PENDAHULUAN
1
biasanya metode yang dipilih adalah disesuaikan dengan kepentingan
pemeriksaan, kecepatan dan ketepatan hasil pemeriksaan.
Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah mikrobia di dalam bahan pangan adalah metode hitungan
cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas
dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang,
jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel
tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke
dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah
diencerkan diinokulasikan pada permukaan agaragar dan diratakan dengan
batang gelas melengkung (hockey stik) steril.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan ALT makanan padat
pada sampel Gulai Ayam
2) Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan ALT makanan cair
pada sampel Es Sum-Sum
1.2.1 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui alat, bahan, cara kerja pemeriksaan ALT makanan
padat
2) Untuk mengetahui alat, bahan, cara kerja pemeriksaan ALT makanan
cair
3) Untuk mengetahui hasil jumlah koloni dan Angka Lempeng Total
(ALT) pada makanan padat (Gulai Ayam)
4) Untuk mengetahui hasil jumlah koloni dan Angka Lempeng Total
(ALT) pada makanan cair (Es Sum-Sum)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni pada
media pelat.
Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni
pada pelat hasil pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3,
maka kesimpulannya adalah bahan uji mengandung = 200 x 10³ = 200.000
koloni bakter / mL atau perhitungan berdasarkan pada koloni yang tumbuh
pada hasil pengenceran ke-3.
Metode ini dapat dianggap yang paling sensitive kerena sel hidup
yang dapat terhitung, beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung
sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan identifikasi karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu
teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada
prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa
kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu
dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah
koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai
jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran.
Jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata
tanpa mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara yang paling
sensitive untuk menentukan jumlah jaasad renik karena beberapa hal yaitu :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap
menampakkan pertumbuhan yang spesifik.
2.2 Persyaratan Perhitungan Angka Lempeng Total
Adanya jumlah angka lempeng total yang ditemukan pada suatu
sampel dapat dijadikan acuan bahwa sampel tersebut masih layak untuk
4
dikonsumsi atau tidak. Adapun untuk batas persyaratan perhitungan dari
angka lempeng total adalah :
a. Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni
b. <30 koloni, dianggap cemaran
c. >300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung
d. Jumlah bakteri adalah jumlah koloni x factor pengenceran
e. Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara
pengenceran yang akhir dengan pengenceran yang sebelumnya
f. Jika sama atau kurang dari 2 maka hasilnya dirata-rata
g. Jika lebih dari 2 digunakan pengenceran sebelumnya.
5
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan
beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi
cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml
suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan
media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40 - 50⁰C) kemudian ditutup
rapat dan diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37⁰C. Penuangan dilakukan
secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau
tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang
hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan
(media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga
mengganggu proses pengamatan.
Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur
diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian
diletakkan dalam incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak
0,1 - 1,0 mL diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian
ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan
media dengan memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata.
Karena sampel dicampur dengan media agar cair, maka volume kultur yang
digunakan dapat lebih tinggi dibanding dengan metode spread plate. Pada
pengujian dengan metode pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan
harus dapat bertahan hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45ºC
ditambahkan.
Menurut Asriyah (2010) ada keuntungan dan kelemahan dalam
menggunakan metode pour plate.
- Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni
yang terbentuk
d. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.
- Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :
6
a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk
satu koloni.
b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda.
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat
dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.
2.4 Cara Perhitungan Angka Lempeng Total
Dari semua cawan petri yang telah diinkubasi, dipilih cawan petri dari
satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300. Apabila
terdapat lebih dari satu cawan petri yang menunjukkan pertumbuhan koloni
antara 30-300 maka digunakan 2 pengenceran. Jumlah koloni rata-rata dari
kedua cawan tersebut dihitung lalu dikalikan dengan factor pengencerannya.
Hasil menyatakan sebagai angka lempeng total dlam tiap gram contoh.
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pertnyataan diatas, maka
petunjuk sebagai berikut :
a. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan
jumlah 30-300 koloni, dihitung rata-rata kedua cawan dikalikan factor
pengenceran.
b. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah
koloni dan dikalikan factor pengenceran kemudian diambil rata-rata.
Jika pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar
dari 2kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih
tingkat pengenceran terendah (missal pada pengenceran 10-2 diperoleh
140 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka yang
dipilih jumlah koloni pada tingkat pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)
c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan
jumlah antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari
7
tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka lempeng
total perkiraan.
d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena factor inhibitor, maka angka lempeng total dilaporkan sebagai
kurang dari satu dikalikan factor pengenceran terendah
e. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 300, maka cawan dengan
tingkat pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan
8) jumlah koloni dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil
dilaporkan sebagai angka lempeng total perkiraan.
f. Bila jumlah koloni lebih besar dari 200 dari bagian cawan, maka
jumlah koloni adalah 200x8xfaktor pengenceran. Angka lempeng total
perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni diperoleh.
(Srikandi Fardiaz, 1989).
8
BAB III
ISI
2. Petridish 14
3. Neraca kasar 1
4. Spatula 1
9
6. Inkubator 1
7. Batang Pengaduk 1
8. Gelas Ukur100 ml 1
9. Erlenmeyer 250 ml 1
12. Autoclave 1
15. Koran 1
16. Kapas 1
17. Label 1
18. Blender 1
1. BPW 0,1% gr
2. PCA gr
3. Aquadest liter
10
3.4 Pembuatan Media PCA dan Buffer Pepton
A. Pembuatan Media PCA
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒂𝒕
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝑷𝑪𝑨 = × 𝟐𝟐, 𝟓
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟖𝟎
GramPCA= × 𝟐𝟐, 𝟓 = 𝟒, 𝟏 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎,𝟏
Gram BPW= × 𝟐𝟐𝟎 = 𝟎, 𝟐 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟏𝟎𝟎
11
Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
a) Pipet ukur
b) Testube
c) Petridish
d) Erlenmeyer
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas
koran.
1 Beri label pada alat yang akan disterilisasi.
2 Cek dahulu air yang ada dalam autoclave, jika air kurang dari
batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut.
3 Hidupkan autoclave.
4 Masukkan peralatan yang akan disterilkan kedalam autoclave.
5 Tutup autoclave dengan rapat, agar tidak ada udara yang keluar.
6 Atur waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
7 Jika alarm tanda selesai telah berbunyi, buka kran uap pelan-pelan.
Dengan tujuan untuk mengeluarkan uap panas.
8 Buka tutup autoclave dan keluarkan alat
9 Matikan autoclave.
3.5 Penanaman Sampel
1. Makanan Padat
Pipet 1 ml BPW 0,1% pada testube 10-2 untuk kontrol, masukkan
kedalam
1) Ambil 20 gram makanan padat, masukkan kedalam blender dan
tambahkan 220 ml BPW
2) Lalu blender sampai halus
3) Sampel yang ada didalam blender dianggap 10-1, lalu pipet 2 ml
dan masukkan ke petridis 10-1 dan petridis 10-1 lagi secara
duplo.
4) Dan pipet 1 ml masukkan ke testube 10-2,, lalu homogenkan.
12
5) Pipet 2 ml larutan pada testube 10-2, masukkan 1 ml pada
petridis 10-2 dan 1 ml pada petridis 10-2 secara duplo
6) Pipet 1 ml pada testube 10-2 , masukkan 1 ml tersebut kedalam
testube 10-3, lalu homogenkan.
7) Lalu ambil 2 ml pada testube 10-3, masukkan 1 ml kedalam
petridis 10-3 dan 1 ml pada petridis 10-3 secara duplo
8) Lalu homogenkan
9) Tambahkan media PCA kedalam petridis 10-1, 10-2, 10-3 secara
duplo sebanyak 15 ml, atau sampai tertutup permukaan
petridis, homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam
10) Inkubasi kedalam inkubator selama 2x24 jam, dengan suhu 35-
370C
2. Makanan Cair
1) Ambil makanan cair sebanyak 10 ml, masukkan kedalam gelas
kimia dan tambahkan BPW sebanyak 220
2) Sampel yang ada didalam gelas kimia dianggap 10-1, lalu pipet
2 ml dan masukkan ke petridis 10-1 dan petridis 10-1 lagi secara
duplo.
3) Dan pipet 1 ml masukkan ke testube 10-2,, lalu homogenkan
4) Pipet 2 ml larutan pada testube 10-2, masukkan 1 ml pada
petridis 10-2 dan 1 ml pada petridis 10-2 secara duplo
5) Pipet 1 ml pada testube 10-2 , masukkan 1 ml tersebut kedalam
testube 10-3, lalu homogenkan.
