Laporan Pendahuluan Dan Resume Pada Pasien Strabismus
Laporan Pendahuluan Dan Resume Pada Pasien Strabismus
Oleh :
MELATI BUDIARTI
NIM. 1930027
Resume pada pasien dengan Strabismus di Ruang Poli Klinik Mata Rumah Sakit
dr. Saiful Anwar Malang yang dilakukan Oleh :
NIM : 1930027
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, yang dilaksanaka pada tanggal 28 Oktober
2019 – 01 November 2019 yang telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
(.............................................) (.............................................)
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Strabismus merupakan efek penglihatan kedua mata tidak tertuju pada satu
obyek, yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus satu obyek, pada satu
obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir kearah dalam, luar, atas, atau
bawah.seseorang dengan mata juling tidak dapat melihat suatu obyek dengan kedua
mata secara serentak.
Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebab
strabismus/juling. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot
mata. Bila otot itu tidak bekerja normal, maka kedua mata itu tidak berfungsi secara
seimbang. Sehingga jika diantara otot atau saraf yang tidak normal, keadaan itu bisa
menyebabkan seorang menjadi juling. Ada pula kasus juling akibat infeksi
toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman
toksoplasma tidak dimasak dengan baik.
2.2 Etiologi
Etiologinya adalah sebagai berikut:
1. Akibat kelainan nuclei okulomotor, saraf/otot-otot ekstra okuler sendiri.
2. Penyebab antara lain trauma dan kelainan congenital, infeksi neoplasma atau
kelainan vaskuler, SSP, tiroid, kelainan otot (Kapita Selekta, 859)
3. Gangguan penglihatan yang akan mengakibatkan mataglihatan yang akan mata
menjadi juling:
a. Kelainan ukuran kaca mata antara mata kanan dan mata kiri.
b. Terdapatnya kelainan atau kekeruhan pada bagian mata yang dilalui sinar
untuk melihat.
4. Gangguan persarafan untuk melihat dapat mengakibatkan gangguan pergerakan
mata.
2.3 Klasifikasi
Ada beberapa jenis-jenis dari strabismus yaitu:
1. Esotropia
Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimna
salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan
lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial.
Bentuk-bentuk esotropia:
a. Esotropia konkomitan, yaitu bila sudut penyimpangan sama besarnya pada
semua arah pandangan.
b. Esotropia nonkomitan, yaitu bila besarnya sudut penyimpangan berbeda-
beda pada arah pandangan yang berbeda-beda pula.
Penyebab esotropia:
a. Faktor refleks dekat
b. Hipertoni rektus medius kongenital
c. Hipotoni rektus lateral akuisita
d. Penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak.
2. Exotropia (Eksotropia)
Eksotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata
dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu
penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateral.
Penyebab-penyebab eksotropia:
a. Herediter, unsur herediter sangat besar, yaitu trait autosomal dominant
b. Optis, tak ada hubungan dengan kelainan terhadap kehilangn penglihatan
binokuler
c. Inervasi, tetapi tidak terdapat abnormalitas yang berarti dalam bidang
sensorimotor
d. Anatomi, kelainan untuk rongga orbita misalnya pada penyakit Crouzon.
3. Hipotropia
Hipotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata
dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu
penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah inferior
(bawah).
4. Hipertropia
Hipertropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata
dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu
penglihatan yang lainnya menyimpang pada bidang vertikal ke arah superior
(atas).
2.4 Patofisiologi
Kedua bola mata manusia digerakan oleh otot-otot mata luar, sedemikian
sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan jatuh tepat di kedua uvea
sentralis. Kemudian secara simultan dikirim kesusunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal sehingga terjadi penglihatan
binokuler.
Juling (crassed eyes) terjadi bila terdapat satu atau lebih otot pergerakan
bola mata yang tidak mengimbangi gerak otot-otot lainnya. Maka terjadilah
gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata sehingga sumbu penglihatan
menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya. Kehilangan
kemampuan mengimbangi gerak otot-otot dari mata tersebut salah satunya dapat
disebabkan oleh rusaknya system pusak sensorik dan motorik oleh karena sebab
terinfeks virus, bakreri ataupun oleh sebab mengidap suatu penyakit. Kelainan otot
seperti tumor otot paralis otot-otot penggerak bola mata yang kesemuanya
berjumlah 12 yang merupakan factor utama penyebab juling.
2.7 Komplikasi
1. Supresi: Usaha yang tidak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia
yang timbul akibat adanya deviasinya.
2. Amblyopia: Menurunnya visus pada satu atau dua mata dengan atau tanpa
koreksi kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya.
3. Anomalus Retinal Correspondens: Suatu keadaan dimana favea dari mata yang
baik (yang tidak berdeviasi) menjadi sefaal dengan daerah favea dari mata yang
berdeviasi.
4. Defect otot: Perubahan-perubahan sekunder dari striktur konjungtiva dan
jaringan fascia yang ada di sekeliling otot menahan pergerakan normal mata.
5. Adaptasi posisi kepala: Keadaan ini dapat timbul untuk mengindari pemakaian
otot yang mengalami efecyt atau kelumpuhan untuk mencapai penglihatan
binokuler. Adaptasi posisi kepala biasanya kearah aksi dari otot yang lumpuh.
2.8 Penatalaksanaan
1. Non Operatif
a. Sangat penting deteksi dini (keturunan tipe mata)
b. Lakukan beberapa foto pada beberapa posisi dan perhatikan letak sentral
titik cahaya kedua mata.
c. Latihan otot mata
d. Penyesuaian jenis makanan / keadaan umum (kesehatan umum)
e. Pemberian pelatihan aktif (keaktifan klien melakukan latihan)
f. Pelatihan pasif (dilakukan orang tua / perawat bayi nenek)
g. Pemberian kaca mata
h. Bila perlu tetes mata pelatihan (cycloplegira)
i. Penutupan mata yang sehat dengan harapan terjadi rangsangan dari mata
sakit untuk dipakai.
2. Operatif
a. Dilakukan dengan melakukan tindakan pemotongan / pengurangan panjang
otot mata dan pembetulan letaknya.
b. Operasi sering dilakukan dengan alasan kosmetika dan psikologi untuk
mengoreksi juling yang disebabkan oleh esotropia dasar atau cacat esotropia
akomodatif setelah dikoreksi dengan kacamata, saat operasi berfariasi antara
satu orang dan orang lain.
c. Operasi koreksi meliputi memindah / memendekkan otot preosedur baru
adalah menjahit luka yang dapat diatur.
2.9 Pathway