Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
pangan, bahan baku pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam
bahan pangan, tentu saja belum sepenuhnya steril dan masih dimungkinkan
terdapat suatu koloni bakteri, oleh sebab itu perlu dilakukan pengujian bahan
makanan (Jutono, 1980).
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk
alamiah maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan
obat-obatan, karena itu makanan merupakan satu-satunya sumber energi bagi
manusia. Sebaliknya makanan juga dapat menjadi media penyebaran
penyakit. Dengan demikian penanganan makanan harus mendapat perhatian
yang cukup. Makanan yang diproduksi dan diedarkan harus memenuhi
syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu, atau persyaratan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk tiap jenis makanan.
Mengingat bahwa makanan dan minuman yang digunakan
kemungkinan mengandung bakteri patogen maka sebelum digunakan harus
diperiksa terlebih dahulu, sebab makanan dan minuman harus bebas dari
bakteri-bakteri patogen tersebut. Untuk pemeriksaan tersebut diperlukan
pengujian bakteriologis makanan dan minuman di laboratorium. Pengujian
ini dapat menentukan makanan dan minuman yang diperiksa tersebut
mengandung bakteri patogen atau tidak. Dalam prakteknya, pengujian
makanan dan minuman secara bakteriologis untuk menentukan ada tidaknya
bakteri bentuk koli.
Perhitungan Bakteri pada pemeriksaan suatu produk, jumlah bakteri
akan menggambarkan mutu bahan baku, proses pembuatan dan tingkat
kerusakan suatu bahan makanan. Metode perhitungan sangat banyak, hanya

1
biasanya metode yang dipilih adalah disesuaikan dengan kepentingan
pemeriksaan, kecepatan dan ketepatan hasil pemeriksaan.
Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk
menghitung jumlah mikrobia di dalam bahan pangan adalah metode hitungan
cawan. Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitung cawan dapat dibedakan atas
dua cara, yaitu metode tuang dan metode permukaan. Pada metode tuang,
jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran yang dikehendaki
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya sampel
tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke
dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah
diencerkan diinokulasikan pada permukaan agaragar dan diratakan dengan
batang gelas melengkung (hockey stik) steril.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan ALT makanan padat
pada sampel Gulai Ayam
2) Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan ALT makanan cair
pada sampel Es Sum-Sum
1.2.1 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui alat, bahan, cara kerja pemeriksaan ALT makanan
padat
2) Untuk mengetahui alat, bahan, cara kerja pemeriksaan ALT makanan
cair
3) Untuk mengetahui hasil jumlah koloni dan Angka Lempeng Total
(ALT) pada makanan padat (Gulai Ayam)
4) Untuk mengetahui hasil jumlah koloni dan Angka Lempeng Total
(ALT) pada makanan cair (Es Sum-Sum)

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Angka Lempeng Total


Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri
mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa.
Prinsip dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob
mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai
dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-
37°C (Joko Wibowo Ristanto, 1989).Uji angka lempeng total merupakan
metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya bakteri yang
terhadap dalam sediaan yang diperiksa.
Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk
menentukan jumlah total mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik,
mesofilik dan termofilik) .
a. Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
kurang dari 20°C,
b. Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20
°C-40°C
c. Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu
lebih besar dari 40°C.
Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisma hidup
yang membutuhkan oksigen yang terdapat dalam suatu produk yang diuji.
Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan
termofilik) setelah contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ±
1°C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu
media agar, maka mikroorganisma tersebut akan tumbuh dan berkembang
biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.
Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau
bahan uji, dilanjutkan dengan melakukan inokulasi semua hasil pengenceran
didalam media pelat. Jumlah koloni yang dapat tumbuh pada pelat dihitung
secara manual dengan bantuan “Colony Counter”. Jumlah koloni yang

3
memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni pada
media pelat.
Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni
pada pelat hasil pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3,
maka kesimpulannya adalah bahan uji mengandung = 200 x 10³ = 200.000
koloni bakter / mL atau perhitungan berdasarkan pada koloni yang tumbuh
pada hasil pengenceran ke-3.
Metode ini dapat dianggap yang paling sensitive kerena sel hidup
yang dapat terhitung, beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung
sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan identifikasi karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.
Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu
teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada
prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang diperiksa
kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu
dan waktu yang sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah
koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai
jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran.
Jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar, maka sel jasad renik tersebut akan berkembang biak membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung dengan menggunakan mata
tanpa mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara yang paling
sensitive untuk menentukan jumlah jaasad renik karena beberapa hal yaitu :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.
b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni
yang terbentuk mungkin berasal dari jasad renik yang menetap
menampakkan pertumbuhan yang spesifik.
2.2 Persyaratan Perhitungan Angka Lempeng Total
Adanya jumlah angka lempeng total yang ditemukan pada suatu
sampel dapat dijadikan acuan bahwa sampel tersebut masih layak untuk

4
dikonsumsi atau tidak. Adapun untuk batas persyaratan perhitungan dari
angka lempeng total adalah :
a. Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni
b. <30 koloni, dianggap cemaran
c. >300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung
d. Jumlah bakteri adalah jumlah koloni x factor pengenceran
e. Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara
pengenceran yang akhir dengan pengenceran yang sebelumnya
f. Jika sama atau kurang dari 2 maka hasilnya dirata-rata
g. Jika lebih dari 2 digunakan pengenceran sebelumnya.

2.3 Metode Pour Late


Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang
bertingkat yang mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu
suspensi bakteri. Sampel yang telah di encerkan ini di hitung ke dalam cawan
baru kemudian di tuang ke mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah
diinkubasi selama 24- 48 jam, amati koloni yang tumbuh dan koloni yanng
diamati hanyalah koloni yang berjumlah 30- 300 koloni (Gobel, 2008).
Metode pour plate (cawan tuang) adalah suatu teknik untuk
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar)
sehingga sel - sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar
atau di dalam agar (Harley and Presscot, 2002).
Menurut Asriyah (2010) dalam metode pour plate (cawan tuang)
diperlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar di dalam
cawan petri. Setelah diinkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut
dalam jumlah yang dapat dihitung. Metode pour plate sangat mudah
dilakukan karena tidak membutuhkan keterampilan khusus dengan hasil
biakan yang cukup baik.
Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sumber isolate yang telah
diketahui beratnya ke dalam 9 mL garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan
buffer fosfat. Larutan ini berperan sebagi penyangga pH agar sel bakteri tidak

5
rusak akibat menurunnya pH lingkungan. Pengenceran dapat dilakukan
beberapa kali agar biakan yang didapatkan tidak terlalu padat atau memenuhi
cawan (biakan terlalu padat akan mengganggu pengamatan). Sekitar 1 ml
suspensi dituang ke dalam cawan petri steril, dilanjutkan dengan menuangkan
media penyubur (nutrien agar) steril hangat (40 - 50⁰C) kemudian ditutup
rapat dan diinkubasi selama 1 - 2 hari pada suhu 37⁰C. Penuangan dilakukan
secara aseptik atau dalam kondisi steril agar tidak terjadi kontaminasi atau
tumbuh atau masuknya organisme yang tidak diinginkan. Media yang dituang
hendaknya tidak terlalu panas, karena selain mengganggu proses penuangan
(media panas sebabkan tangan jadi panas juga), media panas masih
mengeluarkan uap yang akan menempel pada cawan penutup, sehingga
mengganggu proses pengamatan.
Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur
diletakkan terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian
diletakkan dalam incubator. Pada metode pour plate volume kultur sebanyak
0,1 - 1,0 mL diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian
ditambahkan media agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan
media dengan memutar cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata.
Karena sampel dicampur dengan media agar cair, maka volume kultur yang
digunakan dapat lebih tinggi dibanding dengan metode spread plate. Pada
pengujian dengan metode pour plate, kultur/sampel mikroba yang digunakan
harus dapat bertahan hidup pada saat media agar dengan suhu sekitar 45ºC
ditambahkan.
Menurut Asriyah (2010) ada keuntungan dan kelemahan dalam
menggunakan metode pour plate.
- Keuntungan metode pour plate adalah sebagai berikut :
a. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
b. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
c. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni
yang terbentuk
d. Mungkin berasal dari satu sel mikroba dengan penambahan spesifik.
- Kelemahan metode pour plate adalah sebagai berikut :
6
a. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang
sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan mungkin membentuk
satu koloni.
b. Medium dan kondisi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
berbeda.
c. Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat
dan membentuk koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.
d. Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi beberapa hari sehingga
pertumbuhan koloni dapat dihitung.
2.4 Cara Perhitungan Angka Lempeng Total
Dari semua cawan petri yang telah diinkubasi, dipilih cawan petri dari
satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300. Apabila
terdapat lebih dari satu cawan petri yang menunjukkan pertumbuhan koloni
antara 30-300 maka digunakan 2 pengenceran. Jumlah koloni rata-rata dari
kedua cawan tersebut dihitung lalu dikalikan dengan factor pengencerannya.
Hasil menyatakan sebagai angka lempeng total dlam tiap gram contoh.
Untuk beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pertnyataan diatas, maka
petunjuk sebagai berikut :
a. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan
jumlah 30-300 koloni, dihitung rata-rata kedua cawan dikalikan factor
pengenceran.
b. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah
koloni dan dikalikan factor pengenceran kemudian diambil rata-rata.
Jika pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar
dari 2kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih
tingkat pengenceran terendah (missal pada pengenceran 10-2 diperoleh
140 koloni dan pada pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka yang
dipilih jumlah koloni pada tingkat pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)
c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan
jumlah antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari

7
tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai angka lempeng
total perkiraan.
d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan
karena factor inhibitor, maka angka lempeng total dilaporkan sebagai
kurang dari satu dikalikan factor pengenceran terendah
e. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 300, maka cawan dengan
tingkat pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan
8) jumlah koloni dikalikan dengan factor pengencerannya. Hasil
dilaporkan sebagai angka lempeng total perkiraan.
f. Bila jumlah koloni lebih besar dari 200 dari bagian cawan, maka
jumlah koloni adalah 200x8xfaktor pengenceran. Angka lempeng total
perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni diperoleh.
(Srikandi Fardiaz, 1989).

8
BAB III
ISI

3.1 Waktu Dan Tempat


3.1.1 Praktikum Hari Pertama

Hari : Selasa/ 22 Oktober 2019

Jam : 10.00 - 12.30

Tempat : Laboratorium Fisika Lingkungan

Praktikum : ALT makanan padat cair

3.1.2 Praktikum Hari Kedua

Hari : kamis/ 24 Oktober 2019

Jam : 10.00 - 11.00

Tempat : laboratorium pengendalian vektor & penyakit

Praktikum : Perhitungan koloni ALT makanan padat cair

3.2 Alat yang digunakan

No Nama Alat Jumlah

1. Tabung reaksi/ Testube 6

2. Petridish 14

3. Neraca kasar 1

4. Spatula 1

5. Gelas Kimia 250 ml 1

9
6. Inkubator 1

7. Batang Pengaduk 1

8. Gelas Ukur100 ml 1

9. Erlenmeyer 250 ml 1

10. Pipet Ukur 10 ml 4

11. Karet Hisap 3

12. Autoclave 1

13. Rak Testube 1

14. Lampu Bunsen 1

15. Koran 1

16. Kapas 1

17. Label 1

18. Blender 1

3.3 Bahan yang digunakan

No Nama Bahan Jumlah

1. BPW 0,1% gr

2. PCA gr

3. Aquadest liter

10
3.4 Pembuatan Media PCA dan Buffer Pepton
A. Pembuatan Media PCA
𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒂𝒕
𝒈𝒓𝒂𝒎 𝑷𝑪𝑨 = × 𝟐𝟐, 𝟓
𝟏𝟎𝟎𝟎

𝟏𝟖𝟎
GramPCA= × 𝟐𝟐, 𝟓 = 𝟒, 𝟏 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟏𝟎𝟎𝟎

1. Timbang PCA sebanyak 0,4 gram dengan timbangan kasar.


2. Ambil PCA dengan bantuan spatula.
3. Larutkan dengan aquades sebanyak 180 mL, ambil aquades dengan
gelas ukur.
4.Larutkan dalam gelas kimia dan homogenkan dengan batang
pengaduk.
5.Pindahkan kedalam erlenmeyer 250 mL sambil lakukan pembilasan.
6.Panaskan media PCA sampai mendidih.
7.Tutup dengan kapas.

B. Buffer Pepton Water (BPW 0,1%)

𝟎,𝟏
Gram BPW= × 𝟐𝟐𝟎 = 𝟎, 𝟐 𝒈𝒓𝒂𝒎
𝟏𝟎𝟎

1. Timbang 0,2 gr BPW


2. Pindahkan ke dalam gelas kimia
3. Larutkan dengan 500 ml aquades aduk sampai BPW larut
4. kedalam labu ukur 500 ml
5. Setelah itu pipet ke dalam testube 10-2 9 ml dan 10-3 9 ml untuk
sampel padat dan cair tutup dengan kapas
6. dan pipet 10 ml untuk testube kontrol dan tutup dengan kapas

11
Sterilisasi
Alat yang akan disterilisasi:
a) Pipet ukur
b) Testube
c) Petridish
d) Erlenmeyer
Catatan : alat yang akan disterilkan harus dibaluti/ditutup dengan kertas
koran.
1 Beri label pada alat yang akan disterilisasi.
2 Cek dahulu air yang ada dalam autoclave, jika air kurang dari
batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas
tersebut.
3 Hidupkan autoclave.
4 Masukkan peralatan yang akan disterilkan kedalam autoclave.
5 Tutup autoclave dengan rapat, agar tidak ada udara yang keluar.
6 Atur waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.
7 Jika alarm tanda selesai telah berbunyi, buka kran uap pelan-pelan.
Dengan tujuan untuk mengeluarkan uap panas.
8 Buka tutup autoclave dan keluarkan alat
9 Matikan autoclave.
3.5 Penanaman Sampel
1. Makanan Padat
Pipet 1 ml BPW 0,1% pada testube 10-2 untuk kontrol, masukkan
kedalam
1) Ambil 20 gram makanan padat, masukkan kedalam blender dan
tambahkan 220 ml BPW
2) Lalu blender sampai halus
3) Sampel yang ada didalam blender dianggap 10-1, lalu pipet 2 ml
dan masukkan ke petridis 10-1 dan petridis 10-1 lagi secara
duplo.
4) Dan pipet 1 ml masukkan ke testube 10-2,, lalu homogenkan.

12
5) Pipet 2 ml larutan pada testube 10-2, masukkan 1 ml pada
petridis 10-2 dan 1 ml pada petridis 10-2 secara duplo
6) Pipet 1 ml pada testube 10-2 , masukkan 1 ml tersebut kedalam
testube 10-3, lalu homogenkan.
7) Lalu ambil 2 ml pada testube 10-3, masukkan 1 ml kedalam
petridis 10-3 dan 1 ml pada petridis 10-3 secara duplo
8) Lalu homogenkan
9) Tambahkan media PCA kedalam petridis 10-1, 10-2, 10-3 secara
duplo sebanyak 15 ml, atau sampai tertutup permukaan
petridis, homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam
10) Inkubasi kedalam inkubator selama 2x24 jam, dengan suhu 35-
370C
2. Makanan Cair
1) Ambil makanan cair sebanyak 10 ml, masukkan kedalam gelas
kimia dan tambahkan BPW sebanyak 220
2) Sampel yang ada didalam gelas kimia dianggap 10-1, lalu pipet
2 ml dan masukkan ke petridis 10-1 dan petridis 10-1 lagi secara
duplo.
3) Dan pipet 1 ml masukkan ke testube 10-2,, lalu homogenkan
4) Pipet 2 ml larutan pada testube 10-2, masukkan 1 ml pada
petridis 10-2 dan 1 ml pada petridis 10-2 secara duplo
5) Pipet 1 ml pada testube 10-2 , masukkan 1 ml tersebut kedalam
testube 10-3, lalu homogenkan.
6) Lalu ambil 2 ml pada testube 10-3, masukkan 1 ml kedalam
petridis 10-3 dan 1 ml pada petridis 10-3 secara duplo
7) Lalu homogenkan
8) Tambahkan media PCA kedalam petridis 10-1, 10-2, 10-3 secara
duplo sebanyak 15 ml, atau sampai tertutup permukaan
petridis, homogenkan dengan cara diputar searah jarum jam
9) Inkubasi kedalam inkubator selama 2x24 jam, dengan suhu 35-
370C

13
3. Perhitungan koloni
Dilakukan perhitungan hanya pada petridish yang menghasilkan
jumlah antara 25-250 dan bila koloni pada petridish kontrol lebih kecil
dari 10. Jumlah koloni pada masing-masing petridish ini harus lebih
dahulu dikurangi dengan petridish kontrol.

Makanan Padat

10 -1 10-2 10-3
Kontrol
∑Koloni
1 2 1 2 1 2
20 28 33 48 90 123
Rata-rata 48 81 213 0

Makanan Cair

10 -1 10-2 10-3
Kontrol
∑Koloni
1 2 1 2 1 2
9 17 23 40 67 102
Rata-rata 26 63 169 0

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Perhitungan Makanan Padat:


Makanan Padat
Pengenceran Jumlah Jumlah bakteri Ratio Rata-rata
koloni jumlah bakteri
10-2 81 8.100 ( 81 × 102) 15,2 8.100 atau
10-3 123 123.000 ( 123× 103) 81x 102

2. Perhitungan Makanan Cair:


Makanan Cair
Pengenceran Jumlah Jumlah bakteri Ratio Rata-rata
koloni jumlah bakteri
10-2 40 4.000 ( 40 × 102) 42,25 4.000 atau 40 ×
10-3 169 169.000 ( 169 ×103) 102

4.2 Pembahasan
1. Hasil Praktikum
a. Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan sampel
gulai ayam di dapatlah hasil praktikum yaitu 81×102 koloni/ml dan
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011
tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam
makanan, yaitu untuk jenis cemaran mikroba ALT pada daging olahan
dan daging ayam olahan batas maksimumnya adalah 1 x 105 koloni/ml,
sedangkan sampel ALT pada gulai ayam yang didapat adalah sebanyak
81×102 koloni/mL. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel gulai ayam
yang diperiksa baik untuk dikonsumsi, karena nilai ALT nya tidak
melebihi batas maksimum yang telat ditentukan oleh BPOM RI Nomor
HK.00.06.1.52.4011.
b. Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan sampel es
sum-sum di dapatlah hasil praktikum yaitu 40 × 102 koloni/ml.
Berdasarkan Peraturan Kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011
15
tentang penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam
makanan, yaitu untuk jenis cemaran mikroba ALT pada manisan buah
basah dan buah kering adalah 1 × 105 koloni/ml, ALT pada jeli agar
adalah 1 × 104 koloni/ml dan ALT pada santan cair adalah 1×106
koloni/ml batas maksimumnya adalah 1 x 104 koloni/ml, sedangkan
sampel ALT pada es sum-sum yang didapat adalah sebanyak 40 × 102
koloni/ml. Maka dapat disimpulkan bahwa sampel es rumput laut yang
diperiksa baik untuk dikonsumsi, karena nilai ALT nya tidak melebihi
batas maksimum yang telat ditentukan oleh BPOM RI Nomor
HK.00.06.1.52.4011.

Jadi, Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan


(gulai ayam) yang kami uji hasilnya yaitu 8.100 atau 81x102 koloni/g.
sedangkan pada peraturan kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011
batas maksimumnya yaitu 100.000 atau 1x105 koloni/g. maka, Hasil
praktikum ALT makanan padat cair yaitu pemeriksaan (gulai ayam) yang
kami uji aman dikonsumsi karena ALT makanan padat cair yaitu
pemeriksaan (gulai ayam) tidak melewati batas maksimum pada peraturan
kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011.
Sedangkan untuk Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu
pemeriksaan (es sum-sum) yang kami uji hasilnya yaitu 4.000 atau 40 × 102
koloni/g sedangkan pada peraturan kepala BPOM RI Nomor
HK.00.06.1.52.4011 batas maksimumnya yaitu 10.000 atau 1 x 104
koloni/g. maka, Hasil praktikum ALT makanan padat cair yaitu
pemeriksaan (es sum-sum) yang kami uji aman dikonsumsi karena ALT
makanan padat cair yaitu pemeriksaan (es sum-sum) tidak melewati batas
maksimum pada peraturan kepala BPOM RI Nomor HK.00.06.1.52.4011.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan alat yang di gunakan yaitu
Tabung reaksi, petridis, neraca kasar, spatula, gelas kimia, inkubator, batang
pengaduk, gelas ukur, erlemenyer, pipet ukur, karet hisap, autoclave, rak
testube, lampu bunsen, koran, kapas, dan kertas label. Sedangkan bahan yang
digunakan yaitu BPW0,1%, PCA, Aquades, dan Alkohol.
Berdasarkan hasil praktikum ALT makanan padat sampelnya yaitu
gulai ayam yang didapatkan hasil praktikum yaitu 8.100 koloni/ml dan
minuman yaitu pemeriksaan sampel es sum-sum didapatkan hasil praktikum
yaitu 4.000 koloni/ml.
Banyaknya pengenceran sangat tergantung dari prediksi jumlah mikroba
yang ada. Semakin tinggi jumlah pengenceran, maka semakin tinggi jumlah
mikroba yang ada. Semakin banyak faktor resiko, maka semakin banyak
dilakukan pengenceran.
a) Jika koloninya lebih dari 300 berarti pengenceran terlalu sedikit
b) Jika koloni kecil dari 30 berarti pengenceran terlalu banyak
c) Jika keduanya terjadi, lebih besar dari 300 maka yang kita
gunakan adalah koloni yang terkecil dan sebaliknya
d) Jika koloninya masuk ke ratio 30-300 maka hitung rationya
e) Jika rationya kecil dari 2 maka jumlah koloninya dihitung dengan
rata-rata
f) Kalau rationya besar dari 2 maka gunakan pengenceran
sebelumnya

Angka lempeng total rendah tidak selalu mencerminkan produk pangan


tidak tercemar mikroba patogen dan sebaliknya. Angka lempeng total tinggi
tidak selalu menggambarkan produk pangan tersebut tidak aman.

17
5.2 Saran
Seharusnya makanan dan minuman hendaklah dijaga kebersihannya,
jika makanan dan minuman tidak bersih maka akan menjadi sumber penyakit
bagi orang yang memakan dan meminumnya. Untuk itu setiap pedagang
hendaklah menjaga personal hygiene dan kebersihan peralatan yang kontak
lansung makanan dan minuman.

18

Anda mungkin juga menyukai