6) Lalu ambil 2 ml pada testube 10-3, masukkan 1 ml kedalam
petridis 10-3 dan 1 ml pada petridis 10-3 secara duplo
7) Lalu homogenkan
8) Tambahkan media PCA kedalam petridis 10-1, 10-2, 10-3 secara
duplo sebanyak 15 ml, atau sampai tertutup permukaan
petridis, homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam
9) Inkubasi kedalam inkubator selama 2x24 jam, dengan suhu 35-
370C
13
3. Perhitungan koloni
Dilakukan perhitungan hanya pada petridish yang menghasilkan
jumlah antara 25-250 dan bila koloni pada petridish kontrol lebih kecil
dari 10. Jumlah koloni pada masing-masing petridish ini harus lebih
dahulu dikurangi dengan petridish kontrol.
Makanan Padat
10 -1 10-2 10-3
Kontrol
∑Koloni
1 2 1 2 1 2
20 28 33 48 90 123
Rata-rata 48 81 213 0
Makanan Cair
10 -1 10-2 10-3
Kontrol
∑Koloni
1 2 1 2 1 2
9 17 23 40 67 102
Rata-rata 26 63 169 0
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
1. Hasil Praktikum
a. Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan sampel
gulai ayam di dapatlah hasil praktikum yaitu 81×102 koloni/ml dan
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011
tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam
makanan, yaitu untuk jenis cemaran mikroba ALT pada daging olahan
dan daging ayam olahan batas maksimumnya adalah 1 x 105 koloni/ml,
sedangkan sampel ALT pada gulai ayam yang didapat adalah sebanyak
81×102 koloni/mL. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel gulai ayam
yang diperiksa baik untuk dikonsumsi, karena nilai ALT nya tidak
melebihi batas maksimum yang telat ditentukan oleh BPOM RI Nomor
HK.00.06.1.52.4011.
b. Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan sampel es
sum-sum di dapatlah hasil praktikum yaitu 40 × 102 koloni/ml.
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011
15
tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam
makanan, yaitu untuk jenis cemaran mikroba ALT pada manisan buah
basah dan buah kering adalah 1 × 105 koloni/ml, ALT pada jeli agar
adalah 1 × 104 koloni/ml dan ALT pada santan cair adalah 1×106
koloni/ml batas maksimumnya adalah 1 x 104 koloni/ml, sedangkan
sampel ALT pada es sum-sum yang didapat adalah sebanyak 40 × 102
koloni/ml. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel es rumput laut yang
diperiksa baik untuk dikonsumsi, karena nilai ALT nya tidak melebihi
batas maksimum yang telat ditentukan oleh BPOM RI Nomor
HK.00.06.1.52.4011.
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan alat yang di gunakan yaitu
Tabung reaksi, petridis, neraca kasar, spatula, gelas kimia, inkubator, batang
pengaduk, gelas ukur, erlemenyer, pipet ukur, karet hisap, autoclave, rak
testube, lampu bunsen, koran, kapas, dan kertas label. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu BPW0,1%, PCA, Aquades, dan Alkohol.
Berdasarkan hasil praktikum ALT makanan padat sampelnya yaitu
gulai ayam yang didapatkan hasil praktikum yaitu 8.100 koloni/ml dan
minuman yaitu pemeriksaan sampel es sum-sum didapatkan hasil praktikum
yaitu 4.000 koloni/ml.
Banyaknya pengenceran sangat tergantung dari prediksi jumlah mikroba
yang ada. Semakin tinggi jumlah pengenceran, maka semakin tinggi jumlah
mikroba yang ada. Semakin banyak faktor resiko, maka semakin banyak
dilakukan pengenceran.
a) Jika koloninya lebih dari 300 berarti pengenceran terlalu sedikit
b) Jika koloni kecil dari 30 berarti pengenceran terlalu banyak
c) Jika keduanya terjadi, lebih besar dari 300 maka yang kita
gunakan adalah koloni yang terkecil dan sebaliknya
d) Jika koloninya masuk ke ratio 30-300 maka hitung rationya
e) Jika rationya kecil dari 2 maka jumlah koloninya dihitung dengan
rata-rata
f) Kalau rationya besar dari 2 maka gunakan pengenceran
sebelumnya
17
5.2 Saran
Seharusnya makanan dan minuman hendaklah dijaga kebersihannya,
jika makanan dan minuman tidak bersih maka akan menjadi sumber penyakit
bagi orang yang memakan dan meminumnya. Untuk itu setiap pedagang
hendaklah menjaga personal hygiene dan kebersihan peralatan yang kontak
lansung makanan dan minuman.
18