Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATARBELAKANG

Infeksi saluran kemih adalah salah satu jenis infeksi yang paling sering

terjadi. Infeksi ini bisa terjadi disalura ginjal (ureter), kandung kemih

(bladder), atau saluran kencing bagian luar (uretra). Wanita lebih banyak

terserang ISK karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan dengan

uretra pria sehingga bakteri mudah menjangkaunya. Infeksi saluran kemih

banyak disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (Utami, 2012). Infeksi

saluran kemih (ISK) adalah episeode bakteriuria signifikan yaitu infeksi

dengan jumlah koloni > 100.000 mikroorganisme tunggal per ml yang

mengenai saluran kemih bagian atas (pielonefritis, abses ginjal) atau

bagian bawah (sistitis), atau keduanya. ISK merupakan keadaan yang

sangat sering ditemukan pada praktik umum dan merupakan 40% dari

infeksi nosokomial yang didapat dirumah sakit (Grace & Borley, 2006).

Menurut WHO dalam Safitri (2013), Infeksi saluran kemih (ISK)

adalah penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi

saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun.

Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita dari

pada laki-laki. Indonesia merupakan negara berpenduduk ke empat

terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika

Serikat. Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih

cukup tinggi, Menurut perkiraan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per


100.000 penduduk pertahun nya atau sekitar180.000 kasus baru pertahun

(Depkes Ri, 2014 dalam Darsono, Mahdiyah dan Sari 2016).

Faktor yang mempengaruhi seorang pasien terkena infeksi salah

satunya adalah faktor alat. Suatu penelitian klinis menunjukkan infeksi

saluran kemih dapat disebabkan oleh infeksi dari urine bag. Dari data

Depkes RI (2006) menunjukan bahwa tindakan pembersihan urine bag

pada klien di rumah sakit masih jarang dilakukan, bahkan ditemukan data

tidak dilakukannya pengososngan secara rutin pada 45% dari seluruh

pasien yang terpasang kateter dalam sebuah rumah sakit. Urin bag

(kantung penampung urin) yang tidak dikosongkan dan dibersihkan

berkontribusi terhadap perubahan jumlah kuman yang konsekuensinya

bersiko terhadap insiden infeksi saluran kemih. Pembersihan urin bag

merupakan suatu tindakan mencuci dan membilas urin bag yang dilakukan

untuk mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme patogen dari

instrumen/peralatan.

Dari studi pendahulan yang di lakukan selama 1 minggu di ruang

rawat inap bedah pria ada sekitar 20 pasien yang dirawat dan di antaranya

ada yang terpasang kateter sebanyak 12 (60%) pasien. Selama studi

pendahuluan berlangsung keluarga, pasien, maupun perawat yang bertugas

belum ada yang melakukan strerilisasin pada urine bag. Hal ini tentu dapat

memicu terjadinya penyebaran virus maupun infeksi khususnya pada

pasien itu sendiri. Terbukti dengan penemuan kasus di lapangan ada

seorang pasien berinisial Tn. D mengalami masalah seperti adanya darah

dan nanah di selang kateternya setelah beberapa hari pemasangan kateter.


Berdasarkan latarbelakang di atas perlu adanya suatu inovasi untuk

pembersihan urine bag, salah satunya dengan menggunakan klorin.

Klorin (Cl2) yaitu Klor berbentuk gas berwarna kuning kehijauan.

Klorin Banyak digunakan di dalam pembuatan kertas, antiseptik, bahan

pewarna, makanan, insektisida, cat lukisan, produkproduk minyak bumi,

plastik, obat-obatan, tekstil, pelarut, dan banyak produk pengguna yang

lain dan larutan klorin merupakan bahan dekontaminasi yang efektif dapat

membunuh sebagian besar bakteri atau kuman. Darmadi (2008)

menyebutkan pengguaan klorin sebagai bahan desinfektan

akan mengurangi jumlah kuman dalam urin, hal ini karena klorin dan

memiliki efek kerja yang cepat dan kemampuannya menginaktivasi

mikroba cukup luas.

RSUP M. Djamil Padang belum melakukan upaya alternatif dalam

pembersihan urine bag selama pasien di rawat. Kondisi tersebut terjadi

karena perawat belum sepenuhnya memerhatikan masalah yang akan muncul

pada pasien yang terlalu lama memakai kateter dan tidak membersihkan urine

bag-nya. Dengan demikian, menjadi penting untuk mengidentifikasi

pengaruh pemebersihan urine bag dengan menggunakan larutan klorin ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam telaah jurnal

ini adalah untuk mengetahui “ pengaruh pembersihan urine bag dengan

menggunakan larutan klorin”


1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan telaah jurnal ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pembersihan urine bag dengan menggunakan larutan klorin.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Menelaah penulisan jurnal “pengaruh pembersihan urine bag dengan


menggunakan larutan klorin.”
b. Menelaah konten jurnal “pengaruh pembersihan urine bag dengan
menggunakan larutan klorin.”

1.4. Manfaat

Manfaat telaah jurnal ini diharapakan dapat menjadi :

a) Bagi Kelompok
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam mentelaah jurnal,
mengetahui tata cara penulisan jurnal yang benar, dan mendapatkan
pengetahuan baru mengenai keperawatan.
b) Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat
diterapkan oleh pasien mengenai pengaruh pembersihan urine bag dengan
menggunakan larutan klorin.
c) Bagi RSUP Dr. Djamil Padang
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai
informasi bagi rumah sakit dan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu
intervensi untuk pembersihan urine bag dengan menggunakan larutan
klorin.
d) Bagi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan wawasan mahasiswa
profsi ners tentang informasi terbaru mengenai pengaruh pembersihan
urine bag dengan menggunakan larutan klorin.

Anda mungkin juga menyukai