Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KISTA OVARIUM
Disusun Oleh :
18010032
Pembimbing :
KOTA MEDAN
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Kista Ovarium’.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan selama menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri-Ginecology Rumah Sakit Murni Teguh Memorial
Hospital, Kota Medan 2019.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada dr. Elizabeth
Girsang, Sp.OG sebagai pebimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Obstetri-Ginecology.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun
Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
menggunakannya.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR....................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 5
3
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................. 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat ini terjadi banyak masalah kesehatan reproduksi, diantaranya penyakit
yang berkaitan dengan sistem reproduksi. Kista ovarium adalah suatu penyakit ganguan
organ reproduksi wanita. Kista ovarium dapat berkembang dalam setiap tahap kehidupan
seorang wanita, mulai dari periode neonatal hingga pascamenopause 1. Kebanyakan kista
ovarium dapat terjadi selama masa kehidupan bayi dan remaja, yang merupakan masa
aktif perkembangan hormon1. Tetapi sebagian besar kista-kista ini bersifat fungsional dan
menghilang tanpa perlu pengobatan1.
Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi keganasan
menjadi kanker1. Kanker ovarium merupakan kanker paling lazim kedelapan pada wanita
Amerika Serikat. Juga merupakan penyebab kematian kanker urutan kelima pada wanita
dengan perkiraan 14.000 kematian pada tahun 20101. Disamping itu bisa mengalami torsi
atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan atau infeksi bahkan sampai
kematian1. Oleh karena itu kista ovarium merupakan masalah yang sangat penting bagi
kesehatan ginekologi wanita.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Selama usia reproduksi, panjangnya ovarium sekitar 2,5-5 cm, lebar 1,5-3
cm dan ketebalan 0,6-1,5 cm2. Posisinya juga bervariasi,namun biasanya terletak
di bagian atas rongga pelvis dan bersandar di cekungan dangkal di dinding lateral
pelvis. Fossa ovaria waldeyer ini terletak di antara pembuluh darah iliaka interna
dan eksterna yang menyebar2.
Ovarium terikat dengan ligamentum latum oleh mesovarium. Ligamentum
uterovarian meluas dari bagian lateral dan posterior uterus, tepat di bawah insersi
tuba, ke kutub uterus ovarium2. Biasanya memiliki panjang beberapa sentimeter
dan diameter 3-4 mm. Ovarium ditutupi oleh peritoneum dan terdiri dari otot dan
serat jaringan ikat. Ligamentum infundibulopelvik atau ligamentum suspensorium
6
ovarii meluas dari bagian atas atau kutub tuba ke dinding pelvis yang terdapat
pembuluh darah dan saraf ovarium di dalamnya2.
Ovarium memiliki korteks dan medulla2. Pada wanita muda, bagian terluar
korteks berbentuk halus, mempunyai permukaan putih yang tidak tajam dan
terbentuk tunika albuginea. Pada permukaan terdapat selapis epitel kuboid, epitel
germinal waldeyer. Korteks mengandung oosit dan folikel yang berkembang.
Medulla adalah bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat. Terdapat sejumlah
besar arteri dan vena di medulla dan sejumlah kecil serat-serat otot polos2.
Ovarium dipersarafi oleh saraf simpatik dan parasimpatik 2. Saraf simpatik
terutama berasal dari pleksus ovarikus yang mendampingi pembuluh darah
ovarium. Yang lainnya berasal dari pleksus yang mengelilingi cabang ovarium
arteri uterine. Ovarium banyak dipersarafi oleh serat-serat safaf non-mielin yang
sebagian besar mendampingi pembuluh darah2.
Pada ovulasi, oosit primer matur yang besar terlepas dari ovarium dan
ditangkap oleh ujung tuba uterine yang mengalami dilatasi yang sangat dekat
dengan permukaan ovarium saat itu2. Ovulasi normalnya terjadi pada pertengahan
7
siklus menstruasi yakni sekitar hari keempat belas dari satu siklus 28 hari. Pada
manusia biasnya hanya satu oosit yang dibebaskan ovarium selama satu siklus
tetapi terkadang tidak ada oosit yang dibebaskan atau dua atau lebih oosit
dilepaskan secara bersamaan2.
Beberapa jam sebelum ovulasi, folikel matur besar yang menonjol ke
tunica albuginea membentuk area iskemik keputihan atau translusen yakni
stigma, dengan pemadatan jaringan yang telah menghambat aliran darah 2. Secara
bersamaan, sel granulosa dan sel theca interna mulai menyekresi progesteron dan
estrogen. Stimulus untuk ovulasi adalah lonjakan kadar LH yang disekresi
hipofisis anterior sebagai respons terhadap peningkatan cepat kadar estrogen
dalam sirkulasi yang dihasilkan folikel dominan matur. LH menstimulasi sintesis
hialuronat dan prostaglandin dan keseluruhan produksi cairan di dalam folikel
praovulatorik. Progesterone, LH dan FSH mengaktifkan sejumlah enzim
proteolitik termasuk plasmin dan kolagen, di dalam dan sekitar folikel matur
yang cepat melemahkan lapisan granulosa (dan cumulus oophorus) dan tunica
albuginea di atasnya. Peningkatan tekanan cairan folikel dan pelemahan dinding
folikel menimbulkan penggelembungan dan lalu rupture permukaan ovarium di
stigma . Oosit dan corona radiata, beserta cairan folikel dan sel dari cumulus,
dikeluarkan melalui lubang tersebut oleh kontraksi otot polos theca eksterna yang
dipicu oleh prostaglandin dari cairan folikel2.
Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama
yang sudah bermula dan terhenti pada profase selama masa janin. Kromosom
terbagi rata diantara kedua sel anak, tetapi salah satu darinya mempertahankan
hampir semua sitoplasmanya. Sel tersebut menjadi oosit sekunder dan lainnya
menjadi badan polar pertama yakni sel yang sangat kecil dan tidak dapat hidup
dengan inti dan sedikit sitoplasma. Segera setelah badan polar pertama
dikeluarkan, inti oosit memulai pembelahan meiosis kedua, yang terhenti saat ini
pada metaphase.
Oosit sekunder terovulasi melekat longgar pada permukaan ovarium
karena cairan folikel koagulatif yang kaya hialuronat yang dilepaskan bersamanya
8
dan ditarik ke dalam pembukaan tuba uterine tempat fertilisasi dapat terjadi. Jika
tidak dibuahi dalam sekitar 24 jam, oosit sekunder mulai berdegenerasi.
9
2.5. Etiologi kista ovarium
Terdapat bermacam-macam penyebab kista ovarium;
a. Kista folikuler
Adalah kista yang paling sering terjadi dan berasal dari pertumbuhan
folikel7. Folikel adalah kantung berisi cairan yang di dalamnya terdapat sel
telur. Kista folikuler terbentuk ketika folikel bertumbuh melebihi ukuran
normal selama siklus menstruasi dan tidak pecah untuk melepaskan ovum.
Biasanya kista folikuler akan diserap dan akan menghilang dalam hitungan
hari hingga bulan. Kista folikuler biasanya mengandung darah (kista
hemoragik) yang berasal dari perembesan darah ke dalam kantung sel
telur7.
b. Kista korpus luteum
Kista korpus luteum berhubungan dengan siklus mentruasi 7. Korpus
luteum adalah daerah di dalam ovarium yang terbentuk setelah sel telur
terlepas dari folikel. Jika kehamilan tidak terjadi, korpus luteum biasanya
akan meluruh dan menghilang. Tetapi dapat juga terisi oleh cairan atau
darah dan menetap di dalam ovarium. Biasanya kista ini tidak
menimbulkan gejala dan sembuh secara spontan7.
c. Kista coklat
Ovarium adalah tempat biasanya endometriosis terjadi 7. Ketika
endometriosis terdapat di ovarium, maka endometriosis tersebut akan
bertumbuh dan berdarah seiring berjalannya waktu, membentuk kista
berisi darah dengan isi berwarna merah atau coklat yang disebut
endometrioma dan kadang-kadang disebut sebagai kista coklat7.
d. Sindrom polikistik ovarium
Sindrom polikistik ovarium ditandai oleh terdapatnya banyak kista di
kedua ovarium7. Sindrom polikistik ovarium berhubungan dengan
gangguan hormon dan penyebab tersering infertilitas7.
e. Kista dermoid (kista teratoma jinak)
Baik tumor jinak dan ganas pada ovarium dapat berbentuk kista 7.
Terkadang jaringan ovarium dapat berkembang secara tidak normal untuk
10
membentuk jaringan tubuh lain seperti rambut atau gigi. Kista dengan
jaringan yang abnormal ini biasa disebut kista dermoid atau kista teratoma
jinak7.
f. Abses tuba-ovarium
Infeksi pada organ panggul dapat melibatkan tuba falopi dan ovarium 7.
Pada kasus yang parah, kista yang berisi pus dapat ditemukan di dalam
atau sekitar ovarium atau tuba7.
11
serous. Kista dermoid adalah neoplasma jinak paling sering terjadi di ovarium.
Tumor sel stroma dapat menghasilkan hormon, estrogen dan progesterone, yang
menyebabkan gejala gangguan hormon9. Tumor ovarium dapat jinak, peralihan
atau ganas. Selain itu, tumor jinak ovarium dapat merupakan kista fungsional dan
kista hemoragik, seperti endometriosis9.
Klasifikasi, frekuensi dan distribusi umur pada berbagai neoplasma
ovarium5
Sel epitel Metastasis
Asal Sel benih Sel stroma
permukaan ke ovarium
Frekuensi 65%-70% 15%-20% 5%-10% 5%
Proporsi
tumor
90% 3%-5% 2%-3% 5%
ovarium
ganas
Kelompok
Semua
umur yang >20 tahun 0-25 tahun Variable
umur
terkena
Tipe Tumor serosum, Teratoma, Fibroma,
Tumor disgerminoma, tumor
musinosum, tumor sinus granulosa
Tumor endodermal, sel theca,
endometrioid, koriokarsinoma tumor
Tumor sel jernih, sertoli-
Tumor Brenner, leydig
kistadenofibroma
12
ditandai dengan nyeri panggul yang tiba-tiba, unilateral dan tajam. Hal ini dapat
dikaitkan dengan trauma, olahraga atau koitus. Selain itu, rupture kista dapat
menyebabkan tanda-tanda peritoneum, perut kembung dan perdarahan yang
bersifat sementara8.
Penelitian yang dilakukan terhadap 123 pasien secara retrospektif di India,
kebanyakan pasien menunjukkan gejala nyeri abdomen, nyeri terasa samar dan
berhubungan dengan rasa berat di perut bagian bawah4. Terdapat tiga pasien yang
menunjukkan nyeri abdomen hebat dan terdapat tanda-tanda akut abdomen.
Pesien ini dicurigai menderita torsio ovarium. Pada pasien usia reproduktif
menunjukkan gejala menoragia dan dismenorea4.
Gejala pada kista ovarium4
Manifestasi klinis Jumlah kasus Persentasi
Nyeri abdomen 83 67,5%
Massa abdomen 7 5,7%
Menoragia/dismenorea 12 9,75%
Temuan incidental 12 9,75%
Infertilitas 6 4,9
Perdarahan post menopause 3 2,44
13
(borderline) tumor endometrioid biasanya ganas5. Dijumpai bilateral pada 30%
kasus dab 15%-30% wanita yang mempunyai karsinoma ini bersamaan juga
memiliki karsinoma endometrium. Mirip dengan karsinoma endometrium jenis
endometrioid, karsinoma endometrioid ovarium juga mempunyai mutasi pada gen
supresor tumor PTEN5.
14
Stage I
Benign Borderline All malignant
malignant
HE4 (≤ 85 pM) 65,7 71,0 102,5 190
Premenopause 56,9 68,7 (35,8- 79,7 (41,2- 160,8 (41,2-
(30,6- 120,8) 1.729) 1.729)
469)
Postmenopaus 68,6 85,2 (57,6- 105,5 (38,7- 210,1 (38,7-
e (34,2- 277,3) 1.111) 7.931,9)
631,4)
CA-125 (≤ 35 16,2 51,8 49,7 204,2
U/ml)
Premenopause 22.9 52.6 49.7 87.6
(6.3-121.) (9.7-652.) (19.8-2,377.5 (19.8-4,232.7
) )
Postmenopaus 14.3 49.8 54.3 264.7
(6.2-14,880.2
e (2.3-4,63) (8.4-599.9) (6.2-2,932)
)
15
d. Radiologi
Ultrasonografi tidak dapat membedakan antara kista fungsional dan kista
organic sederhana9. Sensitivitasnya dalam membedakan kista jinak dan
kista ganas antara 62%-100% dan spesifitas antara 87%-95%. Hasil
terbaik menggunakan probe endovaginal9.
16
2.11. Tatalaksana kista ovarium
17
yang dapat muncul pada semua kista ovarium. Pasien hamil yang memiliki kista
dengan diameter yang kurang dari 6 cm memiliki risiko keganasan kurang dari
satu persen. Sebagian besar dari kista-kista ini akan sembuh pada usia kehamilan
16-20 minggu, dengan 96% dari massa ini akan sembuh spontan. Pada pasien
pascamenopause dengan kista unilokuler, keganasan terjadi pada 0,3% kasus1.
BAB III
STATUS PASIEN
18
1. Identitas pasien
Nama : Ny. NT
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Batak
Status : menikah
Alamat : Besitang
Rujukan : RSU. Putri Bidadari
Masuk RS : 14-5-2019
Keluar RS : 18-5-2019
No. MR : 1904185196
2. Anamnesa (Autoanamnesa)
Pasien menyadari adanya benjolan di perut kanan bawah saat pergi di kusuk
kurang lebih satu tahun yang lalu. Kemudian pasien berobat ke klinik dokter.
