Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
penerusnya.
Pembelajaran PPKn merupakan pembelajaran kewarganegaraan yang
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Sudah menjadi kewajiban
pemerintah dan pihak sekolah untuk memberi pembelajaran kewarganegaraan
kepada siswa sesuai dengan keadaan yang dimiliki siswanya, baik anak
normal maupun anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu anak
berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan sebagaimana
yang didapatkan oleh anak normal pada umumnya.
Pelaksanaan pembelajaran PPKn diawali dengan langkah-langkah
penyusunan perencanaan pembelajaran melalui penyusunan program yang
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang bersangkutan.
Pendidikan Kewarganegaraan terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan
Kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan dijadikan bahan dalam
pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan. Para pendiri negara
(the founding fathers) mengemukakan tiga tantangan yang harus dihadapi,
yaitu mendirikan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur,
membangun bangsa, serta membangun karakter.
Dengan memberikan pendidikan kewarganegaraan pada anak
berkebutuhan khusus atau anak berkelainan dimaksudkan antara lain agar
anak mempunyai wawasan kebangsaan, mengetahui hak dan kewajibannya
pada bangsa dan negaranya.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimanakah Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual?
3. Bagaimanakah Karakteristik Pembelajaran Kontekstual?
4. Bagaimanakah Komponen Pembelajaran Kontekstual?
5. Bagaimanakah Pembelajaran Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pembelajaran kontekstual
2. Mengetahui Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual
3. Mengetahui Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
4. Mengetahui Komponen Pembelajaran Kontekstual
5. Mengetahui Pembelajaran Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Kontekstual Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Dan


Pendidikan Kewarganegaraan Bagi ABK.
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Menurut Sanjaya(2005:109) “pendekatan kontekstual merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
prosesketerlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materiyang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka”.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning)adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia
nyatake dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
konteks yang terbatas, sedikitdemi sedikit, dan proses mengkonstruksi
sendiri, sebagai bekaluntuk memecahkan dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat (Nurhadi, 2004:13).
Pada dasarnya pembelajaran kontekstual guru di dalam
menyampaikan konsep pembelajaran berusaha memberikan sesuatu yang
nyata bukansesuatu yang abstrak sesuai dengan lingkungan sekitar
anak,sehingga pengetahuan yang diperoleh anak dengan pembelajaran di
kelas merupakan pengetahuan yang dimiliki dandibangun sendiri, ada
keterkaitan dengan penerapan kehidupan sehari-hari yang bisa dijadikan
bekal untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan berdasarkan
pengetahuan yang telah dibangun dan dimilikinya.

3
2. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual
Elaine Jhonson (dalam Syaefudin, 2009:165-167), mengklaim bahwa
dalam model pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama
yang sering digunakan, yaitu:
a. Saling Ketergantungan (Interdependence)
Prinsip saling ketergantungan (Interdependence) artinya dalam
proses pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti
penekanan hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan
penerapan dalam kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan
lingkungan masyarakat.
b. Prinsip Diferensiasi (Differentiation)
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling ketergantungan
yang sama-sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip
ini tidak hanya menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa
batas,akan tetapi suatu kesatuan yang saling berhubungan atau
tergantung dalam keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.
c. Prinsip Pengorganisasian (Self Organization)
Setiap individu memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh
yang berbeda dengan yang lain atau dengan individu lain sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajarannya seorang
pendidik harus mampu mendorong siswanya untuk merealisasikan
potensinya seoptimal mungkin dan pengembangan sikap dan
moralnya yang sesuai dengan yang ada di lingkungan masyarakat.

3. Komponen Pembelajaran Kontekstual


a. Kontruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis pendekatan
pembelajaran kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit melalui sebuah proses. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil
dan diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan

4
memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut pandangan
konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
siswa; (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar. Pengetahuan tumbuh berkembang
melalui pengalaman pemahaman berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apa bila selalu diuji dengan pengalaman baru.
b. Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang dilandasi pada
pencarian dan penemuan melalui berfikir secara sistematis. Pencarian
dan penemuan akan melibatkan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan baru. Dalam proses penemuan peserta didik harus
melakukan investigasi, proses investigasi membawa peserta didik
untuk belajar memperoleh infirmasi dan memproses informasi. Dan
hasil pemprosesan infrmasi akan menghasilkan suatu pemecahan
masalah yang dicantumkan kedalam bentuk laporan sebagai bukti
tindak atas upaya yang dilakukan.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu : a) merumuskan masalah, b) mengajukan hipotesa, c)
mengumpulkan data, d) menguji hipotesa berdasarkan data yang
ditemukan, e) membuat kesimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya sangat penting dalam menggali informasi yang
ingin didapat. Bertanya adalah fondasi dari interaksi belajar mengajar.
Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, melainkan guru memancing peserta didik untuk selalu
bertanya dan dapat menemukan jawabnnya sendiri. Menurut Suyadi
(2013 : 85) dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dan
menjawab dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

