Anda di halaman 1dari 38

 Pengertian Bangunan

Bangunan adalah setiap struktur yang digunakan atau dimaksudkan untuk menunjang
atau mewadahi suatu penggunaan atau kegiatan manusia. Bangunan adalah struktur
buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di
suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala
sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam
membangun peradabannya. Beberapa contoh bangunan, di antaranya :
1. Rumah tinggal
2. Gedung tinggi
3. Jalan raya
4. Jalan kereta api/rel
5. Dermaga pelabuhan
6. Bandara
7. Bendungan
8. Terowongan bawah tanah atau laut
9. Saluran irigasi

 Pengertian Pondasi
Pondasi adalah bangunan bawah permukaan yang berfungsi sebagai penahan yang
menyalurkan beban dari bangunan ke lapisan tanah di bawahnya. Pondasi dapat dibagi
menjadi beberapa bagian, di antaranya :
A. Pondasi Dangkal : Pondasi telapak sebar
Pondasi jalur
Pondasi Rakit
B. Pondasi Dalam : Pondasi tiang bor
Pondasi tiang pancang (tiang kayu, tiang beton, tiang baja)
Pondasi kaison

Pondasi Dangkal Pondasi Dalam

1
1. Pondasi Rumah Tinggal

Pondasi rumah tinggal kuat adalah syarat yang harus dipenuhi untuk mewujudkan
berdirinya sebuah bangunan yang kokoh dengan berbagai model arsitektur rumah
terbaik di atasnya, terdapat banyak jenis pondasi yang dapat dipilih untuk digunakan
dalam struktur rumah dengan berbagai kelebihan dan kekuranganya masing-masing.
Pemilihan jenis dan ukuran pondasi menyesuaikan dengan beberapa hal agar bangunan
dapat berdiri dengan kuat. Pemilihan jenis pondasi juga harus menyesuaikan kondisi
tanah agar posisi pondasi stabil serta tidak mengalami penurunan bangunan yang
membahayakan kekuatan struktur bangunan, misalnya pada tanah lembek akan lebih
baik jika menggunakan pondasi cakar ayam yang mempunyai prinsip seperti akar
serabut pohon kelapa yang meski tumbuh di pinggir pantai dengan tanah lembek masih
mampu berdiri kokoh menjulang tinggi, sedangkan untuk tanah keras bisa digunakan
pasangan batu kali.

Pondasi disesuaikan dengan beban bangunan yang dipikul, misalnya untuk pondasi
rumah tinggal bertingkat 2 lantai digunakan perpaduan antara pondasi batu kali dan foot
plat pada area kolom struktur sedangkan pada rumah sederhana 1 lantai cukup
menggunakan pasangan batu kali saja karena beban yang harus ditahan pondasi tidak
terlalu berat, atau pada situasi tertentu yang hanya merupakan bangunan kayu atau
bambu yang ringan maka dapat menggunakan pondasi rollag dari pasangan batu bata.
Pertimbangan lainya dalam memilih jenis pondasi adalah tipe bangunan yang berdiri
diatasnya apakah merupakan rumah tinggal sederhana atau bangunan bertingkat tinggi,
untuk gedung berlantai banyak dapat menggunakan pondasi tiang pancang atau pondasi
bor pile dengan kedalaman pemancangan sampai ke titik lapisan tanah keras yang dapat
diketahui dengan cara melakukan tes tanah sebelum merencanakan pondasi bangunan
bertingkat tinggi, sedangkan untuk pondasi rumah sederhana cukup dengan
menggunakan pondasi batu kali.

Jenis-Jenis Pondasi
1. Pondasi Batu Kali

Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik.
Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm.
Dengan lebar tapak sama dengan tingginya. Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini
adalah :

2
- Batu belah (batu kali/guning)
- Pasir pasang
- Semen PC (abu-abu).
Kelebihan :
 Pelaksanaan pondasi mudah
 Waktu pengerjaan pondasi cepat
 Batu belah mudah didapat, (khususnya pulau jawa)
Kekurangan :
 Batu belah di daerah tertentu sulit dicari
 Membuat pondasi ini memerlukan cost besar (bila sesuai kondisi pertama)
 Pondasi ini memerlukan biaya lebih mahal jika untuk rumah bertingkat.

2. Pondasi Tapak (Foot Plate)

Pondasi yang biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas
tanah lembek. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang dan letaknya tepat di bawah
kolom/tiang dan kedalamannya sampai pada tanah keras. Pondasi tapak ini dapat
dikombinasikan dengan pondasi batu belah/kali. Pengaplikasiannya juga dapat
langsung menggunakan sloof beton dengan dimensi tertentu untuk kepentingan
pemasangan dinding. Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah
sempit yang akan dikembangkan ke atas.

Kebutuhan Bahannya adalah:


- Batu pecah / split (2/3)
- Pasir beton
- Semen PC
- Besi beton
- Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan)
Kelebihan :
 Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya
 Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja)
 Untuk bangunan bertingkat penggunaan pondasi foot plate lebih handal daripada
pondasi batu belah. Kekurangan :
 Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama).

3
 Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai
umur beton).
 Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
 Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
 Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian
tanah.

3. Pondasi Pelat Beton Lajur

Lajur Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang
menggunakan pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas penampang
tersebut dibagi dengan cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu melebar Pondasi
ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini disebabkan
seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan
dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat. Ukuran lebar pondasi
pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini
disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi batu belah bila
batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke
atas.
Kelebihan :
 Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
 Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat kolom
strukturnya.
 Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu
belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa,
angin, ledakan dan lain-lain
Kekurangan :
 Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama).
 Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai
umur beton).
 Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
 Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
 Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian
tanah.

4
4. Pondasi Batu Bata

Sama seperti halnya pondasi batu kali, pondasi batu bata memiliki fungsi yang sama
dengan pondasi batu kali. Yang membedakan keduanya adalah bahan yang digunakan
serta kondisi alam di sekitarnya. Batu bata adalah bahan yang rentan terhadap air, maka
pemasangan pondasi batu bata harus lebih maksimal atau terselimuti dengan baik.

2. Pondasi Gedung Tinggi

Beton bertulang adalah material yang paling cocok sebagai pondasi untuk struktur
beton bertulang maupun bangunan baja, jembatan, menara, dan struktur lainnya. Beban
dari kolom yang bekerja pada pondasi ini harus disebar ke permukaan tanah yang cukup
luas sehingga tanah dapat memikul beban dengan aman. Jika tegangan tekan melebihi
tekanan yang diizinkan, maka dapat menggunakan bantuan tiang pancang untuk
membantu memikul tegangan tekan pada dinding dan kolom pada struktur.

1. Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya. Disebut pondasi
sumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali tanah berdiameter 60 - 80 cm
seperti menggali sumur. Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8 meter. Pada
bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.
Pondasi jenis ini digunakan bila lokasi pembangunannya jauh sehingga tidak
memungkinkan dilakukan transportasi untuk mengangkut tiang pancang. Walaupun
lokasi pembangunan memungkinkan, pondasi jenis ini jarang digunakan. Selain
boros adukan beton, penyebab lainnya adalah sulit dilakukan pengontrolan hasil cor
beton di tempat yang dalam. Kelebihan :

5
 Alternatif penggunaan pondasi dalam, jika material batu banyak dan bila tidak
dimungkinkan pengangkutan tiang pancang.
 Tidak diperlukan alat berat.
 Biayanya lebih murah untuk tempat tertentu.
Kekurangan :
 Bagian dalam dari hasil pasangan pondasi tidak dapat di kontrol (Karena batu dan
adukan dilempar/ dituang dari atas)
 Pemakaian bahan boros.
 Tidak tahan terhadap gaya horizontal (karena tidak ada tulangan).
 Untuk tanah lumpur, pondasi ini sangat sulit digunakan karena susah dalam
menggalinya.

2. Pondasi Bored Pile atau Strauss pile (untuk Bangunan Bertingkat)

Pondasi Bored pile digunakan untuk banguna berlantai banyak seperti rumah susun
yang memiliki lantai 4-8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku yang kemudian
di tancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat seperti kren.

3. Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk bangunan bertingkat)

Pondasi tiang pancang ini merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk
pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent
Office dan sebagainya. Pondasi ini hampir sama dengan pondasi bored pile. Namun
pondasi tiang pancang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan
pondasi bored pile.

5. Pondasi Tapak atau Ceker Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3 Lantai)

6
Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan. Terutama bangunan bertingkat
serta bangunan yang berdiri di atas tanah lembek. Pondasi tapak di temukan
oleh Alm Prof Ir Sediyatmo tsb, dan dikembangkan oleh Prof Ir Bambang
Suhendro, Dr harry Christady dan Ir Maryadi Darmokumoro, yang dikenal
dengan Sistim Cakar Ayam Modifikasi (CAM). Modifikasi yang dilakukan
adalah : penggantian pipa beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm,
perhitungan dalam 3 Dimensi dan penambahan "koperan" pada tepi slab. Sistim
CAM tsb telah di uji skala penuh oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas
jalan Pantura Indramyu-Pemanukan (2007) dan digunakan di Jalan Tol seksi 4
Makasar (2008)

3. Pondasi Jalan Raya

Prosedur Desain dengan 4 Kondisi Tanah:


A. Kondisi tanah dasar normal, CBR > 3% & dapat dipadatkan secara mekanis, kondisi
normal inilah yang sering diasumsikan oleh desainer.
B. Kondisi tanah dasar langsung diatas timbunan ren-dah (< 3m) diatas tanah lunak
aluvial jenuh. CBR lab. tidak dapat digunakan, karena optimasi kadar air dan
pemadatan secara mekanis tidak mungkin dilakukan di lapangan. Kepadatan dan daya
dukung tanah asli rendah sampai kedalaman yang signifikan sehingga diperlukan
prosedur stabilisasi khusus.
C. Sama dng kondisi B namun tanah lunak aluvial dalam kondisi kering. CBR lab.
memiliki validitas yang terbatas karena kepadatan tanah yg rendah dapat muncul pada
kedalaman pada batas yg tidak dapat dipadatkan dengan peralatan konvensional.
Kondisi ini membutuhkan prosedur stabilisasi khusus
D. Tanah dasar diatas timbunan diatas tanah gambut
Metoda A (tanah normal) :
– Kondisi A1 : tanah dasar bersifat plastis atau berupa lanau, tentukan nilai batas-batas Atterberg
(PI), gradasi, potensi pengembangan (potential swelling), letak muka air tanah, zona iklim,
galian atau timbunan dan tetapkan nilai CBR dari Bagan Desain1 atau dari uji laboratorium
perendaman 4 hari
– Kondisi A2 : tanah dasar bersifat berbutir atau tanah residual tropis (tanah merah, laterit), nilai
desain daya dukung tanah dasar harus dalam kondisi 4 hari perendaman, pada 95% kepadatan
kering modifi-kasi.

7
– Untuk kedua kondisi, pilih tebal perbaikan tanah dasar dari Bagan Desain 2

Metoda B (tanah aluvial jenuh) :


Lakukan survei DCP (kalibrasi terlebih dahulu) atau survei resistivitas dan karakterisasi tanah
untuk mengidentifikasi sifat dan kedalaman tanah lunak & daerah yg membutuhkan perbaikan
tambahan
Jika tanah lunak < 1 m, tinjau efektitas biayanya jika opsi pengangkatan semua tanah lunak.
Jika tidak, tetapkan tebal lapisan penopang (capping layer) & perbaikan tanah dasar dari Bagan
Desain 2.
Tetapkan waktu perkiraan awal pra-pembebanan dari Tabel 10.2. Sesuaikan waktu perkiraan
awal tersebut (umumnya primary settlement time) jika dibutuhkan untuk memenuhi ketentuan
jadwal pelaksanaan melalui analisis geoteknik dan pengu-kuran seperti beban tambahan
(surcharge) atau vertikal drain. Jika waktu pra-pembebanan berlebihan atau terdapat batas
ketinggian timbunan (misal pada kasus pelebaran jalan eksisting atau untuk jalan dibawah
jembatan, maka bisa digunakan metode stabilisasi lainnya misal cakar ayam, pemacangan atau
pencampuran tanah dalam.

Metoda C (tanah aluvial kering) :


Umumnya kekuatannya sangat rendah (misal CBR < 2%) di bawah lapis permukaan kering
yang relatif keras. Kedalaman berkisar antara 400 – 600 mm. Identifikasi termudah untuk
kondisi ini adalah menggunakan uji DCP. Umumnya terdapat pada dataran banjir kering dan
area sawah kering
Daya dukung yang baik dapat hilang akibat penga-ruh dari lalin konstruksi dan musim hujan.
Penanganan pondasi harus sama dengan penanganan pada tanah aluvial jenuh, kecuali jika
perbaikan lanjutan dilakukan setelah pelaksanan pondasi jalan selesai pada musim kering, jika
tidak perbaikan Metode B harus dilakukan.
Metode perbaikan lanjutan tersebut adalah:
 Jika lapis atas dapat dipadatkan menggunakan pemadat pad foot roller, maka tebal lapis
penopang dari Bagan Desain 2 dapat dikurangi sebesar 200 mm (keterangan ini harus
dimasuk-kan dalam Gambar Rencana)

 Digunakan metode pemadatan yang lebih dalam terbaru seperti High Energy Impact
Compaction (HEIC) atau pencampuran tanah yg lebih dalam dapat mengurangi
kebutuhan lapis penopang.

