PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kain merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh
setiap orang, oleh karena itu kain menduduki peran yang vital dalam kehidupan
waktu. Mulai dari sinilah muncul ide-ide untuk menuangkan imajinasi ke dalam
selembar kain, yang kemudian menjadi sebuah mahakarya, yakni kain batik. Ada
dua pendapat tentang asal dari munculnya seni batik. Pendapat pertama
Hindu-Budha dari India. Adapun pendapat yang kedua menyatakan bahwa seni
batik adalah produk seni budaya asli yang berasal dari Indonesia. Pendapat kedua
pertama. Seni batik merupakan salah satu dari elemen kebudayaan Indonesia yang
Yogyakarta dapat dilihat sebagai suatu identitas dan simbol yang melekat dalam
diri pemakaianya. Hal tersebut mempunyai keterkaitan dengan hak dan kewajiban
para bangsawan kerajan, dan para abdi dalem ternyata memiliki ciri dan keunikan
tersendiri dalam berpakaian. Salah satunya penggunaan motif kain batik yang
1
2
keraton dapat dikarenakan adanya dua faktor. Faktor ekonomi, dan faktor
mobilitas para abdi dalem pembatik di kraton Yogyakarta, yakni ketika seorang
kain, dan hal tersebut kemudian mempengaruhi lingkungannya. Adapun salah satu
pembatikan yang bersifat kerajinan menjadi sebuah pengrajin. Hal ini disebabkan
menimbulkan lonjakan pesanan yang tak seimbang dengan produksi batik yang
merupakan sumber mata pencaharian sehari-hari, tetapi ada pula yang hanya
usai mengerjakan sawah dan pekerjaan rumah tangga. Hal ini dilakukan baik
3
membatik untuk kebutuhan sendiri maupun pesanan dari orang lain.2 Pada tahun
1970 mulai banyak terjadi perubahan yang berkaitan dengan pola kerja kaum
Aspek sosial budaya yaitu kesan yang telah dibangun oleh masyarakat
dan keluarga yang menyatakan bahwa tempat wanita bertugas mengurus kegiatan
faktor, faktor intern dan ekstern. Faktor intern yakni alasan yang condong ke arah
memerlukan tenaga kerja banyak, guna penunjang dalam proses produksi. Oleh
karena itu kemudian muncul sektor-sektor pengrajin batik di daerah Bantul. Hal
pengrajin tersebut yakni dengan muncul buruh yang bekerja di sektor pengrajin
merupakan kawasan pengrajin batik. Hal ini terbukti dimana hampir setiap rumah
2
A.N. Suyanto, Sejarah Batik Yogyakarta, (Yogyakarta: Merapi, 2002),
hlm. 55.
4
berinisiatif untuk mengisi waktu mereka memproduksi kain batik dalam sebuah
pengrajin, meskipun hanya dalam taraf pengrajin kecil. Pemilikan lahan yang
sempit atau bahkan tidak dimilikinya lahan garapan telah menyebabkan timbulnya
usaha dari mereka untuk melakukan aktivitas diluar kegiatan pertanian. Berusaha
melalui kerajinan rakyat atau pengrajin, merupakan bentuk usaha yang kemudian
dilakukan oleh warga pedesaan tersebut. Hal ini terbukti dimana hampir setiap
sampingan.3
dalam hal produksi dan jumlah pengrajin di tahun-tahun tersebut. Dalam dinamika
panjang, batik di Desa Wijirejo ditentukan oleh kondisi dan situasi pasar. Keadaan
pasar sangat berpengaruh besar terhadap kelangsungan hidup seni batik di Desa
Wijirejo, tidak hanya menunjang kelestarian batik saja yang ada pada masanya,
3
Topo HP, wawancara di Desa Wijirejo, Pandak, Kabupaten Bantul, 16
November 2013.
5
Wijirejo sebagai sentra pengrajin batik tentunya akan bermunculan akibat dari
B. Rumusan Masalah
Wijirejo ?
C. Tujuan Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian merupakan suatu kajian yang dilakukan guna menemukan dan mencari
1. Tujuan Umum
historiografi.
kegiatan perkuliahan.
2. Tujuan Khusus
Desa Wijirejo
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
tulisan.
Negeri Yogyakarta.
2. Bagi pembaca
E. Kajian Teori
Kajian teori sangat berguna dalam penulisan skripsi ini, karena memiliki
lingkungan yang diteliti, 2). Menegaskan kerangka teori yang akan dijadikan
pembahasan.4 Oleh karena itu digunakan beberapa teori yang dapat mendukung
penulisan ini. Teori tidak bisa dilepaskan dari ide yang pernah dilontarkan oleh
untung- rugi
4
Louis Gottschalk, “Understanding History: A Primer Historical
Method”. a.b., “Mengerti Sejarah”, terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press,
1985), hlm. 27.
8
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain atau memerlukan bantuan guna
perubahan dalam struktur masyarakat sebagai hasil dari komunikasi dan usaha
pemilik pengrajin batik di Desa Wijirejo Bapak Topo belajar mengenai kombinasi
warna untuk menciptakan selembar kain batik dari salah satu perusahan besar
yang berada di Jakarta, beliau belajar secara autodidact dari sesama pekerja untuk
menciptakan perpaduan warna yang baru dan menarik. Dengan pekerja dan
pemilik pengrajin secara timbal balik seorang pekerja akan dengan suka rela
membantu apabila pemilik pengrajin sedang ada hajatan, para tenaga tersebut
tidak menuntut bayaran ketika dimintai bantuan, justru seorang pekerja yang tidak
mau membantu akan mendapat penilaian buruk dari pemilik pengrajin dengan
5
Saefur Rochmnat, Ilmu Sejarah dalam Perpektif Ilmu Sosial,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 122.
6
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Jakarta:
Putra A Bardin, 1999), hlm. 13.
7
Topo HP, wawancara di Desa Wijirejo, Pandak, Kabupaten Bantul, 16
November 2013.
9
baru dari lingkungan luar menjadi salah satu syarat dari munculnya
masyarakat pada fase ini. Serbuan dari luar tersebut dapat diartikan
mesin berat baik bersumber tenaga listrik maupun kimiawi. Pada tahap
kebutuhan pokok.
pekerjaan rumah tangga pada musim-musim tertentu. Hal ini terbukti dimana
8
W.W Rostow, Tahap- tahap Pertumbuhan Ekonomi, (Jakarta: Bhratara,
1965), hlm. 5-15.
11
tataran pekerjaan sambilan hal ini membawa dampak yang besar bagi timbulnya
ke arah masyarakat modern. Fungsi batik tidak terbatas hanya menjadi bahan
sandang saja, tetapi dalam fungsi yang lebih menunjukkan status sosial seseorang
pemakai. Muncul para pengusaha batik yang menciptakan batik untuk berbagai
jenis keperluan rumah tangga seperti taplak meja, sarung bantal, seprei, hiasan,
dan pedagang batik. Beberapa faktor di atas menunjukkan adanya keterkaitan atau
hal-hal yang berpengaruh terhadap tingkat awal terciptanya sebuah pengrajin batik
Kemunduran dalam hal pengrajin dan produktifiatas kain batik disebabkan karena
beberapa permasalahan.
akan lebih jelas dan bermakna untuk diteliti apabila menggunakan historiografi
9
Dirjo Sugito, wawancara di Desa Wijirejo, Pandak, Kabupaten Bantul,
16 November 2013.
10
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah: Historical Explanation,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hlm. 99.
12
sejarah melalui proses pengkajian dan menganalisis secara kritis rekaman dan
adalah proses rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data
yang diperoleh dengan menempuh proses pengujian dan analisis secara kritis
relevan sangat penting untuk mengetahui tingkat keaslian karya sejarah ini.
Historiografi relevan yang dibahas dalam tugas akhir ini bertujuan untuk
menghindari dari kesamaan hasil karya ini dengan hasil karya sejarah yang sudah
laporan penelitiannya. Selain itu jenis dan motif serta teknik pengerjaan banyak
dikaji dalam buku ini seperti proses mbabar, ngecap, pewarnaan, nglorod. Dalam
karya ini tidak dikaji tentang fenomena pengrajin batik di daerah Wijirejo, Pandak
Kabupaten Bantul.
11
Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 32.
13
membahas tentang sisi historis batik dengan kraton Yogya sebagai pusatnya.
munculnya kain batik yang selalu diiringi dengan perkembangan dalam bentuk,
makna, motif, serta fungsinya pada akhir abad XIX sampai abad ke XX.
dibahas dalam buku tersebut. Buku tersebut mampu memberikan jalan masuk
untuk memahami seluk beluk batik baik dari segi filosofi maupun sejarah batik.
Pengaruh Etos Dagang Santri pada Ragam Hias Batik”. Mampu memberikan
dari zaman Prasejarah sampai Kemerdekaan dari beberapa teknik pembuatan kain
hias. Menurut Hasanudin, karakteristik batik pesisiran sangat dipengaruhi dari sisi
kehidupan masyarakat pesisir, baik dari segi produksi dan motif batik. Adapun
relevansi karya tulis ini mampu memberikan informasi dan kondisi batik pesisiran
perdagangan. Apabila ditilik dari kondisi Kabupaten Bantul sebagai daerah yang
memiliki bentang alam pantai, apakah berpengaruh ataukah tidak dalam proses
ditulis oleh Siska Narulita, membahas tentang munculnya koperasi PPBI dan
Kegiatan seperti pertemuan dengan para pemilik pengrajin batik yang ingin
menjadi tema utama dari skripsi tersebut. Tema kajian dalam tulisan ini mampu
batik di Desa Wijirejo sebagai sentra pengrajin batik yang memerlukan bahan
pembuatan dan beberapa motif atau jenis batik yang dihasilkan dari pengrajin
pembatik dengan pengusaha juga sedikit dikaji dalam skripsi, dan masalah seperti
upah kerja hingga masalah kesejahteraan tenaga atau buruh dibahas pula didalam
model pengrajin batik, baik dari aspek internal maupun eksternal dalam suatu
sentra pengrajin batik. Pengamatan yang dilakukan di Desa Wijirejo dari segi pola
produksi, sisi penyiapan bahan baku, proses pengerjaan, finishing dan penyaluran
15
produk menjadi suatu sistem ekonomi yang baku dalam dunia manufaktur seperti
pengrajin batik. Adapun relevansi dalam penulisan karya ilmiah ini yakni aspek
pola kerja dan mekanisme produksi hampir memiliki kemiripan sehingga mampu
menjadi pola acuan dalam proses penelitian dan memudahkan dalam proses
a. Metode penelitian
Dalam penulisan ini, menggunakan metode penelitian, yang pada
mengungkap peristiwa masa lampau agar menghasilkan karya sejarah yang kritis,
ilmiah, dan obyektif. Metode sejarah merupakan suatu proses untuk menguji dan
dengan menganalisa secara kritis terhadap data yang ada sehingga menjadi
penyajian dan cerita yang dapat dipercaya.12 Menurut Louis Gottschalk ada 4
sejarah yaitu:
1. Heuristik
berkaitan dengan tema yang akan dikaji. Sumber merupakan hal yang paling
12
Helius Syamsuddin dan Ismaun, Metodologi Sejarah, (Jakarta:
Depdikbud, 1996), hlm. 61.
16
penting dalam penyusunan karya sejarah. Tanpa adanya sumber, karya sejarah
tidak akan dapat direkonstruksi menjadi sebuah kisah.13 Tanpa sumber sejarah
Wijirejo, Kabupaten Bantul dan juragan batik maupun buruh sangat membantu
guna mengatasi keterbatasan sumber tertulis karena bahasan tema yang sejenis
yaitu saksi dengan panca indera, atau alat mekanis (yang juga bisa menghasilkan
suatu rekaman yang bisa di indera).14 Sumber primer dapat berupa dokumen atau
13
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1987), hlm. 23.
14
Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 35.
17
catatan resmi yang dibuat pada suatu acara atau upacara, arsip-arsip pemerintah
atau peristiwa yang dialami saksi sejarah maupun alat-alat yang ada pada saat
antara lain:
Kabupaten Bantul.
Nopember 1946.
Universitas Gajah Mada, dan lain-lain. Adapun sumber sekunder yang digunakan
15
Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 153.
18
2. Kritik Sumber
Kritik Sumber (Verifikasi) dilakukan apabila semua sumber sudah
terkumpul. Hal ini dilakukan untuk melihat tingkat otentisitas (keaslian sumber)
tentang keasliannya, atau lebih tepat tentang validitas sumber tersebut.16 Kritik
sumber sendiri berarti usaha untuk menilai, menguji, serta menyeleksi sumber-
sumber yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan sumber yang autentik (asli).17
Fungsi dan tujuan kritik sumber adalah untuk membedakan apa yang benar dan
yang tidak benar (palsu) sehingga karya sejarah merupakan produk yang dapat
dipertanggung jawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi atau fabrikasi
sejarawan.18 Kritik sumber terbagi atas dua, yakni: (1) kritik ekstern adalah kritik
sumber yang digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang diperoleh dari
16
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm.
51.
17
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang, 1999),
hlm. 99.
18
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007),
hlm.131-132.
19
yang dicatat dengan yang terdapat di lapangan. Analisa mengenai usia dari
sumber pengrajin batik Wijirejo serta posisi hirarkis dalam pekerjaan, apakah
sebagai penentu keputusan atau hanya sekedar pekerja/buruh. Dalam kritik ini
narasumber dan data yang diperoleh dari sumber-sumber pustaka akan saling
melengkapi. Fakta yang diperoleh akan semakin kuat dan relevan dalam
menyajikan karya ilmiah mengenai pengrajin batik di Desa Wijirejo. (2) kritik
intern yaitu kritik sumber yang digunakan untuk meneliti kebenaran isi dokumen
atau tulisan tersebut. Kritik intern termasuk isi, bahasa yang digunakan, tata
bahasa, situasi disaat penulisan, dan ide terhadap pernyataan yang dibuat apakah
penulis merupakan sumber yang valid, yang ditulis pada waktu terjadinya
peristiwa yang dikaji, hal ini bisa dilihat dari tata cara penulisan dan bahasa yang
perindustrian serta kantor kelurahan setempat. Tahun yang tertera dalam sumber
tersebut juga menegaskan bahwa dokumen dari kantor dinas pemerintah tersebut
3. Interpretasi
19
Moh. Nazir, op.cit., hlm. 52.
20
berbagai fakta yang ada dalam sumber-sumber. Dalam tahap ini dituntut untuk
mencermati dan mengungkapkan fakta yang diperoleh dan hubungan antara satu
fakta dengan fakta yang lain. Penyajian dalam bentuk penulisan akan memperoleh
suatu gambaran tentang realitas masa lampau mengenai dinamika pengrajin kain
batik di Wijirejo, Pandak, Kabupaten Bantul. Karya sejarah yang baik tidak hanya
terperinci.20
dalam suatu penulisan sejarah selalu ada yang dipengaruhi oleh jiwa, zaman,
penulisannya. Pada intinya penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap
objektif. Untuk itu analisis sumber perlu dilakukan dengan menjelaskan fakta
kebenarannya.
20
Bambang Purwanto, “Interpretasi dan Analisis dalam Sejarah”,
Makalah, pada Penataran Metodologi Sejarah yang diselenggarakan oleh
Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta, (tanggal 16-26 Februari 1994), hlm. 7.
21
Kuntowijoyo, (1999), op.cit., hlm. 22.
21
d. Penyajian.
yang sudah diperoleh menjadi satu kesatuan dalam bentuk kisah setelah melalui
penelitian yang memerlukan hubugan logis antara satu paragraf dengan paragraf
berikutnya. Penulisan ini disusun secara ilmiah. Skripsi ini disajikan agar dapat
b. Pendekatan Penelitian
interaksi dengan lingkungan dan aspek intern pengrajin, sangat penting dalam
proses perolehan data dan lancarnya penulisan skripsi ini. Menurut teori yang
untuk memahami kondisi pengrajin batik yang terdapat di Desa Wijirejo. Desa
Wijirejo sebagai pengrajin batik tidak terlepas dari adanya relasi/hubungan antar
dengan orang lain tidak hanya sebatas komunikasi semata, namun komunikasi
yang mampu memperluas jaringan bisnis. Interaksi tersebut bukan untuk mencari
diterapkan di Desa Wijirejo, daerah ini masuk dalam kategori masyarakat yang
dalam kegiatan kerajinan batik telah diperhatikan seperti, penggunaan teknik baru
promosi produk melalui pameran kerajinan. Desa Wijirejo termasuk daerah yang
usaha lain yang diprakarsai oleh swasta maupun pemerintah ( jasa angkutan,
perbankan & kegiatan penyuluhan dari dinas perdagangan dan industri ), guna
secara rapi, dan mampu menghadapi kesulitan-kesulitan dalam dunia industri. Hal
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dan memahami isi skripsi ini, maka penulis akan
memberikan gambaran singkat dari isi materi yang akan dibahas selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
penulisan lebih lanjut sehingga menjadikan karya tulis ini sebagai skripsi.
BANTUL
Dalam bab ini berisi tentang kondisi umum Desa Wijirejo, Pandak,
KABUPATEN 1960-1997
Kajian dari sudut organisasi kerja dan aspek intern pengrajin di Desa
Wijirejo, Pandak, Bantul, pada tahun 1960-1997, baik dari perkembangan dan
implikasinya terhadap masyarakat, buruh atau pekerja setra masa jaya pembatikan
menjadi pembahasan pada bab ketiga ini. Sekilas diungkapkan mengenai latar
belakang juragan kain batik dalam kegiatan pengrajin batik di Desa Wijirejo
24
sentra struktur organisasi pembatikan, jenis produksi batik di Desa Wijirejo dan
Pandak, Bantul pengrajin kain batik sangat berimbas pada kehidupan tenaga kerja.
pemasaran masa krisis kain batik di Desa Wijirejo. Jumlah produksi yang tidak
seimbang antara bahan baku dan prilaku konsumen untuk membeli produk batik
BAB V KESIMPULAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari semua
masalah.