Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya
dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi
antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst
Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem
dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan
berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat
dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan
ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem harus


dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis). Perubahan terhadap
salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya .Homeostatis adalah
kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan selalu berada dalam
keseimbangan.

Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi. Dengan demikian, ekosistem dapat dianggap suatu
cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem pengendalian alamiah ini.
Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut, contoh hewan,
tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ekologi Hewan?
2. Apa Saja Sasaran Ekologi Hewan?
3. Apa Kepentingan Ekologi Bagi Manusia?
4. Bagaimana Permodelan Dalam Ekologi?
5. Bagaimana Perkembangan Bidang Ekologi?

1
6. Apa Saja Ruang Lingkup Ekologi Hewan?
7. Bagaimana Kaitan Ekologi Hewan Dengan Cabang Biologi Yang Lain?
8. Bagaimana Sifat Dan Pendekatan Dalam Ekologi Hewan?
9. Apa Saja Aspek-Aspek Terapan Ekologi Hewan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ekologi Hewan
2. Untuk Mengetahui Sasaran Ekologi Hewan
3. Untuk Mengetahui Kepentingan Ekologi Bagi Manusia
4. Untuk Mengetahui Permodelan Dalam Ekologi
5. Untuk Mengetahui Perkembangan Bidang Ekologi
6. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Ekologi Hewan
7. Untuk Mengetahui Kaitan Ekologi Hewan Dengan Cabang Biologi Yang Lain
8. Untuk Mengetahui Sifat Dan Pendekatan Dalam Ekologi Hewan
9. Untuk Mengetahui Aspek-Aspek Terapan Ekologi Hewan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekologi Hewan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu
atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang
hubungan makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana
disebutkan di depan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaring antarindividu
yang menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secara mandiri dan terdapat pola-pola dan
proses-proses yang berjenjang secara kompleks. Ekosistem tersusun atas dua macam
komponen, yaitu komponen makhluk hidup (biotik) dan komponen makhluk tak hidup
(abiotik). Komponen abiotik terdiri dari komponen benda mati seperti batu, udara, sinar
matahari, dan air; serta komponen kimia-fisik seperti gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas.
Ekosistem menyediakan berbagai sumber daya untuk kelangsungan hidup organisme di
dalamnya yang biasanya dikenal juga sebagai biodiversitas (keragaman hayati). Biodiversitas
yaitu konsep tentang variabilitas makhluk hidup dari berbagai sumber (ekosistem darat, laut,
danau, sungai, dan sebagainya) dengan tingkatan dari gen, spesies, dan ekosistem. Secara
praktis, biodiversitas biasanya hanya diperuntukkan untuk keragaman spesies, suatu konsep
yang dikenal juga sebagai kekayaan spesies.

Ekologi ialah subdisiplin dari biologi atau ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup.
Kata ekologi ("oekologie") diciptakan pada tahun 1866 oleh ilmuwan Jerman Ernst Haeckel
(1834–1919). Haeckel merupakan seorang ahli hewan (zoolog), seniman, penulis, dan terakhir
sebagai profesor anatomi komparatif. Para ahli filsafat Yunani sebelumnya seperti Hippocrates
dan Aristoteles, merupakan para ahli yang bekerja dengan 3 mengamati sejarah alam hewan
dan tumbuhan, yang pada perkembangannya dikenal sebagai ekologi. Ekologi moderen pada
umumnya merupakan percabangan dari sejarah alam, ilmu yang muncul pada akhir abad ke-
10. Charles Darwin dengan teori evolusinya mengembangkan konsep adaptasi yang
diperkenalkan pada tahun 1859 merupakan batu pertama yang sangat penting dalam teori
ekologi moderen. Ekologi tidak sinonim dengan lingkungan, paham lingkungan, sejarah alam,
atau ilmu lingkungan. Ekologi sangat berkaitan dekat dengan fisiologi, evolusi, genetika, dan

3
perilaku. Pemahaman tentang bagaimana keragaman hayati (biodiversitas) mempengaruhi
fungsi ekologis merupakan bidang fokus yang penting dalam studi ekologi.

Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan, sehingga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara hewan dengan
lingkungannya.

B. Sasaran Ekologi Hewan

Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang
melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang
ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang
menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan ekosistem-
ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya. Berbagai faktor dan proses ini
merupakan informasi yang dapat dijadikan dasar dalam menyusun permodelan, peramalan dan
penerapannya bagi kepentingan manusia, seperti; habitat, distribusi dan kelimpahannya,
makanannya, perilaku (behavior) dan lain-lain.

Setelah mempelajari dan memahami hal-hal tersebut, maka pengetahuan ini dapat kita
manfaatkan untuk misalnya, memprediksi kelimpahannya dan menganalisis keadaannya serta
peranannya dalam ekosistem, menjaga kelestariannya serta kegiatan lainnya yang menyangkut
keberadaan hewan tersebut. Sebagai contoh, kita mempelajari salah satu jenis hewan mulai
dari habitatnya di alam, distribusi dan kelimpahannya, makanannya, prilakunya, dan lain-lain.
Setelah semua dipahami dengan pengamatan dan penelitian yang cermat dan teliti, maka
pengetahuan itu dapat kita manfaatkan misalnya dalam menjaga kelestariannya di alam dengan
menjaga keutuhan lingkungan, habitat alaminya,memprediksi kelimpahan populasinya kelak,
menganalisis perannya dalam ekosistem, membudidayakannya serta kegiatan lainnya dengan
mengoptimalkan kondisi lingkungannya menyerupai habitat aslinya.

C. Kepentingan Ekologi Bagi Manusia

Manusia adalah organisme heterotrof di bumi. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin maju menyebabkan manusia mengeksplorasi, mengolah dan memanfaatkan segala
sesuatu yang ada di lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dengan
mudah mengubah kondisi lingkungannya sesuai keinginannya. Dengan keberhasilannya ini

4
dengan mudah menyebabkan laju peningkatan populasi manusia yang relative tinggi (2%)
pertahun.

Makin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya yang diperlukan manusia telah


menyebabkan makin menciutnya luas lingkungan alami dan makin bertambahnya lingkungan
buatan. Akibat kegiatan manusia tersebut adalah pencemaran lingkungan oleh limbah buangan
industri, kelangkan dan kepunahan species berbagaim organisme, terjadinya perubahan pola
cuaca maupun iklim, semakin lebarnya lubang ozon, timbulnya berbagai jenis penyakit yang
berbahaya dan lain-lain. Manusia kini dihadapkan pada 2 tantangan, yaitu :

1) menjaga kelestarian ketersediaan sumberdaya

2) memelihara kondisi lingkungannya.

Menghadapi kedua tantangan tersebut, ekologi sangat berperan, misalnya penelitian-


penelitian yang menghasilkan pemahaman mengenai berbagai aspek ekologi dari suatu
populasi, komunitas ataupun ekosistem sehingga faktor-faktor penting dapat diketahui dengan
tepat serta menghasilkan peramalan yang lebih akkurat. Hal ini dapat mendukung upaya-upaya
yang akan dilakukan manusia, karena adanya acuan yang lebih baik untuk mencegah terjadinya
perubahan-perubahan maupun kerusakan yang dapat merugikan kondisi lingkungan serta
menjaga kesinambungan ketersediaan sumberdaya agar lestari dan pemanfaatannya dapat
berkelanjutan.

Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan
dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konservasi satwa liar.
Kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas telah banyak diterapkan dalam bidang-bidang
tersebut. Konsep-konsep tersebut juga telah melandasi penanganan berbagai masalah seperti
pengendalian hama dan penyakit, penggunaan berbagai species hewan tertentu sebagai
indicator menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan, hubungan predator mangsa
dan parasitoid – inang, vector penyebar penyakit, pengelolaan dan upaya-upaya konservasi
satwa liar yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat aslinya) maupun exsitu ( pemeliharaan
di lingkungan buatan yang menyerupai habitat aslinya) dan lain-lain. Banyak masalah-masalah

5
yang terpecahkan dengan mempelajari ekologi hewan yang senantiasa berlandaskan pada
konsep efisiensi ekologi.

D. Permodelan Dalam Ekologi

Permodelan ekologi pada dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk
penerjemahan fenomena ekologi yang sebenarnya dan telah disempurnakan. Permodelan
ekologi disusun dalam menghadapi berbagai kondisi alam atau lingkungan yang terus menerus
berubah atau dinamis. Dalam hal ini manusia dituntut dapat membuat penjelasan terhadap
fenomena-fenomena alam untuk memperoleh manfaat bagi kepentingan hidupnya maupun
meramalkan kejadian yang mungkin akan terjadi guna menghindari efek buruknya bagi
manusia.Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut diperlukan acuan dan peramalan yang lebih
baik dan tepat. Hasil studi tersebut dibuat dalam bentuk permodelan ekologi. Penyusunannya
didukung oleh hasil-hasil penelitian ekologi yang memberikan informasi kuantitatif dan
pengelolaan datanya banyak dibantu oleh teknik-teknik computer. Model Ekologi pada
dasarnya adalah suatu formulasi matematik sebagai bentuk penerjemahan fenomena ekologi
yang sebenarnya dan telah disederhanakan. Jumlah variable dalam suatu model lebih rendah
dari yang sebenarnya, karena yang ditampilkan hanya faktor-faktor dan proses kuncinya saja,
yaitu yang paling penting serta paling menentukan. Informasi ini didapatkan dari hasil
sejumlah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif maupunh eksperimental di lapangan
maupun di laboratorium.

E. Perkembangan Bidang Ekologi

Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan, sehingga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara hewan dengan
lingkungannya. Studi tentang distribusi hewan dimulai pada abad ke-19, tetapi secara formal
perkembangan ekologi hewan baru dimulai pada tahun 1920-an. Ahli zoologi Inggris Charles
Elton, yang menekankan pada studi populasi di alam liar, barang kali merupakan sosok yang
paling berpengaruh. Elton bekerja lebih sering dengan hewan bernilai komersial, menyusun
sejumlah konsep terminologi ahli alam, yang meliputi relung ekologi (niche), rantai makanan,
piramida jumlah. Piramida jumlah menunjukkan pengurangan jumlah individu organisme, atau
total kuantitas (berat) organisme pada setiap tahap suksesif dalam rantai makanan, dari
tumbuhan dan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) pada level bawah ke level yang lebih

6
atas (karnivora besar) pada puncaknya. Seperti ekologi tumbuhan, beberapa aliran ekologi
hewan muncul di Eropa dan Amerika Serikat pada awal pertengahan abad ke-20.

Beberapa aliran, seperti Elton, memiliki fokus pada studi empiris interaksi antara predator-
mangsa, sementara aliran lainnya terfokus pada organisasi komunitas, pola distribusi dan
kelimpahan. Walaupun beberapa aliran yang pada awalnya bekerja pada bidang ekologi hewan
terutama di Amerika Serikat, berusaha menyusun model untuk ekologi tumbuhan, dan mulai
tahun 1930-an ekologi hewan muncul sebagai bidang kajian yang terpisah. Walaupun
demikian, dalam implementasinya tidak mungkin untuk memisahkan kedua bidang tersebut,
sehingga sering kali terjadi saling tumpang tindih atau saling mempengaruhi di antara ahli
ekologi tumbuhan dan ahli ekologi hewan.

Usaha yang efektif untuk mengintegrasikan dalam perspektif ekologi muncul dari biologi
akuatik. Contoh yang sangat baik ditunjukkan oleh Karl Mobius pada akhir abad ke-19.
Mobius bekerja dengan tiram di pesisir utara Jerman dan menjadi pionir studi limnologi dari
François Alphonse Forel di Danau Swiss. Studi tersebut dilanjutkan pada awal abad ke-20 oleh
beberapa ahli seperti August Thienemann di Jerman dan Einar Naumann di Swedia. Konsep
tentang “biocenosis,” suatu komunitas terintegrasi yang mencakup seluruh bentuk hidup yang
saling berasosiasi dengan menempati suatu habitat atau suatu lingkungan dengan kondisi
tertentu telah diadopsi secara luas oleh ahli ekologi Jerman dan Rusia pada tahun 1920-an dan
1930-an. Satu perpektif terintegrasi juga muncul pada ilmu tanah sebagaimana Sergei
Winogradsky yang bekerja pada bidang mikrobiologi tanah, dan juga pada studi tentang siklus
biogeokimia seperti yang dilakukan oleh ahli geokimia Rusia Vladímir Vernadsky, yang
mengenalkan konsep “biosphere” pada tahun 1914.

Konsep integrasi yang paling luas dan memiliki peran sentral yang memadukan
keseluruhan konsep dalam ilmu ekologi ialah konsep “ecosystem” yang dikenalkan oleh ahli
botani Inggris Arthur G. Tansley pada tahun 1935 yang pada awalnya digunakan secara efektif
dalam bidang akuatik. Tansley adalah ahli ekologi tumbuhan ternama pendiri British
Ecological Society pada tahun 1913. Pionir peneliti pada survei vegetasi, pengritik ide
Clements tentang komunitas klimaks, seorang ahli konservasi dan murid dari Sigmund Freud
yaitu Tansley menunjukkan pengalamannya pada permasalahan dalam mengidentifikasi unit
ekologis ideal dalam penelitian. Ia menyarankan bahwa istilah ekosistem diterima tanpa

7
memasukkan unsur-unsur misterius. Istilah baru yang diterima secara penuh dalam paper yang
diterbitkan pada tahun 1942 oleh ahli limnologi muda Amerika, Raymond Lindeman. Dengan
menggunakan konsep suksesi ekologi, piramida jumlah dan rantai makanan dari Elton, studi
awal tentang aliran energi dalam sistem akuatik, catatan Clements tentang komunitas klimaks
yang stabil, Lindeman melacak aliran energi melalui trofik-trofik (rantai makanan) yang
berbeda tingkatan. Ia melakukan kajian tentang tingkatan trofik (produser, konsumer primer,
konsumer sekunder) pada kolam kecil di Minnesota sebagai cara dalam pemetaan struktur
ekosistem dan untuk mendemonstrasikan kemajuan perkembangan ke arah stabilitas, suatu
keadaan keseimbangan.

Perang Dunia II telah memberikan bukti dalam perkembangan ilmu ekologi ini. Walaupun
pada awalnya ilmu ini berkutat pada klasifikasi dan struktur komunitas, dinamika populasi,
pola-pola distribusi yang berlanjut sampai tahun-tahun setelah selesainya perang, metodologi
baru, praktikpraktik, dan skema konseptual, ekologi sebagai ilmu dan profesi tumbuh dengan
ukuran, status, dan organisasi seperti sekarang ini. Pada periode pasca perang, Lindeman
memulai bekerja pada ekologi ekosistem mendirikan organisasi ahli biologi yang didanai oleh
U.S. Atomic Energy Commission, yang menggunakan radionuklida untuk melacak aliran
materi dan energi pada ekosistem alami. Penelitian ekosistem segera meluas. Hal ini juga
berkembang pada kelompok-kelompok kecil pengikut Tansley pada Nature Conservancy di
Inggris. Hal ini menjadi titik penting dalam perkembangan ilmu ekologi moderen, yang
diturunkan atau diwariskan melalui beberapa generasi terutama mahasiswa di seluruh dunia.
Eugene P. Odum pada bukunya Introduction to Ecology, yang dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1953 menjadi tonggak sejarah dalam pengembangan konsep ekologi moderen.
Walaupun demikian, sintesis sebelum perang seperti Teori Seleksi Alam Darwin dan Teori
Genetika Mendel dikembangkan secara bertahap setelah perang menghasilkan pandangan
yang memperkuat ekologi populasi dan komunitas menurut perspektif Darwin.

Pasca perang juga melahirkan konsep ekologi kuantitatif. Teknik matematis dikembangkan
di Amerika Serikat, Eropa, dan Uni Soviet selama periode di antara perang yang berkaitan
dengan teknik-teknik yang lahir dari perang yang meliputi sistem informasi dan sibernetika
(cybernetics) menghasilkan perkembangan ke arah permodelan matematis dan simulai
komputer untuk populasi, komunitas, dan ekosistem. Dekade setelah Perang Dunia II juga

8
mendorong para ahli untuk mengembangkan bidang konservasi sumber daya alam,
perlindungan hidupan liar, dan pengawetan lingkungan alami, suatu tren dimulai tahun 1960-
an dengan kritisisme sosial, yang menjadi gerakan lingkungan secara internasional dengan
menggunakan konsep dan teori ekologi.

F. Ruang Lingkup Ekologi Hewan

Fokus utama ekologi hewan adalah aspek-aspek mendasar yang menjadi landasan kinerja
hewan tersebut sebagai sebuah individu, populasi hingga komunitas di dalam ekosistem yang
ia diami. Hal tersebut meliputi bagaimana Ia mengenal lingkungannya dan kemudian
melakukan proses adaptasi dan melibatkan adanya pertukaran energi di dalamnya. Pada
dasarnya ada dua sudut pandang dalam ilmu ekologi hewan, antara lain:

Synekologi

Merupakan meteri pembahasan yang di dalam proses kajiannya lebih fokus pada hewan
sebagai sebuah komunitas di mana di dalamnya melibatkan interaksi antara populasi yang satu
dengan populasi lainnya. Misalnya saja kita mempelajari kelompok ikan di wilayah perairan.
Kita membaca pola mereka dalam berkelompok bukan sebagai individu yang satu.

Autekologi

Adalah pengkajian atau penelitian dimana seseorang fokus pada hean sebagai individu atau
spesies. Yaitu mengenal aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu
spesies hewan. Misalnya mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan lalat
buah atau Drosophila sp, dimulai dari lingkup habitat, faktor makanan hingga fekunditas dan
pola reproduksi dan lain-lain.

Ekologi hewan pada dasarnya mencakup beberapa hal antara lain;

 Masalah persebaran atau distribusi dan juga kelimpahan populasi hewan dalam
skala lokal maupun regional. Hal ini dimulai dari tingkakatan relung ekologi, faktor
microhabitat dan juga habitat, lingkup komunitas hingga sampai pada sistem
biogeografi juga pola penyebaran hewan di seluruh pernjuru dunia.

9
 Persoalan pengaturan secara fisiologis, juga respon yang melibatkan adaptasi
secara structural maupun kecenderungan perilaku hewan jika terjadi perubahan
lingkungan.
 Perilaku dan juga aktivitas berbagai hewan dalam lingkup habitatnya.
 Fokus pada perubahan-perubahan yang terjadi secara periodik ( baik itu harian,
periodik musiman dan juga tahunan) dari kehadiran, aktivitas dan kelimpahan
populasi hewan.
 Pola dinamika populasi juga komunitas yang melibatkan pola interaksi-interaksi
atau hubungan timbal balik antara hewan dalam sebuah populasi dan juga
komunitas.
 Pemisahan yang ada di dalam relung ekologi, skala spesies dan juga ekologi
evolusioner.
 Persoalan produktivitas sekunder dan juga ekoenergetika.
 Ekologi membahas sistem dan juga permodelan.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa ruang lingkup dari Ilmu Ekologi
Hewan mencakup objek yang mengkaji persoalan individu atau organisme, populasi,
komunitas hingga ekosistem dimana di dalamnya terdapat distribusi juga kelimpahan, pola-
pola adaptasi yang mempengaruhi perilaku, persoalan habitat dan juga relung, tingkatan
produktivitas sekunder hewan, serta pola sistem juga struktur permodelan ekologi.

