Anda di halaman 1dari 15

EUREKA PENDIDIKAN

 HOME
 PENELITIAN
 MODEL DAN METODE
 PENDIDIKAN
Home / Penelitian / Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling

Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik Sampling

Author - Ahmad Dahlan Date - 09.43.00 Penelitian

Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik


Sampling
Eureka Pendidikan. Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan
sebagai bagian dari populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan
karakter dari populasi. Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan
sebagai acuan untuk memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang
membeli rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih
secara rambang (Random) dari rambutan yang dijajakan untuk menghindari
adanya kecurangan yang dilakukan oleh pedagang. Rasa buah rambutan
yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran mengenai rasa seluruh rambutan yang
ada.

Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada


peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari
objek biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut
populasi penelitian. Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati
dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan
yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah
terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah
penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel
tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak
memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka
pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.
A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian
dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari
populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan
juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari
sampel. Sebagai contoh pada penelitian mengenai golongan darah, tentu saja
tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium
karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan untuk mengetahui golongan
darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien.

Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi


sehingga ada aturan baku mengenai sampel minum yang harus diambil dalam
sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari
sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli
di kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari
populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas,
pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel
minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan
terutama untuk distribusi data dari sampel.

B. Tujuan Pengambilan Sampel


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada
sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan.
Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan
bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga
sampel adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Percobaan yang bersifat merusak


Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil
seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan
dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini
adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di
kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian
darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam
dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian
darah dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak
tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari
masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara
mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang
diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau
berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan
kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.
2. Masalah Teknis Penelitian
Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan
menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan
jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik
namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis
penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti
harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh
atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data
dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus
tertentu beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data
karena jumlah sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data
penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh
dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik
inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga
pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan
pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan
menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari
rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari
setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500
atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden
menjadi sia-sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel


Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean
pertimbangan pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni

1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin
muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu
cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang
ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000
yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X
sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan
rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun
pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan
julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis
data.

2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.
Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat
teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai
dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus
memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap
sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel


seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di
kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau
boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter
yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari
sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun
dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan,
Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari
karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang
dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu
variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi
normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari
30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak
lebih dari 60 data.

Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang


berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya
dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat
beberapa ahli mengenai jumlah sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen
memberikan sara ukuran sampel minimal:

 Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi


 Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
 Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
per group
 Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per
group

Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan


menyarankan

 Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel


 Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
 Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
 Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group
Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :

 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan
sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%,
dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan

Keterangan:
s : Jumlah Sampel
x2 : Nilai tabel untuk Chi Square
P = Q = 0.5
d = Taraf Siginifikansi
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan

rumus :

keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e = taraf Siginifikansi

Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi


terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis statistik yang
digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.

E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling


Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk
menentukan jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari
populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter.
Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian.

Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas.


Ada banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu
seperti halnya wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, budaya atau gaya
hidup dalam suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang
memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi akhirnya membentuk
karakter dari populasi secara umum. Berdasarkan karakter ini, dapat
disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan
begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap
representatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah
seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang
melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan
kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja
mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah,
tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam
memilih teknik sampling yang sesuai
F. Jenis dan Metode Sampling
Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok,
yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability
sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono
adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah
mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah
ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur
harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis
Probability sampling adalah sebagai berikut :

a) Simple random sampling


Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga
setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk
terpilih atau terambil.

Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena


pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)
menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1
(unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari
populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal,
maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

b) Proportionate stratified random sampling


Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa
digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata.
Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar
belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Populasi
berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15 orang
diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara
proporsional.

c) Disproportionate stratified random sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan
SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2
itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.

d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)


Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004:
127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik
sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara,
propinsi atau kabupaten.

Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi.


Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut
dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh
Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap
populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung
pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau
cluster.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)


2) Nonprobability sampling
Non Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak
memperhatikan banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel
dari Nonprobability Sampling juga disebut sebagai subjek penelitian dimana
hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan
populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak melekat pada
materi yang diujikan sedangkan pada random sampling atau probability
Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang
diujikan.

a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima.
Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100.

b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127)
dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok.
Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah
5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004:
27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan
lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu
dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai
unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang
dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling
didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan
kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria
tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya, akan
melakukan penelitian tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih
adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.

f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel
yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-
temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan
snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)

Sumber Bacaan dan Referensi


Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in
education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and.
Management, MacMillan Publishing Company, New York

Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006).
Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall

Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :


UGM

Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research
activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung


: Penerbit Alfabeta
Share This
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan
halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

ARTIKEL LAIN
Telusuri

RANDOM
RANDOM

COPYRIGHT © 2015 EUREKA PENDIDIKAN ALL RIGHT RESERVED

Anda mungkin juga menyukai