Tanah Ekspansif :
Tanah dengan Potensi Pengembangan (Potential Swell) > 5%, diuji dengan SNI No.03-1774-
1989 pada OMC dan 100% MDD. Persyaratan tambahan untuk desain pondasi jalan diatas
tanah ekspansif (prosedur AE pada Bagan Desain 2) adalah sbb :

 Tebal lapisan penopang minimum seperti dalam Bagan Desain 2. Bagian atas dari lapis
penopang atau lapis timbunan pilihan harus memiliki per-meabilitas rendah atau
seharusnya merupakan lapisan yang distabilisasi

 Variasi kadar air tanah dasar harus diminimasi. Opsinya termasuk lapis penutup untuk
bahu jalan, saluran dng pasangan, saluran penangkap (cut off drains), penghalang
aliran. Drainase bawah permukaan digunakan jika dapat meng-hasilkan penurunan
variasi kadar air

8
Tanah Gambut :

 Konstruksi harus dilaksanakan bertahap utk meng- akomodasi terjadinya


konsolidasi sebelum pengham-paran lapis perkerasan beraspal. Perkerasan
kaku (tidak termasuk cakar ayam & micropile slab) tidak boleh dibangun diatas
tanah gambut.
 Jika dibutuhkan timbunan tinggi, seperti oprit jem-batan, extended
structure harus digunakan atau timbunan harus dipancang untuk mengurangi
beban lateral pada tiang pancang jembatan. Kemiringan timbunan tidak boleh
lebih curam dari 1:3 kecuali terdapat bordes (berm).
Jika pengalaman yg lalu dari kinerja jalan akibat lalin diatas tanah gambut terbatas, maka
timbunan per-cobaan harus dilaksanakan. Timbunan percobaan harus dipantau untuk
memeriksa stabilitas timbun-an, waktu pembebanan & data lainnya. Tidak boleh ada
pelaksanaan pekerjaan sebelum percobaan sele-sai (ket. ini harus dimasukkan dalam Gbr
Rencana)
Perbaikan Tanah Dasar dengan Stabilisasi :
Termasuk : material timbunan pilihan, stabilisasi kapur, atau stabilisasi semen. Pelebaran
perke-rasan pada area galian sering terjadi pada dae-rah yg sempit atau tanah dasar yg dibentuk
tak teratur, yg sulit untuk distabilisasi. Dalam hal ini, timbunan pilihan lebih diutamakan.
Daya dukung material stabilisasi yg digunakan untuk desain harus diambil konservatif dan
tidak lebih dari nilai terendah dari :
Nilai CBR laboratorium rendaman 4 hari
q < 4 x daya dukung material asli yg digunakan untuk stabilisasi
q < nilai yg diperoleh dari formula :
CBR lapis atas tanah dasar distabilisasi =
CBR tanah asli x 2^ (tebal tanah dasar stabilisasi/150)
Formasi Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir :
Tinggi Minimum Tanah Dasar diatas Muka Air Tanah dan Muka Air Banjir

 Pondasi Telford

9
Jenis pondasi ini terbuat dari batu belah ukuran 15 – 25 cm dengan batu pengunci. Batu belah
tersebut diatas diatur pada bagian lapisan pasir setebal 10 cm dengan tujuan lapisan pasir
dipakai untuk keperluan kemungkinan drainasi. PEngaturan batu belah dilakukan dengan
sistem manual dan diusahakan agar rongga-rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut
sekecil mungkin. Untuk memperkuat berdirinya batu belah tersebut, di sela-sela batu belah
dipasang pasak-pasak batu kemudian digilas. Batu-batuan yang kecil ditebarkan di bagian
atasnya untuk mengisi rongga-rongga yang terjadi di antara batu belah tersebut kemudian di
lakukan penggilasan lagi. Pada saat pelaksanaan penggilasan, kadang kala diberi air
secukupnya dengan tujuan agar batu-batu kecil dapat masuk ke dalam sela-sela batu belah yang
ada. Kekuatan jenis konstruksi telford ditimbulkan oleh gesekan antar batu-batu tersebut,
sehingga kekuatan konstruksi ini sangat tergantung pada bidang-bidang kontak antar batu serta
permukaan batu harus kasar. Semakin besar bidang kontak dan semakin kasar permukaan batu,
maka akan memberi daya dukung yang besar pula. Maka untuk
konstruksi Telford dipergunakan batu belah yang memberikan gesekan yang lebih
besar.Apabila bidang kontak permukaan batu tersebut kecil atau tidak ada sama sekali maka
konstruksi Telford akan rusak. Hal-hal yang dapat menyebabkan kerusakan pondasi Telford
antara lain :
1. Penopang tepi pada pondasi terlepas
2. Batu yang dipakai ternyata tidak tahan aus
3. Beban yang diderita terlalu besar, sehingga gesekan yang tersedia untuk melawan beban
tersebut tidak mencukupi.

4. Pondasi Jalan Kereta Api/Rel

10
Struktur jalan rel dibagi ke dalam dua bagian struktur yang terdiri dari kumpulan komponen-
komponen jalan rel yaitu:

1. Struktur bagian atas, atau dikenal sebagai superstructure yang terdiri dari komponen-
komponen seperti rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie).
2. Struktur bagian bawah, atau dikenali sebagai substructure, yang terdiri dari komponen balas
(ballast), subbalas (subballast), tanah dasar (improve subgrade) dan tanah asli (natural
ground). Tanah dasar merupakan lapisan tanah di bawah subbalas yang berasal dari tanah asli
tempatan atau tanah yang didatangkan (jika kondisi tanah asli tidak baik), dan telah
mendapatkan perlakuan pemadatan (compaction) atau diberikan perlakuan khusus (treatment).
Pada kondisi tertentu, balas juga dapat disusun dalam dua lapisan, yaitu : balas atas (top ballast)
dan balas bawah (bottom ballast).

Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yang menghimpun komponen-
komponennya seperti rel, bantalan, penambat dan lapisan fondasi serta tanah dasar secara
terpadu dan disusun dalam sistem konstruksi dan analisis tertentu untuk dapat dilalui kereta api
secara aman dan nyaman. Gambar di bawah ini menjelaskan bagian-bagian struktur atas dan
bawah konstruksi jalan rel dan secara skematik menjelaskan keterpaduan komponen-
komponennya dalam suatu sistem struktur.
Komponen penyusun jalan rel kereta api:

1. Rel (batangan besi baja)


Batang rel terbuat dari besi ataupun baja bertekanan tinggi, dan juga mengandung karbon,
mangan, dan silikon. Batang rel khusus dibuat agar dapat menahan beban berat (axle load) dari
rangkaian KA yang berjalan di atasnya. Inilah komponen yang pertama kalinya menerima
transfer berat (axle load) dari rangkaian KA yang lewat. Tiap potongan (segmen) batang rel
memiliki panjang 20-25 m untuk rel modern, sedangkan untuk rel jadul panjangnya hanya 5-
15 m tiap segmen. Batang rel dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan berat batangan per
meter panjangnya.
Di Indonesia dikenal 4 macam batang rel, yakni R25, R33, R42, dan R54. Misalkan, R25
berarti batang rel ini memiliki berat rata-rata 25 kilogram/meter. Makin besar “R”, makin tebal
pula batang rel tersebut.Berikut ini daftar rel yang digunakan di Indonesia menggunakan
standar UIC dengan Standar:
· Rel 25 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 25 kilogram (kg).
· Rel 33 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 33 kilogram (kg).

11
· Rel 41 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 41 kilogram (kg).
· Rel 42 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 42 kilogram (kg).
· Rel 50 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 50 kilogram (kg).
· Rel 54 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 54 kilogram (kg).
· Rel 60 yang berarti tiap 1 meter potongan rel beratnya adalah 60 kilogram (kg).

Perbedaan tipe batang rel mempengaruhi beberapa hal, antara lain (1) besar tekanan
maksimum (axle load) yang sanggup diterima rel saat KA melintas, dan (2) kecepatan
laju KA yang diijinkan saat melewati rel. Semakin besar “R”, maka makin besar axle
load yang sanggup diterima oleh rel tersebut, dan KA yang melintas di atasnya dapat
melaju pada kecepatan yang tinggi dengan stabil dan aman.
Tipe rel paling besar yang digunakan di Indonesia adalah UIC R54) yang
digunakan untuk jalur KA yang lalu lintasnya padat, seperti lintas Jabodetabek dan lintas
Trans Jawa. Tak ketinggalan lintas angkutan batubara di Sumsel-Lampung yang
memiliki axle load paling tinggi di Indonesia.

2. Bantalan Rel
Bantalan rel (sleepers) dipasang sebagai landasan dimana batang rel diletakkan dan
ditambatkan. Berfungsi untuk (1) meletakkan dan menambat batang rel, (2) menjaga kelebaran
trek (track gauge, adalah ukuran lebar trek rel. Indonesia memiliki track gauge 1067 mm) agar
selalu konstan, dengan kata lain agar batang rel tidak meregang atau menyempit, (3) menumpu
batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA, sekaligus (4)
mentransfer axle load yang diterima dari batang rel dan plat landas untuk disebarkan ke lapisan
batu ballast di bawahnya.
Oleh karena itu bantalan harus cukup kuat untuk menahan batang rel agar tidak bergesar,
sekaligus kuat untuk menahan beban rangkaian KA. Bantalan dipasang melintang dari posisi
rel pada jarak antarbantalan maksimal 60 cm. Ada tiga jenis bantalan, yakni :
a. Bantalan Kayu (Timber Sleepers), terbuat dari batang kayu asli maupun kayu campuran, yang
dilapisi dengan creosote (minyak pelapis kayu) agar lebih awet dan tahan jamur.
b. Bantalan Plat Besi (Steel Sleepers), merupakan bantalan generasi kedua, lebih awet dari kayu.
Bantalan besi tidak dipasang pada trek yang ter-eletrifikasi maupun pada trek yang
menggunakan persinyalan elektrik.
c. Bantalan Beton Bertulang (Concrete Sleepers), merupakan bantalan modern saat ini, dan
paling banyak digunakan karena lebih kuat, awet, murah, dan mampu menahan beban lebih
besar daripada dua bantalan lainnya.

12
Perbandingan umur bantalan rel KA yang dipergunakan dalam keadaan normal dapat ditaksir
sebagai berikut :
· Bantalan kayu yang tidak diawetkan: 3-15 tahun.
· Bantalan kayu yang diawetkan: 25-40 tahun.
· Bantalan besi baja: sekitar 45 tahun.
· Bantalan beton: diperkirakan 60 tahun.
3. Plat Landas
Pada bantalan kayu maupun besi, di antara batang rel dengan bantalan dipasangi Tie Plate
(plat landas), semacam plat tipis berbahan besi tempat diletakkannya batang rel sekaligus
sebagai lubang tempat dipasangnya Penambat (Spike). Sedangkan pada bantalan beton,
dipasangi Rubber Pad, sama seperti Tie Plate, tapi berbahan plastik atau karet dan fungsinya
hanya sebagai landasan rel, sedangkan lubang/tempat dipasangnya penambat umumnya
terpisah dari rubber pad karena telah melekat pada beton.
Fungsi plat landas selain sebagai tempat perletakan batang rel dan juga lubang penambat,
juga untuk melindungi permukaan bantalan dari kerusakan karena tindihan batang rel, dan
sekaligus untuk mentransfer axle load yang diterima dari rel di atasnya ke bantalan yang ada
tepat dibawahnya.

13
4. Penambat Rel
Fungsinya untuk menambat/mengaitkan batang rel dengan bantalan yang menjadi tumpuan
batang rel tersebut, agar (1) batang rel tetap menyatu pada bantalannya, dan (2) menjaga
kelebaran trek (track gauge). Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan
dan tipe batang rel yang digunakan. Ada dua jenis penambat rel, yakni Penambat Kaku dan
Penambat elastis.
Penambat kaku misalnya paku rel, mur, baut, sekrup, atau menggunakan tarpon yang
dipasang menggunakan pelat landas. Umumnya penambat kaku ini digunakan pada jalur kereta
api tua. Karakteristik dari penambat kaku adalah selalu dipasang pada bantalan kayu atau
bantalan besi. Penambat kaku kini sudah tidak layak digunakan untuk jalan rel dengan
frekuensi dan axle load yang tinggi. Namun demikian tetap diperlukan sebagai penambat rel
pada bantalan kayu yang dipasang pada jalur wesel, jembatan, dan terowongan.

Penambat elastis dibuat untuk menghasilkan jalan rel KA yang berkualitas tinggi, yang
biasanya digunakan pada jalan rel KA yang memiliki frekuensi dan axle load yang tinggi.
Karena sifatnya yang elastis sehingga mampu mengabsorbsi getaran pada rel saat rangkaian
KA melintas, oleh karena itu perjalan KA menjadi lebih nyaman dan dapat mengurangi resiko
kerusakan pada rel maupun bantalannya. Selain itu penambat elastis juga dipakai pada rel yang
disambungan dengan las termit (istilahnya Continuous Welded Rails, karena sambungan rel
dilas sehingga tidak punya celah pemuaian) karena kemampuannya untuk menahan batang rel
agar tidak bergerak secara horizontal saat pemuaian. Penambat elastis inilah yang sekarang
banyak digunakan, terutama pada bantalan beton, meskipun ada juga yang digunakan pada
bantalan kayu dan bantalan besi.
Berbagai macam penambat elastis, antara lain:
· Penambat Pandrol E-Clip produksi Pandrol Inggris
· Penambat Pandrol Fastclip produksi Pandrol Inggris
· Penambat Kupu-kupu produksi Vossloh
· Penambat DE-Clip produksi PT. Pindad Bandung
· Penambat KA Clip produksi PT. Pindad Bandung.
Yang digunakan di Indonesia adalah E-Clip, DE-Clip, dan KA Clip.

14
5. Plat Penyambung Rel
Merupakan plat besi dengan panjang sekitar 50-60 cm, yang berfungsi untuk menyambung dua
segmen/potongan batang rel. Pada plat tersebut terdapat 4 atau 6 lubang untuk tempat
skrup/baut (Bolt) penyambung serta mur-nya (Nut). Batang rel biasanya hanya memiliki
panjang sekitar 20-25 meter tiap potongnya, sehingga perlu komponen penyambung berupa
plat besi penyambung beserta bautnya. Pada setiap sambungan rel, terdapat celah pemuaian
(Expansion Space), sehingga saat rangkaian KA lewat akan terdengar bunyi “jeg-jeg…jeg-jeg”
dari bunyi roda KA yang melewati celah pemuaian tersebut.
Penyambungan rel menggunakan komponen-komponen di atas dikenal sebagai Metode
Sambungan Tradisional (Conventional Jointed Rails). Sedangkan dewasa ini telah dikenal
metode penyambungan rel dengan Las Termit, yang disebut dengan Continuous Welded Rails
(CWR). Dengan metode CWR, tiap 2 sampai 4 potong batang rel dapat dilas menjadi satu rel
yang panjang tanpa diberi celah pemuaian, sehingga tiap CWR memiliki panjang sekitar 40-
100 m.
CWR biasanya diterapkan pada jalur dengan kecepatan laju KA yang tinggi, karena permukaan
rel menjadi lebih rata dan halus sehingga rangkaian KA dapat lewat dengan lebih nyaman.
Penerapan CWR juga mengurangi resiko rusaknya roda KA, karena roda KA akan “njeglong”
atau “tersandung” saat melewati celah pemuaian. Lalu bagaimana dengan pemuaian batang
rel? hal ini dapat disiasati dengan menggunakan penambat elastis yang mampu menahan
gerakan pemuaian batang rel (gerakan mendatar dimana batang rel akan meregang saat panas
dan menyusut saat dingin). Jika penambatnya berupa penambat kaku, bisa disiasati dengan
memasang rail anchor.

15
6. Rail Anchor
Satu lagi komponen trek rel KA yakni rail anchor (anti creep). Rail anchor digunakan pada
rel yang disambung secara CWR. Fungsinya untuk menahan gerakan pemuaian batang rel,
karena pada sambungan CWR tidak terdapat celah pemuaian.
Pada gambar di bawah, rail anchor dipasang di bawah permukaan batang rel tepat
disamping bantalan agar dapat menahan gerakan pemuaian rel. Rail anchor tidak dipasang pada
rel yang ditambat dengan penambat elastic, karena fungsinya sama seperti penambat elastis,
yakni untuk mencegah gerakan pemuaian batang rel. Jadi, rail anchor dipasang bersama dengan
penambat kaku pada bantalan kayu atau besi.

5. Pondasi Dermaga/Pelabuhan

Pemilihan jenis struktur dermaga dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga
penumpang ataupun barang yang bisa berupa barang satuan, curah, atau cair), ukuran kapal,
arah gelombang dan angin, kondisi topografi, dan tanah dasar laut. Di bawah ini merupakan
jenis-jenis struktur demaga yang pada umumnya sering ditemui:

1) Deck On Pile
Struktur Dermaga Deck On Pile (open type structure) menggunakan serangkaian tiang pancang
(piles) sebagai pondasi untuk lantai dermaga. Seluruh beban di lantai dermaga, termasuk gaya
akibat berthing dan mooring, diterima sistem lantai dermaga dan tiang pancang pada struktur
dermaga ini.

16
Di bawah lantai dermaga, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta
dilapisi dengan perkuatan (revement) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air
yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar
akibat berthing dan mooring kapal, dapat dilakukan pemasangan tiang pancang miring. Pada
umumnya, jenis struktur tiang pada Struktur Dermaga Deck On Pile sedikit sensitif terhadap
getaran-getaran lokal seperti tumbukan bawah air akibat haluan kapal dibandingkan struktur
dermaga lainnya.
Keuntungan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) sudah umum digunakan,
(2) mudah dilaksanakan, dan
(3) perawatan lebih mudah.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Deck On Pile:
(1) diperlukan pekerjaan pengerukan dengan volume yang cukup besar,
(2) diperlukan proteksi pada kemiringan tanah di bawah lantai dermaga, dan
(3) diperlukan pemasangan tiang miring apabila gaya lateral cukup besar.

2) Sheet Pile
Dermaga jenis ini menggunakan sheet pile (turap atau dinding penahan tanah) untuk
menahan gaya-gaya akibat perbedaan elevasi antara lantai dermaga dengan dasar kolam.
Struktur Dermaga Sheet Pile adalah jenis struktur yang tidak memperdulikan kemiringan alami
dari tanah. Struktur jenis ini biasanya dibangun pada garis pantai yang memiliki kemiringan
curam dimana, pada umumnya, tanah pada bagian laut kemudian dikeruk untuk menambah
kedalaman kolam pelabuhan. Tiang pancang masih diperlukan untuk menahan gaya lateral dari
kapal yang sedang sandar atau untuk membantu sheet pile menahan tekanan lateral tanah.
Struktur sheet pile ini dapat direncanakan dengan menggunakan sistem penjangkaran (anchor)
ataupun tanpa penjangkaran. Sistem penjangkaran dapat berupa tiang angkur atau angkur
batu. Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Sheet Pile
kurang cocok karena gelombang akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah
dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Sheet Pile adalah tidak memerlukan pengerukan tanah di
bawah deck.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Sheet Pile: (1) perlu perlindungan terhadap korosi, (2)
perlu perbaikan tanah, dan (3) masih memerlukan tiang miring.

17
3) Diaphragma Wall
Selain sheet pile, diaphragma wall beton juga dapat berfungsi sebagai penahan tekanan lateral
tanah. Struktur Dermaga Diafragma Wall terdiri dari blok-blok beton bertulang berukuran
besar yang diatur sedemikian rupa. Perletakan blok beton dengan kemiringan tertentu
dimaksudkan agar terjadi geseran antara blok beton satu dengan lainnya sehingga dicapai
kesatuan konstruksi yang mampu memikul beban-beban vertikal (dari lantai dermaga) maupun
horizontal pada dermaga. Barrette pile dapat digunakan pada struktur ini, yang berfungsi
sebagaianchor untuk diaphragma wall, keduanya dihubungkan oleh sistem tie beam atautie
slab. Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Diaphragma
Wall kurang cocok karena gelombang akan menghantam dinding danterjadi olakan air di
daerah dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Diaphragma Wall: waktu pelaksanaan relatif singkat, dan
dinding dapat dirancang menerima gaya aksial.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Diaphragma Wall: (1) harus dilaksanakan oleh tenaga
ahli dalam bidang ini, (2) memerlukan material khusus, dan (3) memerlukan peralatan khusus.

4) Caisson
Struktur ini merupakan salah satu jenis dari dermaga gravity structure. Pada prinsipnya,
struktur dermaga jenis ini memanfaatkan berat sendiri untuk menahan beban-beban vertikal
dan horizontal pada struktur dermaga serta untuk menahan tekanan tanah. Caisson dalah suatu
konstruksi blok-blok beton bertulang berbentuk kotak-kotak yang dibuat di darat dan dipasang
pada lokasi dermaga dengan cara diapungkan dan diatur pada posisi yang direncanakan,
kemudian ditenggelamkan dengan mengisi dinding kamar-kamar caisson dengan pasir laut
ataupun batu.Untuk kondisi perairan dimana gelombang agak besar, Struktur Dermaga Caisson

18
kurang cocok karena gelombang akan menghantam dinding dan terjadi olakan air di daerah
dimana kapal sandar.
Keuntungan Struktur Dermaga Caisson: (1) blok-blok caisson dapat dibuat di temapt lain dan
(2) dapat dliaksanakan pada kondisi tanah yang jelek.
Kerugian/hambatan Struktur Dermaga Caisson: (1) diperlukan perbaikan tanah alas caisson
agar mampu menahan berat caisson dan beban yang akan bekerja dan (2) diperlukan keahlian
khusus untuk pembuatan blok-blok beton dan penempatan caisson.

5) Dolphin’s System
Dermaga Sistem Dolphin membutuhkan jetty untuk menghubungkan dermaga dengan darat.
Ada dua jenis Dermaga Sistem Dolphin, yaitu L-jetty dan fingerpier. Struktur Dermaga Sistem
Dolphin dikatagorikan sebagai light structure (struktur ringan) karena Struktur Dermaga
Sistem Dolphin direncanakan hanya untuk menerima beban-beban ringan seperti pipa-pipa
penyalur minyak dan gas sertaconveyors. Struktur Dermaga Sistem Dolhpin biasanya
digunakan untuk:
· Dermaga ferry untuk kapal jenis Ro-Ro
· Dermaga untuk bulk untuk loading batu bara serta loading-unloadingminyak.

19
6. Pondasi Bandara

Untuk pertama kalinya di dunia, sistem fondasi cakar ayam ciptaan Prof Sedyatmo
digunakan untuk fondasi landasan pesawat udara di Cengkareng. Sebelumnya teknologi
ini sudah diterapkan di bendungan dan apron (tempat parkir pesawat). Akan tetapi,
untuk fondasi yang menampung beban bergerak sebesar gedung bertingkat sepuluh
seperti pesawat B-747, baru pertama kalinya.

Teknologi ini juga cocok untuk tempat yang kondisi tanahnya lembek. Prinsipnya, sejumlah
pipa beton yang cukup panjang ditanam di dalam tanah. Di atas pipa-pipa itu dicorkan sebuah
pelat beton dengan ketebalan mulai dari 10 sentimeter sehingga pipa-pipa itu terhubung satu
sama lain. Pelat inilah yang menjadi alas bagi konstruksi landasan tanpa sambungan.
Dengan luas 1,2 juta meter persegi untuk seluruh landasan termasuk taxi way (landasan pacu)
dan apron, dibutuhkan sekitar 240.000 buah pipa cetakan berdiameter 1,20 meter, panjang 2
meter, tebal 5 cm, dan ketebalah pelat 17 cm (apron), serta 20 cm (taxi way) yang akan diisi
adonan beton. Karena itu dibuat pabrik pipa di lokasi dengan kapasitas produksi 600 buah pipa
sehari. Bandara ini memiliki dua landasan. Bagian selatan panjangnya 3.600 meter dan 3.050
meter di utara dengan lebar masing-masing 60 meter.
Presiden Soeharto memutuskan pemakaian fondasi cakar ayam saat menerima Menteri
Perhubungan Rusmin Nuryadin di Bina Graha, Rabu (26/12/1979). Pada 5 Juli 1985, Soeharto
meresmikan Bandar Udara Internasional Cengkareng menjadi Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta. Sistem pondasi ciptaan Sedyatmo tersebut cocok digunakan di jalan-jalan
raya, jalan kereta api, landasan pelabuhan udara, bangunan, bahkan seluruh perkotaan terlebih
untuk daerah yang memiliki struktur tanah lembek atau berawa. Sistem ini diunggulkan karena
mampu menopang beban di tanah yang lembek. Pondasi sistem Cakar Ayam juga mampu
mengurangi biaya, material, dan waktu pengerjaan. Daya dukungnya lebih tinggi dan tidak
memerlukan sela-sela untuk menampung pengembangan akibat perubahan cuaca. Satu lagi,
sistem ini tidak memerlukan drainase dan sambungan kembang susut.

20
Pondasi sistem cakar ayam terdiri dari pelat tipis yang didukung oleh pipa-pipa (cakar) yang
tertanam pada bagian bawah pelat. Hubungan antara pipa-pipa dengan pelat beton dibuat
monolit. Kerjasama sistem meliputi antara pelat–cakar–tanah yang menciptakan pelat yang
lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban dan pengaruh penurunan yang tidak seragam.

Secara umum perkerasan cakar ayam, terdiri dari pelat tipis beton bertulang tebal 10 – 17 cm
yang diperkaku oleh pipa-pipa beton berdimeter 120 cm, dengan tebal 8 cm dan panjang pipa
150 – 200 cm yang tertanam pada lapisan subgrade, dengan jarak pipa-pipa bekisar 2,0 – 2,5
meter. Di bawah pelat terdapat lapisan lean concrete setebal kurang lebih 10 cm (terbuat dari
beton mutu rendah) dan lapisan sirtu tebal 30 cm.

7. Pondasu Bendungan

Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau
sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi
terjun.
Klasifikasi Bendung :
A. Bendung berdasarkan fungsinya dibagi tiga :

 Bendung penyadap
 Bendung pembagi banjir
 Bendung penahan pasang

B. Struktur bendung :

21
 Bendung tetap
 Bendung gerak
 Bendung kombinasi
 Bendung kembang kempis
 Bendung bottom intake

Bangunan air adalah prasarana fisik yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air.
Bangunan pelimpah gergaji adalah bagian dari bangunan air, misalnya bendung atau pelimpah
bendungan yang berfungsi untuk melewatkan debit aliran sungai secara terkendali, tata letak
bangunan dibuat bergigi seperti gergaji guna meningkatkan kapasitas pelimpahan dengan jalan
memperpanjang lebar efektif pelimpah.
Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah menyerupai gigi
gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang.

Jenis pondasi bendungan menurut Suyono Sosrodarsono:


1. Pondasi tanah
2. Pondasi batuan
3. Pondasi pasir/krikil

22
Terdapat 2 jenis tipe bendungan urugan yang umum digunakan, yaitu timbunan tanah (earth
fill dam) dan timbunan batu (rock fill dam), tergantung dari material dominan yang menyusun
bendungan tersebut.
 Earth Dams
Bendungan urugan tanah dibangun dari timbunan tanah yang memenuhi persyaratan
bendungan yang diambil dari borrow area sekitar lokasi bendungan. Tanah untuk urugan
bendungan ini dipadatkan per lapisan hingga memenuhi kepadatan yang diizinkan (biasanya
92% – 97%).

23
 Rock-Fill Dams
Rock-fill dams merupakan bendungan yang tersusun dari bongkahan-bongkahan batu yang
saling mengunci dengan inti yang kedap air. Inti dari bendungan ini dapat berupa tanah kedap
air yang memiliki koefisien rembesan (k) yang kecil. Ada 3 bagian utama dari rock-fill
dams ini, yaitu : urugan batu utama, inti kedap air, dan bagian pendukung lainnya seperti
instrumentasi bendungan. Inti kedap air berfungsi untuk menahan laju rembesan yang terjadi
pada tubuh bendungan. Material isian untuk inti ini biasa terdiri dari jenis tanah clay/silty
clay/clayey silt yang memiliki koefisien rembesan (k) yang relative kecil.
Terdapat beberapa ketentuan material yang harus dipenuhi dalam pembangunan sebuah
bendungan, diantaranya yaitu kepadatan inti (core) dari bendungan harus ≥ 90% (γdry ≥ 90%).
Kriteria teknis lainnya yang harus dipenuhi untuk sebuah bendungan tipe urugan adalah Safety
Factor (SF). Penurunan / settlement pun dibatasi sebesar 1-2% dari tinggi bendungan.

8. Pondasi Terowongan Bawah Tanah/Laut

24
Terowongan adalah sebuah tembusan di bawah permukaan tanah atau gunung. Terowongan
umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya yang terbuka pada lingkungan luar.
Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah
permukaan yang memiliki panjang minimal 150 meter, dan yang lebih pendek dari itu lebih
pantas disebut underpass.
Salah Satu Contoh Tahapan Konstruksi Terowongan:

CROSS SECTION PENAMPANG GALIAN TUNNEL DENGAN METODE GALIAN ½


FACE

METODE PELAKSANAAN EXCAVATION HEADRACETTUNNEL

METODE PELAKSANAAN
EXCAVATION HEADRACETUNNEL

I. TAHAPAN EXCAVATION :
1. Pasang fore poling (besi ulir D-25) dengan panjang 2.5 m (jika ada)
2. Chipping face galian dengan jack hammer
3. Pasang steel rib
4. Pasang wiremesh layer 1
5. Shotcrete layer 1

25
6. Pasang wire mesh layer 2 + shotcrete layer 2, kembali ke No.1 dst.
1. Fore Poling

26
2.Galian Setengah Atas
3. Shotcrete Dasar
4. Pasang Steel rib ½ bagian atas jarak 50 cm
5. Pasang angkur 6 buah D 19 panjang 1,25 m2

6. Wire Mesh Layer 1


7. Shotcrete Layer I
8. Mucking

II. METODE BEKISTING TUNNEL

BEKISTING TUNNEL BAGIAN BAWAH

1. Bekisting plat baja 4 mm


2. Pipe support/skor penyangga vertical dan horizontal
3. Traves gantung
4. Takle 3,5 ton (alat bantu)
5. GIP/pipa black steel D 2” (alat bantu)

27
STEL BEKISTING 1 (SATU) LEMBAR

1. Letakkan lembar bekisting nomor 1.


2. Letakkan lembar bekisting nomor 2 pada masing-masing engsel dan kencangkan
3. Pasang lembar bekisting nomor 3 pada masing-masing engsel dan kencangkan
4. Masing-masing lembar bekisting panjang 1,20 m’

28
1 (satu) LEMBAR BEKISTING

Letakkan bekisting tunnel bagian bawah di atas pembesian dan

Dengan bantuan tackle angkat bekisting tersebut.