G. Kaitan Ekologi Hewan Dengan Cabang Biologi Yang Lain

Penyebaran adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dari komunitas banyak dipelajari
dalam ekologi dan erat hubungannya dengan ilmu-ilmu biologi lainnya seperti taksonomi
misalnya untuk mengetahui spesies pohon dan tetumbuhan lainnya dalam hutan dibutuhkan
sifat generatif yang berdasar pada sifat-sifat bunga dan buah. Untuk pengenalan spesies
tumbuhan tersebut diperlukan buku-buku praktis mengenai flora dan pengenalan spesie pohon.
Begitupun dalam ilmu genetika, seperi yang kita tahu bahwa ilmu genetika mempunyai
peranan besar dalam memahami pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Pengaruh
genetik dari tumbuhan atau hewan yang satu terhadap tumbuhan lainnya dapat diketahui
dengan ilmu genetika. Apabila dua atau lebih tumbuhan yang hidup berdekatan akan
menyebabkan terjadinya perkawainan silang atau hibridisasi di antara mereka. Akibat

10
perkawinan silang ini akan muncul keturunan baru yang memiliki sifat hampir sama dengan
kedua induknya. Untuk itu, pengetahuan tentang genetika diperlukan untuk mengenal sifat-
sifat berbagai spesies tumbuhan dan makhluk hidup yang lain termasuk sifat-sifat ekologinya.

H. Sifat Dan Pendekatan Dalam Ekologi Hewan

Ekologi Hewan merupakan ilmu pengetahuan interdisipliner karena untuk mengetahui dan
memahami interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, memerlukan pemahaman dari
berbagai ilmu pengetahuan yang terkait, seperti fisiologi, genetika, evolusi atau perilaku
hewan. Selain itu salah satu hal yang penting yang membedakan Ekologi atau Ekologi Hewan
dengan berbagai cabang Ilmu Biologi lainnya adalah penelaahannya yang memerlukan bekerja
sama dengan para ahli dari disiplin ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu-ilmu fisika,
geografi, teknik, matematika dan statistik, dan sebagainya selain dari cabang disiplin ilmu
biologi yang lain, seperti taksonomi (Kumar, 1996).

Pendekatan studi dan kajian Ekologi Hewan pada dasarnya mencakup kajian tentang
makhluk hidup dengan hewan sebagai subjek (komponen biotik), dan benda-benda tak hidup
sebagai komponen abiotik yang terdapat dalam suatu sistem biologi yang paling besar di
permukaan bumi, yang dapat mengatur dan hampir dapat memenuhi kebutuhannya sendiri,
yaitu biosfer atau ekosfer.

Sistem biologi tersebut terdiri dari berbagai komponen fisik dan kimiawi yang akan
membentuk komponen biotik dan komponen biotik. Mulai dari atom sebagai penyusun materi
yang terkecil, bermacam-macam molekul, berbagai unsur dan senyawa kimia materi
kehidupan (materi biotik) seperti DNA dan lingkungan (materi abiotik), yang kemudian
dengan persenyawaan yang lebih kompleks membentuk gen, organel sel dan bagian-bagian sel
lain, menjadi suatu kesatuan yang dinamakan sel. Sel adalah unit atau satuan dasar struktural
dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Bermacam-macam sel sejenis kemudian
membentuk jaringan, beberapa macam jaringan akan membentuk organ, dan kumpulan organ
dengan fungsi tertentu akan membangun individu yang dinamakan makhluk hidup (spesies).
Kumpulan berbagai individu sejenis namanya populasi, yang bersama-sama populasi lainnya
membentuk suatu komunitas. Bermacam-macam komunitas makhluk hidup (komunitas biotik)
yang terdapat dan hidup bersama pada suatu habitat disebut ekosistem. Berbagai komunitas
biotik yang terdapat dalam suatu wilayah kehidupan di bumi dinamakan biosfer. Unit-unit

11
kehidupan yang terdapat di berbagai wilayah tersebut semuanya merupakan suatu rangkaian
sistem biologi yang kompleks yang dinamakan spektrum biologi (Brum, 1997)

I. Aspek-Aspek Terapan Ekologi Hewan

Dalam perkembangannya ekologi telah mengalami diversivikasi dengan lahirnya cabang-


cabang ilmu ekologi lainnya yang lebih spesifik, dengan materi yang terbatas, khusus dan
mendalam yang didasarkan atas kelompok organisme, misalnya; Ekologi Tumbuhan, Ekologi
hewan, Ekologi Parasit, Ekologi Gulma, Ekologi Serangga, ekologi Burung dan lainnya.

Ekologi Hewan, bahasannya memerlukan pemahaman mengenai aspek-aspek biologi


lainnya juga menyangkut matematika dan statistika. Sebenarnya konsep, asas ataupun
generalisasi dalam ekologi hewan telah banyak memberikan nilai-nilai terapan yang cukup
dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama dalam bidang-bidang pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, kesehata dan pengolahan maupun konservasi satwa liar. Penerapan
ekologi makin penting dengan semakin diperlukannya upaya-upaya manusia dalam
memelihara ketersediaan sumberdaya serta kualitas lingkungan hidup yang
berkesinambungan.

Dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, konsep kisaran toleransi dan faktor
pembatas serta dalam masalah pengendalian populasi hama dan penyakit (Biological Control).
Dengan konsep ekologi hewan juga telah melandasi penggunaan berbagai species hewan
tertentu sebagai species indicator yang menunjukkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan,
sudah tercemar atau belum. Konsep lain dalam bidang pertanian dan kesehatan adalah
hubungan predator mangsa dan parasitoid inang. Dalam upaya meningkatkan hasil produk ikan
maupun ternak, pengelolaan satwa liar baik yang bersifat insitu (pemeliharaan di habitat
aslinya) maupun exsitu (pemeliharaan di lingkungan buatan) seluruhnya berazaskan dan
berlandaskan efisiensi ekologi dan azas-azas ekologi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti
ilmu atau studi tentang sesuatu. Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi
ilmiah tentang hubungan makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya.

Ekologi hewan merupakan cabang ekologi dengan fokus kajian pada hewan, sehingga
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan interaksi antara hewan dengan
lingkungannya.

Sasaran utama ekologi hewan adalah pemahaman mengenai aspek-aspek dasar yang
melandasi kinerja hewan-hewan sebagai individu, populasi, komunitas dan ekosistem yang
ditempatinya, meliputi pengenalan pola proses interaksi serta faktor-faktor penting yang
menyebabkan keberhasilan maupun ketidakberhasilan organisme-organisme dan
ekosistem-ekosistem itu dalam mempertahankan keberadaannya

Ekologi hewan bagi manusia cukup penting artinya dalam memberi nilai-nilai terapan
dalam kehidupan manusia. Manfaat tersebut terutama menyangkut masalah-masalah
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, serta pengolahan dan konservasi
satwa liar.

Ruang lingkup dari Ilmu Ekologi Hewan mencakup objek yang mengkaji persoalan
individu atau organisme, populasi, komunitas hingga ekosistem dimana di dalamnya
terdapat distribusi juga kelimpahan, pola-pola adaptasi yang mempengaruhi perilaku,
persoalan habitat dan juga relung, tingkatan produktivitas sekunder hewan, serta pola
sistem juga struktur permodelan ekologi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brum, G., L. McKane, and G. Karp. (1997). Biology: Exploring Life. 2nd Ed. New York: John
Wiley & Sons, Inc.

Kumar, H.D. (1996). Modern Concept of Ecology. New Delhi: Vikas Publishing House Pvt. Ltd.

Darmawan,Agus. 2005. Ekologi Hewan. Universitas Negeri Malang. Malang


http://repo.unsrat.ac.id/1483/1/4._Ekologi_hewan.pdf

http://repository.ut.ac.id/4433/1/BIOL4412-M1.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai