I. Identitas
I. Identitas
Pemaparan Kasus
I. Identitas
Nama : Ny. K
Umur : 60 tahun
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua lutut saat berjalan jauh dan naik tangga sejak timbul trakhir 2 bulan
lalu.
B. Keluhan Tambahan
Gejala pasien muncul sejak 2 bulan lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
dengan keluhan yang serupa, tidak terdapat juga riwayat hipertensi, diabetes, asma,
jantung, TBC, maag, kolesterol, maupun asam urat. Pasien tidak pernah seperti ini
sebelumnya. Pasien juga mengaku tidak pernah memiliki riwayat operasi, namun
pernah memiliki riwayat opname dikarenakan demam berdarah, tetapi pasien lupa
waktu opnamenya.
E. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes, asma, jantung,
TBC, maupun asam urat. Dan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa
dengan pasien
F. Riwayat Kebiasaan
Pasien berkata bahwa lingkungan sekitar tempat pasien tinggal bersih. Pasien berkata
kegiatan sehari-harinya adalah bekerja di kantor sebagai pegawai negeri sipil.
H. Riwayat alergi
- Mata cembung
Mata - Skelera iterik (-/-)
- Konjugtiva anemis (-/-)
- Pupil bulat (+/+)
- Bentuk sama besar dan isokor (+/+)
- Penampakan hidung normal
- Pernapasan cuping hidung (-/-)
- Septum deviasi (-)
Hidung
- Darah kering (-/-)
- Masa (-/-)
- Discharge (-/-)
- Bentuk normal (+/+)
Telinga - Auricula hiperemis (-/-)
- Nyeri tekan tragus (-/-/)
- Serumen (+/+)
Mulut - Bibir cyanosis (-)
- Uvula ditengah (-)
- Tonsil (T1/T1)
- Faring hiperemis (-)
- Lidah kotor (-)
- Papila (+)
Thorax
- Scars (-)
- Bekas operasi (-)
Inspeksi - Ictus Cordis (-)
- Diskolorisasi (-)
- Scars (-)
- Barrel chest (-)
- Pactus excavatum (-)
- Pactus carinatum (-)
Inspeksi - Retraksi (-)
- Diskolorisasi (-)
- Pernapasan statis dinamis, tidak ada paru yang
tertinggal
- Tendelenbrug (-)
- Antalgic (-)
- Scars (-/-)
Look - Erythrema (+/+)
- Muscle wasting (-/-)
- Nodule (-/-)
Ekstremitas - Edema (-/-)
- Deformitas (-/-)
bawah - Lutut simetris (-/-)
- Perubahan suhu (+/+)
- CRT < 2 detik (+/+)
feel - Nyeri (+/+)
- Patellar tap (-/-)
- Krepitus (+/+)
- Active movement : nyeri ketika extensi dan flexi
Move (+/+)
- Passive movement : nyeri ketika extensi dan flexi (-/-)
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada kedua lutut saat berjalan jauh da naik
tangga sejak 2 bulan lalu dan pasien juga menambahkan ada kekakuan pada lutut
kurang lebih 15 menit di pagi hari, rasa nyeri hilang timbul dan membaik pada saat
pasien sedang beristirahat. Pada pemeriksaan fisik, terdapat krepitasi (bunyi
gemeretak) pada saat dilakukan gerakan pasif, lalu terdapat kemerahan juga pada
kedua lutut dan juga nyeri pada saat melakukan gerakan aktif flexi dan ekstensi.
VI. Diagnosis
A. Diagnosis Banding
B. Diagnosis Utama
VII. Tatalaksana
A. Medical mentosa
Ibuprofen 200 mg 3x1
B. Non-medical mentosa
Menyarankan untuk menurunkan berat badan
Mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan seperti
berjalan jauh dan naik turun tangga.
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit osteoartritis seperti
gejala dan cara pencegahannya
Fisioterapi dan rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa
sakit
Menggunakan fitted brace saat berjalan
Terapi akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri
BAB 2
Pembahasan Kasus
Pasien Perempuan Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua lutut yang dialami
kurang lebih 2 bulan lalu, rasa nyeri nya seperti ditusuk tusuk dan hilang timbul. Pasien tidak
mengeluhkan ada penjalaran rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri semakin parah jika pasien
menaiki maupun menuruni tangga atau berjalan jauh, namun nyeri hilang setelah beristirahat
dalam waktu tertentu. Riwayat trauma disangkal, Hipertensi (-), Diabetes melitus disangkal.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, merokok (-), alkohol (-).
Dari hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan thorax
dalam batas normal. Hasil pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada ekstremitas
didapatkan krepitus di kedua sendi lutut dan pasien merasakan nyeri saat pemeriksaan nyeri
tekan di kedua lutut. Dan juga ada perubuhan suhu saat merasakan kedua lutut pasien
menggunakan bagian dorsal tangan. Pasien juga mengaku terdapat kekakuan sendi pada pagi
hari selama 15 menit, ditemukan ada pembengkakan pada kedua sendi lutut.
Untuk terapi Medical mentosa, pasien diberikan ibuprofen dengan dosis 500 mg 3x1
sedangkan untuk terapi Non-medical mentosa, pasien disarankan untuk menurunkan berat
badan, mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan, dan menggunakan
splint saat berjalan jauh atau menaiki tangga untuk mengurangi rasa nyeri.
BAB 3
Tinjauan Pustaka
A. Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis multifaktorial yang ditandai dengan
degenerasi sendi yang progresif disertai sklerosis tulang subchondral yang dapat
menyebabkan pembentukan kista tulang dan osteofit marginal.
Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai arthritis degeneratif, penyakit sendi degeneratif
atau osteoarthrosis merupakan sekelompok kelainan mekanik yang melibatkan degradasi
sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral.
Keterangan :
a. Membran synovial h. Bantalan lemak
b. Cartilago articular i. Bursa suprapatellar
c. joint cavity j. Bursa prepatellar
d. Ligamentum k. Bursa intrapatellar
e. Femur l.Mantacus (cartilago)
f. Tibia m. Tendon quadriceps
g. Patella
C. Patogenesis Osteoarthritis
Osteoartritis timbul akibat gangguan metabolisme kartilago dan kerusakan
proteoglikan dengan etiologi beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial
sendi. Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan produksi matriks
baru. Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta peptidoglikan. Akan tetapi, terjadi
ketidakseimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan protein tersebut.
Peningkatan produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkupul di sendi sehingga
mengakibatkan inflamasi.
Pada kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan aktivitas fibrinogen dan
penurunan aktivitas fibrinolitik. Akibatnya, terjadi akumulasi trombus dan lipid di pembuluh
darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosis jaringan. Adanya proses inflamasi
mengakibatkan pengeluaran mediator kimia sehingga timbul rasa nyeri
D. Epidemiologi Osteoartritis
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia (Pearson, 2008). Penambahan
usia berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat kemampuan
kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah yang
berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai pada dekade usia ketiga,
dan mencapai puncaknya di antara dekade kelima dan keenam (Smeltzer dan Bare, 2002).
Lebih dari 75% orang dengan usia di atas 70 tahun menunjukan bukti radiografi adanya
osrteoarthritis (Pearson, 2008).
Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia 50 tahun
pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun setelah usia 50 tahun
wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini disebabkan karena
defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan dalam peningkatan risiko
terjadinya osteoarthritis pada wanita (Yatim, 2008). WHO memperkirakan 9,6% pria dan
18% wanita di seluruh dunia dengan usia lebih dari 60 tahun memiliki gejala osteoarthritis
(Pearson, 2008).
E. Manifestasi Klinik
Nyeri sendi bertambah saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat.
Gangguan range of motion akibat nyeri
Kekakuan sendi pada pagi hari umumnya setelah imobilisasi yang cukup lama
(biasanya < 30menit)
Krepitasi dapat ditemukan pada sendi yang nyeri
Deformitas sendi yang permanen
Perubahan gaya jalan dan gangguan fungsi sendi
Tanda inflamasi akut sendi : peningkatan suhu, nyeri tekan, gangguan gerak,
kemerahan
Pembengkakan sendi yang asimetris akibat adanya efusi dan osteofit
F. Diagnosis osteoarthritis
Diagnosis osteoarthritis lutut ditegakkan berdasarkan klasifikasi dari American College of
Rheumatology (ACR).
- RF < 1:40
G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: dapat ditemui tanda-tanda peradangan. Tidak ditemukan
abnormalitas pada pemeriksaan imunologi. Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA
umumnya menunjukkan hasil yang normal, begitu pula pada pemeriksaan
imunologinya
2. Pemeriksaan radioloi: rontgen sendi, MRI, artroskopi, atau artrografi. Gambaran
radiologis yang mengarah pada OA :
Celah sendi menyempit (asimetris)
Sklerosis subkondral
Osteofit di sekitar sendi
Struktur anatomi sendi berubah
Ditemukannya kista pada tulang
H. Tata Laksana
1. Terapi Medikamentosa
Analgesik oral non-opioat: dapat dipetimbangkan penggunaan asetaminofen,
OAIANS (ibuprofen, naproksen, dan salisilat)
Analgesik topikal: gel natrium diklofenak 1%
Agen kondroprotektif: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase, steroid intrartikuler
2. Terapi bedah, apabila terapi farmakologis tidak berhasil dan untuk mengoreksi
deformitas yang dapat menurunkan kualitas hidup (mal-alignment, deformitas lutut
valgus-varus). Prosedur dapat berupa arthroscopic debriment dan joint lavage,
osteotomi, maupun artroplasti sendi total
3. Terapi Non-medikamentosa
Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit
Fisioterapi dan rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa
sakit
Menghindari terjadinya obesitas dengan menjaga berat badan maupun
menurunkan berat badan hingga berat ideal
Mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan karena dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri
Menjaga agar berat badan tidak ditumpukan sepenuhnya ke sendi, misalya
dengan menggunakan tongkat jalan atau splint
Koreksi mal-alignment, misalnya dengan fitted brace atau orthotic
Terapi aku
Akupuntur secara teratur untuk mengurangi rasa nyeri
Referensi