Anda di halaman 1dari 27

PSIKOMOTOR

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Dokter Pembimbing :
dr. Chadijah Rifai, SpKK

Oleh :

Fitri Mahari Anindyah Susilo

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial dengan judul Anatomi dan
Fisiologi Kulit. Laporan ini penulis ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan kepanitraan klinik stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Program
Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas selesainya
laporan kasus ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dr. Chadijah Rifai, SpKK. yang telah memberikan
persetujuan dan pembimbingan. Semoga laporan ini dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta,Oktober 2019

Penyu
sun

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................6

A. ANATOMI KULIT....................................................................................................6

B. ADNEKSA KULIT..............................................................................................11

C. FISIOLOGI KULIT.............................................................................................15

D. MORFOLOGI KULIT….………………………………………………...……….17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

4
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan
organ lain, kulit yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan
pengamatan, baik dalam kondisi normal maupun sakit. Organ yang terletak paling
luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Sangat kompleks, elastis
dan sensitive, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. Manusia secara sadar terus menerus mengamati
organ ini, baik yang dimiliki orang lain (misalnya ketika bertatapan mata) maupun
diri sendiri (terkadang hingga menjadi semacam obsesi)1.

Dari kulit, muncul berbagai aksesori yang terindera manusia, rambut


(kasar dan halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan
keluarlah bau). Tidak jarang, kulit juga mengingatkan dokter untuk melihat lebih
jauh dari sekedar di permukaan (not just skin-deep)1.

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar
5 kg dan luas 2m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg, mempunyai rata-rata
tebal 1-2 mm, paling tebal telapak tangan dan kaki (6 mm). Bila diamati lebih
teliti, terdapat variasi kulit sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut
disebut kulit glabrosa, ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. Pada
kedua lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di permukaannya yang
disebut dermatoglyphics1.

Kulit glabrosa kira-kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang
paling tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit
glabrosa kaya akan kelenjar keringat tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit yang
berambut selain memiliki banyak folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit
kepala memiliki folikel rambut yang besar dan terletak dalam hingga ke lapisan
lemak kulit (subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut yang halus (velus)
tetapi dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar1.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI KULIT
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu1 :

1. Lapisan epidermis atau kutikel


2. Lapisan dermis ( korium, kutis vera, true skin )
3. Lapisan subkutis ( hipodermis)

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis
ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.

6
7
8
1. Lapisan epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan dinamis, senantiasa beregenerasi,
berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia.
Tebalnya bervariasi antara 0,4 – 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis
adalah keratinosit. Terselip dinatara keratinosit adalah sel Langerhans
dan melanosit, dan kadang-kadang juga sel Markel dan limfosit.1
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah
disebut stratum basalis, diatasnya berturut-turut adalah stratum
spinosum dan stratum granulosum. Ketiga lapisan epidermis ini
dikenal sebagai stratum Malpighi. Lapisan teratas adalah stratum
korneum yang tersusun oleh keratinosit yang telah mati (koerneosit).1
Susunan epidermis yang berlapis - lapis ini menggambarkan proses
diferensiasi (keratinisasi) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi
menyediakan sawar kulit pelindung tubuh dari ancaman di permukaan.1
 Stratum korneum, (lapisan tanduk ) adalah lapisan kulit yang
paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel- sel gepeng yang
mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin ( zat tanduk ).1
 Stratum lusidum, terdapat langsung di bawah lapisan korneum,
merupakan lapisan sel- sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma
yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan
tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.1
 Stratum granulosum, (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3
lapis sel- sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat
inti di antaranya. Butir- butir kasar ini terdiri atas keratohialin.
Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum
garnulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan telapak kaki.1
 Stratum spinosum, (stratum Malphigi) atau disebut pula prickle
cell layer (lapisan akanta ) terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda- beda karena adanya
proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak di tengah- tengah. Sel- sel ini makin
dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di natara sel- sel
stratum spinosum terdapat jembatan- jembatan antar sel

9
(intercelluler bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril
atau keratin. Perlekatan antar jembatan- jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara
sel- sel spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel- sel stratum
spinosum mengandung banyak glikogen.1
 Stratum basale terdiri atas sel- sel berbentuk kubus ( kolumnar )
yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo- epidermal berbaris
seperti pagar (palisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah. Sel- sel basal ini mengadakan mitosis dan
berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu :
a. Sel- sel berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik
inti lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain
oleh jembatan antar sel.
b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
merupakan sel- sel berwarna muda, dengan sitoplasma
basofilik dan inti gelap, dan mengandung butir pigmen
(melanosomes).1

2. Lapisan dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga
memberi ketahanan pada kulit, termoregulasi, perlindungan
imunologik, dan ekskresi. Fungsi-fungsi tersebut mampu dilaksanakan
dengan baik karena berbagai eleen yang berada pada dermis, yakni

10
struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan selular yang
terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel ambut dan
saraf.1
Serabut kolagen (collagen bundles) membentuk sebagian besar
dermis, bersama – sama serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan
elastisitasnya. Keduanya tertanam dalam matriks yang disebut ground
subtance yang terbentuk dari proteoglikans (PG) dan
glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap dan
mempertahankan air dalam jumlah besar sehingga berperan dalam
pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan growth factors
dalam jumlah besar.1
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan dalam dermis.
Fibroblas adalah sel yang memproduksi protein matriks jaringan ikat
dan serabut kolagen serta elastik di dermis. Makrofag merupakan salah
satu elemen pertahanan imunologik pada kulit yang mampu bertindak
sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan
tumorisidal.1

3. Lapisan subkutis
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan
suhu tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan
bantalan yang meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposisi
lemak menyebabkan terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek
kosmetis. Sel-sel lemak terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain
dipisahkan oleh septa.1
Sel- sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan
yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel- sel lemak disebut
penikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat ujung- ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Tebal tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada
lokalisasinya. Di abdomen dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah
kelopak mata dan penis sangat sedikit.1
Vaskularisasi di kulit di atur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang
terletak di bagian atas dermis ( pleksus superfisial) dan yang terletak di
subkutis ( pleksus profunda ). Pleksus yang di dermis bagian atas

11
mengadakan anatomosis di papil dermis, pleksus yang di subkutis dan
di pars retikulare juga mengadakan anastomosis, di pembuluh darah
berukuran lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat
saluran getah bening.1

B. ADNEKSA KULIT
Adneksa kulit terdiri atas kelenjer- kelenjer kulit, rambut dan kuku.
1. Kelenjer kulit
Terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :
a. Kelenjer keringat ( glandula sudirofera)
Ada dua macam kelenjer keringat, yaitu kelenjer ekrin yang kecil-
kecil, terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan
kelenjer apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya
lebih kental.1
Kelenjer ekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan
dan baru berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran kalenjer ini
berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan kulit. Terdapat
di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki,
dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa faktor dan
dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas dan stres emosional.1
Kelenjer apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di
aksila, aerola mammae, pubis, labia minora dan saluran telinga luar.
Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir kecil,

12
tetapi pada pubertas mulai besar dan mengeluarkan sekret. Keringat
mengandung air, elektrolit, asam laktat dan glukosa. Biasanya pH
sekitar 4- 6, 8.1

b. Kelenjer palit ( glandula sebasea)


Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak
tangan dan kaki. Kelenjer palit disebut juga kelenjer holokrin karena
tidak berlumen dan sekret kelenjer ini berasal dari dekomposisi sel- sel
kelenjer. Kelenjer palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan
muaranya terdapat pada lumen akar rambut ( folikel raambut ). Sebum
mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan
kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen, pada anak-
anak jumlah kelenjer palit sedikit, pada pubertas menjadi lebih besar
dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif.1

2. Kuku
Adalah bagian terminal lapisan tanduk ( stratum korneum ) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam kulit jari disebut akar kuku (
nail root ), bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak pada ujung jari
tersebut badan kuku ( nail plate ) dan yang paling ujung adalah bagian
kuku yang bebas. Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan
tumbuh kira- kira 1 mm perminggu.1
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku (nail groove ).
Kulit tipis yang menutupi kuku di bagian proksimal disebut eponikium
sedang kulit yang ditutupi bagian kuku bebas disebut hiponikium.1

13
3. Rambut
Terdiri atas bagian yang terbenam dalam kulit ( akar rambut ) dan
bagian yang berada di luar kulit ( batang rambut ). Ada dua macam tipe
rambut, yaitu lanugo yang merupakan rambut halus, tidak mengandung
pigmen dan terdapat pada bayi dan rambut terminal yaitu rambut yang
lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula dan terdapat pada
orang dewasa.1

14
Pada manusia dewasa selain rambut di kepala juga terdapat bulu
mata, kumis dan janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi hormon seks (
androgen ). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.1
Rambut tumbuh secara siklik, dibagi menjadi 3 fase1 :
a. Fase anagen ( pertumbuhan)
Sel- sel matriks melalui mitosis membentuk sel- sel baru mendorong
sel- sel lebih tua ke atas. Aktivitas ini berlangsung selama 2- 6 tahun
dengan kecepatan tumbuh kira- kira 0, 35 mm perhari.
b. Fase katagen ( peralihan)
Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat di sekitar folikel
rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan di bagian
bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk
gada ( club ). Fase ini berlangsung selama 2- 3 minggu.
c. Fase telogen ( istirahat )
Berlangsung kurang lebih 4 bulan, rambut akan mengalami
kerontokan. 50- 100 lembar rambut rontok perharinya.

C. FISIOLOGI KULIT
Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin
kelangsungan hidup. Kulit pun menyokong penampilan dan kepribadian
seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan yang

15
sangat penting, selin fungsi utama yang menjamin kelangsungan hidup juga
mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator sistemik, dan sarana
komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.

Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan


suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D, dan keratinisasi.
1,3

1. Fungsi Proteksi 1,3


Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang
dapat melindungi tubuh dari gangguan :
a. Fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan
b. Kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
c. Panas : radiasi, sengatan sinar UV
d. Infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
a. Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan
mengadakan tanning (penggelapan kulit)
b. Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air
c. Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum => perlindunan
kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
d. Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati
melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar. 1,3

3. Fungsi Ekskresi. Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti
NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan
bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi
kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix
Caseosa. 1,3

4. Fungsi Persepsi. Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan


subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik. 1,3
a. Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas
b. Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin

16
c. Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan
d. Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
e. Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan

5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)  dengan cara


mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah
kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus
vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding
pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan
membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan
Na). 1,3
6. Fungsi Pembentukan Pigmen  karena terdapat melanosit (sel pembentuk
pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes). 1,3

7. Fungsi Keratinisasi  Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan


pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah
bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng
dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang
dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik. 1,3

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D  kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol


dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vitamin D tubuh tidak
hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap
diperlukan. 1
D. MORFOLOGI KULIT2

Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit.


Proses tersebut dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik.
Dalam hal ini gambaran klinis morfologik penyakit menyimpang dari biasanya
dan sulit dikenali. Oleh karena itu penting sekali untuk mencari kelainan pertama
(efloresensi primer), yang biasanya khas untuk penyakit tersebut.

Dibawah ini merupakan berbagai kelainan kulit dan istilah yang


berhubungan dengan kelainan tersebut:

17
Makula: kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata.
Contoh: melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis

Eritema: Kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah


kapiler yang reversibel.

Urtika: Edema setempat yang rimbul mendadak dan hilang perlahan-lahan

Vesikel: Gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang ½ cm garis


tengah, dan mempunyai dasar ; vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.

Pustul: Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion.

Bula: Vesikel yang ebrukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik,
bula purulent, dan bula hipopion.

Kista: Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk
bukan akibat peradangan, walaupun kemudian dapat meradang. Dinding kista
merupakan selaput yang terdiri atas jaringan ikat dan biasanya dilapisi sel epitel
atau endotel. Kista terbentuk dari kelenjar yang melebar dan tertutup, saluran
kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau lapisan epidermis. Isi kita
terdiri atas hasil dindingnya, yaitu serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel
epitel, lapisan tanduk, dan rambut.

Abses: Merupakan kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di
dalam kutis atau subkutis. Batas anatara ruang yang berisikan nanah dan jaringan
disekitarnya tidak jelas. Abses biasanya terbentuk dari infiltrate radang. Sel dan
jaringan hancur membentuk nanah. Dinding abses terdiri atas jaringan sakit, yang
belum menjadi nanah.

Papul: Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, berukuran diameter lebih


kecil dari ½ cm, dan berisikan zat padat. Bentuk papul dapat bermacam-macam,
misalnya setengah bola, contohnya pada eksem atau dermatitis, kerucut pada
keratosis folikularis, datar pada veruka plana juvenilis, datar dan berdasar
polygonal pada liken planus, berduri pada veruka vulgaris, bertangkai pada

18
fibroma pendulans dan pada veruka filiformis. Warna papul dapat merah akibat
peradangan, pucat, hiperkrom, putih, atau seperti kulit disekitarnya. Beberapa
infiltrate mempunyai warna sendiri biasanya baru terlihat setelah eritema yang
timbul bersamaan ditekan hilang (lupus, sifilis). Letak papul dapat epidermal atau
kutan.

Nodus: Masa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan dapat menonjol,
jika diameternya lebih kecil daripada 1 cm disebut nodulus.

Plak (plaque): Peninggian di atas permukaan kulit, permukaanya rata dan berisi
zat apadat (biasanya infiltrate), diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul
yang melebar atau papul-papul yang berkonfluensi pada psoriasis.

Tumor: Istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun
jaringan.

Infiltrat: Tumor yang terdiri atas kumpulan sel radang.

Vegetasi: Pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang menjadi satu.
Vegetasi dapat di bawah permukaan kulit, misalnya pada tubuh. Dalam hal ini
disebut granulasi, seperti pada tukak.

Sikatriks: Terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal, permukaan kulit
licin dan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan
dapat hipertrofik, yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan
ikat. Bila sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan melampaui batas
luka disebut keloid (sikatriks yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan
tumor), dan ada kecenderungan untuk terus membesar.

Anetoderma: Bila kutis kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada


bagian kulit yang tanpa perubahan berarti pada bagian kulit lain, dapat dilihat
bagian-bagian yang bila ditekan dengan jari seakan-akan berlubang. Bagian yang
jaringan elastiknya atrofi disebut anetoderma. Contoh: striae gravidarum.

19
Erosi: Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal. Contoh bila kulit digaruk sampai stratum spinosum akan keluar
cairan sereus dari bekas garukan.

Ekskoriasi: bila garukan lebih dalam lagi sehingga tergores sampai ujung papil,
maka akan terlihat darah yang keluar selain serum. Kelainan kulit yang
disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai dengan stratum papilare disebut
ekskoriasi.

Ulkus: Hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi. Ulkus dengan
demikian mempunyai tepi, dinding, dasar, dan isi. Termasuk erosi dan ekskoriaasi
dengan bentuk linear ialah fisura atau rhagades, yakni belahan kulit yang terjadi
oleh tarikan jaringan di sekitarnya, terutama terlihat pada sendi dan batas kulit
dengan selaput lendir.

Skuama: Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebagai lembaran kertas. Dapat dibedakan, misalnya pitiriasiformis (halus),
psoriasiformis (berlapis-lapis), iktiosiformis (seperti ikan), kutikular (tipis),
lamellar (berlapis), membranosa atau eksfoliatika (lembaran-lembaran), dan
keratotic (terdiri atas zat tanduk).

Krusta: Cairan badan yang mongering. Dapat bercampur dengan jaringan


nekrotik, maupun benda asing (kotoran, obat, dan sebagainya). Warnanya ada
beberapa macam: kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari
pus, dan kehitaman berasal dari darah.

Likenifikasi: Penebalan kulit disertai relief kulit yang semakin jelas.

Guma: Infiltrat sirkumskrip, menahun, destruktif, biasanya melunak.

Eksantema: Kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat, dan
tidak berlangsung lama, umumnya didahului demam.

Fegedenikum: Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (ulkus tropikum,


ulkus mole).

Telebrans: Proses yang menjurus ke dalam.

20
Monomorf: Kelainan kulit yang pada satu ketika terdiri atas hanya satu macam
ruam kulit.

Polimorf: Kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri atas bermacam-macam


efloresensi.

Telangektasis: Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.

Roseola: Eksantema lenticular berwarna merah tembaga pada sifilis dan


frambusia.

Eksantema skarlantiniformis: Erupsi yang difus dapat generalisata atau


lokalisata, berbentuk eritema numular.

Eksantema morbiliformis: Erupsi berbentuk eritema lentikuler.

Galopans: Proses yang sangat cepat meluas (ulkus diabetikum galopan).

21
22
23
A. ISTILAH UKURAN, SUSUNAN KELAINAN BENTUK SERTA
PENYEBARAN DAN LOKASI2,3

Dibidang dermatologi sering digunakan berbagai istilah yang digunakan


secara internasional dan dipakai sebagai kesepakatan bersama bahasa dermatologi.

1. Ukuran3
 Miliar : sebesar kepala jarum pentul
 Lentikuler : sebesar biji jagung
 Numuler : sebesar uang logam/koin 100 rupiah
 Plakat : lebih besar dari ukuran numular
2. Susunan Kelainan/ bentuk2,3
 Linear : seperti garis lurus
 Sirsinar/anular : seperti lingkaran
 Arsinar : berbentuk bulan sabit
 Polisiklik : bentuk pinggiran sambung-menyambung
 Arcuate : berbentuk busur
 Retikular : berbentuk seperti jaring atau berenda
 Serpiginous : berbentuk mirip ular, proses yang menjalar ke satu jurusan
diikuti oleh penyembuhan pada bagian yang ditinggalkan
 Targetoid : berbentuk seperti target
 Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-
anaknya
 Whorled : seperti marmer, dengan dua warna berbeda diselingi pola
bergelombang
3. Bentuk Lesi3
 Teratur : misalnya bulat, lonjong, seperti ginjal dan sebagainya
 Tidak teratur : tidak memiliki bentuk teratur
4. Susunan Lesi Multipel2
 Berkelompok : lesi berkerumun bersama, seperti herpetiformis
 Tersebar : lesi tersebar tidak teratur
5. Penyebaran dan Lokasi3
 Sirkumskirp : berbatas tegas
 Difus : tidak berbatas tegas
 Generalisata : tersebar pada sebagian besar tubuh
 Regional : mengenai daerah tertentu
 Universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh (90%-100%)
 Solitar : hanya satu lesi
 Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
 Diskret : terpisah satu dengan yang lain
 Irisformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna
yang lebih terang di tengahnya

24
 Bilateral : mengenai kedua belah badan yang sama
 Unilateral : mengenai sebelah badan

25
Gambar 1.2 Susunan Kelainan atau bentuk

Gambar 1.3 Susunan Lesi Multipel A


(berkelompok) dan B (tersebar)2 Gambar 1.5 Lesi Numular2

Gambar 1.4 Lesi Whorled2 Gambar 1.6 Lesi Targetoid2

26
Gambar 1.8 Lesi Serpiginosus2
Gambar 1.7 Lesi Retikular2

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Amerson EH, Burgin S, Shinkai K. Anatomi Kulit. Dalam: Khaled Ezzedline,


John E. Harris. Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. New York
: McGraw-Hill; 2019.
2. Boediardja SA, Budimulja U. Anatomi Kulit. Dalam: Tjut Nurul Alam Jacoeb.
Editor : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: FKUI; 2018.
3. Chu, DH. Development and Structure of The Skin. In: Wolff k, Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editor. Fitzpatrick's Dermatology
in General Medicine. 8th ed. New York: McGrawHill; 2012.

28

Anda mungkin juga menyukai