OLEH
OKTAVIANISA AYUBA
NIM : 811416044
Disusun Oleh
OKTAVIANISA AYUBA
NIM : 811416044
Mengetahui,
Ketua Pengelola Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Oktavianisa Ayuba
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no.Per.22/Men/IX/2009
tentang Penyelenggaraan Pemangangan di Dalam Negeri, Pemagangan diartikan
sebagai bagian dari system pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu
antara pelatihan dilembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung dibawah
bimbingan dan pengawasan instruktur atau pekerja yang lebih berpengalaman dalam
proses produksi barang dan/atau jasa di perusahaan, dalam rangka menguasai
keterampilan atau keahlian tertentu.
Pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan sarjana yang akan mengisi
posisi manajerial menengah sampai puncak dengan bekal pengetahuan dan
kemampuan yang diperoleh. Kegiatan magang merupakan pengenalan suasana
kerja yang akan dihadapi oleh mahasiswa, agar dapat siap pakai dan siap terjun di
dunia kerja setelah menyelesaikan studi. Untuk mencapai hal tersebut maka
mahasiswa disiapkan menjadi lebih mengenal secara dini lingkungan kerja seorang
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM). Dalam program magang, mahasiswa secara
individu diberikan kesempatan mengikuti program kerja di institusi pemerintah atau
swasta yang mempunyai kegiatan berkaitan dengan upaya-upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat.
Dalam praktik magang yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bone
Bolango, penulis ditempatkan di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P). Di bidang P2P, penulis fokus pada bidang Penyakit Tidak Menular (PTM)
sebagai bahan belajar utama dan menjadikan program Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) sebagai laporan, dan evaluasi. Dengan
tidak menyampingkan dan tetap mempelajari bidang-bidang lain yang ada di P2P.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak
terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam
tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau
kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi
penderita, keluarga dan negara. PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian factor
resiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat dan konsumsi
alcohol. Peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap factor risiko
PTM sangat penting dalam pengendalian PTM (Kemenkes RI, 2009).
Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin
meningkat. Upaya pencegahan penyakit tidak menular dari Kemenkes RI ialah
lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi, seperti
merokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan,
obat-obatan, dan riwayat keluarga (keturunan). Posbindu-PTM merupakan satu dari
lima indikator pencapaian pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia.
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular adalah peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring terhadap factor
risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan
periodik. Pelaksanaan tindak lanjutnya dalam bentuk konseling dan rujukan ke
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan Posbindu PTM memerlukan
pedoman sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan maupun pengelola program
diberbagai tingkatan administrasi untuk memfasilitasi terselenggaranya Posbindu
PTM dimasyarakat (Kemenkes RI, 2012).
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan program magang adalah untuk memperoleh
pengalaman keterampilan, penyesuaian sikap dan penghayatan pengetahuan di
dunia kerja dalam rangka memperkaya pengetahuan dan keterampilan bidang
ilmu kesehatan masyarakat, serta melatih kemampuan bekerja sama dengan
orang lain dalam satu tim sehingga diperoleh manfaat bersama baik bagi
peserta magang maupun instansi tempat magang
BAB III
METODE PELAKSANAAN MAGANG
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan Magang
A. Waktu Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang institusi oleh mahasisiwa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo
Semester 7 dilaksanakan selama 1 bulan, dimulai sejak tanggal 26 Agustus s/d 27
September 2019.
B. Tempat Pelaksanaan Magang
Tempat pelaksaaan magang institusi dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bone Bolango.
3.2 Ruang Lingkup Kegiatan Magang
Ruang lingkup kegiatan magang di isntitusi Dinas Kesehatan Bone Bolango
meliputi persiapan dan pelaksanaan magang
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan Magang Berdasarkan Waktu
Minggu ke-
Kegiatan
0 1 2 3 4 5
Persiapan dan pembekalan
Pelaksanaan Magang di Institusi
-Analisis Situasi
-Identifikasi Masalah
-Alternatif Pemecahan Masalah
Supervisi
Pembuatan Laporan
Seminar
60 - 64
50 - 54
40 - 44
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0-4
10,000 5,000 00 5,000 10,000
PEREMPUAN LAKI-LAKI
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Posbindu di Kabupaten Bone Bolango
Posbindu di Kabupaten Bone Bolango berjumlah 187 Posbindu. Berikut
merupakan jumlah Posbindu di wilayah kerja Kabupaten Bone Bolango:
Jumlah
Nama Jumlah Capaian Jumlah
No Kelurahan
Kecamatan Kelurahan (%) Posbindu
Berposbindu
1 Tapa 7 7 100.00 8
2 Bulango Utara 9 9 100.00 9
3 Bulango Selatan 10 10 100.00 10
4 Bulango Timur 5 5 100.00 5
5 Bulango Ulu 7 6 85.71 6
6 Kabila 12 12 100.00 12
7 Botupingge 9 9 100.00 9
8 Tilongkabila 14 14 100.00 15
9 Suwawa 10 10 100.00 14
10 Suwawa Selatan 8 8 100.00 8
11 Suwawa Timur 9 9 100.00 11
12 Suwawa Tengah 6 6 100.00 6
13 Pinogu 5 5 100.00 5
14 Bonepantai 13 13 100.00 14
15 Kabila Bone 9 9 100.00 20
16 Bone Raya 10 10 100.00 10
17 Bone 14 14 100.00 16
18 Bulawa 9 9 100.00 9
TOTAL 166 165 99.40 187
Tabel 5.1 Prosentase Posbindu di Kabupaten Bone Bolango hingga Bulan
September 2019
Tabel 5.3 Capaian target berdasarkan SPM di wilayah Kabupaten Bone Bolango
Berdasarkan penemuan hasil cakupan SPM Jenis Pelayanan Dasar
pada pelaporan online, di Kabupaten Bone Bolango sasaran pelayanan
kesehatan usia poduktif (15-59 tahun) capaiannya masih sangat jauh
dibandingkan dengan sasaran. Dimana sasaran sebanyak 112.811 sementara
cakupannya masih sangat rendah yaitu 6.278 dengan prosentase sebesar
5.57% yaitu untuk pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar 1.18 %
dengan jumlah cakupan 435 dan untuk pelayanan kesehatan penderita diabetes
mellitus sebesar 4.65% dengan jumlah 118.
f. Sistem Pelaporan
Sistem Pelaporan Posbindu di Kabupaten Bone Bolango dari awal
pembentukan sampai dengan sekarang menggunakan dua sistem pelaporan
yaitu sistem pelaporan manual dan online. Untuk pelaporan online
menggunakan website resmi http://surveilan.pptm.kemkes.go.id. Dan sudah
sesuai dengan sistem pelaporan bedasarkan petunjuk teknis posbindu PTM
dari Kemenkes.
Sistem pelaporan manual tidak memiliki kendala sementara untuk
pelaporan online masih memiliki banyak kendala seperti jaringan, pelaksana
pelaporan (SDM), perangkat/sistem pelaporan dll. Akan tetapi untuk
sumberdaya manusia (SDM) sudah sesuai standar pelaksanaan karena petugas
pelaporan sudah mendapatkan pelatihan oleh Dinas Kesehatan kepada
pemegang program PTM di seluruh puskesmas.
5.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian kegiatan selama magang instansi yang telah
dilakukan di Dinas Kesehatan Bone Bolango diatas, penulis mengangkat
“Evaluasi Pelaksanaan Posbindu PTM di Kabupaten Bone Bolango”. Dalam
proses mengidentifikasi masalah pada kegiatan Posbindu PTM, maka penulis
mengambil gambaran dari kegiatan Posbindu yang telah dilaksanakan dalam
kurun waktu 9 bulan terakhir menggunakan metode observasi partisipasi.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi langsung oleh penulis dilapangan
selama kegiatan dan hambatan-hambatan yang didapatkan oleh pengelola
program, sebagai berikut :
1) Pada saat kegiatan Posbindu dilakukan, sasaran (15-59 tahun) tidak dapat
mengikuti kegiatan Posbindu dikarenakan sasaran usia tersebut sedang
mengikuti kegiatan lain seperti sedang sekolah atau sedang bekerja
dikantor dsb, hal ini terjadi karena waktu pelaksanaan Posbindu
dilaksanakan pada waktu jam kerja/sekolah, sehingga sasaran yang datang
mayoritas ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan atau sedang
memiliki tuntutan tertentu dan lansia. Karena kurangnya cakupan
pengunjung (usia 15-59 tahun), akibatnya sasaran tidak mencapai 100%.
2) Banyak masyarakat tidak mau melakukan tes/skrinning PTM dikarenakan
hal-hal internal dari masing-masing masyarakat tersebut. Sehingga
sebelum Posbindu dilaksanakan masyarakat tersebut menjadi panik atau
ketakutan sendiri pada saat akan dilakukan pemeriksaan. Hal ini berakibat
pada sebagian masyarakat tidak melakukan sebagian pelayanan posbindu.
3) Sumberdaya Manusia (SDM) yakni petugas/tenaga kesehatan dari
puskesmas dan kader masih kurang, sehingga sering menghambat
pelaksanaan kegiatan. Kurangnya SDM menyebabkan alur pelaksanaan
pelayanan menjadi lambat dan tidak runtut. Dimana jika ada kader atau
tenaga kesehatan yang berhalangan hadir karena sebab tertentu maka
pelayanan biasanya akan memakan waktu lama dan membuat sebagian
fungsi meja digabung.
4) Sarana dan prasarana masih terbatas. Pelaksanaan Posbindu bergantung
pada ketersediaan peralatan, utamanya yang habis pakai seperti stik gula
darah dan kolesterol. Dengan keterbatasan tersebut kebanyakan
masyarakat tidak akan datang jika di Posbindu tidak melakukan
pemeriksaan (gula darah, kolesterol, dsb). Hal tersebut juga berdampak
pada alur mekanisme pelayanan posbindu sebagian menjadi tidak runut
sesuai Juknis Posbindu.
5.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Dari beberapa masalah/hambatan tersebut, berikut merupakan
alternatif pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan kemampuan
penulis:
1) Cakupan peserta Posbindu yang tidak mencapai sasaran dapat
ditingkatkan dengan kebijakan tegas dari atasan pemegang program
posbindu di wilayah tersebut mengenai aturan pelaksanaan Posbindu.
Untuk mencapai sasaran tersebut dapat diatasi dengan mengadakan
kegiatan Posbindu bukan pada jam kerja atau jam sekolah. Seperti
melakukan posbindu pada waktu sore atau malam hari, akan tetapi
pemantauan faktor risiko seperti pengecekan kadar gula darah tidak akan
efisien. Alternative lain yang bisa dilakukan yaitu dengan melaksanakan
kegiatan posbindu dihari libur seperti hari minggu, untuk menghindari
jam kerja/sekolah. Hal ini dapat ditangani dengan meningkatkan SDM di
desa tersebut seperti kader, baik untuk pelatihan, pengetahuan dan
sebagainya. Sehingga apabila suatu desa sudah benar-benar memegang
program posbindu tersebut, maka waktu pelaksanaan posbindu tidak
harus menunggu petugas dari Puskesmas kapan bisa melaksanakan
kegiatan Posbindu.
2) Untuk kendala bagi masyarakat yang tidak mau melakukan sebagian
pelayanan posbindu (seperti tes gula darah, kolesterol, dsb) karena takut
atau panik sendiri sebelum pemeriksaan, maka yang perlu dilakukan
adalah meningkatkan fungsi promotif sebelum dan pada saat kegiatan
posbindu dilakukan. Dimana para petugas kesehatan harus memberikan
pengertian penuh berupa arahan, pengetahuan, dan fungsi urutan
pelayanan dalam posbindu kepada masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa pelaksanaan posbindu
tersebut merupakan suatu kebutuhan bagi mereka sendiri.
3) Kurangnya SDM dapat diatasi dengan membuat kebijakan untuk para
petugas puskesmas selain pemegang program posbindu agar dapat
bertanggung jawab pada pelaksanaan posbindu di wilayah kerjanya.
Sehingga diharapkan, apabila petugas posbindu berhalangan hadir, maka
kegiatan posbindu tetap dilaksanakan. Sama seperti halnya dengan
petugas puskesmas, maka untuk SDM di desa, seperti kader dapat diatasi
dengan menggerakkan tokoh masyarakat agar bisa turut berperan dalam
penyelenggaraan posbindu, seperti melakukan pelatihan dan edukasi pada
tokoh masyarakat seperti aparat desa. Sehingga apabila tidak ada kader
maka perannya bisa diganti dan kegiatan posbindu tetap bisa berjalan.
Untuk alur pemeriksaan yang tidak runtut karena keterbatasan alat dan
petugas dapat diatasi dengan memberikan pemahaman mengapa dibuat
urutan tersebut. Misal untuk pengecekan tekanan darah di meja 4 bukan
di meja 2 adalah supaya pengunjung yang datang sudah dalam kondisi
rileks. Kemudian meja 4 dan 5 dipisahkan karena meja 4 dan 5 dapat
memakan waktu lama, kalau digabung maka yang menunggu tentu akan
lebih lama.
4) Untuk keterbatasaan sarana dan prasarana, dapat diatasi dengan tidak
melayani pengecekan kadar gula darah, kolesterol, atau pun asam
urat, hanya pada pemeriksaan BB, lingkar perut, IMT, analisa lemak,
dan tekanan darah. Karena pada Juknis Posbindu, anjuran pemeriksaan
faktor risiko untuk ketiga hal tersebut bagi orang sehat minimal 1 tahun
sekali dan bagi orang dengan PTM 1 bulan sekali. Atau dapat dibuat
dalam setiap pelaksanaan, 1 orang hanya dapat melakukan 1 pemeriksaan
kadar gula atau kolesterol atau asam urat, jika menghendaki lebih dari 1
pemeriksaan maka dikenakan biaya.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
A. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah Program yang
diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
dengan tujuan untuk deteksi dini, pemantauan dan meninjau factor
risiko penyakit tidak menular pada masyarakat, baik pada penduduk
sehat, penduduk dengan risiko dan penderita penyakit tidak menular
yang berusia 15 tahun keatas.
B. Kegiatan Posbindu di Kabupaten Bone Bolango sudah mencapai target
berdasarkan Kemenkes RI, dengan presentase sebesar 99.40%. Dimana
dari 18 kecamatan yang ada, 17 diantaranya sudah memiliki capaian
posbindu 100%. Sementara untuk Kecamatan yang belum mencapai posbindu
100% yaitu Kecamatan Bulango Ulu dengan presentase yaitu 85.71%,
C. Evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan Posbindu ialah mengenai
cakupan yang belum memenuhi target, ketepatan waktu pelaksanaan, alur
pelaksanaan, ketersediaan alat, cakupan peserta, dan sistem pelaporan yang
belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan Posbindu dari Kementrian
Kesehatan.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan penulis
dari kegiatan magang, maka berikut saran yang dapat penulis berikan:
A. Meningkatkan peran aktif dalam pengawasan pelaksanaan posbindu di
tiap wilayah puskesmas agar Puskesmas wilayah terkait bisa lebih giat
dalam pelakasanaan Posbindu tersebut sehingga pelaksanaan
Posbindu bisa berjalan dengan baik.
B. Membuat kebijakan tentang; waktu pelaksanaan Posbindu,
kelengkapan edukasi terkait informasi kesehatan dilokasi pelaksanaan
posbindu, setiap puskesmas wajib melakukan sosialisasi sebelum dan
sesudah kegiatan, agar dapat meningkatkan cakupan peserta Posbindu.
C. Melakukan koordinasi lanjutan dengan Puskesmas terkait pelaksanaan
Posbindu guna mengetahui kelancaran pelaksanaan program dan
Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap
pelaksanaan Posbindu untuk mengetahui dan memantau keberjalanan
Posbindu.
D. Menganalisis dan membuat rencana tindak lanjut dari hasil
pelaksanaan Posbindu PTM agar dapat mencegah terjadinya
peningkatan prevalensi PTM di masyarakat.
E. Bagi penderita PTM diharapkan memiliki kesadaran bahwa perlu
melakukan pemantauan secara mandiri di setiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pedoman Magang, Program Studi Kesehatan Masyarakat, UNG.
Tim Magang: 2019
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Bone Bolango. Profil Kesehatan Bone
Bolango Tahun 2018
3. Dirjen PP & PL. Petunjuk Teknis Surveilans Penyakit Tidak Menular,
2015
4. Dirjen PP & PL. Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Risiko PTM
Berbasis Posbindu, 2013
5. Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM), 2012