Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sumber :
Wahid Iqbal Mubarak & Nurul Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Gambaran Kasus
Seorang perempuan berusia 57 tahun datang ke IGD jam 09.00 WIB dengan
keluhan kaki kanan terasa sakit dan membengkak. Lima hari sebelum masuk IGD,
pasien terkena sabit di kaki kanan di daerah 2/3 distal. Pada saat itu, luka pasien
dirawat oleh tenaga kesehatan setempat dan diberikan terapi antibiotik dan pereda
nyeri. Rumah pasien berada di desa yang agak jauh dari fasilitas pelayanan
kesehatan. Sehingga luka dirawat seadanya dengan air biasa. Setelah 3 hari pasien
(2 hari sebelum dibawa ke IGD) pasien merasa badannya panas, kaki terasa sakit
dan mulai membengkak. Hingga akhirnya pasien dibawa ke IGD.
Pada saat di IGD, pasien tidak dapat berjalan sendiri karena kaki terasa nyeri,
bengkak, dan sakit untuk digerakkan. Pasien mengatakan nafsu makan menurun
ketika badan terasa demam/panas. Asupan minum juga menurun. Terdapat luka
bekas terkena sabit yang membengkak dan tampak terdapat pus. Kulit kaki kanan
seperti akan mengelupas mulai dari area bekas luka hingga menyebar kearah
pergelangan kaki.
Pemeriksaan tanda vital diperoleh tekanan data tekanan darah 130/80 mmHg,
nadi 96 kali/menit, pernapasan 21 kali/menit, suhu 37.9 oC, Hb 10.9 gr/dL, dan
leukosit 15.2 103/µL. Diagnosis Medis: Selulitis Pedis Dekstra. Pasien tidak malu
dengan kondisinya, akan tetapi pasien merasa tidak berday karena tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya dan akan merepotkan keluarganya.
Pasien sehari-hari bekerja untuk membantu keluarganya. Setelah sakit, pasien
merasa tidak lagi berdaya. Keluarganya berusaha untuk membantu biaya
perawatan pasien selama di rumah sakit.
1. Pengkajian
a. Lingkungan Internal
Ny. S, perempuan berusia 57 tahun keluhan kaki kanan terasa sakit,
membengkak, dan sakit untuk digerakkan. Pemeriksaan tanda vital
diperoleh data tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 96 kali/menit,
pernapasan 21 kali/menit, suhu 37,9 oC. Pasien kehilangan integritas
struktur kulit: terdapat luka bekas terkena sabit yang membengkak dan
tampak terdapat pus. Kulit kaki kanan seperti akan mengelupas mulai
dari area bekas luka hingga menyebar ke arah pergelangan kaki.
b. Lingkungan Eksternal
Pasien mungkin memerlukan bantuan perawatan sehingga datang ke
IGD. Pasien tinggal di desa dengan kondisi air untuk merawat luka tidak
steril. Dengan kebersihan yang kurang dari standar. Keluarganya
dirumah kurang memahami perawatan luka pada pasien. Pasien datang
dengan keluarganya yang membantu memenuhi kebutuhan pasien.
c. Pengkajian Terfokus Model Konservasi
Konservasi Energi
Pasien mengatakan nafsu makan menurun ketika bdan terasa demam.
Asupan minum juga menurun. Pasien di diagnosis Selulitis, Hb 10.8
gr/dL. Suhu 37.9 oC
Integritas Struktural
Terdapat luka bekas terkena sabit yang membengkak dan tampak
terdapat pus. Kulit kaki kanan seperti akan mengelupas mulai dari
area bekas luka hingga menyebar ke arah pergelangan kaki. Kaki
sakit bila digerakkan. Leukosit 15,2 103 /µL.
Integritas Personal
Pasien merasa bahwa penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhan.
Pasien pasrah dengan penyakitnya. Pasien mengatakan tidak malu
dengan kondisinya, akan tetapi pasien merasa tidak berdaya karena
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya dan akan merepotkan
keluarganya.
Integritas Sosial
Pasien merupakan seorang ibu yang bekerja untuk membantu
keluarganya. Setelah sakit, pasien merasa tidak lagi berdaya untuk
membantu keluarganya. Akan tetapi keluarganya mendukung pasien
dalam hal perawatan kesehatannya. Keluarganya berusaha untuk
membantu biaya perawatan pasien selama di rumah sakit.
2. Tropikognosis
Berdasarkan hasil analisis faktafakta provokatif pasien, beberapa keputusan
diagnosis atau tropikognosis dalam keperawatan dengan pendekatan NANDA
teridentifikasi sebagai berikut:
a. Nyeri Akut (berhubungan dengan agen cedera: biologis).
b. Hipertermia (berhubungan dengan penyakit pasca trauma).
c. Kerusakan integritas jaringan (berhubungan dengan faktor mekanik:
koyakan).
d. Ansietas (berhubungan dengan perubahan status kesehatan).
3. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diusulkan pada kasus ini yaitu:
a. Manajemen nyeri non farmakologis dan istirahat/tidur yang cukup.
b. Penggunaan selimut dan terapi cairan intravena.
c. Perawatan luka.
d. Manajemen stress dan relaksasi.
e. Pendampingan keluarga.
4. Intervensi
Intervensi yang dapat dilakukan pada kasus ini yaitu:
a. Menganjurkan salah satu keluarga mendampingi pasien.
b. Mengajarkan prinsip manajemen nyeri.
c. Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi dengan nafas dalam.
d. Mempertahankan selimut pasien.
e. Memberikan cairan intravena RL 20 tetes/menit.
f. Menganjurkan untuk istirahat dan tenang.
g. Mengangkat bekas balutan pasien.
h. Monitor karakteristik luka: drainase, warna, ukuran, dan aroma.
i. Membersihkan luka dengan normal salin secara diguyur dan disapu-
sapukan perlahan.
j. Mengintruksikan pasien dan keluarga menjaga kebersihan luka.
k. Menganjurkan untuk menambah cairan peoral.
l. Memonitor nadi, TD, pernapasan, suhu.
m. Mengobservasi tanda verbal maupun nonverbal dari ketidaknyamanan.
5. Evaluasi
Setelah 2 jam perawatan, hasil dari pengujian hipotesis dievaluasi dengan
menilai respon manusia. Pada Ny. S, evaluasi respon yang didapatkan yaitu:
a. Nyeri Akut : hipotesis mendukung peningkatan kesejahteraan dan
kenyamanan.
b. Hipertermia : hipotesis mendukung peningkatan kesejahteraan dan
kenyamanan.
c. Kerusakan integritas jaringan : hipotesis mendukung peningkatan
kesejahteraan.
d. Ansietas : hipotesis mendukung peningkatan kesejahteraan dan
kenyamanan.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
disusun dapat mendukung adaptasi dan keutuhan pasien. Rencana selanjutnya
adalah memberikan discharge planning dari IGD ke ruang rawat inap, dengan
tetap mempertahankan hipotesis yang disusun berdasarkan domain
konservasi.
Sumber:
Kurniawan, Dicky Endrian, et all. 2017. Aplikasi Model Konservatif Levine dalam
Asuhan Keperawatan Pasien Selulitis. Dalam
http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/PSB/article/view/ 246, diakses
pada 20 Oktober 2019.
Konsep utama teori Levine ada 3, yaitu :
1. Wholeness (keutuhan)
Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah
sistem yang terbuka: “wholeness emphasizes a sound, organic, progressive
mutuality between diversified functions and part within an entirety, the
boundariesof which are open and fluent”. Levine (1973) menyatakan
bahwa “interaksi terus menerus dari organisme individu dengan
lingkungannya merupakan sistem yang terbuka, kondisi kesehatan,
keutuhan terwujud ketika interaksi atau adaptasi konstan lingkungan,
memungkinkan kemudahan (jaminan integrasi) di semua dimensi
kehidupan”. Kondisi dinamis dalam interaksi terbuka antara lingkungan
internal dan eksternal menyediakan dasar untuk berpikir holistik,
memandang individu secara keseluruhan.
Menurut Levine, keutuhan ada ketika interaksi atau adaptasi konstan
lingkungan memungkinkan jaminan integritas, ”Holistik adalah kesehatan
,kesehatan adalah integritas”.
2. Adaptasi
Merupakan suatu proses perubahan yang bertujuan mempertahankan
integritas individu dalam menghadapi realitas lingkungan internal dan
eksternal. Konservasi adalah hasil dari adaptasi.
Levine mengemukakan tiga karakter adaptasi yakni :
1) Historicity
Respon adaptif dan kemampuan untuk beradaptasi dengan
perubahan juga berdasarkan dari pengalaman masa lalu.
2) Specificity
Pola adaptif genetic untuk individu serta dipengaruhi oleh factor
social budaya.
3) Redundancy
Menurut Levine,ini adalah anatomi gagal aman,pilihan fisiologis
dan psikologis tersedia bagi individu untuk memastikan adaptasi
lanjutan.
3. Konservasi
Tujuannya adalah untuk memberikan intervensi melalui prinsip prinsip
konservasi. Intervensi keperawatan disusun sesuai dengan empat prinsip
konservasi :
Konservasi energi
Ini adalah keseimbangan antara inputdan output energy untuk
menghindari kelelahan,termasuk penyediaan energi yang cukup .
Konservasi integritas struktural
Hal ini mengacu untk memelihara atau memulihkan struktur tubuh
mencegah kerusakan fisik dan mempromosikan penyembuhan.
Konservasi integritas pribadi
Hal ini mengakui individu yang berusaha untuk menentukan
pengakuan,penghormatan,kesadaran diri dan kemandirian.
Konservasi integritas sosial
Ini memerlukan seorang individu yang diakui sebagai sesorang
yang tinggal bersama di dalam sebuah keluarga, komunitas,
kelompok etnis, sistem politik dan bangsa.
Sumber:
Nursalam. 2008. Konsep & Model Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Macam-macam stressor
1. Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih
yang memiliki pengaruh pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran.
2. Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga tetapi lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor
interpersonal. Misalnya : sosial politik.
Sumber:
Kozier, Barbara, Erb G, Blais K, Wilkinson JM. 1995. Fundamentals of Nursing :
Concepts, Process and Practice, 5 ed. California: Addison-Wesley.
3. Perencanaan
Perencanaan yang dapat dilakukan adalah :
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit gangguan kardiovaskuler
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara menangani stress dan teknik
relaksasi
c. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit kardiovaskuler
melalui pemeriksaan tekanan darah
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi untuk menetapkan diet yang tepat
bagi yang berisiko
e. Lakukan kerjasama dengan petugas dan aparat pemerintah setempat untuk
memperbaiki lingkungan atau komunitas apabila menjadi penyebab
stressor
f. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila di perlukan
4. Implementasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya :
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit kardiovaskuler di
komunitas
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini sehat
melaksanakan peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit kardiovaskuler
d. Sebagai advokat komunitas yang sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Sumber
Christensen, Paula J. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual.
Ed.4. Jakarta: EGC
4. Kebisingan
Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau ruangan. Hal
tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu pasien.
5. Variasi keanekaragaman
Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi sesesorang, missalnya
makanan.
6. Tempat tidur
Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang dan
juga pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan gangguan pada kesehatan.
7. Kebersihan kamar dan halaman
Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan. Oleh karena
itu, pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan halaman.
8. Kebersihan pribadi
Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang karena merupakan
bagian dari kebersihan secara fisik.
Sumber:
Sarmoko Soemowinoto. 2008. Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.