Anda di halaman 1dari 5

PENGANGGARAN INVESTASU PEMERINTAH DI BUMN

A. Perencanaan Investasi Pemerintah


Perencanaan investasi pemerintah dalam konteks pengelolaan investasi yang dimaksud dalam
artikel ini adalah proses pengalokasian anggaran investasi pemerintah dalam UndangUndang
APBN. Dalam Undang-Undang APBN, alokasi anggaran investasi pemerintah termasuk dalam
pos pembiayaan non perbankan dalam negeri. Sebagaimana diatur pada PMK Nomor
184/PMK.01/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, DJKN dalam hal
ini Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan antara lain mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan bimbingan teknis dan evaluasi kekayaan negara yang dipisahkan, serta analisis kinerja
kekayaan negara dipisahkan, pendirian dan pengusulan PMN. PMN sebagai salah satu bagian
dari anggaran investasi pemerintah merupakan salah satu bagian perencanaan investasi dimana
DJKN saat ini terlibat cukup intens dalam proses pengalokasiannya. Dalam proses perencanaan
anggaran PMN, DJKN melakukan hal-hal antara lain:
a. Melakukan pengkajian atas usulan PMN yang disampaikan;
b. Melakukan pembahasan dengan BUMN atas usulan penyertaaan modal negara;
c. Menyampaikan kajian kepada Menteri Keuangan, untuk selanjutnya meminta persetujuan
atas usulan PMN;
d. Mengusulkan kepada Direktorat Jenderal Anggaran untuk mengalokasikan anggaran
PMN;
e. Melakukan pembahasan dengan komisi terkait di Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Dalam rangka memberikan pedoman penyusunan kajian, DJKN telah menetapkan Keputusan
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor: Kep-77/KN/2012 tentang Petunjuk Penyusunan
Kajian Penambahan PMN, Privatisasi, dan Restrukturisasi/Revitalisasi pada Badan Usaha Milik
Negara/Perseroan Terbatas. Selain terlibat dalam proses perencanaan anggaran PMN, DJKN
selalu terlibat dalam pembahasan alokasi anggaran investasi pemerintah lainnya, seperti, dana
bergulir, dana investasi regular dan dana pengembangan pendidikan nasional. Adapun rincian
alokasi anggaran investasi pemerintah dalam APBN untuk periode 2009-2012 adalah
sebagaimana tabel 2.
B. Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Investasi Pemerintah
Konteks pelaksanaan investasi pemerintah dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu, pertama dari sisi
pelaksanaan pencairan anggaran investasi pemerintah dan kedua dari sisi
pencapaian tujuan investasi itu sendiri.
Ditinjau dari sisi pertama, pencairan anggaran investasi pemerintah dilakukan oleh masing-
masing Kuasa Pengguna Anggaran investasi pemerintah. Sampai dengan saat ini, terdapat 8
(delapan) unit yang menjadi Kuasa Pengguna Anggaran investasi pemerintah, antara lain
Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Badan Layanan
Umum (BLU) Pengelola Dana Bergulir dan Kementerian BUMN.

DJKN dalam hal ini Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan menjadi Kuasa Pengguna
Anggaran untuk alokasi anggaran PMN kepada Perusahaan/ Lembaga di bawah Kementerian
Keuangan, serta PMN-PMN yang bersifat non-cash, atau berasal dari konversi hutang SLA atau
hutang dividen BUMN. Sebagai KPA BA 999.03, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Penerbitan DIPA BA 999.03;
b. Penerbitan SPM/SP2D;
c. Pencairan anggaran ke rekening perusahaan;
d. Penyusunan laporan pertanggungjawaban anggaran
Proses pencairan anggaran PMN kepada BUMN tidaklah mudah seperti anggaran pada
umumnya. Pelaksanaan pencairan anggaran PMN baru dapat dilakukan setelah ditetapkannya
Peraturan Pemerintah tentang penambahan PMN kepada masing-masing BUMN.
Ditinjau dari sisi Kedua, pelaksanaan investasi pemerintah dikaitkan pelaksanaan dalam rangka
pencapaian atas tujuan pengalokasian anggaran investasi pemerintah.
Pelaksana anggaran PMN adalah BUMN atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Perusahaan, anggaran dana bergulir dilaksanakan oleh BLU Pengelola Dana Bergulir dalam
rangka maksimalisasi perguliran dana, dan dana investasi pemerintah dilaksanakan oleh Pusat
Investasi Pemerintah dalam rangka pencapaian return dana investasi yang baik.

Dalam konteks ini, keterlibatan DJKN dalam pelaksanaan investasi pemerintah adalah terkait
dengan peran DJKN sebagai RUPS bagi 5 BUMN/Lembaga di bawah pembinaan dan
pengawasan Kementerian Keuangan, yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur, PT Penjaminan
Infrastuktur Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, PT Sarana Multigriya Finansial
dan PT Geo Dipa Energi. Sebagai RUPS perusahaan, tentunya DJKN mempunyai peran yang
signifikan dalam memberikan arahan- arahan atau policy, bagi perusahaan- perusahaan tersebut
dalam mencapai visi dan misi. Secara tidak langsung, maju mundurnya perusahaan, serta
efektifitas dari anggaran PMN yang telah diberikan akan tergantung kepada bagaimana DJKN
sebagai RUPS, dapat memberikan guideline dan pembinaan yang baik kepada BUMN/Lembaga
di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan tersebut.

Dalam praktek selama ini, secara aktif DJKN selalu melakukan pengawasan yang baik kepada
perusahaan/lembaga di bawah pembinaan dan pengawasan Kementerian Keuangan, mendorong
perusahaan/lembaga tersebut mam- pu menjadi lokomotif percepatan pertumbuhan bidang
infrastruktur, pembiayaan ekspor, perumahan dan panas bumi. DJKN juga secara aktif
membangun Good Corporate Governance pada kelima perusahaan/ lembaga tersebut. Selain itu,
DJKN juga mendorong perusahaan/lembaga tersebut untuk dapat saling bersinergi, dalam
proyek-proyek yang memiliki keterkaitan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain.

Untuk BUMN dan Non-BUMN yang berada di bawah pengelolaan Kementerian BUMN, dapat
diakui bahwa unit yang menjadi pelaksananya adalah Kementerian BUMN selaku RUPS, sesuai
dengan pelimpahan kewenangan dari Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam PP
Nomor
41 Tahun 2003. Namun demikian, peran dan keterlibatan DJKN dalam pengelolaan BUMN dan
Non-BUMN di bawah Kementerian BUMN tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata.
Banyak hal-hal dalam pengelolaan BUMN dan non-BUMN tersebut yang memerlukan izin atau
persetujuan serta kajian dari Kementerian Keuangan terlebih dahulu, misalnya dalam proses
privatisasi, divestasi dan restrukturisasi. Dalam proses tersebut, Kementerian Keuangan dalam
hal ini DJKN terlibat aktif dalam melakukan kajian, memberikan persetujuan, serta melakukan
pengawasan atas proses yang telah dilaksanakan.

C. Potensi Pelaksanaan Fungsi Investasi Pemerintah ke Depan


Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi ke depan, terdapat beberapa potensi tugas baru yang akan
dilaksanakan DJKN. Munculnya potensi-potensi tugas baru ini dapat diakibatkan atas terbitnya
aturan baru, atau semakin tingginya harapan dan tuntutan kepada DJKN untuk dapat do more.
D. Rencana Dana Pengeluaran Investasi Pemerintah
ESebagaimana kita ketahui, Pengguna Anggaran atas anggaran investasi pemerintah adalah
Menteri Keuangan selaku BUN. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga, telah diamanatkan bahwa Menteri
Keuangan akan menunjuk salah satu unit di Kementerian Keuangan untuk menjadi Pembantu
Pengguna Anggaran (PPA). PPA-BUN sendiri berfungsi untuk melakukan perencanaan anggaran
BUN, yang akan dituangkan dalam Rencana Dana Pengeluaran (RDP) BUN.
Dalam pembahasan yang telah dilakukan selama ini, DJKN diproyeksikan akan menjadi PPA-
BUN Investasi Pemerintah. Pemilihan DJKN sebagai PPA-BUN investasi pemerintah akan in-line
dengan fungsi DJKN sebagai Unit Akuntansi Pembantu BUN Investasi Pemerintah (UAP-BUN)
sebagaimana ditetapkan dalam PMK 190 tahun 2011. Dengan fungsi PPA-BUN dan UAP-BUN yang
menjadi kewenangan DJKN, maka proses perencanaan atas anggaran investasi pemerintah, akan
terintegrasi dengan pelaporan investasi pemerintah yang telah dilakukan oleh DJKN selama ini.
Diharapkan, pelaporan handal yang selama ini yang telah dilakukan oleh DJKN, dapat memberikan
feed back yang baik dan maksimal dalam proses perencanaan anggaran investasi pemerintah.

E. Pengawasan atas alokasi anggaran yang telah diberikan


Alokasi anggaran yang telah disediakan oleh Pemerintah untuk kegiatan investasi tidaklah kecil.
Dalam rangka efektifitas dan pengawasan penggunaan dana, harus dilakukan pengawasan dan
pemantauan atas penggunaan anggaran investasi pemerintah yang diberikan. Selama ini, DJKN telah
memulai pengawasan atas anggaran PMN yang telah diberikan kepada BUMN, dengan memastikan
bahwa anggaran PMN tersebut telah digunakan sesuai dengan peruntukan pada saat pengajuan dan
penyusunan kajian.
Ke depan, jika DJKN telah ditunjuk menjadi PPA-BUN atas anggaran investasi pemerintah,
pengawasan yang dilakukan DJKN tidak hanya terbatas pada anggaran PMN saja, akan tetapi
semua anggaran investasi pemerintah, karena sebagai PPA, DJKN akan bertanggungjawab penuh atas
pencapaian tujuan alokasi anggaran investasi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai