Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

“ LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN”

DISUSUN OLEH:
VIVINA CAHYA O
VALENTRI NOVITA
RAHMATUL KHAIRANI
OKTARINA
ASRIAL RAMDHAN
ANGGRAINI

KOORDINATOR:
NS. NOVA YUSTISIA, S.KEP,MPD

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT. yang mana atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN”untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah KONSEP DASAR KEPERAWATAN.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis hadapi,
namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. IBU NOVA YUSTISIA,S.KEP, MP selaku dosen mata kuliah KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang.

Bengkulu, 22 Oktober 2019

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai SKN (Sistem Kesehatan Nasional) dan mengemban
tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani.
Untuk mempertahankan pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu
menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan
kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas
pelayanan yang diberikan. Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang
mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan
medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang
baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan
demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit,
begitu pula dengan lembaga pelayanan kesehatan lainnya seperti puskesmas,
posyandu maupun klinik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN

1. RUMAH SAKIT

Menurut UU No. 44 tentang rumah sakit tahun 2009, rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit oleh WHO ( 1957 ) diberikan batasan yaitu suatu bahagian
menyeluruh, ( Integrasi ) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan
pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun
rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan
lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan
serta untuk penelitian biososial.

Struktur Organisasi Rumah Sakit

Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009 pasal 33 tentang rumah sakit, setiap rumah
sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel. Organisasi Rumah
Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

Jika disimpulkan maka Struktur Organisasi Rumah Sakit terdiri dari:

2
1. Kepala Rumah Sakit atau Direktur
2. Unsur Pelayanan bidang Medis
3. Keperawatan
4. Penunjang Medis
5. Komite
6. Satuan pemeriksa Internal
7. Administrasi umum dan keuangan

FUNGSI RUMAH SAKIT

Fungsi Rumah adalah pusat pelayanan rujukan medik spsialistik dan sub
spesialistik dengan fungsi utama menyediakan dan menyelenggarakan
upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan Pemulihan
(rehabilitatisi pasien) ( Depkes R.I. 1989 ) Maka sesuai dengan fungsi
utamanya tersebut perlu pengaturan sedemikian rupa sehingga rumah skit
mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan berdaya guna dan
berhasil guna ( Ilyas : 2001.)
Menurut surat keputusan Menteri Kesehatan RI no. 983/ Menkes / 17/ 1992
tentang pedoman organisasi rumah sakit umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spsialistik,dan sub
spesialistik, sedangkan klasifikasi didasarkan pada perbedaan tingkat
menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan yaitu
rumah sakit kelas A, Kelas B, ( Pendidikan dan Non Pendidikan ) kelas C
dan Kelas D.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No.164/B/MenKes/PER/II/1998, fungsi rumah sakit adalah :

3
Fungsi Profesional

1. Menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan


penunjang medis, pelayanan keperawatan, pelayanan rehabilitasi
kesehatan, pencegahan serta peningkatan kesehatan.
2. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medis dan
paramedis.
3. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang kesehatan.

Fungsi Sosial

Rumah sakit pemerintah dan non pemerintah (swasta) harus memberikan


fasilitas perawatan pada penderita yang tidak mampu. Rumah sakit umum
pemerintah harus menyediakan 75 % dari tempat tidur yang ada untuk
pasien yang tidak mampu, sedangkan rumah sakit non pemerintah (swasta)
wajib menyediakan 25 % dari kapasitas tempat tidur untuk pasien yang
tidak mampu.

Fungsi Rujukan

Fungsi rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur


pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik vertikal maupun horisontal. Ada dua sistem rujukan yang
digunakan, yaitu :

1. Rujukan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit


dengan bantuan sarana, teknologi, keterampilan, kegiatan langsung
melakukan survei epidemiologi.

4
2. Rujukan media untuk penyembuhan dan pemulihan penyakit,
misalnya dengan menyuruh penderita dari puskesmas ke rumah
sakit, mengirim tenaga ahli, sampel darah, atau informasi.

2. PUSKESMAS

A. PENGERTIAN

“Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan


yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di
suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam
menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan”.

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada


paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau
dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta
maupun Negeri). Menurut saya, fungsi PUSKESMAS adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan
misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang
disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek
promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh PUSKESMAS harus diarahkan ke bentuk pelayanan

5
kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan
upaya promosi dan pencegahan (public health service).

