Anda di halaman 1dari 6

A. Pengertian Perilaku b.

Genetic
B. Proses Terjadinya Perilaku c. Biokimia
Kekerasan Faktor Adanya faktor gen yang
Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk diturunkan melalui orang tua, Faktor biokimia tubuh seperti
1. Faktor Predisposisi
perilaku yang bertujuan untuk melukai menjadi potensi perilaku agresif. neurotransmitter di otak
seseorang secara fisik maupun Menurut Yosep (2010), faktor Menurut riset kazu murakami
predisposisi klien dengan perilaku contohnya epineprin,
psikologis. Berdasarkan definisi ini maka (2007) dalam gen manusia terdapat
kekerasan adalah: norepenieprin, dopamin dan
perilaku kekerasan dapat di lakukan dorman (potensi) agresif yang
secara verbal, di arahkan pada diri a. Neurologic sedang tidur akan bangun jika serotonin sangat berperan
sendiri, orang lain dan lingkungan. Faktor beragam komponen terstimulasi oleh faktor eksternal. dalam penyampaian informasi
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam
dari sistem syaraf seperti sinap,
Menurut penelitian genetik tipe melalui sistem persyarafan
neurotransmitter, dendrit,
dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung karyotype XYY, pada umumnya
akson terminalis mempunyai dalam tubuh. Apabila ada
perilaku kekerasan atau riwayat perilaku dimiliki oleh penghuni pelaku
peran memfasilitasi atau stimulus dari luar tubuh yang
kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2013). menghambat rangsangan dan tindak kriminal serta orang-orang
dianggap mengancam atau
pesan-pesan yang yang tersangkut hukum akibat
mempengaruhi sifat agresif. perilaku agresif (Mukripah membahayakan akan
Sistem limbik sangat terlibat Damaiyanti, 2012). dihantarkan melalui impuls
dalam menstimulasi timbulnya
neurotransmitter ke otak dan
perilaku bermusuhan dan
respon agresif (Mukripah meresponnya melalui serabut
Damaiyanti, 2012). efferent. Peningkatan hormon
androgen dan norepineprin
serta penurunan serotonin dan
GABA (Gamma Aminobutyric
2. Teori Psikologis Acid) pada cerebrospinal
e. Brain Area Disorder vertebra dapat menjadi faktor
a. Teori psikoanalisa
Gangguan pada sistem limbik dan predisposisi terjadinya perilaku
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang agresif ( Mukripah Damaiyanti,
lobus temporal, siindrom otak, tumor
seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase oral antara 2012).
otak, trauma otak, penyakit
usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
ensepalitis, epilepsi ditemukan
kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan
sangat berpengaruh terhadap
bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya ketidakpercayaan pada
perilaku agresif dan tindak kekerasan
lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
(Mukripah Damaiyanti, 2012)
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang yang rendah. Perilaku
agresif dan tindakan kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka
terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012)
b. Learning theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap Yosep (2011) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku keerasan seringkali berkaitan dengan :

lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon a. a.Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser,

ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.

respon ibu saat marah ( Mukripah Damaiyanti, 2012). b. b.Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. c.Kesulitan dalammengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog
untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. d.Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya
C. Mekanisme Koping
sebagai seorang yang dewasa.
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain.
e. e.Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
Mekanisme koping klien sehingga dapat membantu klien
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
untuk mengembangkan mekanisme koping yang
f. f.Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Yosep
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga
(2011) Mekanisme koping yang umum di gunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti :
a. Displacement Melepaskan perasaan tertekannya
bermusuhan pada objek yang begitu seperti pada
mulanya yang membangkitkan emosi.
D. RENTANG RESPON MARAH
b. Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai
1. Asertif
keinginan yang tidak baik.
Respon asertif merupakan respon pengungkapan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
c. Depresi Menekan perasaan orang lain yang tanpa merendahkan harga diri orang lain (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015). Orang yang asertif mampu melakukan
tindakan yang sesuai untuk mencapai tujuan tanpa melanggar hak-hak orang lain. Perilaku asertif merupakan
menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran respon marah yang adaptif.
yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya. 2. Frustasi
Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan, tidak realitas/ terhambat
d. Reaksi formasi Pembentukan sikap kesadaran dan (Yusuf, 2015). Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan yang dapat berakibat menimbulkan
pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang kemarahan. Frustasi merupakan respon lanjutan dari perilaku asertif dalam rentang respon marah seseorang.
3. Perilaku pasif/ permisif
benar-benar di lakukan orang lain. Perilaku pasif merupakan respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami,
sifat tidak berani mengemukakan keinginan dan pendapat sendiri, tidak ingin menjadi konflik karena takut akan
tidak disukai atau menyakiti perasaan orang lain (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015). Perilaku ini merupakan
respon lanjutan dalam rentang respon marah, individu yang mengalami respon ini tidak mampu mengungkapkan
perasaannya dan terlihat menyerah. Salah satu alasan orang melakukan respon pasif karena individu tersebut takut,
malas, atau karena tidak mau terjadi konflik (Keliat, 1996 dalam Muhith, 2015).
E. TANDA DAN GEJALA
Fitria (2010) mengungkapkan fakta tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang,
serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus.
4. Agresif
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/oranglain, merusak lingkungan, amuk/agresif.
Perilaku agresif merupakan perilaku destruktif 4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam jengkel, tidak berdaya,
yang masih terkontrol (Yusuf, 2015). Perilaku ini bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
memperlihatkan ancaman, kata-kata kasar dan 5. Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-
terdapat kontak fisik terhadap orang lain, tetapi kata bernada sarkasme.
masih bisa dikendalikan oleh pelaku. Menurut 6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
Yosep (2010), ekspresi perilaku ini terjadi secara
terhambat.
fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman. 7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran.
8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan sosial.
5. Amuk

Amuk atau dapat disebut juga perilaku kekerasan


adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
dan hilang kontrol, disertai amuk, merusak
lingkungan (Yosep, 2010). Perilaku amuk
merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak
dapat dikontrol (Yusuf, 2015). Perilaku amuk
merupakan rentang yang paling tinggi dalam F. PROSES KEPERAWATAN
rentang respon marah, perilaku ini mencederai
secara langsung diri sendiri, orang lain dan merusak 1. Pengkajian
lingkungan
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu :Fisik:Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik, nafas pendek, tekanan darah
meningkat, penyalahgunaan obat. Emosi : Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan dendam. Sosial : Menarik
diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor. Spiritual : Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan,
kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat dipilih secara rasional. Intelektual : Mendominasi, bawel,
sarkasme, berdebat, dan meremehkan (Keliat B.A, 1996).
2. Diagnosa
a. Resiko mencederai orang lain berhubungan dengan kekerasan
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
………………… TUM: …………..
b.d. Perilaku ………………….
Kekerasan ………………….

TUK:
1. Klien dapat 1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya 1. Bina hubungan saling percaya dengan:
membina kepada perawat:  Beri salam setiap berinteraksi.
hubungan o Wajah cerah, tersenyum  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
saling percaya o Mau berkenalan perawat berkenalan
o Ada kontak mata  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
o Bersedia menceritakan perasaan  Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang jelas
 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan
klien
2. Klien dapat 2. Klien menceritakan penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya:  Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
penyebab perilaku o Menceritakan penyebab perasaan jengkelnya
kekerasan yang jengkel/kesal baik dari diri sendiri  Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap
dilakukannya maupun lingkungannya ungkapan perasaan klien

3. Klien dapat 3. Klien menceritakan keadaan 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi o Fisik : mata merah, tangan mengepal, dialaminya:
tanda-tanda perilaku ekspresi tegang, dan lain-lain.  Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku
kekerasan o Emosional : perasaan marah, jengkel, kekerasan terjadi
bicara kasar.  Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi
o Sosial : bermusuhan perilaku kekerasan
yang dialami saat terjadi perilaku  Motivasi klien menceritakan kondisi psikologis saat terjadi
kekerasan. perilaku kekerasan
 Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang
lainh saat terjadi perilaku kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien menjelaskan: 4. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya
mengidentifikasi o Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini:
jenis perilaku selama ini telah dilakukannya  Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan
kekerasan yang o Perasaannya saat melakukan yang selama ini permah dilakukannya.
kekerasan
pernah o Efektivitas cara yang dipakai dalam  Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak
dilakukannya menyelesaikan masalah kekerasan tersebut terjadi
 Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan akibat tindak kekerasan 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang
mengidentifikasi yang dilakukannya dilakukan pada:
akibat perilaku o Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll  Diri sendiri
kekerasan o Orang lain/keluarga : luka,  Orang lain/keluarga
tersinggung, ketakutan, dll  Lingkungan
o Lingkungan : barang atau benda rusak
dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi o Menjelaskan cara-cara sehat  Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan
cara konstruktif mengungkapkan marah marah yang sehat
dalam  Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan
mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien.
kemarahan  Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah:
 Cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga.
 Verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal
kepada orang lain.
 Sosial: latihan asertif dengan orang lain.
 Spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien memperagakan cara mengontrol 7. 1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien
mendemonstrasikan perilaku kekerasan: memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan.
cara mengontrol o Fisik: tarik nafas dalam, memukul 7.2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih:
perilaku kekerasan bantal/kasur  Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih.
o Verbal: mengungkapkan perasaan  Jelaskan manfaat cara tersebut
kesal/jengkel pada orang lain tanpa  Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan.
menyakiti  Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum
o Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai sempurna
agamanya 7.3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
H. Implementasi
Ada 5 prinsip utama dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien khususnya, pada I. EVALUASI
kien amuk/ kekerasan yaitu: Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah
a. Psikoterapiutik tercapai dan yang belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih
1) Membina hubungan saling percaya lanjut. Bentuk evaluasi yang positif adalah sebagai brikut :
2) Membantu meningkatkan harga diri
3) Membantu koping klien 1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.
b. Lingkungan terapiutik 2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang
1) Lingkungan yang bersahabat tersebut.
2) Pujian atas keberhasilan klien 3. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya
c. Kegiatan hidup sehari-hari pada orang lain.
1) Membantu memenuhi aktivitas sehari-hari 4. Buatlah komentar yang kritikal.
2) Membimbing klien dalam perawatan diri. 5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang
d. Somatik berbeda.
Memberi obat sesuai ketentuan, membujuk 6. Klien mampu menggunakan aktifitas secara fisik untuk
klien untuk minum obat. mengurangi perasaan marahnya.
Pendidikan kesehatan : 7. Konsep diri klien sudah meningkat.
1) Membantu klien mengenal penyakitnya. 8. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.
2) Mengikutsertakan keluarga dalam mengatasi
masalah klien.

Anda mungkin juga menyukai