Anda di halaman 1dari 17

A.

Definisi nyeri persalinan

Nyeri persalinan menurut Danuatmaja (2004), merupakan rasa sakit yang


terjadi akibat adanya aktivitas basar di dalam tubuh guna mengeluarkan bayi.
Dimana rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah punggung kemudian
menyebar ke bagian bawah perut, umumnya rasa sakit ini berbeda beda yang
dirasakan setiap ibu.

Kontraksi miometrium pada persalinan dapat menyebabkan nyeri, sehingga


istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini
(Cunningham dkk, 2005).

Mender (2004) mendefinikan nyeri persalinan sebagai nyeri yang menyertai


kontraksi uterus nyeri tersebut berasal dari gerakan (kontraksi) rahim yang
berusaha mengeluarkan bayi.

Nyeri persalinan merupakan rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan yang
berlangsung dimulai dari kala I persalinan, rasa sakit terjadi karena adanya
aktifitas besar di dalam tubuh ibu guna mengeluarkan bayi, semua ini terasa
menyakitkan bagi ibu. Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah perut,
mungkin juga menyebar ke kaki, rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu
mencapai puncak, kejadian itu terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi untuk
mendorong bayi keluar dari dalam rahim ibu (Danuatmaja, 2004, dalam Adriana,
2012, hal. 14).

Menurut Judha dkk (2012, hal. 75) rasa nyeri dalam persalinan adalah
manifestasi dari adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan
rasa sakit pada pinggang darah perut dan menjalar kea rah paha. Kontraksi ini
menyebabkan adanya pembukaan mulut rahim (servik).

Nyeri persalinan adalah pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi


dari menyenangkan sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan dengan
persalinan dan melahirkan. (NANDA 2015-2017)

B. Etiologi/Penyebab
Menurut Rukiyah (2009), penyebab nyeri persalinan adalah Gerakan
kontraksi rahim menyebabkan otot-otot dinding rahim mengkerut, menjepit
pempuluh darah sehingga timbul nyeri. Vagina (jalan lahir) dan jaringan lunak di
sekitarnya meregang sehingga terasa nyeri. Keadaan mental ibu (ketakutan,
cemas, khawatir atau tegang) serta hormon prostaglandin yang meningkat sebagai
respons terhadap stres (Rukiyah, 2009 ).

Faktor penyebab nyeri persalinan adalah : berkurangnya pasokan oksigen ke


otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika interval antara kontraksi
singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih. Terjadi
peregangan leher rahim (effacement dan pelebaran), tekanan bayi pada saraf di
dan dekat leher rahim dan vagina, ketegangan dan meregangnya jaringan ikat
pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi. Terjadi
pula tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus, meregangnya
otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina, disetai ketakutan dan kecemasan
yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar
(epinefrin, norepinefrin, dan lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri
persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin, P., Whalley, J., dan Keppler, A.,
2007, hal. 150).

Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala-satu adalah


akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut,
peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen yang menyokong
struktur-struktur ini (Bonika dan McDonald), menyatakan bahwa faktor berikut
mendukung teori tersebut :

1. Peregangan otot polos telah ditunjukan menjadi rangsangan pada nyeri versal.
Intensitas yang dialami pada konntraksi dikaitkan dengan derajat dan
kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah.

2. Intensitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan terbentuknya tekanan intrauterin


yang menambah dilatasi struktural tesebut. Pada awal persalinan, terdapat
pembentukan tekanan perlahan, dan nyeri dirasakan kira-kira 20 detik setelah
mulai kontraksi uterus. Pada persalinan selanjutnya, terdapat pembentukan
tekanan lebuh cepat yang mengakibatkan waktu kelambatan minimal
sebelum adanya persepsi nyeri.
3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka
mengalami nyeri serupa dengan yang dirasakan selama kontraksi uterus.
Rangsangan persalinan kala-satu ditransmisikan dari serat aferen melalui
pleksus hipogastrik superior, inferior dan tengah, rantai simpatik torakal
bawah, dan lumbal, ke ganglia akar saraf posterior. Nyeri dapat disebar dari
area pelvik ke umbilikus, paha atas, dan area midsakral (Patree., Walsh.
2007).

Etiologi nyeri persalinan menurut NANDA 2015-2017 adalah:

1. Dilatasi servik

2. Ekspulsi fetal

C. Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan

Rasa nyeri yang dialami selama persalinan bersifat unik pada setiap ibu dan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut dan kecemasan,
pengalaman persalinan sebelumnya, persalinan dan dukungan.

Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor , termasuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri, usia, budaya dan pengharapan tentang
penghilang nyeri. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan
persepsi nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan
pengaruh sikap respon terhadap nyeri ( Suddarth., Brunner. 2001).

1. Faktor Internal

a. Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri

Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu


mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu
primipara dan multipara kemungkinan akan merespons secara berbeda
terhadap nyeri walaupun menghadapi kondisi yang sama, yaitu
persalinan. Hal ini disebabkan ibu multipara telah memiliki pengalaman
pada persalinan sebelumnya.

b. Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih
labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan
menjadi lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam
menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan meningkat seiring
bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri.

c. Aktivitas fisik

Aktivitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa


sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak melakukan latihan-latihan
yang terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita
karena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat.Ibu bersalin
yang kelelahan tidak akan mampu mentoleransi rasa nyeri dan tidak
mampu menggunakan koping untuk mengatasinya karena ibu tidak dapat
fokus saat relaksasi yang diharapkan dapat mengurangi rasa nyeri
tersebut. Kelelahan juga menyebabkan ibu merasa tersiksa oleh kontraksi
sehingga tidak dapat mengontrol keinginannya untuk meneran.

d. Kondisi psikologis

Situasi dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting


dalam memunculkan nyeri persalinan yang lebih. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan
gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik.

e. Perhatian

Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat


sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada
stimulus yang lain, maka perawat menempatkan pada kesadaran yang
perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu
meningkat, khususnya terhadap yang berlangsung selama waktu
pengalihan.

f. Lama persalinan
Persalinan yang lama menyebabkan ibu mengalami stress dan kelelahan
lebih lama sehingga rasa nyeri akan meningkat. Lamanya waktu
persalinan bisa disebabkan oleh bayi yang besar atau kelainan pada
pelvis yang mengakibatkan rasa nyeri dan kelelahan yang semakin
meningkat seiring dengan lamanya proses persalinan. Waktu persalinan
bervariasi pada setiap orang. Semakin lama waktu persalinan, akan
menyebabkan kelelahan juga akan semakin lama, serta meningkatkan
kecemasan dan rasa nyeri pada ibu bersalin.

g. Posisi Maternal dan Fetal

Posisi supinasi pada ibu bersalin menyebabkan rasa tidak nyaman pada
ibu, kontraksi uterus yang tidak efektif dan menyebabkan sindrom
hipotensi supinasi. Sindrom tersebut disebabkan oleh penekanan uterus
dan fetus pada vena kava inferior dan aorta abdomen yang
mengakibatkan penurunan tekanan darah ibu dan penurunan suplai
oksigen pada bayi. Dengan demikian, perlu adanya ambulasi pada ibu
bersalin untuk mengurangi kelelahan dan menurunkan persepsi nyeri.
Posisi oksiput posterior pada bayi menyebabkan penekanan oksiput bayi
pada area sacrum ibu disetiap kontraksi yang mengakibatkan nyeri pada
daerah punggung ibu, dimana nyeri tersebut tidak hilang pada saat bebas
kontraksi. Posisi oksiput posterior bayi menyebabkan persalinan lama,
sedangkan nyeri punggung ibu dapat menurun apabila bayi dapat
melakukan rotasi menjadi posisi oksiput anterior dan proses persalinan
mengalami kemajuan.

2. Faktor Eksternal

a. Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme pertahanan


tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi
psikologis yang relative stabil.

b. Lingkungan fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrem, seperti perubahan cuaca, panas, dingin,
ramai, bising, memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu
terjadinya nyeri.

c. Budaya

Budaya tertentu akan mempengaruhi respons seseorang terhadap nyeri.


Ada budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas, tetapi ada
pula yang menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak perlu
diekspresikan secara berlebihan.

d. Support sistem

Tersedianya sarana dan support system yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat
membantu mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat
menghadapi persalinan.

e. Sosial ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu


mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Sering status ekonomi mengikuti
keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan
yang rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang
memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana
mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan
biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan
tersendiri dalam menghadapi persalinan.

f. Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan


hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa
penyebabnya, cara mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan
dampak yang positif terhadap manajemen nyeri. Komunikasi yang
kurang akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang
harus dilakukan jika mengalami nyeri saat persalinan.
D. Manajemen nyeri

Rasa sakit yang dialami ibu selama proses persalinan sangat bervariasi
tingkatannya. Untuk itu perlu dukungan selama persalinan untuk mengurangi rasa

nyeri selama proses persalinan. Penny simpkin (2007) mengatakan cara untuk
mengurangi rasa sakit ini ialah : mengurangi sakit langsung dari sumbernya,
memberikan ransangan alternatif yang kuat, mengurangi reaksi mental negatif,
emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit. Pendekatan pengurangan rasa nyeri
persalinan dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologis dan
nonfarmakologis.

Manajemen secara farmakologis adalah dengan pemberian obat-obatan


sedangkan nonfarmakogis tanpa obat-obatan. Cara farmakologis adalah dengan
pemberian obat-obatan analgesia yang bisa disuntikan melalui infus intravena
yaitu saraf yang mengantar nyeri selama persalinan. Tindakan farmakologis
masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama persalinan dapat
menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas rahim. Efek obat
yang diberikan kepada ibu terhadap bayi dapat secara langsung maupun tidak
langsung (Mander, 2005).

Manajemen secara nonfarmakologis sangat penting karena tidak


membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika
diberikan kontrol nyeri yang kuat, dan tidak mempunyai efek alergi maupun efek
obat. Banyak teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri selama kala I
meliputi, relaksasi, akupresur, kompres dingin atau hangat, terapi musik,
hidroterapi dan masase (Mander, 2005 dalam Adriana 2012, hal 18).

Pengelolaan nyeri persalinan merupakan salah satu tujuan perawatan bersalin


dengan mengurangi nyeri sebesar- besarnya dengan kemungkinan efek samping
dan resiko yang kecil. Penatalaksanaan dalam mengatasi nyeri persalinan yang
ditolong perawat dan bidan ada beberapa tipe penatalaksanaan untuk mengatasi
nyeri tersebut, 90 % diantaranya memilih metode non farmakologis untuk
mengatasi nyeri persalinan tersebut (Manurung dan Price, 2011).

Metode nonfarmakologis merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk


menghilangkan nyeri tanpa menggunakan obat- obatan. Salah satu tindakan non
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri persalinan antara lain pemberian
kompres hangat, tindakan tersebut adalah untuk distraksi yang dapat menghambat
otot untuk mengeluarkan sensasi nyeri dan dapat meningkatkan kepuasan selama
persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaan dan kekuatannya (Indrawan,
dkk, 2013). Terapi ini perlu diberikan bagi semua ibu melahirkan sebagai
intervensi terapi nyeri di pelayanan kesehatan yakni rumah sakit, puskesmas
maupun klinik bersalin. Metode nonfarmakologis merupakan metode yang paling
sering digunakan untuk mengurangi nyeri. Metode ini memiliki resiko yang
sangat rendah, bersifat murah, simpel, efektif tanpa efek yang merugikan dan
dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan.