Seiring dengan semangat otonomi daerah, maka PUSKESMAS dituntut


untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan
dilaksanakan. Tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah.
Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki
Puskesmas juga meliputi : kewenangan merencanakan kegiatan sesuai
masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menentukan kegiatan yang
termasuk public goods atau private goods serta kewenangan menentukan
target kegiatan sesuai kondisi geografi Puskesmas. Jumlah kegiatan pokok
Puskesmas diserahkan pada tiap Puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat
dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, namun Puskesmas tetap
melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.

Jadi ,yang harus diketahui adalah peran PUSKESMAS sebagai ujung


tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif. Tidak
sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

B. Visi dan Misi Puskesmas


1. Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Indikator Kecamatan Sehat:
a. lingkungan sehat
1) perilaku sehat
2) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

6
3) derajat kesehatan penduduk kecamatan
2. Misi Puskesmas
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya

C. Peran Puskesmas
peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di
Rumah Sakit

D. Fungsi Puskesmas
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat.
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
4. masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

7
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak
menimbulkan ketergantungan.
4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

E. Struktur Organisasi
1. Kepala Puskesmas
2. Unit Tata Usaha:
3. Data dan Informasi,
4. Perencanaan dan Penilaian,
5. Keuangan, Umum dan Kepegawaian
6. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
7. UKM / UKBM
8. UKP
9. Jaringan pelayanan Puskesmas:
10. Unit Puskesmas Pembantu
11. Unit Puskesmas Keliling
12. Unit Bidan di Desa/Komunitas

F. Tata Kerja
1. Kantor Camat → koordinasi
2. Dinkes → UPT → bertanggung jawab ke Dinkes
3. Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama → sebagi mitra
4. Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat → sebagai pembina
5. Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan →kerjasama
6. Lintas sektor → koordinasi
7. Masyarakat → perlu dukungan/partisipasi →BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

8
G. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan oleh Puskesmas
Visi dan misi Puskesmas di Indonesia merujuk pada program Indonesia Sehat. Hal
ini dapat kita lihat pula dalam SPM (Standar Pelayanan Minimal). Standar Pelayanan
Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk mengukur kinerja
penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan dasar
kepada masyarakat yang mencakup : jenis pelayanan, indikator, dan nilai (benchmark).
Pelaksanaan Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM) diatur dalam
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1457/MENKES/SK/X/2003 dibedakan atas : UW-SPM yang wajib diselenggarakan oleh
seluruh kabupaten-kota di seluruh Indonesia dan UW-SPM spesifik yang hanya
diselenggarakan oleh kabupaten-kota tertentu sesuai keadaan setempat. UW-SPM wajib
meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar, penyelenggaraan perbaikan gizi
masyarakat, penyelenggaraan pemberantasan penyakit menular, penyelenggaraan
promosi kesehatan, dll. Sedangkan UW-SPM spesifik meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria, dll. Hal ini diperkuat dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standard Pelayanan Minimal.

H. Program Pokok Puskesmas


Kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya, karenanya kegiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun
demikian kegiatan pokok Puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan adalah
sebagai berikut :

1. Kesejahteraan ibu dan Anak ( KIA )


2. Keluarga Berencana
3. Usaha Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pemberantasan Penyakit Menular

9
6. Upaya Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat Kecelakaan
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Usaha Kesehatan Kerja
12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium ( diupayakan tidak lagi sederhana )
16. Pencatatan dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan
17. Kesehatan Usia Lanjut
18. Pembinaan Pengobatan Tradisional
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan
pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas
seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan
program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat ( contoh: Pekan Imunisasi Nasional ).
Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh
Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah. Keadaan darurat mengenai kesehatan
dapat terjadi, misalnya karena timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam.
Untuk mengatasi kejadian darurat seperti di atas bisa mengurangi atau menunda kegiatan
lain.
I. Masalah-Masalah mutu pelayanan kesehatan yang Muncul di Lingkup
Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam
memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan

10
kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat
pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak
masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau
petugas kesehatan praktek lainnya.
Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap
pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan
seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau
anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak
sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan Standar
Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.
Misalnya: sikap tidak disiplin petugas medis pada unit pelayanan puskesmas, yang
dikeluhkan masyarakat. Mereka selalu diperlakukan kurang baik oleh para petugas medis
yang dinilai cenderung arogan, berdalih terbatasnya persediaan obat-obatan pada
puskesmas telah menyebabkan banyak diantara pasien terpaksa membeli obat pada
apotik. Di samping itu, ketika membawa salah seorang warga yang jatuh sakit saat
mengikuti kegiatan perkampungan pemuda, kemudian warga yang lain mengantarnya ke
Puskesmas, pasien itu tidak dilayani dengan baik bahkan mereka (perawat-red) mengaku
telah kehabisan stok obat.
Hal tersebut, tentu telah merusak citra Puskesmas sebagai pemberi layanan
kesehatan kepada masyarakat yang dianggap dapat membantu dalam memberikan
pertolongan pertama yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan. Selain itu, tidak
berjalannya tugas edukatif di Puskesmas yang berkaitan dengan penyuluhan kesehatan
yang sekaligus berkaitan dengan tugas promotif. Menurut masyarakat, petugas
puskesmas sangat jarang berkunjung, kalaupun ada, yaitu ketika keluarga mempunyai
masalah kesehatan seperti anggota keluarga mengalami gizi buruk atau penderita TB.
Berarti tugas ini lebih untuk memberikan laporan dan kuratif dibanding upaya
promotif. Kemudian, perawat / bidan puskesmas biasanya aktif dalam BP, puskesmas
keliling, dan puskesmas pembantu. Jelas dalam tugas tersebut, perawat /
bidan melakukan pemeriksaan pasien, mendiagnosa pasien, melakukan pengobatan pada

11
pasien dengan membuat resep pada pasien. Namun, ketika melakukan tugas
tersebut tidak ada supervisi dari siapapun, khususnya penanggung jawab dalam tindakan
pengobatan/medis. Tenaga perawat / bidan seolah-olah tidak menghargai kegiatan-
kegitan formalnya sendiri, karena mungkin tugas kuratif lebih penting. Hal ini
berdampak kepada status kesehatan masyarakat, status gizi, penyakit infeksi menular dan
mungkin upaya kesehatan ibu dan anak tidak mendapatkan porsi yang sesuai sehingga
berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat. Kalaulah memang tugas tenaga
kesehatan di Puskesmas lebih banyak ke arah kuratif, maka Puskesmas menjadi unit dari
pelayanan Rumah sakit karena Rumah Sakit akan memiliki banyak sumber daya manusia
dan fasilitas medik.
Tapi kalaulah Puskesmas ini menjadi lebih dominan dalam tugas promotif dan
preventif maka tugas eksekutif bagi perawat haruslah digiatkan, dan puskesmas menjadi
bagian dari unit Dinas kesehatan, atau bagian tersendiri yang memiliki otonomi yang
kuat dalam mengatur program-programnya, sedangkan Dinas kesehatan hanya sebagai
regulator, pemberi dana dan pengadaan petugas, untuk pelayanan kesehatan masyarakat
diberikan kepada Puskesmas, atau pelayanan kesehatan dapat ditenderkan kepada pihak
swasta. Tidak hanya hal-hal yang telah diungkapkan di atas, lebih dari itu, masih ada
permasalahan yang muncul di lingkup puskesmas.
misalnya: Jam kerja Puskesmas yang sangat singkat hanya sampai jam 14.00 WIB,
kemampuan keuangan daerah yang terbatas, puskesmas yang kurang memiliki otoritas
untuk memanfaatkan peluang yang ada, puskesmas belum terbiasa mengelola
kegiatannya secara mandiri, serta kurangnya kesejahteraan karyawan yang berpengaruh
terhadap motivasi dalam melaksanakan tugas di puskesmas.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rumah sakit dan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
masyarakat ternyata masih menyimpan berbagai permasalahan yang kini banyak
dikeluhkan oleh masyarakat. Tidak hanya dilihat dari segi sarana dan prasarana yang
kurang memadai, tetapi juga dari segi tenaga medis yang demikian pula adanya.
Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta komitmen untuk merubah sistem
pelayanan yang dinilai buruk oleh masyarakat. Selain itu, Rumah sakit ataupun
puskesmas harus memiliki standar pelayanan yang dapat memenuhi seluruh
kebutuhan masyarakat untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


Aziz Alimul H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika
Potter & Perry. 2005.Keperawatan FundamentalVol. 1 Edisi terjemahan. Jakarta:
EGC
Dubois & Miley. 2005.Pelayanan Kesehatan Edisi terjemahan. Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/14408482/makalah_sistem_pelayanan_rumah_sakit (rabu,
22 oktober 2019)
zmiazza.blogspot.com/2014/10/makalah-puskesmas.html ( rabu, 22 oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai