Anda di halaman 1dari 3

MANAGEMENT WAKTU

Sa’id bin Amir ra. adalah gubernur kota Himsha di


masa khalifah Umar bin Khaththab ra.. Dia
menjadikan malam hanya khusus untuk Allah. Pagi
hari hingga tengah hari, diperuntukkan untuk
keluarganya. Beliau membantu istrinya memasak.
Sementara mulai tengah hari hingga matahari
terbenam, beliau peruntukkan bagi rakyat kota
Himsha. Dalam sebulan, ada dua hari yang dia
khususkan untuk mencuci pakaiannya yang hanya
sedikit dan baru menemui rakyatnya di waktu
petang.
Atha' bin Abi Robah seorang tabi’in, sewaktu
masih menjadi seorang budak, beliau membagi
waktunya menjadi tiga bagian. Sepertiga waktunya
diperuntukkan untuk majikannya. Sepertiga lagi
untuk Allah swt. Sementara 1/3 sisanya
digunakannya untuk menuntut ilmu. Beliau
pergunakan untuk berkutat dengan ilmu. Beliau
datangi sisa-sisa para sahabat Rasulullah saw.
yang masih hidup, dan berhasil mereguk ilmu dari
sumbernya yang jernih.
Dua sosok di atas memang luar biasa. Sa’id
bin Amir ra dan Atho’ bin Abu Rabah adalah dua
sosok yang pandai membagi waktu. Waktu untuk
Allah, untuk diri sendiri dan untuk orang lain.
Waktu malam, mereka pergunakan khusus
untuk Allah. Sa’id bin Amir menjadikan dua hari
dalam sebulan untuk dirinya sendiri, yaitu mencuci
bajunya. Sementara Atho’ bin Abu Robah,
sepertiga waktunya digunakan untuk dirinya, yaitu
dengan menuntut ilmu.
Sementara untuk orang lain, Sa’id bin Amir
menyediakan waktu di pagi hari hingga tengah
hari, yaitu untuk keluarganya. Di tengah hari,
diperuntukkan bagi rakyat kota Himsha
Sedangkan Atho’ menjadiakan 1/3 harinya
untuk orang lain, yaitu memenuhi hak-hak
majikannya.
Begitulah kita diajarkan untuk membagi
waktu. Hak Allah terpenuhi, hak orang lain tidak
terabaikan dan hak diri sendiri pun dapat
ditunaikan.
Oleh karenanya tidak cukup Hablumminallah
dan hablumminnas saja. Tidak cukup adanya
interaksi dengan Allah dan sesama manusia. Tetapi
perlu adanya interaksi dengan diri sendiri.
Sa’id bin Amir ra adalah salah seorang
sahabat Rasulullah. Setiap para sahabat mendapat
gelar sebagai orang-orang yang diridhai Allah dan
mereka juga pada Allah. Orang-orang seperti ini
layak untuk sama-sama kita jadikan cermin.
Atho’ bin Abu Rabah adalah seorang tabi’in.
Para tabi’in adalah orang-orang yang masih
bertemu dengan para sahabat Rasulullah.
Pengetahuan dan pemahamannya tentang Islam,
tidak jauh berbeda dengan para sahabat
Rasulullah. Demikian pula dengan kesolehannya.
Rasulullah sendiri mengatakan bahwa
generasi terbaik adalah generasi beliau dan para
sahabat, selanjutnya adalah generasi tabi’in.
Sikap Atho’ pun perlu kita tiru dan layak
dijadikan cermin. Semoga Aaamiiin

Anda mungkin juga menyukai