Kompres hangat dapat dilakukan dibawah punggung, pangkal paha, perut,


atau bawah bahu selama persalinan. Prinsip kerja kompres hangat secara
konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari media panas kedalam perut yang
akan melancarkan sirkulasi darah, dapat mempertahankan komponen sistem
vaskuler dalam keadaan vasodilatasi pada sirkulasi darah ke otot panggul menjadi
homeostatis serta dapat mengurangi kecemasan, ketakutan dan dapat beradaptasi
dengan nyeri selama proses persalinan sehingga akan menurunkan nyeri pada
kala I persalinan, karena pada wanita ini mengalami kontraksi uterus dan
kontraksi otot polos (Brenda, Prawirohardjo dan Dolatin, 2011). Kemudian
kompres hangat bermanfaat untuk merelaksasikan otot- otot yang mengalami
spasme (kekakuan) pada proses persalinan. Panas juga dapat merangsang serat
saraf sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat
dihambat. Disamping itu dengan adanya pengurangan nyeri persalinan akan
memepertahankan sensasi kontraksi uterus dan kemampuan untuk mengejan.
Menurut Ria Andrinie (2016), dikatakan bahwa metode kompres hangat
sebagai salah satu cara non farmakologi dalam pengurangan nyeri persalinan
apabila dilakukan dengan baik maka akan sangat efektif untuk mengurangi nyeri
persalinan. Efektivitas kompres hangat terhadap penurunan nyeri persalinan pada
kala I fase aktif ini sesuai dengan penelitian Ria Andrinie (2016) dengan judul
“ Analisis Efektivitas Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan”,
ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya adalah media yang digunakan, yaitu
dengan menggunakan handuk sebagai media pengompresan; suhu air yang paling
efektif untuk menurunkan nyeri dan aman adalah pada suhu kehangatan 38º- 40
ºC. Waktu pengompresan yang efektif adalah 20 menit. Kompres hangat yang
dilakukan menggunkan media handuk memperlihatkan hasil bahwa intensitas
nyeri pada kelompok intervensi lebih rendah daripada kelompok kontrol.
Berdasarkan studi pendahuluan di ruang VK Rumah Sakit Umum Dokter
Soedirman Kebumen, dari 5 ibu inpartu kala I fase aktif, 2 orang primigravida
dan 3 orang multigravida, membutuhkan tindakan pemberian kompres hangat
untuk mengurangi nyeri akibat persalinan normal kala I fase aktif. Melihat latar
belakang diatas penulis tertarik mengaplikasikan penelitian dari jurnal Ria
Andrinie (2016), seberapa besar pengaruh kompres hangat untuk mengatasi nyeri
pada kala I fase aktif persalinan normal di Ruang VK Rumah Sakit Umum Dokter
Soedirman Kebumen.

E. Tanda dan gejala

Respon prilaku terhadap nyeri dapat mencakup:

1. Pernyataan verbal(mngeduh,menangis,sesak nafas)

2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)

3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan


jari & tangan

4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,


Menghindari kontak sosial

5. Penurunan rentang perhatian,( Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)

6. Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi


sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau
menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu
terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan
nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena
menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

F. Asuhan keperawatan nyeri persalinan


1. Pengkajian Nyeri

Pengkajian keperawatan terhadap masalah nyeri persalinan meliputi


pengkajian khusus masalah nyeri persalinan, pengkajian fisik secara umum
berhubungan dengan nyeri persalinan dan pengkajian secara kontini ,data
latar belakang termasuk skala nyeri dan evaluasi situsi sehari-hari.

a. Riwayat Kesehatan Sekarang: Ibu mengeluh nyeri pada abdomen,


semakin lama semakin kuat

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : Keluarga mengatakan ibu tidak


memiliki riwayat masalah kesehatan dimasa lampau

c. keadaan Umum: Klien tampak lemah, meringis kesakitan, klien menahan


nyeri dibagian abdomen

2. Analisa data

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses


keperawatan mengenai nyeri peralinan. Dari informasi yang terkumpul,
didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan
untuk mengatasi masalah-masalah klien.