5
1) Menggali informasi, khususnya kemampuan dasar peserta didik
dalam penguasaan materi pelajaran yang akan maupun yang
sedang dibahas.
2) Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar lebih
sunguh-sungguh.
3) Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap topik-topik
tertentu.
4) Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan.
5) Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan
materi pembahasan.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Melalui interaksi sosial belajar akan lebih bermakna, belajar
dengan bekerja sama dengan kelompok atau masyarakat baik secara
formal maupun alamiah. Hasil belajar akan diperoleh dengan saling
berkomunikasi dengan teman atau masyarakat.
e. Pemodelan (Modelling)
Pada pembelajaran kontekstual menekankan arti penting dalam
pemodelan, dikarnakan peserta didik akan lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru peserta didik.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah proses untuk melihat kembali, mengingat kembali,
dan menganalisis kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah diproses peserta didik. Melalui proses refleksi
tidak menutup kemungkinan peserta didik akan memperbarui atau
menambah pengetahuan berdasarkan pemikiran yang mereka tanggapi.
g. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata adalah upaya yang dilakukan guru dalam
mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang perkembangan
belajar yang dilakukan peserta didik. Penilaian ini dapat dilakukan

6
dengan cara kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat
melakukan pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual


a. Kelebihan
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil
Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan
antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga
tidak akan mudah dilupakan.
2) Pembelajaran lebih produktif
Pembelajaran kontekstual, mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
kontekstual menganut aliran konstruktivisme, yang mengarahkan
siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan dapat belajar melalui
mengalami bukan menghafal.
b. Kekurangan
Kekurangan pembelajaran kontekstual diantaranya adalah
orientasi yang melibatkan siswa sehingga guru harus memahami
secara mendasar tentang perbedaan potensi individu tiap-tiap siswa.
Pembelajaran ini pada dasarnya membutuhkan berbagai sarana dan
media yang variatif. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka baik
guru maupun siswa perlu melakukan upaya berikut:
1) Bagi Guru
Guru harus memiliki kemampuan untuk memahami
secara mendalam tentang konsep pembelajaran itu sendiri,
potensi perbedaan individu siswa dikelas, beberapa pendekatan

7
pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa dan
sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang
menunjang aktivitas siswa dalam belajar.
2) Bagi Siswa
Diperlukan inisiatif dan kreativitas dalam belajar,
diantaranya: memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari
setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam
menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi
dalam meyelesaikan tugas-tugas.

5. Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan


dan Pendidikan Kewarganegaraan bagi ABK
Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Dalam
pembelajaran IPA, IPS dan PKn dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual seperti halnya strategi pembelajaran yang lain,
kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih
produktif dan bermakna. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kontekstual
bagi anak berkebutuhan khusus memiliki beberapa strategi atau bentuk
pembelajaran untuk membangun konteks dalam pikiran siswa. Strategi-
strategi tersebut antara lain:
a. Relating (menghubungkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan
menghubungkan pengalaman hidup dengan hal baru yang akan
dipelajari;
b. Experiencing (mengalami) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara
mengenalkan siswa langsung pada sebuah masalah/contoh sehingga
siswa dapat menemukan dan merumuskan pengetahuan secara mandiri.
c. Applying (menerapkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan cara
menerapkan rumusan pengetahuan yang telah dikuasai siswa dalam
situasi yang berbeda/ situasi sebenarnya.

8
d. Cooperating (bekerja sama) dalam hal ini belajar dilakukan dalam
kelompok/ masyarakat belajar sehingga terjadi komunikasi dan
bertukar pengetahuan.
e. Transfering (memindahkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan
caramemindahkan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks
baru(Suprijono, 2009: 84)
Guru harus berusaha untuk membuat peserta didik bersikap aktif selama
pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
Guru juga harus berusaha menekankan nilai-nilai karakter pembelajaran
kontekstual yaitu kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, mandiri, tanggung
jawab, peduli lingkungan sosial.

B. Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Dan


Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Abk.
1. Pengertian
Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk
mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar
yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.

Menurut Conny S (1990) pendekatan keterampilan proses adalah


pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan
cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan
sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta
dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam
pembelajaran khusus.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan


keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah
pada pengembangan kemampuan dasar berupamental fisik, dan sosial
untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan sikap dan

9
nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa
(CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu
pada diri peserta didik.

Dimyanti (2002) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan


proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki
oleh siswa adalah

1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang


tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami
rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan
konsep ilmu pengetahuan.
2) Mengajar dengan keterampilan proses berarti member kesempatan
kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan
membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses


pembelajaran, yaitu:

1) Siswa telibat langsung denganobjek nyata sehingga dapat


mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2) Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
3) Mielatih siswa untuk berpikir lebih kritis
4) Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam
pembelajaran
5) Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan
metode ilmiah.

10
2. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimyanti (2002), mengatakan bahwa pendekatan
keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar
didapatkan hasil belajar yang optimal.
c. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran.
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid
dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan
disini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990) mengatakan bahwa ada beberapa alas an
yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP)
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga
tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep
kepada siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh kongkrit.
c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relative benar seratus
persen penemuannya bersifat relative.
d. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

3. Bentuk dan Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)


Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik
secara klasikal, kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan

11
tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan
keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial.
a. Mengamati
Permendikbud NO.81a tahun 2013 berisi dalam kegiatan
mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegaiatan
melihat, menyimak, mendengar dan membaca yang diformulasikan
pada suatu proses pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
Mengamati merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling
mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses
yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai
obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera.
Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam
pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya
sekedar pada penglihatan dengan panca idera.
Pada kegiatan mengamati ini, siswa difasilitasi dan dibimbing
untuk melihat, menyimak, mendengar, dan membaca dari berbagai
sumber belajar untuk menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, proses
atau prosedur tentang dan atau konten yang terkait dengan hal yang
sedang dipelajari,
Beberapa contoh kegiatan mengamati adalah sebagai berikut:
1. Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa
(mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip,
mengamati proses, mengamati prosedur di dalam buku siswa)
2. Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi dari
radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang
puisi, mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses,

12
mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi
dari peralatan audio visual)
3. Siswa difasilitasi melihat tayangan video perakitan
komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer,
konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses
perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada
suatu tayangan video tentang perakitan komputer)
4. Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan sepeda
motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor
,konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor,
proses perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor
pada suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor).
b. Menganalisis.
Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan individu untuk
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu
pernyataan. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu
kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai
siswa dalam pembelajaran.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis,
yaitu :
1. Menganalisis unsur
Yang termasuk kemampuan menganalisis unsur ialah:
a) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan
secara eksplisit pada suatu pernyataan
b) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
c) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan
pernyataan normatif.

13
d) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan
membedakan mekanisme perilaku antara individu dan
kelompok.
e) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan yang mendukungnya.
2. Menganalisis hubungan
a) Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang
membenarkan atau hubungan suatu pernyataan dengan
pernyataan.
b) Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara
pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan
yang relevan mana yang tidak.
c) Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di
dalam suatu argumen.

3. Merancang

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan
hal yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis
mutualisme, membentuk sebuah “rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-
tugas merencanakan adminitrasi pembelajaran, diantarnya menyusunprogram
tahunana dan program semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain
bingkai pembelajaran efektif.

15
DAFTAR PUSTAKA

Conny S. 1990. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.


Dimyanti. 2002 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Lutfaidah, Anna & I Made Suwanda. 2016. Pelaksanaan Pembelajaran PPKN
bagi Anak Berkebutuhan Khusus: Studi Tentang Pembelajaran PPKN
Pada Kelas VIII Tunagrahita SMPLB-C SLB Negeri Gedangan Sidoarjo.
UNNESA. Vol 02 nomor 04.
Nurhidayah (2014). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama bagi Peserta Didik Tunanetra di SDLB
Yaketunis Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan
Kalijaga.
Suprijono, A. (2009) Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Pakem.
Yogyakarta: Pustaka Pejalar.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Penddikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syaefudin (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima.

16

Anda mungkin juga menyukai