Latar Belakang
Permasalahan yang sering terjadi pada kasus diatas adalah gangguan postur
dan kontrol gerakan yang bersifat non progesif yang disebabkan oleh karena lesi
atau perkembangan abnormal pada otak yang sedang tumbuh atau belum selesai
pertumbuhannya yang ditandai dengan meningkatnya reflek tendon, stretch reflek
yang berlebihan, lingkup gerak sendi menurun,gangguan keseimbangan hipertonus
dan spasme otot pada keempat ekstremitas dan klonus yang terjadi pada anggota
gerak bawah.
Pada kasus cerebral palsy tipe quadriplegy permasalahan utama yang terjadi
adalah gangguan motoris berupa spastisitas antara lain peningkatan ketegangan otot
pada keempat anggota gerak seperti lengan atas, lengan bawah, wrist, trunk, tungkai
atas, tungkai bawah, dan kaki. Selain itu juga menghambat tumbuh kembang
motorik pada anak dimana terjadi keterbatasan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari yang seharusnya bisa dilakukan sesuai dengan umur perkembangan anak.
B. Identifikasi Masalah
Pada kasus Cerebral Palsy Spastik Diplegi yang kami gambarkan di atas,
muncul berbagai macam masalah sehingga kami membatasi kajian pada:
a. Spastik pada extensor elbow bilateral, flexor finger bilateral, extensor knee
bilateral, ankle plantar bilateral.
b. Poor head control
c. Poor hand support
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan postur tubuh yang non-
progressif, dan disebabkan oleh karena kerusakan atau gangguan disel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang dalam proses pertumbuhan (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2005). CP adalah kelompok gangguan motorik yang
menetap, tidak progresif, yang terjadi karena kerusakan otak akibat trauma lahir.
Gangguan ditandai dengan perkembangan motorik yang abnormal atau terlambat,
seperti athetoid paraplegic, spastic atau tetraplegic, yang sering disertai dengan
retardasi mental, kejang atau ataxia (Dorland WA, 2010) Menurut Hidayat (2010),
Kata cerebral itu sendiri adalah otak, sedangkan palsy adalah kelumpuhan atau
lemahnya pengendalian otot dalam setiap pergerakan dan bahkan tidak terkontrol.
Kerusakan otak tersebut mempengaruhi sistem motorik dan menyebabkan anak
mempunyai koordinasi yang buruk pada gerak tubuh, keseimbangan yang buruk,
pola-pola gerakan yang abnormal.
2. Klasifikasi
a. Motor Types
Spastic, adalah type cerebral palsy yang paling sering. Spastisitas adalah
tahanan yang tergantung pada kecepatan untuk meregangkan otot-otot.
Ditandai dengan stiffness yang berlebih pada otot ketika anak mencoba
untuk bergerak atau mempertahankan postur melawan gravitasi. Spastisitas
sangat bervariasi sesuai dengan kewaspadaan, emosi, aktivitas, postur, dan
adanya nyeri.
Dyskinetic, ditandai dengan kelainan tonus dan berbagai gangguan gerak
termasuk dystonia dan athetosis. Dystonia ditandai dengan kontraksi otot
berkelanjutan atau intermiten yang menyebabkan gerakan berulang dan
memutar. Athetosis ditandai dengan gerakan tidak terkontrol, pelan dan
menggeliat.
Ataxic, adalah gangguan motoric yang paling sedikit. Ditandai dengan
adanya gerakan goyah (shaking) yang mempengaruhi koordinasi dan
keseimbangan.
Mixed, adalah dimana terdapat lebih dari satu gangguan motor type,
misalnya spastic dan dystonic, biasanya aka nada satu yang lebih dominan.
b. Distribusi Topografi
1) Unilateral
2) Bilateral
Sistem saraf manusia terdiri dari tiga, yaitu sistem saraf pusat otak (otak dan
medula spinalis), sistem saraf tepi (saraf cranialis dan spinalis) dan sistem saraf
autonom (simpatik & parasimpatik). Disini ditekankan mengenai sistem saraf pusat.
1.) Otak
Otak merupakan bagian pertama dari sistem saraf pusat yang mengalami
perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung
(meningen) dan berada di dalam rongga tulang tengkorak. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu cerebrum (otak besar), cerebelum (otak kecil), dan brainstem
(batang otak) dan diensefalon (Chusid, 2010).
Cerebrum terdiri dari dua hemisfer cerebri, corpus colosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan
area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan volunter,
lobus parietalis yang berperan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi
informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan
area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi
warna. Terdapat beberapa bagian dari cerebrum yaitu:
a) Korteks Serebri
b) Ganglia Basalis
c) Sistem Limbik
Sistem limbik yaitu daerah kortikal dalam lobus limbik. Yang termasuk
sistem limbik yaitu Lobus limbik, Formatio Hippocampal dan Fornix, Amigdala,
Area Septal, Nuklei talamus bagian anterior.
d) Diencepalon
Terdiri dari tiga bagian, dari bawah ke atas yakni medula oblongata, pons
dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang
penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang
penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan
serebelum. Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat
stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Pada gambar 1 merupakan contoh gambar MRI otak anak normal dengan gray
matter berwarna abu-abu pucat dan white matter berwarna abu-abu gelap. Pada
gambar 2 MRI otak seorang anak dengan cerebral Palsy : panah merah
menunjukkan jaringan parut diatas materi abu-abu pucat yang menyebabkan
kekakuan dan masalah dalam gerak.
a) Disfungsi Motorik
1) Spastisitas
(a) Monoplegia / monoparesis: kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi salah satu
anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
(b) Hemiplegia / hemiparesis: kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak yang sama
(c) Diplegia / diparesis: kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih
hebat daripada tangan.
Lokasi lesi utama yang menyebabkan kelainan ini adalah ganglia basalis. 5-
25% anak dengan cerebral palsy menunjukkan choreoathethosis. Anak dengan
choreoathetosis memiliki gangguan pergerakan dengan karakteristik pergerakan
yang tidak disadari dan sikap yang abnormal. Pasien biasanya flaccid pada 6 bulan
pertama lahir dan kadang di salah diagnosiskan dengan gangguan motor unit.
Gerakan yang tidak disadari dan kelainan sikap biasanya berkembang selama
pertengahan tahun kedua. reflex neonatus kadang tampak, spastisitas dan ataxia
bisa ditemukan. Kecacatan motorik kadang berat, kelainan postur mengganggu
fungsi normal eksremitas.
4) Ataxia
Lokasi lesi utama yang menyebabkan kelainan ini adalah cerebellum. 1-15
persen anak dengan cerebral palsy menunjukkan ataxia. Pasien dengan kondisi ini
biasanya flaccid ketika bayi dan menunjukkan perkembangan retardasi motorik.
Menjelang akhir tahun pertama ketika mereka memulai menjangkau suatu objek
dan mencoba berdiri, itu mulai tampak dan mereka tidak seimbang.
Ketidaknormalan akibat rendahnya tonus otot menetap hingga kanak-kanak. Reflex
otot normal dan reflex neonatus hilang sesuai umur normal.
5) Bentuk campuran
b) Disfungsi Nonmotorik
1) Gangguan perkembangan mental : hal ini ditemukan pada sekitar setengah dari
seluruh pasien cerebral palsy . perkembangan mental harus selalu di nilai dengan
perhatian besar pada anak dengan retardasi perkembangan motorik. Kecacatan
motorik harus selalu dapat dimengerti dan latih potensi terbaik anak sebelum
perkembangan intelektual mereka di evaluasi. Tipe lain dari gangguan
perkembangan motorik bisa terlihat pada anak dengan cerebral palsy, beberapa dari
mereka menunjukkan gejala perhatian yang mudah teralih, kurang konsentrasi,
gelisah, dan prilaku tidak di duga .
C. Epidemiologi
Berdasarkan informasi yang penulis dapat, diketahui bahwa jumlah pasien anak
dengan kasus CP yang menjalani program fisioterapi di Keanna Center terdapat
25% athetoid, 5% hemiplegi, 40% diplegi, 30% quadriplegi, dan 0% ataxia pada
tahun 2018.
D. Etiologi
Penyebab lain, penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis, sifilis, TBC, dan
lainnya yang berpengaruh pada janin. Infeksi-infeksi ini mengganggu
perkembangan jaringan otak hingga menimbulkan kerusakan jaringan otak. Jadi,
saat bayi lahir jaringan otaknya tak berkembang sempurna dan memungkinkan
terjadi CP.
2. Natal:
3. Post Natal: Kerusakan yang terjadi pada jaringan otak yang mengganggu
perkembangan dapat menyebabkan CP. Misalnya pada trauma kapitis,
meningitis,ensepalitis dan luka parut pada otak pasca bedah. Bayi dengan berat
badan lahir rendah juga berpotensi mengalami CP.
E. Patofisiologi
Lesi pada otak yang berkaitan dengan CP dapat diidentifikasi pada sebagian besar
kasus. Lesi biasanya terjadi pada daerah yang sangat sensitif terhadap gangguan
pasokan darah dan dikelompokkan menjadi istilah hipoksia ensefalopati iskemik.
Ada lima jenis hipoksia ensefalopati iskemik yang masingmasing memiliki tanda
dan manifestasinya, yaitu cedera parasagital otak, leukomalasia periventrikel, fokal
dan multifokal iskemik nekrosis otak, status marmoratus dan nekrosis neuronal
selektif. (Berker & Yalcin, 2011)
CP quadriplegi atau dyskinesia adalah yang paling sering terjadi akibat kerusakan
dari ganglia basal dan kerusakan thalamic, cedera cortico-subkortikal, dan
kerusakan pada area pola gerak. Sebuah gangguan perkembangan pada level
kortikal jarang diamati: misalnya proliferasi yang abnormal dan generasi neuronal
seperti yang diamati pada microcephaly, serta migrasi neuronal yang abnormal.
Namun, gangguan pada traktus kortikospinalis bertanggung jawab terhadap
gangguan motorik perkembangan karena ini merupakan jalur akhir untuk
memediasi pengaruh motoneurons dari batang otak dan sumsum tulang belakang
dari hampir semua eferen serebelum dan ganglia basal (semua melalui perantara
relay di talamus). Otak kecil dan ganglia basal juga berpengaruh dalam menentukan
tonus otot pada CP (Laquerriere, A, 2013).
F. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan otak
yang mengalami kerusakan, yaitu :
G. Prognosis
Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi
cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu.
Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak
dengan tipe quadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat
berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling sering
didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas. Keterlibatan otot-
otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini.
Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar berjalan,
sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck reflex,
ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat belajar
berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun akan belajar
berjalan (Grant A D, 1995)
H. Teknologi Fisioterapi
Beberapa teknologi fisioterapi yang dapat dilakukan untuk kasus CP adalah sebagai
berikut :
1. Bobath
Bobath atau Neuro Development Treatment (NDT) yaitu suatu teknik yang
dikembangkan oleh Karel dan Bertha Bobath pada tahun 1997. Metode ini
khususnya ditujukan untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan
anak-anak. Metode NDT mempunyai beberapa teknik, yaitu Inhibisi yang bertujuan
untuk mencegah postur dan pola gerakan yang abnormal, Fasilitasi yang bertujuan
untuk memperkuat pola postur yang normal sebagai dasar gerakan, dan Stimulasi
Propriosepsi yang bertujuan untuk mengatur koordinasi dan mempengaruhi tonus
postural yang normal. Bagian penting yang tidak dapat dilupakan adalah
mengedukasi keluarga pasien atau ibu pasien untuk memposisikan anaknya pada
saat dirumah, baik itu dari cara menggendong, posisi memberi makan dan kegiatan
lain.
Adalah metode yang dikembangkan oleh Alm. Nawang. Metode ini diberikan
dengan pendekatan yang diberikan dengan cara menstimulasi pembentukan
jaringan otak pada anak dengan pertumbuhan dan perkembangan normal dengan
menggunakansensitifitas dan plastisitas otak. Stimulasi yang diberikan berupa
sentuhan dengan pola gerak yang terstruktur. Stimulasi ini diharapkan mampu
memperbaiki hubungan antara sistem saraf (sinaps) yang rusak.
3. Taping
Taping adalah benda semacam plester berperekat dan terbuat dari bahan lateks.
Tapping dapat digunakan selama 1-3 hari karena mempunyai ketebalan dan
elastisitas yang hampir menyerupai kulit manusia. Penggunaan tapping pada kasus
CP bertujuan untuk dengan maksud dan tujuan utama untuk mengurangi spastisitas.
Teknik taping yang dapat digunakan untuk kasus CP ini salah satunya adalah
dengan Neuro-Muscular Taping (NMT). (Camerota et al., 2013) .
Teknik pemasangan taping ini didasarkan pada stimulasi eksentrik pada kulit,
jaringan tissue pada otot, tendon pembuluh darah dan sistem limfatik. NMT
memberikan peregangan pasif sehingga meningkatkan flexibilitas, koordinasi, dan
memperbaiki lingkup gerak sendi pada pasien yang mengalami kontraksi otot
berlebihan.
c. Mengoreksi postur
d. Memfasilitasi otot
Dalam kasus ini teknologi fisioterapi yang kami pakai adalah Bobath/NDT.
I. Penatalaksanaan Fisioterapi
1. Assesment
Assesment merupakan kegiatan pengumpulan data baik data pribadi maupun data
pemeriksa anak. Hasil dari assesment akan digunakan untuk menentukan rencana
dan program fisioterapi, mengevaluasi perkembangan anak dan metode yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi anak. Langkah-langkah yang harus diperhatikan
adalah: a. Anamnesa
Umumnya pada kasus anak, anamnesa dilakukan dalam bentuk wawancara kepada
orang tua anak. Hal-hal yang penting ditanyain kepada orang tua meliputi: 1)
Identitas Pasiien
Data umum berisikan data-data pribadi pasien. Data tersebut sangat penting guna
menghindari kesalahan dalam pemberian intervensi fisioterapi. Data-data tersebut
meliputi; nama, nomor rekam medik, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
nama orang tua, nomor telepon orang tua, dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Disampaikan oleh pihak pasien tentang permasalahan yang dialami pasien (orang
tua, wali). Penulisan keluhan utama berdasarkan bahasa pasien. Sebagian besar
keluhan utama anak dengan CP adalah :
c. Adanya gerakan
3) Riwayat kehamilan
Berupa penjelasan mengenai kejadian yang dialami oleh ibu mulai dari proses
kehamilan, seperti apa saja permasalahan yang terjadi saat proses kehamilan
(apakah ibu terpapar virus, masalah dari diri ibu maupun permasalahan yang ada
dari kondisi janin), apakah kehamilan ini adalah kehamilan yang diinginkan, pada
saat usia berapa ibu saat hamil, apakah ibu mengalami ketuban pecah, pendarahan,
menderita penyakit lainnya, mengonsumsi obat-obatan atau jamu-jamuan tidak.
4) Riwayat kelahiran
Riwayat kelahiran adalah penjelasan dari orang tua mengenai proses kelahiran dari
anak seperti pada saat usia kandungan berapa bulan anak lahir, dengan cara
bagaimana proses kelahiran dari anak (normal atau operasi, menggunakan alat
bantu atau tidak saat proses kelahiran), bagaimana tangisan anak saat kelahiran,
bagaimana kondisi anak saat lahir (normal atau berwarna biru/kuning), berat badan
normal atau tidak setelah lahir, dan setelah kelahiran apakah anak masuk inkubator
atau tidak dan juga apakah setelah kelahiran anak dirawat di ruang nicu atau tidak.
Tahapan anamnesa bagian inilah yang paling penting untuk menegakkan diagnosis.
Riwayat penyakit sekarang merupakan kronologi dari awal perjalanan penyakit itu
ada dan disadari oleh keluarga sampai datang dilakukan intervensi fisioterapi.
Merupakan riwayat penyakit fisik maupun psikologik yang pernah diderita anak
sebelumnya, karena seringkali keluhan atau penyakit yang sedang diderita anak saat
ini merupakan kelanjutan akibat dari penyakit-penyakit sebelumnya. Contohnya
apakah pernah mengalami kejang atau sempat menderita penyakit tertentu.
Riwayat tumbuh kembang adalah penjelasan dari orang tua mengenai pertumbuhan
dan perkembangan anak mulai dari neonatus sampai usia saat ini.
8) Riwayat obat
Riwayat obat adalah penjelasan dari orang tua anak tentang informasi obat apa saja
yang dari dahulu hingga sekarang dikonsumsi oleh anak
9) Riwayat imunisasi
b. Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran,
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
(2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
(5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
(6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
b) Denyut Nadi
Denyut nadi anak dengan CP sesuai dengan denyut nadi normal sesuai umur jika
tidak disertai dengan gangguan pada sistem kardiorespirasi.
c) Respiratory Rate
Respiratory Rate pada anak CP sesuai dengan Respiratory Rate pada anak normal
jika tidak disertai dengan gangguan pada sistem kardiorespirasi.
d) Tekanan darah
Yaitu tekanan yang dialami pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh.
Suhu Tubuh
e) Lingkar Kepala
Bertujuan untuk melihat pertumbuhan anak dilihat dari segi perkembangan otak
anak.
f) Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
g) Berat Badan
Berat bdan dilakukan dengan berpakaian minimal, yang bertujuan untuk melihat
status gizi anak tersebut.
h) Tinggi Badan
Tinggi badan diukur dari tumit sampai puncak kepala,posisi berdiri tegak,
pandangan lurus ke depan, dan kaki menapak pada alas. Tinggi badan anak dengan
kasus CP biasanya di bawah tinggi badan normal pada usianya.
c. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan perabaan dan
penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari atau tangan. Palpasi dapat
digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,
kosistensi dan ukuran. Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh.
Dengan kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,
disamping untuk menemukan yang tidak terlihat.
Sebagai acuan untuk melihat adanya delay development pada anak, berikut
merupakan perkembangan normal motorik kasar usia 1-12 bulan menurut Jan S.
Tecklin, (2001) dalam buku Pediatric Physical Therapy.
Perkembangan Usia
onggong 8 bulan
4) Tes Khusus
Tes khusus adalah pengukuran yang digunakan untuk beberapa kasus tertentu yang
bertujuan untuk penegakan diagnosa dan menjadi acuan progresi atau
perkembangan evaluasi. Beberapa tes khusus yang dapat dilakukan untuk kasus CP
Quadriplegi yaitu:
a. Asworth Scale
b. GMFCS
GMFCS
Level Kriteria
1 • Tidak ada keterbatasan saat berjalan
• transportasi dengn kursi roda manual ataupun kursi roda yang otomatis