29
2. Stel elevasi bekisting
3. Pasang skor tegak dan horizontal
4. Pasang penutup bekisting bawah (stop cor)
5. Terowongan bagian bawah siap untuk dicor

Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi beton
d. Kawat ram 5-10 mm

METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL

30
TAHAPAN CONCRETING:

1. Pembesian sepanjang ± 45 m
2. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke -1
3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2
4. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1
5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2
6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4

PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL BAWAH

1. Lepaskan skor tegak dan skor horizontal

2. Buka baut tiap 6 segmen bekisting (1,20 m’ x 6) dan bekisting sepanjang 7,20 m’ siap buka

31
3. Dengan bantuan traves angkat dan pindahkan bekisting tersebut untuk di stel kembali ke
pengecoran berikutnya.
4. Sebelum digunakan kembali bekisting harus diolesi dengan Oli (untuk perawatan)

BEKISTING TUNNEL

BAGIAN ATAS

1. Bekisting plat baja 4 mm


2. Gerobak/Traveler
3. Skore vertical dilas dengan pengaku canal C (dilas dengan gerobak)
4. skore pipa horizontal
5. Gelagar dan roda
6. Rel dari besi C, Plat baja dan balok/kayu glugu
7. Tackle 3,5 ton (alat bantu)
8. Dongkrak 30 ton (alat bantu)
9. Selling dan locomotive (alat bantu)

32
PEMASANGAN BEKISTING TUNNEL ATAS

1. Pasang rel dan traveler

2. Letakkan bekisting atas diatas traveler

33
3. Kencangkan penyangga-penyangga bekisting

4. Pasang penutup bekisting atas (stop cor)


5. Terowongan bagian atas siap dicor

Keterangan:
a. Kayu 6/12
b. Papan 3/10
c. Besi Beton
d. Kawat ram 5-10 mm

34
METODE PELAKSANAAN CONCRETING HEADRACETUNNEL

TAHAPAN CONCRETING:
1. Pembesian sepanjang ± 45 m
2. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke -1
3. Concrete bagian bawah sepanjang 21.50 m ke-2
4. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke-1
5. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -2
6. Concrete bagian atas sepanjang 13.10 m ke -3 & 4

PEMBONGKARAN BEKISTING TUNNEL KE ATAS

1. Kendorkan skor penyangga

2. Buka bekisting tunnel atas dan geser kereta dan relnya ke lokasi selanjutnya untuk digunakan
lagi.

35
9. Pondasi Sluran Irigasi

Untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena kebocoran


(leakage) dan rembesan (seepage) sering saluran dilapisi dengan bahan yang tahan
terhadap gerusan air. Pelapisan saluran atau sering dinamakan dengan lining saluran
(canal lining) juga bertujuan untuk memantapkan stabilitas tanggul.
Pelapisan ini dapat berupa pasangan dari batu, bata merah, beton atau baja (untuk talang
dan sipon). Sebenarnya peliningan/pasangan diperlukan apabila kehilangan air akibat
perkolasi tinggi dan kemiringan tanah lebih dari 1,0 sampai 1,5%.
Sering lining hanya digunakan untuk saluran tersier dan hanya sebagian kecil
digunakan disaluran irigasi kuarter karena para petani diperbolehkan mengambil secara
langsung dari saluran ini, namun apabila diberi pasangan biasanya di setiap pemilikan
sawah saluran diberi gorong-gorong kecil untuk mengalirkan air ke petak sawah.
Saluran pembuang juga jarang diberi pasangan. Rehabilitasi / perbaikan bendung atau
bangunan pengambilan bebas, saluran tersier, kuarter (termasuk lining saluran) dan
bangunan lainnya, seperti: box bagi, siphon, talang, bangunan terjun, pintu, bangunan
ukur, dan lain sebagainya. Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa sebagian besar
komponen kegiatan yang dilaksanakan adalah lining saluran. Pasangan yang digunakan
pada lining saluran pada umumnya pasangan batu dan sebagian kecil menggunakan
pasangan beton. Biaya untuk pelaksanaan lining saluran ini berbeda-beda tergantung
dimensi saluran, harga satuan bahan serta setempat.

36
Ferocement adalah merupakan material varian dari beton bertulang, namun tebalnya hanya
sekitar 10 - 40 mm, dan pada ferosemen sebagai tulangan digunakan jaringan k a w a t (w ir e
m e s h ), sejauh ini jaringan kawat telah menjadi pilihan utama lapisan pada ferosemen. Dari

37
pelaksanaannya tersebut sebenarnya penggunaan lining saluran dengan memakai pasangan
beton (ferocement) lebih murah dan ekonomis dibandingkan dengan lining saluran memakai
pasangan batu kali.

Proporsi campuran ferosemen yaitu :


Rasio Semen – Pasir (dalam berat) = 1 : 2
Air dalam proses pencampuran harus tepat beratnya untuk mengontrol rasio air – semen.
Rasionya yaitu :
Rasio Air – Semen (dalam berat) = 35% sampai dengan 50%
Rasio air dan semen harus serendah mungkin dan slump tidak lebih dari 6 cm.
Tiang penguat untuk besi – semen terbuat dari tiang baja berdiameter 6 mm dengan kualitas
yang baik
Kawat Ayam Umumnya jenis dan ukuran dari kawat baja antara lain kawat besi berlapis seng,
jalinan kawat ayam ataupun kawat bentuk jajaran genjang dapat digunakan. Semua kawat ayam
harus sesuai dengan standar kualitas SII atau dengan standar lain yang setara. Kawat ayam
harus bebas dari bahan organik, lemak, minyak, korosi dan bahan lain yang mengurangi
kekuatan adhesifnya

Ada dua metode pelaksanaan lining saluran dengan pasangan beton (ferocement) yaitu:
1. Mencetak beton untuk pasangan saluran di tempat tertentu dan Ada sedikit perbedaan
pengertian liningsaluran ferocement yang dilaksanakan dengan yang
diinginkan. Ferocement yang dilaksanakan di daerah pada umumnya merupakan
pasangan beton dari campuran pasir, batu pecah dan portlant-cement serta besi
beton (tulangan), sementara yang semestinya adalah ferocement yang berbahan
pasir, portlant-cement, besi tulangan dan kawat ayam, tanpa batu pecah,
sebagaimana yang dianjurkan di pedoman Teknis rehabilitasi JITUT ( Jaringan Irigasi
Tingkat Usaha Tani ) dan JIDES ( Jaringan Irigasi Desa )
2. Pasangan beton dicor ditempat atau di saluran (in-situ). Pada metode pertama dapat
dilakukan dengan persyaratan bahwa ada areal atau tempat yang luas untuk pencetakan
dan juga memerlukan tenaga yang cukup untuk mengangkat atau mengangkut beton cetak
ke saluran yang akan dilining. Sementara untuk metode yang kedua pelaksanaan
pencetakan langsung di saluran yang akan dilining dan ini memang memerlukan keahlian
yang khusus dan beberapa cetakan dimensi yang harus dipersiapkan dahulu, namun ini
lebih cepat pelaksanaannya dan tidak memerlukan tempat khusus seperti di metode yang
pertama.

38

Anda mungkin juga menyukai