Setelah di USG, dikatakan bahwa pasien menderita kista coklat di ovarium. Oleh
dokter menyarankan untuk operasi tetapi pasien masih mempertimbangkan. Dua
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan nyeri pada
perut kanan bawahyang disertai pembengkakan dan kemudian dibawa ke RS
Murni Teguh. Setelah di USG, pasien didiagnosa kista ovarium dan disarankan
untuk operasi.
HPHT : 28-4-2019
19
2.4. Riwayat perkawinan:
Pasien baru menikah satu kali dan usia pernikahan sudah 22 tahun.
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
3. Pemeriksaan fisik
20
TD : 110/70
HR : 79/menit
RR : 20/menit
T : 36˚C
SPO2 : 99%
Kesadaran : compos mentis
Kepala : dalam batas normal
Dada : dalam batas normal
Paru : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : terdapat benjolan di perut setinggi umbilikal
Ekstremitas : dalam batas normal
d) Abdomen :
21
Darah rutin
Hasil
Periksaan
7-5-2019 14-5-2019/Post operasi
Hematologi
Hemoglobin 13 g/dl 11 g/dl
Leukosit 5,29×103/µl 14×103/µl
Eritrosit 4,47×106/µl 3,76×106/µl
Trombosit 228×103/µl 201×103/µl
Haematokrit 38,6% 33%
MPV 7,5 fl 7,0 fl
RDW 14,0 % 14%
HDW 2,78 g/dl -
PDW 51,0 % -
Nilai-nilai MC
MCV 86,3 fl 87,8 fl
MCH 29,1 pg 29,3 pg
MCHC 33,7 g/dl 33,4 g/dl
Hitung jenis
Eosinofil 0,5% 0,0%
Basofil 0,2% 0,5%
Neutrofil 71,5% 91%
Limfosit 20,7% 6,5%
Monosit 7,1% 2,0%
Coagulation
Bleeding time 3’ -
Clotting time 8’ -
Liver function
SGOT 23 U/L -
SGPT 18 U/L -
Renal function
Urea 14 mg/dl -
Creatinin 0,69 mg/dl -
5. Pemeriksaan penunjang
5.2. USG : didapatkan massa pada adneksa kanan diameter 9,14×6,94 cm dan
adneksa kiri 4,3×4,69 cm
22
5.3. Roengen : terdapat kardiomegali dan tidak tampak kelainan pada pulmo
6. Resume pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada perut bagian bawah setinggi umbilical
yang terasa nyeri. Pada palpasi ditemukan massa mobile dengan konsistensi padat. Pada
pemeriksaan USG ditemukan massa pada adneksa kanan diameter 9,14×6,94 cm dan
adneksa kiri 4,3×4,69 cm. Pada pemeriksaan toleransi operasi, EKG dan Roengen, pasien
memiliki risiko minimal untuk dilakukan tindakan operasi.
7. Diagnosis
11. Tindakan
Telah dilakukan laparatomi + BSO pada tanggal 14-5-2019 pukul 09.00-11.00 WIB.
23
12. Laporan tindakan
Drain dipasang
13. Prognosa
Dubia ad bonam
14. Follow up
S O A P
15-5-2019
Buang angina (+) TD: 111/62 Post laparatomi + IVFD 20 gtt/i
Nyeri (+) HR: 77 BSO Inj. Ceftriaxone 1
Demam (+) RR: 20 gram/12jam
T: 37,3
SPO2: 99%
Peristaltik (+)
normal,
Volume urine
cukup,
Drain minimal
16-5-2019
24
Buang angina (-) TD: 105/62 Post laparatomi + Inj. Ranitidine/12
Nyeri (+) HR: 95 BSO jam + Triway
Demam (-) RR: 20 Cefadroxil 2×500
T: 37,3 mg
SPO2: 99% Metrodinazole
Peristaltik (+) 2×500 mg
normal Asam mefenamat
3×500 mg
Kateter dan IV line
aff
17-5-2019
Buang angin (+) TD: 100/60 Post laparatomi + Cefadroxil 2×500
Nyeri (+) HR: 67 BSO mg
Demam (-) RR: 20 Metrodinazole
BAK (+) normal T: 36,7 2×500 mg
BAB (-) SPO2: 94% Asam mefenamat
Peristaltik (+) 3×500 mg
normal Etabion 1×1
Dulcolac sup extra
18-5-2019
Pasien berobat jalan TD: 110/70 Post laparatomi + Cefadroxil 2×500
HR: 72 BSO mg
RR: 20 Metrodinazole
T: 36,8 2×500 mg
SPO2: 93% Asam mefenamat
3×500 mg
Etabion 1×1
25
BAB IV
KESIMPULAN KASUS
26
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
27
28