Anda di halaman 1dari 3

 Liberalisme

Liberalisme secara harfiah


bisa dikatakan sebagai sebuah ideologi mengenai kebebasan (liberte). Namun dalam
Studi Hubungan Internasional (HI), liberalisme adalah salah satu teori untuk memahami
suatu permasalahan mengenai realitas interaksi antar negara. Bahwa liberalisme
merupakan teori yang memandang optimis atas sifat dasar manusia. manusia cenderung
berbuat baik dan suka dengan cara-cara kooperatif dalam menyelesaikan masalah.
Kaum liberal selalu menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dunia yang dapat
diwujudkan melalui collective security dan kerjasama saling menguntungkan antar
negara. Teori liberalisme menganggap politik domestik maupun politik internasional
sama penting mengingat keduanya dapat mempengaruhi sistem internasional, dan teori
liberalisme berpendapat bahwa aktor negara bukanlah satu-satunya aktor yang
berperan dalam hubungan internasional, melainkan juga terdapat aktor non-state yang
turut berperan penting di dalamnya.
Analisis : bahwa munculnya perspektif liberalisme bukan berarti perspektif yang telah ada
sebelumnya tidak lagi relevan dengan dunia internasional saat ini. Perspektif ini justru
diharapkan lahir untuk memperkaya berbagai sudut pandang yang ada dalam mengkaji berbagai
fenomena yang terjadi dalam hubungan internasional.

 Realisme
Realisme merupakan suatu perspektif yang didasarkan atas sifat pesimis manusia. Realisme
merupakan perspektif yang paling dominan dan sering digunakan oleh para scholar hubungan
internasional. Pada dasarnya realism bersifat competitive dan conflictual, yang berpandangan
bahwa suatu negara harus bersaing dengan negara lain dalam memperebutkan kekuatan dan
menyelesaikan persoalan dengan konflik atau peperangan . Kaum realis percaya bahwa
hubungan antar negara berada dalam sistem anarki internasional, yaitu sistem dimana tidak ada
kekuasaan di atas negara. Aktor utama bagi kaum realis yaitu aktor negara, sementara aktor
non-negara tidak diakui peranannya.

Penulis beropini bahwa perspektif realisme merupakan perspektif yang kurang


memberikan perhatian kepada beberapa fenomena diluar kekuatan dan keamanan
negara, seperti masalah ekonomi, sosial dan budaya, dan lain-lain. Namun di lain sisi,
perspektif realisme akan terus bertahan dalam dunia internasional. Hal ini dikarenakan
asumsi-asumsi dasarnya yang bersifat logis, yang menjadikan pemikiran suatu negara
atas dasar pemikiran manusia. Perspektif realisme tidak akan pernah “hilang”,
melainkan akan terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman.

 Kritis

Teori kritis pada dasarnya dapat berfungsi sebagai pembebas pemikiran suatu individu
dari keterbelakangan dan mindset yang salah. Teori kritis ini menuntut setiap individu
untuk selalu bersikap kritis dan selalu mempertanyakan kembali akan kebenaran suatu
isu, fenomena, bahkan semua hal yang ada didunia ini perlu dipertanyakan dan itu
merupakan hal yang wajar dalam teori kritis. Teori Kritis memilih emansipasi politik
untuk dijadikan sebagai asumsi dasar. Teori Kritis memiliki tujuan utama untuk
mengembalikan potensi-potensi kritis yang telah terpengaruh oleh keadaan. Teori Kritis
tidak berfokus pada keberadaan negara sebagaimana teori-teori sebelumnya. Teori
Kritis menganggap negara adalah pencipta ketidak-adilan, dan Teori Kritis berupaya
mengembangkan eksistensi keberadaan manusia dengan menghapuskan ketidak-adilan
yang ada. Teori Kritis memiliki perbedaan yang signifikan terhadap teori dengan konsep
tradisional. Teori Kritis mengkritik pemikiran tradisional atas keterlibatannya terhadap
bidang sosial dan politik yang tidak diakui pada konsepnya.

Jadi, teori kritis membawa perubahan besar terhadap studi hubungan internasional.
Teori ini lahir pengkritis atau teori yang memiliki tugas untuk mengkritik teori-teori yang
telah ada sebelumnya. Teori ini berusaha untuk membebaskan pikiran setiap individu
untuk selalu mempertanyakan kebenaran dari suatu hal yang dikatakan mutlak
kebenarannya. Dalam Hubungan Internasional, teori kritis ini berusaha membebaskan
pola pikir para penstudi Hubungan Internasional dari keterikatan teori tradisional.

 Aliran idealis menekankan bahwa aktor dominan dalam hubungan internasional


adalah aktor non negara, berupa organisasi internasional, individu, dan kelompok.
Dalam pandangan idealis, perang dapat dicegah dan perdaamaian dapat
diciptakan apabila terdapat hukum internasional, organisasi internasional, dan
norma etika internasional. Kaum idealis yakin bahwa era globalisasi,
perdagangan bebas, pasar bebas, dan kerjasama bisnis antar negara yang kuat
akan mengurangi dan bahkan menghilangkan potensi konflik dan peperangan
antar negara,sehingga peluang terciptanya perdamaian akan terbuka luas.

 Mereka melihat Negara hanyalah salah satu dari banyak aktor yang sama-sama
punya peran penting dalam studi HI. Mereka tidak hanya menekankan pada
pentingnya aktor lain selain Negara seperti MNCs misalnya, mereka juga skeptis
terhadap kekuasaan dan keamanan Negara terlalu dianggap memiliki peran
sentral.

 feminisme pusat perhatian tertuju pada masalah-masalah mendasar tentang


perempuan dengan isu utama keadilan gender. Fokus feminisme pada dasarnya adalah ingin
menciptakan dunia tanpa dominasi pria. Dapat diartikan bahwa feminisme menginginkan
keberadaan politik dunia dirasakan secara merata oleh pria maupun wanita. Feminisme ingin
membuat pengaruh wanita terhadap dunia menjadi nyata, karena sebelumnya pengaruh
tersebut seolah tidak terlihat di mata dunia. Pada dasarnya, feminisme menuntut adanya
emansipasi terhadap kaum wanita, namun bukan berarti feminisme menginginkan wanita untuk
menduduki derajat yang lebih tinggi (Dugis, 2014). Feminisme menjunjung tinggi kesetaraan yang
harus diciptakan antara wanita dan pria, dengan tanpa melepaskan feminitas yang ada pada
wanita. Dengan pemikiran yang sedemikian rupa, feminisme memfokuskan dirinya pada
keberadaan non-state actors karena negara sebagai aktor dinilai terlalu maskulin. S
 Neo Realis
Aliran neorealisme atau yang biasa disebut sebagai struktural realisme menekankan kepada
adanya struktur dalam melihat fenomena hubungan internasional. Pemikir kaum neorealis yang
terkenal adalah Kenneth Waltz. Menurut Waltz (1979) bentuk dasar hubungan internasional
adalah struktur anarki yang tersebar di antara negara-negara. Struktur menjadi aspek yang
signifikan dalam pembentukan pola dari tindakan sebuah negara. Di dalam perspektif
neorealisme, struktur dalam hubungan internasional adalah hal yang terpenting karena struktur
lah yang akan menentukan perilaku negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya.
Neorealisme memandang negara sebagai aktor utama yang rasional serta
bersifat unitary. Negara juga diharuskan untuk memaksimalkan power nya dalam hubungan
internasional

 Neo Libelaris
Neoliberalisme berasal dari perspektif induknya yaitu liberalisme klasik. menurut neoliberalisme
adanya sruktur dunia yang anarki akan mendorong terjadinya sebuah kerjasama dalam bentuk
perdagangan maupun interdepedensi di bidang ekonomi Dalam kaitannya dengan stabilitas
internasional, neoliberalisme beranggapan bahwa keamanan atau stabilitas internasional dapat
tercapai dengan adanya proses interdepedensi antar negara di dunia. neoliberalisme yang lebih
menekankan pada bentuk kerjasama yang berbasis ekonomi. Negara dipandang sebagai aktor
yang kompleks dan rasional. Bukan hanya itu, negara bukan lah satu-satu nya aktor yang utama
dalam hubungan internasional melainkan terdapat aktor non-negara lainnya. Negara menurut
aliran neoliberalisme hidup dalam sebuah hubungan kerjasama yang terinstitusionalisasi dalam
naungan sebuah organisasi, kerjasama tersebut pada akhirnya akan megurangi konflik sehingga
perdamaian dapat tercipta.

Anda mungkin juga menyukai