Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT PANCASILA

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum

NAMA : Priskila P

NIM : 51418037

JURUSAN : Manajemen

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

KOTA MADIUN

2018
ABSTRAK

Indonesia di kenal sebagai negara hukum, atau bisa di bilang hukum yang mendasari
negara indonesia. Dan seharusnya hukum tentunya menegakan. Hukum itu seharusnya tidak
memihak seperti telah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat (1). UUD
1945 dimana semua orang diperlakukan sama di depan hukum, namun dalam prakteknya
penegakan hukum diindonesia itu tidak mampu memberikan keadilan terhadap masyarakat
tertindas contohnya dalam kasus ini yaitu nenek asyani yang berusia 67 tahun yang telah di
tuduh mencuri 5 batang kayu milik perhutani padahal menurut pengakuannya kayu itu di
ambil dari lahan milik alm. Suaminya, kemudian setelah hakim mengetuk palu, nenek asyiani
meluapkan amarhnya karena ungkapan pengakuan nya tidak direspon oleh hakim, beliau
merasa bahwa penegakan hukum di indonesia tidak adil terhadap rakyat miskin dan menurut
beliau terjadi suap menyuap di dalam kasus tersebut.

Kata kunci: Pencurian, Paradigma, dan Keadilan.


“SEORANG NENEK YANG BERUSIA 67 TAHUN DITUDUH MENCURI
KAYU JATI”

1.KASUS

KISAH NENEK ASYANI YANG DITUDUH MENCURI KAYU

Dari kasus tuduhan pencurian batang kayu jati yaitu tersangka nenek asyani yang
berusia 67 tahun, pihak Perhutani Bondowoso sekarang mulai angkat bicara terhadap kasus
tuduhan pencurian tujuh batang kayu jati. Pada hari kamis (12/3/2015) Dalam Pengadilan
Negeri Situbondo. Abdul Gani selaku Humas KPH Perhutani mengungkapkan bagaimana
peristiwa hilangnya kayu jati miliknya tersebut. Pada tanggal 14 juli 2014 menurut
keterangannya, dari bekas pencurian tersebut petugas perhutani yang pada saat itu sedang
melakukan pengecekkan terhadap lahan tersebut, mereka menemukan ada bukti pencuriaan
kayu jati, yaitu dengan ditemukannya dua bekas tunggak pencurian kayu jati pada petak 43.

Dari kejadian tersebut para pihak perhutani segera melakukan berbagai penyelidikkan
terhadap hilangnya kayu jati tersebut. Melihat dari hasil penyelidikkan yang telah mereka
lakukan dilapangan, mereka menemukan bahwa kayu jati tersebut telah ditimbun oleh
seseorang. Abdul Gani mengungkapkan bahwa kayu-kayu jati tersebut sumbernya bukanlah
dari lahan kayu.
Para pihak perhutani mencurigai bahwa ada seseorang yang telah menyimpan kayu
jati yang diduga milik dari perhutani, hingga dari kecurigaan tersebut pihak perhutani segera
melayangkan laporan kepada pihak kepolisian. Maka dari itu pihak perhutani dan pihak
kepolisian bergabung untuk melakukan pemastian terhadap kebenaran dari laporan tersebut.
Dari hasil penyelidikkan yang telah dilakukan oleh para pihak perhutani dan pihak
kepolisian, mereka menemukan bahwa benar kalau ada seseorang yang menyimpan kayu jati
tersebut, yaitu Pak Pit yang kerap kali dipanggil dengan nama Cipto, maka dari prosedur
tersebut pihak perhutani langsung mengambil keputusan untuk membuat laporan huruf “A”
ungkapnya.

Dari barang bukti yang didapatkan yaitu penyitaan kayu jati, mereka mendapatkan
keterangan dari bapak Cipto bahwa kayu jati itu bukanlah miliknya melainkan milik nenek
asyani yang dititipkan kepadanya sementara waktu sebelum diangkut dengan pikap.

Abdul Gani juga mengungkapkan bahwa dari laporan yang telah ia buat selanjutnya
akan diurus oleh pihak kepolisian dan ia juga mengungkapkan bahwa itu bukan kewenangan
dari pihak perhutani.

Dari pemeriksaan keabsahan dan motif pencurian kayu tersebut pihak perhutani telah
memastikannya, ujar Abdul Gani. Dari perbedaan antara kayu jati milik pihak perhutani dan
kayu milik desa itulah yang menjadi pendasar utama kecurigaan mereka terhadap pencurian
kayu tersebut, ujarnya lagi. Pihak perhutani mengalami kerugian hingga Rp 4.000.000 lebih,
akibat kehilangan dua batang kayu jati dari hasil penanaman yang dilakukan pada tahun 1974
yang silam.

Indonesia Sebagai Negara hukum seharusnya mampu menegakkan hukum, dan tidak
memihak pada siapapun seperti yang telah tertulis dalam UUD 1945 pasal 27 (1) dimana
semua orang akan diperlakukan dengan sama didepan hukum. Yang dimaksud dengan negara
hukum seharusnya bisa menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada satupun orang
yang tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannyan meskipun orang tersebut memiliki
kekuasaan yang tinggi, namun hukum tetaplah hukum. Tetapi di Indonesia nilai hukum
beelum bisa memberikan keadilan untuk masyarakat yang tertindas. Ketidakadilan hukum
terhadap rakyat miskin

Salah satu kasus yang sempat menarik perhatian public adalah kasus nenek Asyani
yang sudah berusia 67 tahun, tidak pernah terpikirkan oleh nenek Asyani bahwa ia akan
diperhadapkan dengan yang namanya hukum dan tinggal dibalik jeruji besi. Karena nenek
Asyani dituduh mencuru kayu jati yang ada disekitar lingkungan tempat ia tinggal tepatnya
didesa Jatibanteng, Situbondo Jawa timur. Kasus yang menjerat nenek Asyani tidak hanya
menarik perhatian public namun juga empati dari berbagi kalangan masyarakat untuk nenek
Asyani. Dari kasus ini pihak perhutani juga mendapat teguran dari menteri kehutanan yang
berupa sepucuk surat mengenai Undang Undang pencegaha dan pemberantasan perusakan
hutan. pada saat hakim mengetuk palu dan menyatakan bahwa nenek Asyani bersalah, nenek
Asyani tidak mampu lagi membendung amarahnya. Diusianya yang sudah tidak muda lagi
nenek Asyani tidak terima kalau iya dinyatakan bersalah dan divonis hukum penjara dengan
1tahun 3 bulan masa percobaan serta didenda sebesar Rp 500 juta subside 1 hari hukuman
percobaan. Nenek Asyani juga berkata bahwa tidak ada gunanya juga jika ia “bersumpah
mati” dan nenek Asyani juga yakin bahwa ada kasus suap menyuap diantara pihak perhutani
dan hakim, karena nenek Asyani merasa bahwa ia tidak bersalah dan dia tidak mencuri kayu
jati tersebut. Nenek Asyani juga sudah mengatakan bahwa kayu jati tersebut diambil dari
lahan miliknya sendiri oleh almarhum suaminya pada saat 5 tahun yang lalu.

Dari kasus tersebut timbul satu pertanyaan dari dalam lubuk hati masyarakat Indonesia “APA
YANG TERJADI DENGAN HUKUM YANG ADA DI INDONESIA??”

2.Apa itu “KEADILAN”?

Kalau kita mendengar kata adil, yang terlintas dibenak kita pasti menuju pada suatu
kebenaran yang nyata. Dari kata adil kita diberikan banyak sekali pelajaran bahwa suatu
keadilan itu sangatlah penting, bukan hanya untuk diri kita sendiri namun juga untuk orang
lain yang ada disekitar kita, baik itu keadilan secara moral maupun keadilan secara sossial.

Kata adil juga memiliki pengertian tersendiri yaitu, kita harus memikirkan dimana
seharusnya barang itu diletakkan , baik itu dalam bentuk barang maupun manusia, karena dari
barang kita bisa belajar bahwa jika barang tersebut tidak diletakkan pada posisinya maka
kemungkinan besar akan timbul suatu masalah, begitu juga dengan kita sebagai manusia jika
kita tidak bisa bersikap adil terhadap sesama kita maka akan timbul sebuah konflik yang
mungkin akan berkepanjangan.

Jadi, inti dari kata adil adalah bahwa kita harus meletakkan segala sesuatu pada
tempat yang seharusnya ia tempati atau sesuai dengan posisi yang seharusnya ia dapatkan,
adil juga tidak menuntut kita untuk melakukan segala sesuatu secara merata. Keadilan juga
bisa kita tunjukkan dengan cara sikap dan tindakkan kita terhadap suatu masalah yang ada
dengan cara memberikan perlakuan yang sesuai dengan hak dan kewajiban yang seharusnya
didapatkan oleh seseorang.

Kehidupan masyarakat akan jauh lebih baik dengan adanya suatu keadilan dalam
berbangsa dan bernegara. Keadilan sangatlah penting bagi setiap kehidupan baik didalam
kehidupan hukum, ekonmi dan lain sebagainya.

Aristoteles mengatakan bahwa:”Keadilan adalah tindakan yang memberikan sesuatu


kepada orang yang memang menjadi haknya. Ia juga berpendapat bahwa keadilan adalah
kelayakkan dalam tindakkan manusia, yaitu titik tengah antara kedua ujung ekstrem, tidak
berat sebelah, dan tidak memihak” .

Plato mengatakan:”Keadilan adalah mematuhi semua hukum dan perundangan yang


berlaku. Ia juga berpendapat bahwa keadilan adalah sesuatu hal yang berada diluar
kemampuan manusia biasa yang berasal dari sumber perubahan dalam masyarakat. Untuk
mewujudkan keadilan, masyarakt harus kembali pada struktus aslinya”.

Notonegoro juga mengatakan bahwa:”Keadilan adalah suatu keadaan dikatakan adil


jika sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku”.

Maka dari itu kita harus benar-benar menjujung tinggi rasa keadilan didalam diri kita
masing-masing.

3.Mengapa pencurian itu bisa terjadi?

Di Indonesia sudah tidak heran lagi dengan kata namanya pencurian, ada banyak
sekali faktor penyebeb dari kasus pencurian. Pencurian biasanya terjadi karena tingginya rasa
ingin memiliki dari seseorang dan juga minimnya faktor ekonomi, karena faktor ekonomi
yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhannya tidak jarang seseorang melakukan
tindakkan yang diluar dugaan seperti mencuri, merampok, dan merampas hak milik orang
lain. Namun demikian mencuri bukanlah tindakkan yang wajar dilakukan, karena mencuri
dapat merugikan orang lain dan mencuri juga bertentangan dengan hukum yang ada yaitu,
hukum agama dan hukum positif (norma).
Mencuri merupakan suatu tindakaan yang merampas harta milik orang lain tanpa
sepengetahuan orang tersebut, akibatnya seseorang akan mengalami suatu kerugian yang
cukup besar. Seseorang melakukan tindakan pencurian pasti ada faktor penyebabnya
sehingga seseorang nekat untuk melakukan hal tersebut.

 ALASAN TERJADINYA PENCURIAN


o Adanya suatu niat
Sebagian besar terjadinya kasus pencurian diakibatkan karena adanya niat dari
sang pelaku untuk melakukan aksinya tersebut. Karena niat sangat berperan
penting dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang, seseorang akan
melakukan apapun jika niatnya sudah bulat dan ia tidak akan peduli dengan
rintangan dan tantangan apapun yang ada sampai pada saat waktu yang telah
ditetapkan.
o Adanya sebuah kesempatan
Hal ini sebenarnya tidak dapat menjadi sebuah dasar seseorang melakukan
tindakan pencurian. Namun hal ini dapat dijadikan alasan kenapa seseorang
bisa melakukan tindakan pencurian. Pada awalnya seseorang memang tidak
ada niat untuk mencuri, namun karena adanya peluang dan kesempatan maka
akan muncul suatu niatan untuk mencuri tanpa direncanakan sebelumnya.
o Karena faktor ekonomi
Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan
pencurian, salah satunya adalah faktor ekonomi. Ekonomi kerap kali dijadi
suatu alasan yang klasik oleh para pelaku pencurian. Akan tetapi hal ini bisa
dijadikan sebuah alasan yang sangat mendasar mengapa seseorang bisa
melakukan tindakan pencurian, para pencuri biasanya melakukan tindakannya
dengan alan untuk mencari penghasilan, untuk membayar hutang, dan untuk
menyambung kelangsungan hidup keluarga yang lebih baik.
o Kurangnya iman yang dimiliki
Alasan yang ini sangat mendasar dari seorang pencuri, karena seseorang yang
memiliki iman dan kepercayaan yang kuat terhadap Tuhan pasti tidak akan
melakukan tindakan pencurian atau perbuatan yang menyebabkan orang lain
menderita. Karena orang yang beriman pasti yakin dan percaya bahwa segala
sesuatu yang terjadi didalam hidupnya telah diatur semua oleh Tuhan, karena
Tuhan yang telah memberikan kehidupan kepada setiap umat manusia.
4.Solusi untuk mencegah terjadinya pencurian:

1. Mengunci pintu dan pagar saat keluar maupun masuk kedalam rumah

Sebelum melakukan aksinya para pencuri bisanya terlebih dahulu mengintai disekitar
perumahan milik korban. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya kasus pencurian maka
kita harus selalu ingat dan waspada untuk mengunci pintu, jendela, dan pagar saat bepergian
dan masuk kedalam rumah.

2. Selalu ajarkan pada anak atau pun pembantu rumah tangga untuk selalu waspada
terhadap orang yang baru atau pun tidak dikenal.

Karena kurangnya kewaspadaan dari pemilik rumah mengakibatkan seringkali terjadinya


kasus perampokan atau pencurian. Maka dari itu sebagai orang tua dan tuan rumah kita harus
selalu mengajarkan kepada anak-anak dan pembantu rumah tangga untuk selalu menanamkan
sikap waspada dan tidak mudah percaya terhadap orang orang yang baru atau orang yang
tidak dikenal. Jika ada tamu yang mengaku bahwa dirinya adalah petugas keamanan atau
siapa pun itu, ajarkan pada mereka agar orang tersebut menunjukan identitas aslinya.

3. Selalu menjalin komunikasi yang baik dengan tetangga

Akibat dari kurangnya komunikasi dengan tetangga, banyak sekali kejadian perampokan
atau pencurian yang tidak diketahui oleh tetangganya. Karena para orang kota biasanya lebih
memilih untuk menutup diri dan memilih mengerjakan sesuatu secara individu. Oleh sebab
itu mereka kurang mengenal atau bahkan bisa dikatakan tidak menngenal para tetangga yang
ada didekatnya. Maka dari itu marilah kita saling menjalin komunikasi yang baik denga
tetangga kita. Karena tetangga kita adalah saudara kita yang paling dekat dengan kita.

5.TEORI: Paradigma (teori) konflik marx

Dr. Agustinus W. Dewantara,S,S.,M.HUM (2017 :132-133).Menurut buku gotong


royong mengenai pancasila dan paradigm(teori). Dalam ilmu-ilmu sosial, ada berbagai
paradigma untuk menganalisis suatu masyarakat dan aneka gejala sosial. Sosiologi iitu
sendiri memiliki empat paradigma, yaitu: paradigma struktural fungsional (Talcot Parsons,
Auguste Comte), konflik (Marx, Jessie Bernard, Ralf Dahrendorf, Lewis Coser,dll.), interaksi
simbolis (Jhon Dewey, George Herbert Mead), dan pertukaran sosial (Blummer).
Paradigma adalah sudut pandang atau kerangka acuan (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1988). Dengan kata lain paradigma adalah cara
pandang seseorang terhadap dunia, tentu tanpa mengadili salah atau pun benar (Sad Budianto,
2000). Paradigma konflik dengan demikian hanyalah salah satu cara pandang tidak mutlak
benar. Lewis A. Coser menjelaskan konflik dalam uraian berikut ini:

“Konflik adalah perselisihan mengenai nilai nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan dengan
status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan yang persediaanya tidak mencukupi, di mana
pihak yang sedang berselisih tidak hanya bermaksud untuk memperoleh barang yang
diinginkan, melainkan juga memojokan, merugikan, atau menghancurkan lawan mereka.”

(Conflik and Consensus, 1984).

Teori konflik mengatakan bahwa perselisihan, baik yang bersifat antar kelompok,
antarindividu, ataupun antara keduanya, selalu ada didalam hidup bersama. Bahkan menurut
tepri ini, konflik sama sekali tidak boleh dikatakan sebagai sesuatu yang jelek, ,merusak, atau
memecah belah. Justru konflik dapat menyumbang banyak hal kepada kelestarian masyarakat
dan mempererat hubungan tiap anggotanya. Paradigma konflik ini dianut antara lain oleh
Coser dan Dahrendof. Akan tetapi paradigma ini sebenarnya menemukan asal-muasalnya
pada pemimikiran Karl Marx.

Masyarakat ditinjau dari teori konflik.

Analisis masyarakat dengan memakai teori konflik ini bertitik tolak dari kenyataan
bahwa ada paling tidak dua golongan besar didalamnya, yaitu golonga berkuasa dan
golongan yang dikuasai. Inilah yang kemudian memunculkan konflik. Mengapa? Karena dua
golongan besar ini pasti minimbulkan pula kepentingan yang berbeda. Jika kepentinganya
berbeda maka lahirlah pula benturan (konflik), karena masing-masing golongan pasti ingin
memperjuangkan kepentingannya.

6. ANALISIS KASUS BERDASARKAN TEORI YANG TELAH DIAMBIL

Berdasarkan dari teori yang telah kita lihat diatas itu melanggar hukum Negara
pancasila baik secara tertulis maupun yang tidak tertulis, dari teori yang telah kita pelajari hal
tersebut melanggar sila ke-5 yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
dari sila tersebut kita bisa mengambil inti penting dari kata keadilan sosial bagi sesluruh
rakyat Indonesia kata tersebut mengandung makna yang sangat penting yaitu, bahwa hukum
seharusnya tidak memandang seseorang dari status sosialnya namun dari kesalahan atau
pelanggaran yang telah ia lakukan, walaupun ia seorang pemimpin yang besar ia wajib untuk
dihukum jika melanggar aturan yang ada, jangan hanya karena uang hukum bisa diganti,
kalau seperti itu maka tidak ada keadilan untuk rakyat biasa kerana jika rakyat biasa yang
melakukan kesalahan pasti akan langsung dihukum dan ditindak pidana, sedangkan para
petinggi-petinggi Negara yang melakukan kesalahan bisa tidak diberikan sanksi. Apakah itu
yang namanya keadilan? Bukan, karena keadilan itu seharusnya meletakan segala sesuatu
pada tempat yang seharusnya ia tempati bukan berat sebelah, itulah yang namanya keadilan.

Kasus pencurian bukanlah hal yang mengherankan lagi di Negara ini, namun
walaupun demikian kegiatan ini bukanlah suata tindakan yang pantas untuk dijadikan
panutan, karena kasus pencurian termasuk kedalam tindakan kejahatan dan melanggar
hukum. Kasus pencurian juga dapat merugikan banyak orang bahkan akibat dari tindakan
tersebut bisa menghilangkan nyawa orang lain, karena untuk melakukan aksinya biasanya
para pelaku akan menghalalkan segala cara agar aksinya bisa berjalan dengan baik dan tanpa
satupun bukti yang tersisa. Walaupun demikian tindakan ini pasti memiliki atau menyimpan
alasan tertentu mengapa seseorang melakukan tindakan pencurian, karena alasan alasan
tertentu serta minimnya keadaan ekonomi mendorong seseorang untuk melakukan tindakan
kejahatan. Oleh sebab itu dari kejadian tersebut kita bisa mengambil sebuah pelajaran
walaupun kita memiliki banyak kesusahan dan masalah yang kita hadapi kita harus
menyelesaikanya dengan baik dan meminta bantuan pada orang lain, bukan dengan cara yang
dapat, merugikan, melukai atau mencelakai orang lain seperti mencuri, karena mencuri
bukanlah hal yang pantas untuk dilakukan, sebab mencuri bukan hanya akan merugikan
orang lain namun bisa juga merugikan diri kita sendiri karena dari tindakan pencurian akan
mendapatkan sebuah hukuman.
Referensi

Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S., M.Hum, “ Diskursus Filsafat Pancasila “


(2017).

Anda mungkin juga menyukai