DJKN dalam hal ini Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan menjadi Kuasa Pengguna
Anggaran untuk alokasi anggaran PMN kepada Perusahaan/ Lembaga di bawah Kementerian
Keuangan, serta PMN-PMN yang bersifat non-cash, atau berasal dari konversi hutang SLA atau
hutang dividen BUMN. Sebagai KPA BA 999.03, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Penerbitan DIPA BA 999.03;
b. Penerbitan SPM/SP2D;
c. Pencairan anggaran ke rekening perusahaan;
d. Penyusunan laporan pertanggungjawaban anggaran
Proses pencairan anggaran PMN kepada BUMN tidaklah mudah seperti anggaran pada
umumnya. Pelaksanaan pencairan anggaran PMN baru dapat dilakukan setelah ditetapkannya
Peraturan Pemerintah tentang penambahan PMN kepada masing-masing BUMN.
Ditinjau dari sisi Kedua, pelaksanaan investasi pemerintah dikaitkan pelaksanaan dalam rangka
pencapaian atas tujuan pengalokasian anggaran investasi pemerintah.
Pelaksana anggaran PMN adalah BUMN atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Perusahaan, anggaran dana bergulir dilaksanakan oleh BLU Pengelola Dana Bergulir dalam
rangka maksimalisasi perguliran dana, dan dana investasi pemerintah dilaksanakan oleh Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangka pencapaian return dana investasi yang baik.
Dalam konteks ini, keterlibatan DJKN dalam pelaksanaan investasi pemerintah adalah terkait
dengan peran DJKN sebagai RUPS bagi 5 BUMN/Lembaga di bawah pembinaan dan
pengawasan Kementerian Keuangan, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Penjaminan
Infrastuktur Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT Sarana Multigriya Finansial
dan PT Geo Dipa Energi. Sebagai RUPS perusahaan, tentunya DJKN mempunyai peran yang
signifikan dalam memberikan arahan- arahan atau policy, bagi perusahaan- perusahaan tersebut
dalam mencapai visi dan misi. Secara tidak langsung, maju mundurnya perusahaan, serta
efektifitas dari anggaran PMN yang telah diberikan akan tergantung kepada bagaimana DJKN
sebagai RUPS, dapat memberikan guideline dan pembinaan yang baik kepada BUMN/Lembaga
di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan tersebut.
Dalam praktek selama ini, secara aktif DJKN selalu melakukan pengawasan yang baik kepada
perusahaan/lembaga di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan, mendorong
perusahaan/lembaga tersebut mam- pu menjadi lokomotif percepatan pertumbuhan bidang
infrastruktur, pembiayaan ekspor, perumahan dan panas bumi. DJKN juga secara aktif
membangun Good Corporate Governance pada kelima perusahaan/ lembaga tersebut. Selain itu,
DJKN juga mendorong perusahaan/lembaga tersebut untuk dapat saling bersinergi, dalam
proyek-proyek yang memiliki keterkaitan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.
Untuk BUMN dan Non-BUMN yang berada di bawah pengelolaan Kementerian BUMN, dapat
diakui bahwa unit yang menjadi pelaksananya adalah Kementerian BUMN selaku RUPS, sesuai
dengan pelimpahan kewenangan dari Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam PP
Nomor
41 Tahun 2003. Namun demikian, peran dan keterlibatan DJKN dalam pengelolaan BUMN dan
Non-BUMN di bawah Kementerian BUMN tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata.
Banyak hal-hal dalam pengelolaan BUMN dan non-BUMN tersebut yang memerlukan izin atau
persetujuan serta kajian dari Kementerian Keuangan terlebih dahulu, misalnya dalam proses
privatisasi, divestasi dan restrukturisasi. Dalam proses tersebut, Kementerian Keuangan dalam
hal ini DJKN terlibat aktif dalam melakukan kajian, memberikan persetujuan, serta melakukan
pengawasan atas proses yang telah dilaksanakan.