PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian pembelajaran kontekstual?
2. Bagaimanakah Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual?
3. Bagaimanakah Karakteristik Pembelajaran Kontekstual?
4. Bagaimanakah Komponen Pembelajaran Kontekstual?
5. Bagaimanakah Pembelajaran Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pembelajaran kontekstual
2. Mengetahui Dasar Teori Pembelajaran Kontekstual
3. Mengetahui Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
4. Mengetahui Komponen Pembelajaran Kontekstual
5. Mengetahui Pembelajaran Kontekstual Dalam Mata Pelajaran IPS
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Prinsip-prinsip dalam Pembelajaran Kontekstual
Elaine Jhonson (dalam Syaefudin, 2009:165-167), mengklaim bahwa
dalam model pembelajaran kontekstual, minimal ada tiga prinsip utama
yang sering digunakan, yaitu:
a. Saling Ketergantungan (Interdependence)
Prinsip saling ketergantungan (Interdependence) artinya dalam
proses pembelajaran itu saling berhubungan atau keterkaitan seperti
penekanan hubungan antara teori dengan praktik,konsep dengan
penerapan dalam kehidupan nyata,lingkungan sekolah dengan
lingkungan masyarakat.
b. Prinsip Diferensiasi (Differentiation)
Prinsip ini hampir sama dengan prinsip saling ketergantungan
yang sama-sama saling berhubungan dan bergantung, namun prinsip
ini tidak hanya menunjukan perubahan dan kemajuan yang tanpa
batas,akan tetapi suatu kesatuan yang saling berhubungan atau
tergantung dalam keterpaduan yang bersifat saling menguntungkan.
c. Prinsip Pengorganisasian (Self Organization)
Setiap individu memiliki kesadaran sebagai kesatuan yang utuh
yang berbeda dengan yang lain atau dengan individu lain sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Dalam pembelajarannya seorang
pendidik harus mampu mendorong siswanya untuk merealisasikan
potensinya seoptimal mungkin dan pengembangan sikap dan
moralnya yang sesuai dengan yang ada di lingkungan masyarakat.
4
memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut pandangan
konstruktivisme, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan cara: (a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi
siswa; (b) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri; dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar. Pengetahuan tumbuh berkembang
melalui pengalaman pemahaman berkembang semakin dalam dan
semakin kuat apa bila selalu diuji dengan pengalaman baru.
b. Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang dilandasi pada
pencarian dan penemuan melalui berfikir secara sistematis. Pencarian
dan penemuan akan melibatkan peserta didik untuk menemukan
pengetahuan baru. Dalam proses penemuan peserta didik harus
melakukan investigasi, proses investigasi membawa peserta didik
untuk belajar memperoleh infirmasi dan memproses informasi. Dan
hasil pemprosesan infrmasi akan menghasilkan suatu pemecahan
masalah yang dicantumkan kedalam bentuk laporan sebagai bukti
tindak atas upaya yang dilakukan.
Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa
langkah, yaitu : a) merumuskan masalah, b) mengajukan hipotesa, c)
mengumpulkan data, d) menguji hipotesa berdasarkan data yang
ditemukan, e) membuat kesimpulan.
c. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya sangat penting dalam menggali informasi yang
ingin didapat. Bertanya adalah fondasi dari interaksi belajar mengajar.
Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak menyampaikan informasi
begitu saja, melainkan guru memancing peserta didik untuk selalu
bertanya dan dapat menemukan jawabnnya sendiri. Menurut Suyadi
(2013 : 85) dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dan
menjawab dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
5
1) Menggali informasi, khususnya kemampuan dasar peserta didik
dalam penguasaan materi pelajaran yang akan maupun yang
sedang dibahas.
2) Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar lebih
sunguh-sungguh.
3) Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap topik-topik
tertentu.
4) Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang diinginkan.
5) Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan
materi pembahasan.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Melalui interaksi sosial belajar akan lebih bermakna, belajar
dengan bekerja sama dengan kelompok atau masyarakat baik secara
formal maupun alamiah. Hasil belajar akan diperoleh dengan saling
berkomunikasi dengan teman atau masyarakat.
e. Pemodelan (Modelling)
Pada pembelajaran kontekstual menekankan arti penting dalam
pemodelan, dikarnakan peserta didik akan lebih mudah memahami
materi pelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru peserta didik.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah proses untuk melihat kembali, mengingat kembali,
dan menganalisis kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah diproses peserta didik. Melalui proses refleksi
tidak menutup kemungkinan peserta didik akan memperbarui atau
menambah pengetahuan berdasarkan pemikiran yang mereka tanggapi.
g. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata adalah upaya yang dilakukan guru dalam
mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang perkembangan
belajar yang dilakukan peserta didik. Penilaian ini dapat dilakukan
6
dengan cara kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat
melakukan pembelajaran.
7
pembelajaran yang berorientasi kepada aktivitas siswa dan
sarana, media, alat bantu serta kelengkapan pembelajaran yang
menunjang aktivitas siswa dalam belajar.
2) Bagi Siswa
Diperlukan inisiatif dan kreativitas dalam belajar,
diantaranya: memiliki wawasan pengetahuan yang memadai dari
setiap mata pelajaran, adanya perubahan sikap dalam
menghadapi persoalan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi
dalam meyelesaikan tugas-tugas.
