Anda di halaman 1dari 7

RESUME BUKU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB V
“AKIDAH”
Disusun untuk Memenuhi Tugas V
Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dosen : Marwini,S.H.I, MA, M.Si

Tugas Ini Merupakan Rangkuman Dari Buku Pendidikan Agama Islam

Bab V

Penulis : Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H.

Disusun Oleh :

Meta Dwipantara 40010217060092

PRODI EKONOMI AKUNTANSI

D3 AKUNTANSI

DEPARTEMEN BISNIS DAN KEUANGAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
RESUME PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB V

“AKIDAH”

A. Arti dan Ruang Lingkupnya


Aqidah dalam bahasa Arab, menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan.
Dalam pengertian teknis artinya iman atau keyakinan. Akidah Islam dalam hal ini
dikaitkan dengan keenam rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Akidah
Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa, kemaha-Esaan
Allah dalam zat, sifat, perbuatan, dan wujud-Nya itu disebut Tauhid.

B. Keyakinan Kepada Allah


Menurut akidah Islam, konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa disebut
Tauhid. Ilmunya adalah Ilmu Tauhid.
Menurut Osman Raliby ajaran Islam tentang Kemaha Esaan Tuhan adalah sebagai
berikut :
1. Allah Maha Esa dalam Zat-Nya
Hal ini dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa Zat Allah tidak sama dan
tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga. Dia unique, berbeda dalam segala-
galanya.
2. Allah Maha Esa dalam Sifat-sifatnya
Sifat-sifat Allah penuh kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang
menyamainya. Nama sifat Allah tercantum di al-Quran ada 99 nama yang disebut
dengan Asmaul Husna. Allah memiliki 20 Sifat yang disebut dengan dengan sifat
wajib Allah, memiliki 20 sifat mustahil, dan memiliki 1 sifat Jaiz. Sebagai
mahasiswa kkita harus mengetahui bahwa Allah itu bersifat :
1) Hidup, ini berarti bahwa Allah adalah Tuhan yang hidup.
2) Berkuasa, Allah adalah Maha Kuasa yang tiada tara, tidak ada tolak
bandingnya.
3) Berkehendak, kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku untuk seluruh
alam semesta, termasuk masyarakat di dalamnya.
3. Allah Maha Esa dalam Perbuatan-perbuatan-Nya
Ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa tiada tara
dalam melakukan segala hal. Dialah yang dapat menciptakan alam semesta,
menciptakan manusia dengan proporsionalitas yang dimiliki manusia. Dalam hal
ini manusia tidak boleh mengagumi perbuatan dan karya-karya manusia lain
secara berlebihan.
4. Allah Maha Esa dalam Wujud-Nya
Allah tidak dapat disamakan dan dirupakan dengan apapun, oleh karena itu
Anthromorfisme ( paham pengenaan ciri-ciri manusia pada alam seperti binatang
atau benda mati apalagi pada Tuhan) tidak ada dalam ajaran Islam. Eksistensinya
wajib, karena itu Ia disebut wajibul wujud. Pernyataan ini memiliki makna bahwa
Allahlah yang abadi dan wajib eksistensi atau wujud-Nya. Selain Dia, semuanya
mumkinul wujud. Dalam Life After Death nanti semua manusia akan
mempertanggungjawabkan perbuatannya selama mereka hidup.
5. Allah Maha Esa dalam Menerima Ibadah
Ini berarti bahwa hanya Allahlah yang berkah disembah dan menerima ibadah.
Yang dimaksud dengan ibadah adalah segala perbuatan manusia yang disukai
Allah, baik dalam kata-kata terucapkan maupun dalam bentuk perbuatan-
perbuatan lain, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
6. Allah Maha Esa dalam Menerima Hajat dan Hasrat Manusia
Artinya, bila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan
atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri
tanpa perantara atau media apa pun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau
kependetaan dalam Islam.
7. Allah Maha Esa dalam Memberi Hukum
Ini berarti bahwa Allahlah satu-satunya Pemberi Hukum yang Tertinggi. Ia
memberi hukum alam seperti yang kita kenal selama ini, diantaranya hukum-
hukum Archimedes, Boyle, Lavoisier, hukum Relativitas, Thermodynamic dan
sebagainya. Sebagai muslimah kita harus taat dan patuh serta meyakini kebenaran
hukum syari’at Allah yang disampaikan kepada manusia dan menjadikannya
sebagai jalan hidup kita.

C. Keyakinan Pada Para Malaikat


Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia.
Akan tetapi atas izin Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia,
seperti malaikat Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, Ibu Isa almasih (QS.
Maryam (19): 16-17). Sifat-sifat Malaikat diantaranya :
1) Selalu taat dan patuh kepada Allah
2) Senantiasa membenarkan dan melaksanakan perintah Allah

Para malaikat mempunyai tugas tertentu :


1) Di alam dunia :
a. Menyampaikan Wahyu Allah kepada manusia melalui para Rasul-Nya
b. Mengukuhkan hati orang-orang yang beriman
c. Memberi pertolongan kepada manusia
d. Membantu perkembangan rohani manusia
e. Mendorong manusia untuk berbuat baik
f. Mencatat perbuatan manusia
g. Melaksanakan hukuman Allah
2) Di alam Gaib

Selain para malaikat ada makhluk gaib lain yang diciptakan oleh Allah yaitu
Setan. Setan diciptakan dari api, dan beberapa kerja setan diantaranya menyesatkan
manusia untuk berbuat jahat. Dan keputusan manusia untuk melakukan hal itu
ditentukan oleh akalnya. Ada makhluk halus lain yang diciptakan dari api oleh Allah
yaitu Iblis. Iblis adalah makhluk gaib yang berusaha dengan berbagai cara
menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan dengan merangsang nafsu rendah
manusia, dan selalu berusaha mempengaruhi manusia agar berperilaku sama dengan
Iblis (Gazalba, 1976: 38)

Makhluk halus yang lain adalah Jin, jin terkadang dapat menampakan dirinya
seperti makhluk biasa. Jin ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang taat dan
ingkar kepada Allah. Jin dan manusia memiliki kewajiban yang sama yakni mengabdi
kepada Allah. Malaikat sendiri tidak mungkin diteliti oleh ilmu pengetahuan karena ia
berada dalam alam gaib yang hakiki.

D. Keyakinan Pada Kitab-kitab Suci


Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan Rukun Iman ketiga. Kitab-kitab
suci itu memuat Wahyu Allah. Kitab berasal dari kata kerja kataba yang artinya ia
telah menulis. Kata Wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy yang berarti suara,
bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Dalam pengertian umum Wahyu adalah firman
Allah yang disampaikan malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya. Firman Allah
mengandung ajaran, petunjuk, pedoman yang diperlukan oleh manusia dalam
perjalanan hidupnya di dunia ini menuju akhirat.
Sebagai umat Islam kita wajib meyakini adanya kitab-kitab suci yang memuat
ajaran tauhid. Ada beberapa kitab yang wajib kita Imani diantaranya adalah Kitab
Taurat, Kitab Injil, Kitab Zabur, dan Kitab Suci Al-Quran yang menjadi pedoman kita
sampai saat ini. Menurut Profesor Charles J. Adams kitab suci yang sampai saat ini
masih asli memuat Wahyu Ilahi hanyalah al-Quran. Agar al-Quran tetap terjaga
keasliannnya maka jika al-Quran diterjemahkan ke dalam salah satu bahasa Arab
sebagaimana disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dahulu tetap
dipertahankan dan ditempatkan berdampingan dengan terjemahannya.
Kata al-Quran berasal dari kata kerja qaraa yang artinya dia telah membaca.
Al-Quran adalah sumber sumber utama ajaran Islam. Menurut keyakinan umat Islam
al-Quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasulullah sedikit
demi sedikit. Isi al-Quran memuat soal-soal yang berkenaan dengan Akidah, Syariah
baik, Ibadah, Mu’amalah, Akhlak dalam semua ruang lingkupnya, Kisah-kisah umat
manusia di masa lampau, Berita-berita tentang zaman yang akan datang, Benih dan
prinsip ilmu pengetahuan, Dasar-dasar hukum yang berlaku bagi alam semesta
termasuk manusia di dalamnya.
Akal adalah potensi yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yang dengan
akalnya itu memungkinkan manusia memperoleh dan mengembangkan berbagai ilmu
pengetahuan. Dalam ajaran Islam, kedudukan akal tinggi sekali karena akal
merupakan wadah yang menampung al-‘aqidah, al-syari’ah serta al-akhlaq al-
islamiyah dan menjelaskannya. Dari hubungan ini kita daapat mengatakan bahwa
agama itu akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal. Oleh karena posisi
akal itu demikian, dapatlah dipahami kalau dalam pembendaharaan Islam ada
ungkapan yang menyatakan : al-‘aqlu huwal-hayah wal faqdu huwal-maut. Yang
artinya akal adalah kehidupan, hilang akal berarti kematian. Ini berarti kalau ada
akalnya orang itu hidup, kalau tidak berakal atau tidak mempergunakan akalnya
berarti ia mati (Osman Raliby, 1980: 37).

E. Keyakinan Pada Nabi dan Rasul


Yakin pada Nabi dan Rasul merupakan Rukun Iman keempat, keduanya
memiliki perbedaan dalam tugas utama yaitu Nabi menerima Wahyu dari Allah
namun tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia,
sedangkan Rasul menerima Wahyu dari Allah dan memiliki kewajiban untuk
memnyampaikannya kepada umat manusia. Jumlah para Rasul yang pernah diutus
Allah untuk memimpin manusia ada 313 orang, sedangkan jumlah Nabi 124.000
orang. Namun al-Quran hanya menyebutkan 25 Nabi yang harus kita ketahui.
Mengenai salah satu Nabi yaitu Nabi Muhammad, ada beberapa alasan Allah
mengutusnya, diantaranya :
1) Para Rasul yang mendahului Nabi Muhammad mempunyai risalah terbatas
hanya untuk bangsa atau daerah tertentu
2) Ajaran Rasul sebelumnya banyak yang hilang atau sengaja dihilangkan
oleh para pemuka agama
3) Ajaran para Rasul terdahulu bersifat local dan temporal sehingga perlu
disempurnakan menjadi universal dan eternal

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad memiliki


akhlak yang baik dan dapat dituliskan dengan kata-kata : Dapat dipercaya (amanah),
Selalu benar (siddiq), Cerdas dan bijaksana (fatanah), Selalu menyampaikan (tabligh)

F. Keyakinan pada Hari Kiamat dan Pertanggungjawaban Manusia di Akhirat


Rukun Iman yang kelima adalah iman kepada hari akhir. Keyakinan kepada
hari akhir ini terbagi menjadi tiga kategori, yakni : kategori pertama, manusia tidak
percaya pada hari akhirat dan memandang kehidupan di dunia sebagai satu-satunya
kehidupan. Kategori kedua, manusia yang tidak menyangkal hari akhirat, tetapi
bergantung kepada campur tangan pihak lain untuk menebus dosa-dosanya. Kategori
ketiga, manusia yakin akan hari akhirat sebagaimana diterangkan dalam ajaran Islam.
Keyakinan pada hari akhirat inilah mendorong manusia menyesuaikan diri
dengan kerangka nilai abadi yang ditetapkan Allah.

G. Keyakinan Pada Qada dan Qadar (Takdir)


Khusus mengenai qada dan qadar yang disebutkan dalam al-Quran antara lain surat
al-Ahzab (33): 36, dan surat al-Qamar (54): 49, perlu diberikan catatan bahwa di
dalam sejarah Islam perkataan Qada dan Qadar disebut juga takdir dalam
pembicaraan sehari-hari, pernah menimbulkan salah paham terhadap ajaran Islam.
Untuk menghindari kesalahpahaman itu perlu dipahami benar makna yang dikandung
oleh kedua perkataan tersebut. Yang dimaksut dengan qada adalah ketentuan
mengenai sesuatu atau ketetapan tentang sesuatu, sedangkan qadar adalah ukuran
sesuatu menurut hukum tertentu. Untuk memahami takdir, manusia harus hidup
dengan ikhtiar, sebab dalam kehidupan sehari-hari nyatanya takdir ilahi berkaitan
dengan usaha manusia. Dan usaha itu haruslah maksimal, diiringi dengan doa dan
tawakal. Tawakal yang dimaksut adalah menyerahkan nasib dan kesudahan usaha kita
kepada Allah, sementara kita terus berikhtiar serta yakin bahwa penentuan terakhir
segala-galanya berada dalam kekuasaan Allah.

Anda mungkin juga menyukai