Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SWAMEDIKASI

“Gatal Gigitan Serangga”

Dosen Pengampu :
Dra. Kisrini,M.Si.,Apt

KELAS B
KELOMPOK VII

1. Nendika Tyas Wandani (1920384270)


2. Netraning Tyas (1920384271)
3. Nova Maya Lorensa (1920384272)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXVIII


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Swamedikasi merupakan proses pengobatan yang dilakukan sendiri oleh


seseorang mulai dari pengenalan atau gejalanya sampai pada pemilihan dan
penggunaan obat. Gejala penyakit yang dapat dikenali sendiri oleh orang awam
adalah penyakit ringan atau minor illneses sedangkan obat yang dapat digunakan
untuk swamedikasi adalah obat-obat yang dapat dibeli tanpa menggunakan resep
dari dokter termasuk obat herbal atau tradisional

Swamedikasi adalah pengobatan sendiri yang dilakukan oleh masyarakat


yang menderita keluhan penyakit-penyakit ringan yang tidak harus datang ke
dokter serta tidak harus membeli obat dengan resep., dengan adanya hal ini
peranan farmasis sangat dibutuhkan untuk membantu pasien dalam pemilihan
obat yang tepat sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Swamedikasi dilakukan
dengan langkah awal pengenalan terhadap gejala atau keluhan penyakit yang
dirasakan pasien, sehingga dengan adanya keluhan penyakit yang jelas
masyarakat dapat melakukan swamedikasi sesuai dengan keluhan penyakit yang
dialami. Ketidaktepatan dalam pengenalan gejala penyakit dapat memberikan efek
buruk terkait pemakaian obat bagi masyarakat yang melakukan swamedikasi.

Swamedikasi atau pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat akan


berjalan dengan baik apabila masyarakat yang melakukan pemilihan obat dan
pengobatan sendiri mengikuti aturan yang ada, baik arahan yang diberikan
farmasis ataupun aturan yang tertera pada label dalam produk obat (Rikomah S,
2012). Prosedur tetap swamedikasi yakni sebagai berikut:
a. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi
b. Menggali informasi dari pasien meliputi:
1. Tempat timbulnya gejala penyakit
2. Seperti apa rasanya gejala penyakit
3. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
4. Sudah berapa lama gejala dirasakan
5. Ada tidaknya gejala penyerta
6. Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan
c. Memilihkan obat yang sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan
ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas
dan obat wajib apotek .
d. Memberikan informasi tentang obat yang diberikan pengobatan, cara
pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang mungkin terjadi, serta
hal-hal yang harus dilakukan oleh pasien dalam menunjang
pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.
e. Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah
dilakukan
(Sutdrajat dan Ningsih, 2017).
BAB II
ISI

2.1 Skenario

Seorang wanita (23 th), datang ke apotek dengan keluhan gatal di bagian
leher disertai rasa panas dan perih seperti terbakar. Ketika diperiksa ternyata
sudah melepuh disertai adanya cairan putih seperti nanah. Kemudian, ia
menanyakan kepada Apoteker di apotek kira-kira obat apa yang bisa digunakan
untuk menghilangkan keluhan yang dialaminya tersebut.
Apoteker ( A ) | Pasien ( P )
A : Selamat siang, mbak. Perkenalkan saya Apoteker di apotek ini. Ada yang
bisa saya bantu?
P : Selamat siang, mbak. Saya mengalami gatal di bagian leher. Rasanya
terganggu sekali dengan gatalnya. Kira-kira obat ampuh apa yg bisa saya
pakai supaya gatalnya cepat hilang?
A : Mohon maaf sebelumnya, sudah berapa lama keluhan ini mbak rasakan?
P : Sejak 5 hari yang lalu saat saya berada di belakang rumah untuk
mempersiapkan dagangan saya. Ketika saya sedang mempersiapkan
dagangan, saya merasa ada hewan yang berjalan di leher saya. Karena saya
kaget akhirnya saya spontan mengusap leher saya dan ketika itu saya
menemukan hewan kecil dengan badan berwarna hitam dan merah. Sejak
saat itu malam harinya saya merasa gatal di bagian leher saya itu mbak.
A : Kalau boleh tahu, gatal yang anda rasakan seperti apa?
P : Pada awalnya hanya gatal biasa kemudian saya garuk menjadi merah,
namun pada hari kedua rasa gatalnya makin perih dan panas seperti terbakar
ketika digaruk.
A : Sudahkah anda menemui dokter untuk memeriksa keluhan yang anda
alami ini?
P : Saya belum sempat ke dokter.
A : Oiya baik mbak. Sebelumnya apakah mbak sudah pernah mencoba
mengobatinya?
P : Sudah mbak. Saya pernah mengoleskan minyak tawon dan mengompres
bagian yang sakit pada leher saya, tapi rasanya masih tetap gatal dan panas
malah sekarang ada lepuhan-lepuhan kecil seperti berisi cairan gitu, mbak.
A : Bolehkah saya lihat bagian yang sakit?
P : Boleh mbak (Pasien menunjukkan bagian leher yang sakit)
A : Baik mbak kalau begitu. Menurut penuturan anda, serta gejala yang anda
alami, kemungkinan anda terkena gigitan serangga tomcat, karena terlihat
dari kulit yang terkena gigitan yang awalnya kemerahan, panas, sampai
terbentuk lepuhan-lepuhan kecil berisi cairan seperti nanah. Juga
berdasarkan apa yang mbak sampaikan tadi bahwa sebelumnya mbak
menemukan hewan kecil berwarna hitam dan merah di leher mbak. Ini saya
berikan obat salep antibiotik namanya Gentamicin 0,1% harganya Rp.
5.000,00 karena luka di bagian leher yang mbak alami sudah terbentuk
lepuhan yang berisi cairan seperti nanah yang menandakan bahwa terjadi
infeksi di daerah tersebut.
P : Oalah begitu ya mbak. Cara pakai obatnya bagaimana ya ?
A : Untuk pemakaian salepnya dipakai 3-4x sehari dioleskan tipis-tipis di
daerah yang sakit. Sebelum mengoleskan salepnya, usahakan kondisi d
sekitar tempat yang akan dioleskan dalam keadaan bersih dan kering.
Setelah memakai salep, jangan lupa untuk mencuci tangan. Apabila hingga
dalam waktu 3 hari setelah menggunakan obat belum ada perubahan ada
baiknya anda segera menghubungi dokter. Kemudian jangan memecahkan
lepuhan atau menggaruknya ya mbak, karena jika pecah dapat memperparah
keadaan dan bisa menjalar ke bagian tubuh yang lain.
Ada lagi yang perlu ditanyakan, dan apakah penjelasan saya sudah jelas?
P : Oh begitu ya, terimakasih penjelasannya sudah cukup jelas.
A : Kalau begitu apakah bisa diulang apa yang saya sampaikan?
P : Obat ini digunakan digunakan 2-3x sehari
dioleskan tipis-tipis pada daerah keluhan, cara pakainya di usahakan,
kondisi sekitar tempat yang gatal bersih dan kering kemudian dioleskan
secara tipis dan merata pada bagian yang gatal. Saya juga harus
menghindari parfun dan kalung sebagai dugaan penyebab alerginya.
A : Iya tepat sekali, ini obatnya (sambil menyerahkan obat) harganya 7000
bisa bayar dikasir. Semoga lekas sembuh.
P : Baik terimakasih

2.2 Penerapan ISBAR


Seorang wanita (25 th), datang ke apotek dengan keluhan gatal di bagian
belakang telinga hingga tengkuk. Kemudian, ia menyanyakan kepada apoteker di
apotek kira-kira obat apa yang bisa digunakan untuk menghilangkan keluhan yang
dialaminya tersebut.