3. Rumusan masalah

Setelah mengidentifikasi kondisi klien, maka perawat menentukan


diagnosa yang berhubungan dengan masalah yang dialami klien. Maka
kemungkinan akan ditemukan beberapa diagnosa keperawatan mengenai
nyeri persalinan, yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri persalinan

b. Resiko terhadap ketidak efektifan menyusui yang berhubungan dengan


penundaan pemberian Asi dan payudara membengkak.

c. Nyeri akut yang berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan.

d. Risiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau


trauma
4. Perencanaan

Untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi, perawat


mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien.Hasil akhir
yang diharapkan dan tujuan perawatan diseleksi berdasarkan pada diagnosa
keperawatan dan kondisi klien.Adapun intervensi Asuhan Keperawatan yang
dilakukan memerlukan keterlibatan dari klien.

G. Fisiologi nyeri persalinan

Fisiologis terjadinya nyeri persalinan terbagi sesuai tahap persalinan,

Yaitu Persalinan kala I dan persalinan kala II.

1. Persalinan kala I

Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan


melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus bagian bawah.
Nyeri ini merupakan nyeri visceral yang berasal dari kontraksi uterus dan
adneksa. Intensitas nyeri berhubungan denngan kekuatan kontraksi dan
tekanan yang ditimbulkan. Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi
isometrik pada uterus yang melawan hambatan oleh leher rahim/ uterus dan
perineum. Selama persalinan bila serviks uteri/leher rahim dilatasi sangat
lambat atau bilamana posisi fetus (janin) abnormal menimbulkan distorsi
mekanik , kontraksi kuat disertai nyeri hebat. Hal ini karena uterus
berkontraksi isometric melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat
merupakan sumber nyeri yang kuat.

2. Persalinan kala II

Selama persalinan kala II, pada saat serviks uteri/leher rahim dilatasi
penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus dari kontraksi badan rahim (corpus
uteri) dan distensi segmen bawah rahim. Terjadi peningkatan secara progresif
tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis dan menimbulkan peningkatan
nyeri somatic dengan regangan dan robekan fascia (jaringan pembungkus
otot) dan jaringan subkutan jalan lahir bagian bawah, distensi perineum dan
tekanan pada otot lurik perineum. Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut
saraf pudendal, yaitu suatu serabut saraf somatic yang keluar melalui S2, S3
dan S4 segmen sacral. Nyeri pada kala II ini sangat berbeda dengan nyeri
visceral kala I, nyeri somatik dirasakan selama persalinan ini adalah
intensitas nyerinya lebih nyeri dan lokasinya jelas.

H. Mekanisme Nyeri Persalinan

Mekanisme nyeri persalinan sebagai berikut: 2

1. Membukanya mulut rahim

Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh membukanya mulut rahim


misalnya peregangan otot polos merupakan rangsangan yang cukup
menimbulkan nyeri. Terdapat hubungan erat antara pembukaan mulut rahim
dengan intensitas nyeri (makin menbuka makin nyeri), dan antara timbulnya
rasa nyeri dengan timbulnya kontraksi rahim (rasa nyeri terasa ± 15-30 detik
setelah mulainya kontraksi).

2. Kontraksi dan peregangan rahim

Rangsang nyeri disebabkan oleh tertekannya ujung saraf sewaktu rahim


berkontraksi dan tergangnya rahim bagian bawah.

3. Kontraksi mulut rahim

Teori ini kurang dapat diterima, oleh karena jaringan mulur rahim sedikit
mengandung jaringan otot.

4. Peregangan jalan lahir bagian bawah

Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan
selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam proses
persalinan.

I. Respons Tubuh Terhadap Nyeri Persalinan

Nyeri yang menyertai kontraksi uterus akan mempengaruhi mekanisme sejumlah


sistem tubuh yang pada akhirnya akan menyebabkan respons stress fisiologis
yang umum dan menyeluruh. Nyeri persalinan yang berat dan lama akan
mempengaruhi ventilasi, sirkulasi, metabolisme dan aktivitas uterus. Selain
menyebabkan respons stress fisiologis, nyeri juga dapat menimbulkan respons
perilaku yang dapat diamati dan divokalisasi, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
gangguan dalam interaksi social.

1. Respons Fisiologis Nyeri Persalinan

a. Ventilasi

Nyeri yang menyertai kontraksi uterus menyebabkan hiperventilasi


dengan frekuensi pernafasan tercatat60 sampai 70 kali per menit.
Hiperventilasi sebaliknya menyebabkan penurunan kadar PaCO2 (kadar
pada kehamilan normal adalah 32 mmHg), kadar yang menurun adalah
16-20 mmHg; Bonica, 1973) dan konsekuensinya adalah peningkatan
kadar PHyang konsisten. Salah satu bahaya kadar PaCO2 janin yang
rendah adalah penurunan kadar PaCO2 janin yang menyebabkan
deselerasi lambat dan denyut jantung janin.Ketika wanita bersalin
menggunakan pernafasan juga akan meningkatkan ventilasi. Hal ini akan
mempengaruhi keseimbangan asam-basa yang menghasilkan PH 7,5 dan
di atas 7,5. Bahaya nyata alkalosis selama persalinan adalah transfer
oksigen bagi janin. Alkalosis juga menginduksi vasokontriksi uterus,
memperlama persalinan dan alkalosi yang semakin buruk.

b. Fungsi Kardiovaskuler

Nyeri persalinan menyebabkan curah jantung menjadi meningkat.


Peningkatan tersebut dapat sebesar 15 sampai 20% diatas curah jantung
sebelum persalinan selama awal kala I dan sebesar 45-50% selama kala
II. Diperkirakan bahwa setiap kontraksi uterus akan meningkatkan curah
jantung 20-30% lebih tinggi daripada saat relaksasi uterus. Peningkatan
curah jantung sebgaian diakibatkan oleh fakta bahwa setiap kontraksi,
kurang lebih 250-300 ml darah dialirkan dari uterus ke dalam sirkulasi
maternal. Juga dimungkinkan bahwa peningkatan aktivitas simpatis
akibat nyeri persalinan, kecemasan dan ketakutan mungkin
bertanggungjawab dalam peningkata curah jantung bersamaan dengan
makin majunya persalinan. Nyeri akibat kontraksi uterus juga dapat
meyebabkan peningkatan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolic.
Peningkatan curah jantung dan tekanan darah sistoklik yang menyertai
persalinan secara umum tidak menyebabkan bahaya yang besar bagi
wanita besalin yang sehat. Namun, hal itu akan meningkatkan risiko
wanita yang menderita penyakit jantung, preeeklamsi atau hipertensi.

c. Efek Metabolik

Peningkatan aktivitas simpatik yang disebabkan nyeri persalinan


dapat meningkatkan peningkatan metabolism dan konsumsi oksigen
serta penurunan motilitas saluran cerna dan kandung kemih. Nyeri dan
kecemasan yang menyertai persalinan dapat menyebabkan kelambatan
pengosongan lambung (Nimmo dkk, 1975;1977 dalam Mander, 2004).
Peningkatan konsumsi oksigen, kehilangan natrium bikarbonat melalui
ginjal untuk mengompensasi alkalosis respiratorik yang disebabkan nyeri
persalinan dan sering penurunan asupan karbohidrat. (akibat kebijakan
restriksi diet selama persalinan) semuanya berperan dalam status asidosis
metabolik yang kemudian juga akan dialami janin.

d. Efek Endokrin

Stress yang disebabkan oleh nyeri persalinan telah dikaitkan dengan


peningkatan pelepasan katekolamin maternal yang akan menyebabkan
penurunan aliran darah uterus. Bukti peningkatan kadar adrenalin/
noradrenalin selama persalinan telah dilaporkan oleh Ledermann dkk
(1997). Salah satu efek samping peningkatan kadar adrenalin adalah
penurunan aktivitas uterus yang dapat menyebabkan persalinan
membutuhkan waktu lama. Dalam kasus ini, dicatat adanya pola denyut
jantung janin abnormal dan nilai Apgar yang rendah pada menit 1 dan 5
setelah lahir. Ketika gawat maternal dan/ nafas juga terjadi secara
bersama sama atau adanya tanda-tanda gawat janin, perubahan endokrin
dan metabolic yang diinduksi oleh nyeri persalinan dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.

e. Efek Hormonal lain

Nyeri dan faktor yang berkaitan dengan stress diketahui


mempengaruhi pelepasan hormon, misalnya beta endorphin,
betaliprotropin, dan hormone adenokortikotropik (ACTH).
Hormon-hormon ini terjadi peningkatan selama persalinan yang berat.

f. Aktivitas Uterus

Nyeri persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui


sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang meningkat dan akibatnya
mempengaruhi durasi persalinan. Noradrenalin, misalnya telah
menunjukkan meningkatkan aktivitas uterus sedangkan adrenalin dan
kortisol menyebabkna penurunan aktivitas yang akan menyebabkan
persalinan lama. Nyeri juga mempengaruhi aktivitas uterus yang tidak
terkoordinasi yang akan menyebabkan persalinan lama. Di bawah ini
adalah diagram yang menggambarkan perubahan fisiologis yang
menyertai nyeri bersalin

2. Respons Perilaku Nyeri Persalinan

Selain respons fisiologis terhadap nyeri yang sudah dijelaskan, nyeri pada
persalinanjuga berhubungan dengan respons perilaku yang dapat diamati,
misalnya vokalisasi, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh dan verbalisasi.
Vokalisasi mengacu pada suara yang dihasilkan sebagai respons nyeri
persalinan seperti suara erangan, rintihan dan/ jeritan segera serta tangisan.
Ekspresi wajah yang berkaitan dengan nyeri persalinan mencakup gigi yang
dikatupkanbibir yang terkatup erat, mata terpejam rapat-rapat, dan otot
rahang mengeras. Sementara gerakan yang berlebihan karena nyeri, otot yang
tegang, kegelisahan, berjalan untuk mengurangi nyeri, berbaring di tempat
tidur, memeluk diri erat-erat saat kontraksi dsb.

J. Tingkat nyeri dalam persalinan

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subyektif akibat timbulnya


perubahan fungsi organ tubuh yang terlihat dalam menentukan kemajuan
persalinan melalui jalan lahir. Tingkat nyeri persalinan digambarkan dengan
intensitas nyeri yang dipersepsikan oleh ibu saat proses persalinan. Intensitas
nyeri tergantung dari sensasi keparahan nyeri itu sendiri. Intensitas rasa nyeri
persalinan bisa ditentukan dengan cara menanyakan tingkatan intensitas atau
merajuk pada skala nyeri. Hal ini dilakukan ketika ibu tidak dapat
menggambarkan rasa nyeri. Contohnya skala 0-10 (skala numerik), skala
deskriptif yang menggambarkan intensitas tidak nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan, skala dengan gambar kartun profil wajah dan sebagainya. Intensitas
nyeri rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif digambarkan dengan skala VAS
sebesar 6-7 sejajar dengan intensitas berat pada skala deskriptif
DAFTAR PUSTAKA

Judha, dkk. (2012). Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Nuha Medika.
Yogyakarta.

Maryunani A. (2010). Nyeri dalam Persalinan Tekhnik dan Cara Penanganannya.


Trans Info Media. Jakarta.

Indrawan, dkk. (2013). Efektivitas Pemberian Kompres Hangat terhadap


Penurunan Nyeri persalinan Fisiologis pada Primigravida Inpartu Kala I
Fase Aktif. http://old.fk.ub.ac.id/Artikel . Diakses 8 April 2014.

Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu Bersalin. Fitramaya. Yogyakarta.

A. Tamsuri. (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC

Bobak .(2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Hidayat, A.A.A. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses,
Dan Praktik. Jakarta: EGC

Prasetyo. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


GrahaIlmu

Anda mungkin juga menyukai