8
d. Cooperating (bekerja sama) dalam hal ini belajar dilakukan dalam
kelompok/ masyarakat belajar sehingga terjadi komunikasi dan
bertukar pengetahuan.
e. Transfering (memindahkan) dalam hal ini belajar dilakukan dengan
caramemindahkan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam konteks
baru(Suprijono, 2009: 84)
Guru harus berusaha untuk membuat peserta didik bersikap aktif selama
pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual.
Guru juga harus berusaha menekankan nilai-nilai karakter pembelajaran
kontekstual yaitu kerja keras, rasa ingin tahu, kreatif, mandiri, tanggung
jawab, peduli lingkungan sosial.
9
nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa
(CBSA) sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu
pada diri peserta didik.
10
2. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimyanti (2002), mengatakan bahwa pendekatan
keterampilan proses (PKP) perlu diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar
didapatkan hasil belajar yang optimal.
c. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi
kebenaran.
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid
dalam kegiatan belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang
mengembangkan keterampilan proses yang dimaksud dengan keterampilan
disini adalah kemampuan fisik dan mental yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.
Sedangkan Conny (1990) mengatakan bahwa ada beberapa alas an
yang melandasi perlu diterapkan pendekatan keterampilan proses (PKP)
dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga
tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep
kepada siswa.
b. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh kongkrit.
c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relative benar seratus
persen penemuannya bersifat relative.
d. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
11
tersebut harus mengamati kepada pembangkitan kemampuan dan
keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial.
a. Mengamati
Permendikbud NO.81a tahun 2013 berisi dalam kegiatan
mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegaiatan
melihat, menyimak, mendengar dan membaca yang diformulasikan
pada suatu proses pembelajaran. Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
(melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau
objek.
Mengamati merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling
mendasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta
merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan proses
yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai
obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan panca indera.
Kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam
pengembangan keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya
sekedar pada penglihatan dengan panca idera.
Pada kegiatan mengamati ini, siswa difasilitasi dan dibimbing
untuk melihat, menyimak, mendengar, dan membaca dari berbagai
sumber belajar untuk menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, proses
atau prosedur tentang dan atau konten yang terkait dengan hal yang
sedang dipelajari,
Beberapa contoh kegiatan mengamati adalah sebagai berikut:
1. Siswa difasilitasi untuk membaca sumber dari buku siswa
(mengamati fakta, mengamati konsep, mengamati prinsip,
mengamati proses, mengamati prosedur di dalam buku siswa)
2. Siswa difasilitasi mendengarkan pembacaan puisi atau narasi dari
radio (mengamati fakta pada puisi, mengamati konsep tentang
puisi, mengamati prinsip sebuah puisi, mengamati proses,
12
mengamati prosedur pada pembacaan puisi atau narasi
dari peralatan audio visual)
3. Siswa difasilitasi melihat tayangan video perakitan
komputer (mengamati fakta pada perakitan komputer,
konsep perakitan komputer , prinsip perakitan komputer , proses
perakitan komputer, prosedur perakitan komputer pada
suatu tayangan video tentang perakitan komputer)
4. Siswa difasilitasi melihat demonstrasi perbaikan sepeda
motor (mengamati fakta pada perbaikan sepeda motor
,konsep perbaikan sepeda motor, prinsip perbaikan sepeda motor,
proses perbaikan sepeda motor, prosedur perbaikan sepeda motor
pada suatu demonstrasi perbaikan sepeda motor).
b. Menganalisis.
Kemampuan menganalisis merupakan kemampuan individu untuk
menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan
hubungan antar-bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu
peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu
pernyataan. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu
kemampuan kognitif tingkat tinggi yang penting untuk dikuasai
siswa dalam pembelajaran.
Secara rinci Bloom mengemukakan tiga jenis kemampuan analisis,
yaitu :
1. Menganalisis unsur
Yang termasuk kemampuan menganalisis unsur ialah:
a) Kemampuan melihat asumsi-asumsi yang tidak dinyatakan
secara eksplisit pada suatu pernyataan
b) Kemampuan untuk membedakan fakta dengan hipotesa.
c) Kemampuan untuk membedakan pernyataan faktual dengan
pernyataan normatif.
13
d) Kemampuan untuk mengidentifikasi motif-motif dan
membedakan mekanisme perilaku antara individu dan
kelompok.
e) Kemampuan untuk memisahkan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan yang mendukungnya.
2. Menganalisis hubungan
a) Kemampuan untuk mengenal unsur-unsur khusus yang
membenarkan atau hubungan suatu pernyataan dengan
pernyataan.
b) Kemampuan untuk menganalisis hubungan di antara
pernyataan dan argumen guna membedakan mana pernyataan
yang relevan mana yang tidak.
c) Kemampuan untuk mendeteksi hal-hal yang tidak logis di
dalam suatu argumen.
3. Merancang
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjadi guru yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan
hal yang mudah lantaran seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis
mutualisme, membentuk sebuah “rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-
tugas merencanakan adminitrasi pembelajaran, diantarnya menyusunprogram
tahunana dan program semester perlu dilakukan dalam rangka mendesain
bingkai pembelajaran efektif.
15
DAFTAR PUSTAKA
16