Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH FISIOLOGI HEWAN


(ABKC 2503)
“ OSMOREGULASI ”

Disusun Oleh :
Kelompok VIII
1. Dieny Aulia (1710119220007)
2. Evy Audina Ningtyas (1710119120010)
3. Isra Melliyanti Putri (1710119220011)
4. Mahmud Hidayat (1710119320009)
5. Novia Andira (1710119220020)
6. Nurin Najwa (1710119320020)
7. Syifa Fauzia (1710119220030)

Dosen Pengampu :
Drs. H. Kaspul, M.Si
M.Arsyad, S.Pd.,MPd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
NOVEMBER 2019

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia- Nya, kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar serta dapat menyelesaikannya tepat
waktu. Ucapan terima kasih tak lupa pula kami sampaikan kepada:
1. Dosen Pengajar Mata Kuliah Fisiologi Hewan Bapak Drs.H. Kaspul, M.Si dan Bapak
M.Arsyad,S.Pd.,M.Pd .
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa mendoakan kelancaran penyusan makalah ini.
3. Serta teman-teman dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Makalah ini kami buat dengan penuh kesabaran dan penuh tanggung jawab terhadap
pembahasan yang kami paparkan di makalah ini. Walau bagaimanapun, penyusun makalah ini
hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Tidak ada lagi
harapan yang pantas untuk kami ucapkan selain agar makalah ini dapat digunakan pada
semestinya dan sebagai bahan referensi untuk pemakalah lainnya. Kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dari makalah ini.
Terimakasih.

Banjarmasin, 20 Oktober 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman
COVER………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah............................................................... 5
1.3. Tujuan ................................................................................. 5
1.4. Manfaat Penulisan ………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………….………….. 6
BAB III PENUTUP……………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kenyataan menunjukkan bahwa semua makhluk hidup dihadapkan pada
masalah osmotik, meskipun medium lingkungannya bersifat isoosmotik. Bermacam-
macam mekanisme pengaturan digunakan untuk mempertahankan tekanan osmotic interna
yang betul dan mencegah timbulnya tekanan osmotik yang bersifat merusak sel. Pada
tahun 1902 Rudolf Hober merupakan orang yang pertama kali memunculkan istilah
osmoregulasi untuk menyatakan kegiatan dari bermacam-macam mekanisme yang
digunakan oleh makhluk hidup untuk mengendalikan pergerakan zat terlarut dan air.
Namun demikian osmoregulasi juga diartikan sebagai mempertahankan tekanan osmotic
cairan yang terdapat di dalam tubuh hewan yang besarnya berbeda dari tekanan osmotik
medium lingkungannya. Kalau ditinjau lebih dalam, ternyata tidak cukup hanya
mengendalikan distribusi air saja, tetapi komposisi ion dan distribusi ion di dalam cairan
tubuh dan diberbagai ruangan juga harus dikendalikan. Telah terbukti bahwa ada
perbedaan macam dan jumlah ion antara cairan di dalam tubuh dengan cairan di luar
tubuh hewan, bahkan antara ruang satu dengan ruang yang lain dalam tubuh hewan juga
berbeda. Pengendalian air dan ion adalah 2 kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, sehingga 2 kegiatan tersebut dikenal sebagai regulasi osmotik (osmoregulasi).
Osmoregulasi bukan merupakan hasil keseimbangan kimia yang pasif dari air
atau zat terlarut antara lingkungan luar (eksterna) dan lingkungan interna, tetapi
merupakan hasil kegiatan yang aktif dari sistem umpan balik yang mengendalikan
pergerakan air dan zat terlarut. Osmoregulasi dan ekskresi merupakan 2 macam proses
yang terlibat dalam homeostatis yang terjadi pada makhluk hidup. Setiap proses tersebut
memungkinkan makhluk hidup mampu mempertahankan kekonstanan medium dalam
(lingkungan dalam) meskipun lingkungan luarnya mengalami perubahan. Ekskresi
merupakan eliminasi atau pengeluaran zat buangan hasil metabolisme dari tubuh makhluk
hidup. Kalau zat buangan ini dibiarkan terakumulasi dalam tubuh akan mengacaukan
homeostatis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan osmoregulasi?
2. Pada hewan apa saja osmoregulasi terjadi?
3. Bagaimana hubungan osmoregulasi dengan sistem ekskresi pada hewan?
4. Bagaimana kepentingan osmoregulasi
5. Bagaimana Osmoregulasi pada invertebrata (protozoa dan annelida)
6. Bagaimana osmoregulasi pada vertebrata ( pisces, aves, mamalia)
7. Bagaimana keterkaitannya osmoregulasi, ekskersi dll nya dalam invertebrata maupun
vertebrata sehingga dipelajari dalam ilmu fisiologis hewan?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam tentang
osmoregulasi sebagai standar kompetensi mata kuliah Fisiologi Hewan.
1.4. MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini dapat dijadikan sumber belajar mengenai Profesi
Kependidikan khususnya Peranan Guru Dalam Manajemen Sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Osmoregulasi


Sistem ekskresi merupakan sistem pengeluaran atau mpembuangan zat-zat sisa
metabolisme yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh. Osmoregulasi merupakan proses
engaturan konsentrasi cairan dan penyeimbang pemasukan serta pengeluraran cairan tubuh
oleh sel atau organisme hidup. Organ yang memediasi terjadinya osmoregulasi disebut
Osmoregulator.
Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat
gas. Zat-zat sisa itu berupa urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2(paru-paru).
Zat-zat ini harus dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu
bahkan meracuni tubuh. Osmoregulasi merupakan proses engaturan konsentrasi cairan dan
penyeimbang pemasukan serta pengeluraran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.
Proses osmoregulasi sangat diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan
tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia
akan meletus, begitu juga sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan
mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak
diperlukan oleh sel atau organisme hidup. Osmoregulasi biasanya berkaitan dengan
pengaturan jumlah air dan garam mineral dalam tubuh. Berdasarkan pengertian dan
fungsinya, Organ ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, dan paru-paru merupakan tempat
dimana terjadinya penyerapan kembali zat-zat sisa yang diperlukan oleh tubuh, sehingga
dengan demikian di dalam organ-organ tersebut sangat membutuhkan adanya osmoregulasi
untuk menjaga sel agar tetap seimbang dalam penyerapan zat-zat sisa tersebut.
Jadi, Osmoregulasi juga merupakan proses yang mengatur konsentrasi cairan dan
menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran cairan (ekskresi) oleh sel atau organisme
hidup. Jadi, hubungan nya, dalam ekskresi/pengeluaran cairan, osmoregulasi sangat berperan
penting untuk mengatur berapa banyak pengeluaran cairan atau eksresi yang harus di
keluarkan. Apabila salah satu diantara keduanya mengalami gangguan, maka seluruh sistem
akan mengalami gangguan yang nantinya akan menyebabkan kematian.
Apa yang dimaksud dengan osmoregulasi.
A. Osmoregulasi
Proses inti dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air
dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (lebih encer) menuju ke cairan
yang mempunyai kandungan air lebih rendah (lebih pekat) (Wiwi Isnaeni, 2006). Bisa
juga dikatakan bahwa osmosis merupakan pergerakan air dari cairan dengan
konsentrasi rendah ke cairan dengan konstrasi tinggi yang dibatasi membran semi-
permeabel.
Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan
pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.
Osmoregulasi adalah mekanisme keseluruhan yg digunakan mahluk hidup untuk
mengendalikan air & zat terlarut yg terdapat di dalam tubuh
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan
zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan (Suripto, 2006). Mengapa hewan harus
melakukan osmoregulasi? Alasan utamanya ialah karena perubahan keseimbangan
jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah
aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Proses inti dalam
osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan yang
mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke cairan yang
mempunyai kandungan air yang lebih rendah (yang lebih pekat).
Osmoregulasi merupakan suatu kegiatan yang luas dan rumit. Dalam kaitan ini
termasuk (1) mekanisme keseluruhan yang digunakan untuk mengendalikan air dan
zat terlarut yang terdapat dalam tubuh; (2) alat tubuh yang digunakan untuk proses
ekskresi, yang dalam banyak hal lebih penting sebagai sistem pengaturan bagi air dan
zat terlarut; (3) kegiatan sel yang merupakan dasar bagi sistem pengendalian.
Osmoregulasi juga berkaitan dengan (1)tindakan penyesuaian terhadap
perubahan lingkungan; (2) fungsi homeostatik seperti pengaturan suhu dan pH.
Osmoregulasi merupakan hasil kegiatan yang aktif dari sistem umpan balik yang
mengendlikan pergerakan air dan zat terlarut. Osmoregulasi merupakan 2 macam
proses yang terlibat dalam homeostatis yang terjadi pada makhluk hidup. Setiap proses
tersebut memungkinkan makluk hidup mampu mempertahankan kekonstanan medium
dalam (lingkungan dalam) meskipun lingkungan luarnya mengalami perubahan.
Ekskresi merupakan eliminasi atau pengeluaran zat buangan hasil metabolisme dari
tubuh makhluk hidup. Kalau zat buangan ini dibiarkan terakumulasi dalam tubuh akan
menagacaukan homeostatis. (Isnaeni, 2006)