I (Identification) : Wanita, 25 tahun


S (Situation) : Gatal di belakang telinga dan tengkuk
B (Background) :
 Apa keluhan yang dirasakan?

(Gatal di belakang telinga dan tengkuk)


 Sejak kapan terasa gatal?

(Sejak 2 hari yang lalu)


 Kapan saja rasa gatal itu muncul? Pagi hari? Saat berkeringat?

(Biasanya muncul saat pagi hingga siang hari, namun berukurang setelah mandi)
 Apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan tersebut?

(Tidak pernah mengalami keluhan seperti itu sebelumnya)


 Apa saja keluhan selain gatal?

(merah ketika digaruk, bersisik, perih)


 Apakah sudah diberi pengobatan?

(Belum ada pemberian obat apapun)


 Apakah memiliki riwayat alelrgi terhadap suatu makanan?
(Tidak ada)
 Apakah keluhan ini sudah diperikasakan ke dokter?

(Belum sempat)
 Apa ada perubahan kegiatan yang berhubungan dengan keluhan?

(Ya, penggunaan parfum dan perhiasan kalung yang baru)


A (Assesment):
Gatal : faktor hipersensitivitas/alergi
Merah : alergi dan bekas digaruk
Terasa panas (terbakar) : faktor hipersensitivitas / alergi
Bersisik : reaksi hipersensitivitas
R (Recomendation) :
Pasien direkomendasikan untuk melakukan terapi farmakologi berupa
pemberian salep Hidrokortison 1% untuk mengurangi keluhan yang ada, serta
terapi non-farmakologi berupa menjauhi faktor yang diduga menjadi pemicu
keluhan.

2.3 Kajian tentang keluhan gatal

Gatal merupakan respon tubuh normal untuk melindungi kita dari zat-zat
eksternal berbahaya atau parasit seperti gigitan serangga. Gatal-gatal atau pruritus
dapat terpusat di satu daerah atau meradang di seluruh kulit.

Meskipun gatal tiba-tiba tanpa penyebab jelas lebih umum terjadi pada orang tua,
ada sejumlah kondisi medis dan kulit yang mungkin mendasari masalah Anda.
Misalnya:

1. Kulit kering

Jika Anda tidak melihat adanya ruam kemerahan atau perubahan dramatis
lain pada area yang gatal, kulit kering (xerosis) mungkin penyebabnya. Kondisi
kulit kering bukan sesuatu yang serius. Ketika kulit menjadi kering, sel akan
mengerut, sehingga timbul keriput dan garis-garis halus. pada kulit Anda timbul
sisik, serpihan, atau kulit yang mengelupas pada kulit gatal ringan hingga sedang.
Kulit kering biasanya merupakan hasil dari usia tua atau faktor
lingkungan, seperti berada di tempat dingin lama, mandi/berendam air hangat
terlalu lama, sabun berbahan keras, bahan pakaian gatal, iritasi akibat produk-
produk tertentu (misalnya logam atau parfum tertentu), hingga salah pakai produk
pelembab kulit.

2. Reaksi obat

Antibiotik, obat anti jamur, atau penghilang nyeri narkotik dapat


menyebabkan gatal tiba-tiba yang meluas di seluruh area. Namun, sebagian besar
reaksi obat akan menimbulkan ruam bersamaan dengan gatal.

3. Panu dan Kurap

Kurap serta panu adalah infeksi di daerah tertentu yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur. Kondisi kulit ini terutama ditemukan pada remaja dan
dewasa pria, tetapi perempuan segala usia mungkin bisa memilikinya juga. Kurap
dan panu, terjadi di daerah yang hangat dan lembap, dan sering muncul bersamaan
dengan kaki jamuran. Kurap ataupun panu biasanya akan ditemukan di dekat
lipatan paha atas, dan dapat diidentifikasi dengan gatal tiba-tiba di daerah
selangkangan dan kulit yang bersisik. Kurap dan panu umumnya diperparah oleh
kelembapan dan gesekan konstan di area pangkal paha yang datang dari keringat
dan pakaian.

4. Kudis

Kudis adalah suatu kondisi kulit yang disebabkan oleh tungau (Sarcoptes
scabiei) yang menggali lubang-lubang kecil di kulit kita. Kondisi kulit ini juga
menyebabkan bintik-bintik merah yang tampak di area gigitan tungau.Rasa gatal
tiba-tiba yang terkait dengan kondisi ini sering timbul paling parah di malam hari.
Kudis sangat menular dan menyebar akibat kontak kulit dalam jangka waktu
panjang dengan orang dengan orang yang terkena penyakit ini, seperti ketika
berbagi pemakaian handuk, seprai, atau baju.

5. Dermatitis
Merupakan reaksi inflamasi pada kulit, terkadang disebabkan oleh alergi.
Dermatitis disebut juga eksem. Tipe dermatitis yaitu, dermatitis seborhoik,
kondisi yang terjadi adalah merah, bersisik, ruam dan gatal yang terjadi pada area
wajah (khususnya terjadi pada hidung dan alis mata), terjadi juga pada area kulit
kepala, dada dan punggung. Hal ini sering terjadi bila seseorang dalam kondisi
stress, dan mungkin terjadi pertumbuhan khamir berlebih pada kulit. Kemudian
dermatitis kontak, terjadi karena terjadinya reaksi zat kimia yang mengalami
kontak dengan kulit. Penyebab umum adalah deterjen, nikel, tanaman tertentu,
dan kosmetik. Obat kortikosteroid yang topikal dapat menjadi solusi bagi penyakit
ini. Dan yang terakhir, fotodermatitis terjadi pada orang-orang yang mengalami
abnormalitas pada kulit yang sensitif dengan cahaya. Sekumpulan titik dapat
terjadi pada bagian kulit tertentu yang terkena cahaya matahari.

2.4 Kajian Pemilihan Obat

Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit yang bukan


disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim, dermatitis kontak, gigitan
serangga, dan eksim skabies bersama-sama dengan obat skabies (Sukandar dkk,
2013). Menurut penelitian Prabowo dkk (2017) kortikosteroid topikal merupakan
obat yang paling sering digunakan untuk kasus dermatitis kontak alergi.
Antiinflamasi golongan kortikosteroid topikal merupakan terapi utama pada
sebagian besar dermatosis peradangan. Kortikosteroid juga mempunyai indikasi
penggunaan yang sangat luas, seperti untuk antiinflamasi, anti alergi, antipruritus
dan vasokontriksi (Oktaviani dkk, 2016). Bentuk sediaan salep lebih baik dipilih
karena lebih baik dalam mengoklusi epidermis sehingga dapat meningkatkan
absorpsi perkutan dari kortikosteroid dibandingkan sediaan krim dengan kekuatan
yang sama (Sukandar dkk, 2013).
Daftar Pustaka

Oktaviani Fani, Mukaddas Alwiyah, dan Faustine Ingrid. 2016. Profil Penggunaan
Obat Pasien Penyakit Kulit di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU
Anutapura
Palu. Journal of Pharmacy Vol.2(1):38-42.
Prabowo Pratama, Adioka I, Mahendra Agung, dan Ketut Desak. 2017.
Karakteristik dan Manajemen Dermatitis Kontak Alergi Pasien Rawat
Jalan
di Rumah Sakit Indera Denpasar Periode Januari-Juli 2014. E-Jurnal
Medika Vol.6(8).
Rikomah, S. 2012. Farmasi Klinik. Deepublish, Yogyakarta.
Sukandar Elin, Andrajati Retnosari, Sigit Joseph, Adnyana I, Setiadi A, dan
Kusnandar. 2013. ISO Farmakoterapi. ISFI Penerbitan, Jakarta.
Sutdrajat Afwan dan Ningsih Aprilia. 2017. Wikipedia Apoteker. Guepedia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai