah) kemudian ditampung pada botol sputum yang
telah diberi identitas lengkap dan tulislah BTA I (Sewaktu), lalu
Petugas Laboratorium segera mengirimkan botol sputum ke
laboratorium.
2) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk mengeluarkan
dahak lagi esok harinya ketika bangun tidur sebelum melakukan
aktivitas apapun, tampunglah pada botol sputum yang telah
diberi identitas lengkap dan tulislah BTA II (pagi), lalu Petugas
Laboratorium segera mengirimkan botol sputum ke
laboratorium.
3) Petugas Laboratorium meminta pasien untuk mengeluarkan
dahak pada siang hari dalam hari yang sama, tampunglah pada
botol sputum yang telah diberi identitas lengkap dan tulislah
BTA III (Sewaktu), lalu Petugas Laboratorium segera
mengirimkan botol sputum ke laboratorium.
Instruksi Kerja 1. Hemoglobin (Hb)
Analitik
Pemeriksaan Hb metode sahli
HEMATOLOGI
Instruksi Kerja :
a. Persiapkan alat dan bahan (haemometer).
b. Kedalam tabung pengencer haemometer di isi HCL 0,1 N
sampai tanda 2.
c. Isaplah darah kapiler atau darah vena EDTA dengan pipet
hemoglobin sampai tanda 20 ul atau 0.02 ml.
d. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.
e. Segera alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengecer
berisi HCL 0.1 N
f. Angkatlah pipet sedikit, lalu isap HCL ke dalam pipet 2-3 kali
untuk membersihkan darah yang masih tertinggal dalam pipet.
g. Campurlah isi tabung supaya darah dan asam bersenyawa
(homogen), biarkan2-3 menit sampai warna cokelat tua.
h. Tambahkan aquadest tetes demi tetes, tiap kali diaduk dengan
batang pengaduk. Persamaan warna campuran dan standard
sahli yang dibaca pada cahaya terang.
i. Bacalah kadar hemoglobin dalam satuan gram/100 ml darah
atau g%.

2. Eritrosit
Cara tabung
Instruksi Kerja :
a. Pipet ke dalam tabung reaksi 4 ml (tepatnya 3,98 ml) reagen
pengencer chayem
b. Pipet darah 20 µl atau 0,02 ml
c. Bilaslah pipet tersbut beberapa kali dengan larutan pereaksi
chayem
d. Isilah kamar hitung improved Neubauer
e. Periksa dibawa mikroskop
f. Hitung jumlah eritrosit yang terdapat dalam 5 kotak sedang atau
80 kotak kecil (bagian tengah kotak kamar hitung)
Cara pipet thoma
Instruksi Kerja :
a. Isaplah darah (kapiler, EDTA atau oxalate) sampai tanda 0,5
pipet eritrosit.
b. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
c. Masukan ujung pipet kedalam larutan chayem sambil
menahan darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan
sudut 45 derajat dan larutan chayem di isap perlahan-lahan
sampai tanda 101. Hati-hati jangan sampai terjadi
gelembung udara.
d. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet pengisap.
e. Kocok pipet selama 15-30 detik, jika tidak segera akan
dihitung, letakkanlah dalam sikap horizontal.
f. Isilah kamar hitung inproved neubauer.

3. Leukosit
Cara tabung
Instruksi Kerja :
a. Kedalam tabung reaksi 0.5 ml larutan turk, tambahkan 20 ul
darah kapiler / EDTA.
b. Bilaslah pipet tersebut beberapa kali dengan larutan turk tadi.
c. Isilah kamar hitung improved nebauer dengan campuran
diatas.
d. Periksalah dibawah mikroskop.
e. Hitunglah jumlah sel yang terdapat dalam empat kotak besar
kamar hitung improved neubauer.

Cara pipet thoma


Instruksi Kerja :
a. Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalate) sampai tanda
0,5 pipet lekosit.
b. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet.
c. Masukan ujung pipet kedalam larutan turk sambil menahan
darah pada garis tanda tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45
derajat dan larutan turk di isap perlahan-lahan sampai tanda
11. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara.
d. Angkatlah pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung
jari lalu lepaskan karet pengisap.
e. Kocok pipet selama 15-30 detik, jika tidak segera akan
dihitung, letakanlah dalam sikap horizontal.
f. Isilah kamar hitung (lihat cara mengisi kamar hitung).

4. LAJU ENDAP DARAH (LED)


Instruksi kerja :
a. Pipet 0.5 ml Na. citrat 3.8% ke dalam botol steril kering.
b. Lakukan punctie vena dengan spoit steril 2 ml.
c. Jarum dicabut dari vena, kemudian jarum dilepas dari spoit,
darah dimasukan ke dalam botol citrat tadi kocok dan
campur homogeny.
d. Pipetlah darah citrate dengan pipet westegreen sampai
tanda 0, pasang tegak pada standard LED.
Baca ketinggian eritrosit terhadap plasma pada 60 menit pertama dan
pada 60 menit kedua dalam mm/jam I dan mm/jam II.

5. HITUNG JENIS LEUKOSIT (Diff.Count)


Instruksi Kerja :
1. Pembuatan sediaan
a. Pilih objek glass yang bertepi rata sebagai kaca
penghapus, dan objek untuk apusan darah tipis bersih,
bebas lemak.
b. Letakan satu tetes darah, pada ± 2-3 mm dari ujung
kaca objek, letakan kaca penghapus dengan sudut 30-
45 derajat terhadap kaca objek di depan tetes darah.
c. Tarik kaca penghapus ke belakang sehingga menyentuh
tetes darah, tunggu sampai tetes darah menyebar pada
sudut tersebut.
d. Dengan gerak yang menetap doronglah kaca penghapus
sehingga terbentuk hapusan darah sepanjang 3-4 cm
pada kaca objek, darah harus habis sampai kaca
penghapus mencapai ujung lain kaca objek.
e. Hapusan tidak boleh terlalu tipis atau tebal, ketebalan
ini dapat diatur dengan mengubah sudut antara kedua
kaca objek dengan kecepatan menggeser, makin tipis
darah yang dihasilkan.
f. Biarkan hapusan darah mengering di udara, tuliskan
identitas pasien pada bagian tebal hapusan dengan
pensil.
2. Pewarnaan Sediaan Dengan Giemsa:
a. Letakan sdiaan apus yang teah difiksasi dengan
methanol absolute seama 2-3 menit di atas rak
pewrnaan.
b. Genangi sediaan dengan zat warna giemsa yang
diencerkan dengan dapar/buffer 1: 9, biarkan selama
20-30 menit
c. Bilas dengan air mengalir, awali dengan aliran lambat
kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan
kelebihan zat warna.
d. Letakan sediaan apus dalam rak dalam posisi tegak dan
biarkan mongering
e. Periksa dibawa mikroskop mulai dengan lensa objektif
10x terlebih dahulu kemudian ke 100x.
f. Hitung jenis leukosit dengan % (tabel manual)
Instruksi Kerja 1. Cara Kerja Pemeriksaan Protein Urine
Analitik a. Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2
URINE hingga dua per tiga tabung.
b. Kedua tabung dimiringkan, panaskan bagian atas urin sampai
mendidih.
c. Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin
tersebut dengan cara membandingkan dengan urin bagian
bawah.
d. Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruhan maka hasilnya
negatif.
e. Jika urin dalam tabung terjadi kekeruhan maka tambahkan
asam asetat 6% sebanyak 3-5 tetes.
f. Panaskan sampai mendidih, jika urine kembali
bening/kekeruhan menghilang maka hasilnya negatif. Jika
kekeruhan urin tetap ada maka hasilnya positif.
g. Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut

2. Cara Kerja Pemeriksaan Glukosa Urine


a. Masukkan larutan benedict ke dalam tabung reaksi sebanyak 5
cc.
b. Campurkan urin patologis 5-8 tetes ke dalam tabung yang telah
berisi benedict.
c. Panaskan tabung di atas spirtus/bunsen dan sambil dikocok
perlahan sampai mendidih.
d. Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak.

3. Cara Kerja Pemeriksaan Sedimen Urine


a. Kocok urine dalam botol agar sedimen merata
b. Masukkan urine dalam tabung centrifuge 10-15 cc, centrifuge
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
c. Tuang bagian atas urine, tinggal 0,5-1 cc, kocok kembali
sedimen.
d. Tuang dalam obyek glass, tutup dengan cover glass, periksa
dibawah mikroskop.
Instruksi Kerja 1. Telur Cacing
Analitik Cara Kerja
PARASITOLOGI a. Buatlah larutan emulsi tinja dengan menggunakan
aquadest didalam gelas piala volume 100 cc,
homogenkan
b. Pipet larutan emulsi tinja ke dalam tabung sentrifuge
sampai 2/3 tabung
c. Dilakukan pemusingan dengan alat sentrifuge larutan
dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit
d. Kemudian larutan supernatant dibuang dan endapan
ditambahkan aquadest, homogenkan
e. Dilakuakan pemusingan seperti cara diatas
f. Pencucian dilakukan sampai larutan supernatant kelihatan
jernih lalu dibuang
g. Endapan atau sendimen yang tersisa, dipipet dan
diletakkan diatas objek glass yang bersih dan kering
h. Ditambahkan zat warna dan emulsikan diatas objek glass
bersama dengan endapan tinja tersebut
i. Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x10

2. Mikrofilaria
A. Pembuatan Sediaan Darah Jari untuk Pemeriksaan
Mikrofilaria dalam Darah Tepi
1. Kenakan sarung tangan sebelum memulai proses;
2. Siapkan kaca slide berlabel yang bersih dan bebas
lemak, beri label/kode;
3. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya (jari
tengah atau jari manis) dengan kapas alkohol dan
keringkan dengan kapas atau tisu yang bersih;
4. Tusuk sisi bagian dalam jari dengan menggunakan
jarum penusuk yang steril;
5. Tekan jari tersebut dengan lembut dan kumpulkan 60
uL darah ke dalam tabung kapiler non heparin yang
telah ditera;
6. Posisikan tabung kapiler secara horizontal (merata)
saat mengumpulkan darah agar darah dapat masuk ke
dalam tabung dengan lancar;
7. Bersihkan sisa darah pada ujung jari dengan kapas
dan pasien diminta memegang kapas tersebut sampai
darah berhenti mengalir;
8. Teteskan darah dalam tabung kapiler di tiga titik pada
permukaan kaca slide secara berseling (masing-
masing titik 20 uL darah). Dengan tutup jarum
penusuk, ratakan darah membentuk tiga jalur paralel
seperti pada gambar 1 dibawah ini (masing-masing
jalur paralel darah berukuran lebar X panjang = 0,5 X
4 cm). Untuk memudahkan dapat diletakkan pola
panjang hapusan darah di bawah kaca slide;
9. Biarkan sediaan darah pada kaca slide mengering
dengan menempatkannya pada posisi horizontal di
tempat yang aman sampai proses pengumpulan darah
selesai.
B. Pewarnaan Sedian Darah Jari
1. Lakukan pewarnaan sediaan darah, 24 - 32 jam
setelah pengambilan darah dan sediaan darah sudah
kering sempurna dengan bantuan udara;
2. Dehemoglobinasi sediaan darah menggunakan air
suling atau air kemasan botol merek tertentu yang
memiliki pH 7,2 dengan cara merendam sediaan darah
di dalam air sampai air berwarna merah dan jalur
paralel darah pada slide berwarna putih susu. Buang
air dengan hati-hati, kemudian susun slide dalam rak
pewarnaan dan dibiarkan mengering di udara selama
10-20 menit;
3. Teteskan metanol pada slide yang sudah kering
selama 1 menit;
4. Lanjutkan dengan pewarnaan menggunakan larutan
Giemsa 3% selama 30 menit;
5. Bersihkan warna larutan Giemsa yang menempel pada
kaca slide dengan mencelupkannya ke dalam
sebaskom air kemudian slide dibiarkan kering
sempurna dengan bantuan udara. Slide diposisikan
berdiri dengan kemiringan 45 derajat agar air dapat
mengalir turun. Apabila tidak dapat langsung
diperiksa, simpan slide di dalam kotak slide.
C. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Untuk menemukan filaria pada preparat digunakan
perbesaran obyektif 10X10;
2. Jumlah mikrofilaria yang ditemukan di semua
lapangan pandang dihitung. Agar tidak terlewatkan
dan setiap lapangan pandang dapat diperiksa,
pengamatan dimulai dari tepi kiri kemudian digeser
ke kanan sampai tepi preparat. Dilanjutkan ke bidang
pandang berikutnya dan menggeser ke arah yang
berlawanan ke tepi lagi.

3. TINJA
CARA KERJA
a. Metode apung tanpa disentrifugasi
1. 10 gr tinja dicampurkan dengan 200 ml Larutan NaCI
jenuh (33%) dalam glass beker, lalu diaduk hingga
larut.
2. Jika terdapat serat-serat selulosa, maka disaring
terlebih dahulu dengan penyaring the.
3. Larutan dituangkan ke dalam tabung reaksi hingga
permukaan cembung.
4. Didiamkan selama 10 menit sampai terlihat sampai
adnya endapan
5. Cover glass ditempelkan di atas permukaan larutan
hingga mengenai bagian permukaan larutan yang
cembung.
6. Cover glass diletakkan di atas objek glass.
7. Diamati dibawah mikroskop.
b. Metode apung dengan disentrifugasi
1. 10 gr tinja dicampurkan dengan 200 ml larutan NaCI
jenuh (33%). Lalu diaduk hingga larut.
2. Jika terdapat serat-serat selulosa, maka disering
terlebih dahulu dengan penyaring the dan dituangkan
kedalam sentrifugasi.
3. Tabung tersebut diputar pada alat sentrifusi selama 5
menit dengan putaran 100x per menit
4. Dengan ose diambil larutan bagian permukaan dan
ditaruh pada obyek glas yang kemudian di tutup
dengan cover glass.
c. Metode modifikasi Harda Mori
1. Aquadest 5 ml dituangkan kedalam tabung reaksi.
2. Sediaan feaces diambil dengan lidi dan diratakan pada
1/3 bagian tengah kertas saring.
3. Kertas saring dilipat. Kemudian dimasukkan kedalam
plastik yang telah berisi air dengan ujung kertas
menyentuh permukaan aquadest dan tinja jangan
sampai tercelup aquadest.
4. Tulis nama penderita, tanggal penerimaan, tempat
penderita tinggal.
5. Plastic ditutup, digantung dan dijepitkan.
6. Sediaan disimpan pada suhu kamar selama 7 hari.

4. Malaria
a. Disiapkan semua peralatan dan bahan yang akan
digunakan dalam pengambilan sampel darah
b. Ujung jari yang akan diambil darahnya, hendaknya
diremas/diurut lebih dahulu untuk mengumpilkan darah
ke ujung jari
c. Usaplah ujung jari yang akan ditusuk dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering angina (jangan ditiup)
d. Tusuklah ujung jari tersebut menggunakan blood lancet
steril.
e. Teteskan darah yang keluar pada objek glass. Upayakan
pada minimal 2 buah objek glass (satu untuk sediaan tipis
& satu untuk sediaan tebal)
f. Usaplah bekas tusukkan lancet dengan kapas kering
g. Untuk sediaan darah tipis lakukan pengeseran darah pada
objek glas tersebut mengunakan deck glass atau glass
lain, sedangkan untuk sediaan darah tebal lebarkanlah
darah kira-kira selebar 1,5 cm. Keringkan di udara.
h. Lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 1 : 9 selama
kurang lebih 5 – 10 menit. (pada sediaan darah tipis ,
sebelum di warnai hendaknya dilakukan fiksasi dengan
larutan methanol selama 1 menit . Sedangkan pada
sediaan darah tebal hendaknya dilakukan proses
hemolysis sampai sempurna sebelum diwarnai)
i. Setelah sediaan kering, dilakukan pembacaan dengan
perbesaran objektif 100 kali menggunakan immersion oil.
Instruksi Kerja 1. BTA
Analitik Metode : Zeihl neelsen
BAKTERIOLOGI a. Prosedur Pembuatan Sediaan
• Diambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak dan tidak ada
goresan.
• Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2X3 cm
sebagai pola.
• Diletakkan kaca pola dibawah kaca sediaan.
• Lampu speritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara
mulai ujung sampai kepangkal.
• Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang
kental berwarna putih kekuninggan atau putih kehijauan, lalu
diletakkan pada kaca sediaan.
• Sputum diratakan seperti terlihat pada gambar :
• Dimasukkan ose kedalam botol yang berisi pasir dan olkohol 70
%(tinggi alkohol ± 3 cm diatas pasir). Kemudian tangkai ose
digoyangkan pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel sputum
yang melekat pada ose.
• Letakkan ose berdekatan pada api spiritus, setelah kering barulah
dibakar sampai pijar.
• Keringkan sediaan pada suhu kamar, jangan dikeringkan di atas
nyala api.sediaan dilewatkan diatas nyala api lampu speritus
sebanyak 3 X selama 3-5 detik.
b. Prosedur Pewarnaan
• Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan dengan apusan menghadap
ke atas.
• Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh permukaan
kaca sediaan.
• Panaskan kaca sediaan secara hati-hati dengan caara melewatkan
nyala api pada bagian bawah kaca sehingga keluar uap(jangan
sampai mendidih) selama 3 menit.
• Sediaan dibiarkan hingga dinginn selama 5 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir.
• Tuangkan asam alkohol 3% di atas kaca sediaan sampai warna
merah dari fuchsin hilang.
• Sediaan dicuci dengann air mengalir
• Tuangkan larutan methylen blue 0,3% diatas sediaan dan biarkan
selama 10-20 detik atau larutan methylen blue 0,1% selama 1 menit.
• Sediaan dicuci dengan air mengalir dan keringka pada suhu kamar.

Metode : Kinyoun Gabbet


Cara Kerja :
• Dibuat sediaan kuman dan difiksasi.
• Diwarnai dengan Kinyoun selama 3 menit
• Sediaan dicuci dengan air.
• Diwarnai dengan Gabbet selama 1 menit.
• Dicuci dan dikeringkan
• Diperiksa di bawah mikroskop
Sediaan yang telah diperiksa kemudian direndam dengan xylol
selama 15-30 menit, lalu disimpan dalam kotak sediaan.
2. GO
Dari bahan pemeriksaan langsung :
Sebelum diwarnai dengan pewarnaan Gram setelah preparat
kering difiksasi dengan methanol absolute selama 5 menit
atau ethanol selama 20 menit.
Instruksi Kerja 1. Fungsi Ginjal
Analitik
a. Creatinin
KIMIA KLINIK
Panjang gelombang : 492 nm (480-520 nm)
Temperatur : +25 / +30 / +37oC
Tebal kuvet : 1 cm
Blanko : Udara atau aquadest
Karena reaksi sangat sensitif terhadap temperatur, maka
reagensia harus di pra-inkubasikan dahulu pada temperatur
konstan (untuk 1 ml reagensia pra-inkubasi minimal 10 menit).
Semi-mikro Mikro
Standar Sampel Standar Sampel
Reagen 1000 ul 1000 ul 500 ul 500 ul
Kerja
R4/Standar 100 ul - 100 ul -
Sampel - 100 ul - 100 ul
Campur dengan baik, setelah tepat 20 detik ukurlah A1,
bersamaan dengan itu jalankan stopwatch. Tepat setelah 80
detik dari pengukuran pertama, ukrlah A2. Hitunglah
∆A (A2-A1)

b. Urea
1) Metode Urea GLDH
Panjang Gelombang : 340 nm, 334 nm
Temperature : +25oC/37oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Udara atau aquadest
Standard Sampel
R4/Standard 10 ul -
Sampel - 10 ul
Reagen Kerja 1000 ul 1000 ul
Campur dan ukurlah A1 tepat 30 detik dan bacalah A2
setelah 60 detik kemudian.
2) Metode Urea Colorimetri
Panjang Gelombang : 578 nm (580-600 nm)
Temperatur : +20oC/+25oC/37oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Blanko Reagen (RB)

Blanko Standard Sampel


Reagen
R4/Standard - 10 ul -
Sampel - - 10 ul
Reagen Kerja 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Campur, inkubasi selama 5 menit pada +37oC atau 10 menit pada
+25oC. ukurlah absorban standard dan sampel terhadap reagen blanko
dalam waktu 60 menit.

2. Fungsi Hati
a. SGOT (AST)
Panjang Gelombang : 334, 340 atau Hg 365 nm
Temperatur : +25oC/30oC/37oC
Tebal kuvet : 1 cm
Blanko : Terhadap Udara/aquadest
Reagensia Kerja 1000 ul
Serum/Plasma 100 ul
Campur, inkubasi selama 1 menit pada temperatur yang
dipilih. Ukur absorban awal dan secara bersamaan jalankan
stopwatch. Ulangi pengukuran setelah 1, 2 dan 3 menit.

b. SGPT (ALT)
Panjang Gelombang : 334, 340 atau Hg 365 nm
Temperatur : +24oC/30oC/35oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Terhadap Udara/aquadest
Reagen Kerja 1000 ul
Serum/Plasma 100 ul
Campur, inkubasi selama 1 menit pada temperatur yang
dipilih. Ukur absorban awal dan secara bersamaan jalankan
stopwatch. Ulangi pengukuran setelah 1, 2 dan 3 menit.

c. GAMMA-GT
Panjang Gelombang : Hg 405 nm (400-420)
Temperatur : +25oC/30oC/37oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Terhadap Udara/Aquadest

Makro Semi Mikro Mikro


Reagen Kerja 2500 ul 1000 ul 500 ul
Sampel 250 ul 100 ul 50 ul
Campur, ukur absorban awal dan secara bersamaan jalankan
stopwatch. Baca lagi pengukuran setelah 1, 2 dan 3 menit.

d. Albumin
Panjang Gelombang : 628 nm, 623 nm, 578 nm
Temperatur : +20oC - +37oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Pengukuran Terhadap : Blanko Reagen
Reagen Standard Sampel
Blanko
R4/Standard - 20 ul -
Sampel - - 20 ul
R1 4000 ul 4000 ul 4000 ul
Campur dengan baik dan ukurlah setelah 10 menit terhadap
blanko reagen (RB), dalam waktu 30 menit.

e. Bilirubin
1) Bilirubin Total
Panjang Gelombang : 546 nm (530-580 nm)
Temperature : 20oC-25oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Blanko Sampel
Sampel Blank Sampel
Reagen R1 200 ul 1500 ul
Reagen R2 - 50 ul
Reagen R3 1000 ul 1000 ul
Sampel 200 ul 200 ul
Campur dan inkubasi pada suhu ruang 10-60 menit
Reagen R4 1000 ul 1000 ul
Campur dan inkubasi pada suhu ruang 5-30 menit. Bca
absorban sampel terhadap blanko sampel.
2) Bilirubin Direk
Panjang Gelombang : 546 nm (530-580 nm)
Temperatur : 20oC-25oC
Tebal Kuvet : 1 cm
Blanko : Blanko sampel
Sampel Blank Sampel
Reagen R1 200 ul 1500 ul
Reagen R2 - 50 ul
NaCl 0,9% 2000 ul 2000 ul
Sampel 200 ul 200 ul
Campur dan inkubasi pada suhu ruang 5 menit. Baca
absorban sampel terhadap sampel blanko.

Anda mungkin juga menyukai