2.2 Osmoregulasi pada Hewan


Berdasarkan kemampuannya menjaga tekanan osmotic tubuh, dikenal adanya hewan
osmoregulator dan osmokonfermer :
1. Osmokonformer
Osmokonformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan
tekanan osmotik di dalam tubuhnya, oleh karena itu hewan harus melakukan berbagai
adaptasi agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. adaptasi dapat dilakukan
sepanjang perubahan yang terjadi pada lingkungannya tidak terlalu besar dan masih
ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya. Jika perubahan lingku ngan
terlalu besar maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat bertahan hidup
di tempat tersebut. Contoh : Invertebrata Laut
2. Osmoregulator
Osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat
hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi
cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.
Contoh: Hewan air tawar, sejumlah besar hewan laut, dan hewan darat.

Ada tiga pola regulasi:


1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik; pengaturan secara aktif konsentrasi cairan
tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal: pada potadrom (ikan air tawar)
Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum
dan memperbanyak urine. Osmoregulasi beberapa golongan ikan (Teleostei).
2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik; pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh
yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada oseandrom (ikan air laut),
Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume urine. Diadrom,
melakukan aktivitas osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti
oseanodrom bila berada di air laut.

3. Regulasi isotonik atau isoosmotik; bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan
konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah estuarine (ikan eurihaline)
contohnya:
• ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya,
sehingga hanya sedikit melakukan osmoregulasi. Osmoregulasi beberapa golongan
ikan.
• Ikan Elasmobransi, melakukan osmoregulasi dengan cara menahan urea sampai
konsentrasi dalam darah meningkat kira-kira 5% untuk meningkatkan total tekanan
osmose darah ke tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut.
2.3 Bagaimana peranan osmoregulasi?
Osmorelugasi mempunyai peran sebagai berikut:
1. Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolisme. Pengeluran dan
pembuangan ini terjadi untuk menjaga ketidakseimbangan reaksi-reaksi kimia dalam
tubuh, kerjanya bersama-sama dengan sistem ekskresi.
2. Mencegah terhadap gangguan fungsi enzim dalam proses metabolisme, dengan cara
membuang zat-zat sisa atau hasil sampingan metabolisme yang bersifat racun,
3. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh. Jumlah air dalam cairan tubuh
dan cara pengaturannya merupakan salah satu masalah fisiologi yang dihadapi oleh
makhluk hudup. Salah satu cara mengatasinya dengan melakukan adaptasi struktural dan
fungsional. Mekanisme memperoleh air, mencegah hilangnya air dan pembuangan air
adalah berbeda-beda antara makhluk hidup, tetapi semua itu sangat penting dalam
mempertahankan dan menjaga agar tekanan osmotik dan volume cairan tubuh “steady
state”. Mekanisme pengaturan zat terlarut dan air dikenal istilah osmoregulasi.
4. Mempertahankan kestabilan ratio ion-ion yang terlarut dalam cairan tubuh, terutama ion-
ion: Na, K, Mg, Ca, Fe, H, Cl, I, PO 3 yang sangat vital untuk aktivitas metabolisme
seperti kerja enzim, sintesa protein, produksi hormon, pigmen respirasi, permeabilitas
otot, aktivitas listrik, dan kontraksi otot.
5. Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh agar reaksi-reaksi dalam metabolisme
dapat berjalan dengan baik (Wulangi, 1990).
2.4 Osmoregulasi pada invertebrata
1. Protozoa
Protozoa tidak memiliki organ pengeluaran khusus sehingga zat sisa
metabolismenya dikeluarkan melalui rongga berdenyut (vakuola kontraktil) atau
melalui kulit secara difusi dan osmosis. Disebut vakuola kontraktil karena dapat
membesar dan mengecil Selain untuk ekskresi, vakuola kontraktil juga berfungsi
sebagai pengatur tekanan osmosis, sehingga vakuola kontraktil disebut sebagai
osmoregulator (untuk mengatur kadar air dalam sel). Vakuola kontraktil atau vakuola
berdenyut ini mengeluarkan cairan yang disekresi oleh organel sel, seperti ammonia
dari dalam sel, dan dikeluarkan dengan cara difusi maupun transport aktif`
Vakuola kontraktil merupakan organel aberbentukbulat yang berisicairan yang
dibatasi oleh membran. Vakuola kontraktil merupakan organ ekskresi yang dimiliki
Protozoa dan Coelenterata, yang bekerja dengan cara mengatur tekanan osmotic di
dalam tubuhnya. Protozoa di air tawar selalu memiliki vakuola kontraktil, sedangkan
yang hidup di air laut tidak banyak yang memilikinya. Cairan tubuh protozoa air tawar
hiperosmosis terhadap mediumnya, dan permukaan tubuhnya permeable terhadap air,
maka tubuhnya cenderung menggelembung, namun hal ini tidak terjadi sebab
Protozoa terus-menerus mengeluarkan kelebihan air didalam tubuhnya, selain itu
protozoa juga harus mengganti zat-zat terlarut yang ikut hilang.
Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan
bahan yang sangat racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan
ammonia disebut amonotelik.
Proses ekskresi dan osmoregulasi yang terjadi dengan cara transport pasif dan
transport pasif. Transport pasif dengan cara difusi dan osmosis. Sedangkan transfert
aktif dengan endosintosis.
Gambar 2 Vakuola Kontraktil pada Paramecium caudatum
Vakuola kontraktil dapat memiliki tempat yang tepat di dalam sel,misalnya
pada Parameccium atau dapat memuncul disembarang tempat dalam tubuh misalnya
Amoeba. Pada Amoeba, lumen vakuola kontraktil terbatasi oleh membrane tunggal
yang tipis, disekitar membrane tersebut terdapat suatu lapisan tebal (spongiome) yang
memiliki tebal 0,52 µm, yang penuh dengan vesikel-vesikel kecil yang masing-masing
penampangnya antara 0,02-0,2 µm. pada sekitar vesikel-vesikel tersebut terdapat
lapisan mitokondria, yang diperkirakan menyediakan energi yang diperlukan untuk
kerja osmotic dalam membentuk isi vakuola yang hipoosmotik.

2. Annelida
Cacing tanah adalah Anelida yang telah beradaptasi hidup di tanah yang basah,
dimana stersosmotik terletak antara air tawar dan udara. Cacing tanah merupakan
hewan malam, menghindari tanah kering, dan akan menggali tanah lebih dalam
apabila permukaan tanah kering.
Cacing tanah misalnya Lumbricus terrestris, merupakan regulator hiperosmotik
yang efektif. Hewan ini secara aktif mengabsorbsi ion-ion, dapat memproduksi urine
encer yang secara essensial hipoosmotik terhadap darahnya atau hipoosmiotik
mendekati isosmotik. Diduga bahwa konsentrasi urine disesuaikan menurut kebutuhan
keseimbangan air. Dalam keadaan normal penurunan titik beku cairan tubuhnya
berkisar antara 0,3oC- 0,5oC. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan
perilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila permukaan
tanah kering.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan (Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan


tinggi Departemen Nasional)

2.5 Bagaimana osmoregulasi pada vertebrata


1. Bagaimana osmoregulasi pada pisces
Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat permeabel
terhadap lingkungan maupun larutan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda
menyebabkan terjadinya perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air
laut. Pada ikan air tawar, air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang.
Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari
kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam
keadaan normal proses ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya
agar garam tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap
oleh ikan menggunakan energi metaboliknya. Ikan mempertahankan keseimbangannya
dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang,
produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara
umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak mudah
bocor ke dalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang
(Pamungkas, Wahyu, 2012).
Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan yang lebih besar dari lingkungan
sehingga garam-garam cenderung keluar dari tubuh. Sedangkan ikan yang hidup di air laut
memiliki tekanan osmotik lebih kecil dari lingkungan sehingga garam-garam cenderung
masuk ke dalam tubuh dan air akan keluar. Agar proses fisiologis di dalam tubuh berjalan
normal, maka diperlukan suatu tekanan osmotik yang konstan.

Sumber : (Pamungkas, Wahyu, 2012)


Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan kemudian
ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat mulutnya. Organ dalam
tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na + , K+ , dan Cl-, serta air masuk ke dalam darah
dan selanjutnya disirkulasi. Selanjutnya, insang ikan akan mengeluarkan kembali ion-ion
tersebut dari darah ke lingkungan luar.
Sumber : (Pamungkas, Wahyu, 2012)
Sifat osmotik air berasal dari seluruh elektrolit yang larut dalam air tersebut di mana
semakin tinggi salinitas maka konsentrasi elektrolit makin besar sehingga tekanan osmotiknya
makin tinggi. Air laut mengandung 6 elemen terbesar, yaitu Cl-, Na+ , Mg2+ , Ca2+ , K+ , dan
SO42- (lebih dari 90%dari garam terlarut) ditambah elemen yang jumlahnya kecil (unsur
mikro) seperti Br-, Sr2+ , dan B+ . Ion-ion yang dominan dalam menentukan tekanan osmotik
(osmolaritas) air laut adalah Na+ (450 mM) dan Cl- (560 mM) dengan porsi 3.061 dan 55,04%
dari total konsentrasi ion-ion terlarut (Mc Connaughey & Zottoli, 1983).

2. Bagaimana osmoregulasi pada aves

Pada burung pengaturan keseimbangan air ternyata berkaitan eratdengan proses


mempertahankan suhu tubuh. Burung yang hidup didaerah pantai dan memperoleh makanan
dari laut (burung laut) menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal
ini berarti bahwa burungtersebut harus berusaha mengeluarkan kelebihan garam dari
tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan garam tersebut melalui kelenjar garam, yang
terdapat pada cekungan dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat
hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalmtubuhnya, hewan itu akan
menyekresikan cairan pekat yang banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif
pada saat tubuh burungdijenuhkan oleh garam (Isnaeni, Wiwi, 2006). Pada burung, kelenjar
garam terdiri atas banyak lubang sekitar 1mm, masing-masing lubang tersebut mengalir
melalui cabang tubulus sekretori dan pusat kanal kesaluran menuju paruh dan bermuara
kedalam lubang hidung.Sekresi terjadi pada tubulus epitel sekretorik, yang terdiri dari sel-sel
yangmensekresi garam. Pembentukan cairan pada kelenjar hidung sama dengan kelenjar
dubur yang terjadi pada Elasmobranch, dimana tidak terjadi penyaringan darah, akan tetapi
hasil dari kelenjar pengeluaran/dubur padaElasmobranch dengan hasil dari kelenjar hidung
berbeda, hasil dari kelenjar pengeluaran/kelenjar dubur adalah isoosmotik terhadap plasma,
sebaliknyahasil kelenjar hidung adalah hiperosmotik terhadap plasma (Soewolo. 2000).

3. Bagaimana osmoregulasi pada mamalia


Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara, cara
mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan makanan.
Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara minum
merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru tidak minum air, tetapi
dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa
(Isnaeni, Wiwi, 2006).

(Sumber :Depth. 2018)


BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
1. Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan
pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup.
Osmoregulasi adalah mekanisme keseluruhan yg digunakan mahluk hidup untuk
mengendalikan air & zat terlarut yg terdapat di dalam tubuh
2. Ekskresi merupakan eliminasi atau pengeluaran zat buangan hasil metabolisme dari
tubuh makhluk hidup. Kalau zat buangan ini dibiarkan terakumulasi dalam tubuh
akan menagacaukan homeostatis.
3. Osmoregulasi pada hewan terjadi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari jenis
hewan dan habitat tinggalnya. Umumnya hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi cairan
tubuh, membran kulit dan konsentrasi zat luarannya (misalnya air laut dan air tawar).
DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, Wiwi, 2006. FISIOLOGI HEWAN. Yogyakarta : Kanisius

Mc Connaughey, B.H. & Zottoli, R. 1983. Introduction to Marine Biology. London :


Moscy Co.

Pamungkas, Wahyu. 2012. AKTIVITAS OSMOREGULASI, RESPONS


PERTUMBUHAN, DAN ENERGETIC COST PADA IKAN YANG DIPELIHARA
DALAM LINGKUNGAN BERSALINITAS. Subang : Balai Penelitian dan Pemuliaan
Ikan.
Soewolo. 2000.Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Nasional.

Depth. 2018. Osmoregulation (marine mammals). Diakses melalui http://what-when-


how.com/marine-mammals/osmoregulation-marine-mammals/ pada tanggal 01
Novermber 2019

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan (Jakarta: Derektorat Jendral Pendidikan


tinggi Departemen Nasional)

Suripto. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai