Teori Perencanaan Generasi Kedua: Post Positivistik
Teori Perencanaan Generasi Kedua: Post Positivistik
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.
Muhammad Mukti Ali, SE, M.Si, MT.
Disusun Oleh:
Raja Al-Fath 21040116130054
i
DAFTAR ISI
ii
1. Latar Belakang
Perencanaan sebagai suatu disiplin ilmu dan praktek dapat dijelaskan sebagai
kegiatan manusia yang berorientasi pada masa depan. Orientasi ke depan diasosiasikan
melalui tindakan preskripsi atau peramalan yang menjadi ciri perencanaan (Priyani et al.,
2007). Untuk melakukan preskripsi, diperlukan upaya seleksi elemen-elemen masa lalu
yang digunakan sebagai input dalam analisis kondisi eksisting. Perencanaan juga dapat
dijelaskan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk mengubah masa depan sesuai
dengan harapan dan ideal untuk masyarakat. Hubungan dan keterkaitan antara situasi
masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan komponen-komponen yang
berkesinambungan. Ketiga komponen tersebut menjadi prasyarat yang harus dikuasai
oleh perencana, untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
Perencanaan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu goals (tujuan) dan
sequence (tahapan). Keduanya saling berhubungan dan dibuat secara terstruktur sehingga
perencanaan selalu merumuskan sebuah tujuan pada tahap awal yang akan dicapai dengan
beberapa tahapan. Hingga saat ini, perencanaan dikategorikan ke dalam 3 generasi yaitu
generasi pertama, kedua, dan ketiga. Masing-masing generasi memiliki karakteristik,
pendekatan, penerapan, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada kajian
ini akan lebih banyak membahas karakteristik dan contoh implementasi dari perencanaan
generasi kedua yaitu perencanaan post-positivistik.
Post-positivistik sebagai suatu aliran dalam teori perencanaan menekankan
konteks sosial dan politik dalam konsepsinya. Pemikiran ini mencakup kolaboratif, post-
modern, dan pendekatan neo-pragmatisme. Post-positivistik mengenyampingkan
perbedaan antara substantif dan prosedural dan gap antara teori dan praktis, lebih pada
penafsiran teori perencanaan yang konsisten sebagai gagasan yang dapat diatur dan
diaplikasikan pada suatu daerah, baik nasional, sub nasional, dan lokal atau pada tatanan
skala supra nasional. Teori perencanaan ini dinilai lebih bisa mengatasi permasalahan dan
mencapai tujuan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang ada. Berbeda dengan teori
perencanaan generasi pertama (rasional-komprehensif), teori perencanaan post-
positivistik mengandalkan proses verivikasi dalam merespon sebuah temuan hasil
pengamatan.
Di Indonesia, perencanaan generasi kedua post-positivistik ini digunakan dalam
rencana pembangunan seperti Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), rencana
teknis, rencana operasional, dan sebagainya. Dimana dalam proses penyusunan Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tersebut diawali dengan pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) dari tingkat kelurahan sampai tingkat
kabupaten/kota sebagai upaya untuk mendapatkan ide dan gagasan dari masyarakat dari
level terendah. Banyaknya masukan, ide, dan gagasan tersebut juga sebagai bagian dari
metode triangulasi tadi yang menekankan pada proses berulang yang melibatkan banyak
metode, data, dan keterlibatan banyak pihak. Selain itu, Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD) ini juga sebagai upaya untuk membagi atau membuat pembabakan dalam
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah karena banyak dan
1
kompleksnya masalah dan arahan yang ingin dicapai dalam lima tahun periode
kepemimpinan kepala daerah.
2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan kajian terhadap perencanaan generasi
kedua yaitu perencanaan post-positivistik dan menjelaskan contoh implementasi
perencanaan post-positivistik di Indonesia.
2
Perencanaan Inkremental merupakan kritik terhadap perencanaan rasional
komprehensif yang dipandang kurang realistis dalam penerapannya. Tujuan perencanaan
menurut teori ini adalah untuk mencapai tujuan perencanaan secara parsial dan kemudian
mengulang kembali tahapan perencanaan bila kondisi dan aspirasi berubah, dan bila
akurasi prediksi meningkat. Jadi berbeda dengan rational planning sebelumnya,
perencanaan dalam teori ini tidak menggunakan perspektif jangka panjang. Pencapaian
kesepakatan kebijakan lebih penting dibanding kesepakatan rangkaian tindakan dan
tahapan, perubahan secara bertahap lebih baik dari pada kesalahan jangka panjang. Tugas
perencana adalah menyederhanakan analisis dan proses pengambilan keputusan,
misalnya melalui pembatasan komparasi kebijakan hanya pada kebijakan yang berbeda
dari kebijakan status quo. Dalam tulisannya, Lindblom (1959), mendeskripsikan
perencana sebagai administrator dan pengambil keputusan kebijakan. Aktor-aktor lainnya
yang memainkan peranan penting adalah analis kebijakan yang berperan sebagai
penasehat, tenaga ahli eksternal dan konsultan, kemudian warga, anggota parlemen, dan
administrasi publik dari instansi. Dalam teori ini, pembangunan konsensus dan koordinasi
sangat penting, kemudian perencanaan cenderung bersifat fragmatis dan terkadang
mengabaikan pertimbangan jangka panjang.
Perencanaan inkremental adalah teori perencanaan yang ingin mencapai tujuan
perencanaan secara parsial dan kemudian mengulang kembali tahapan perencanaan bila
kondisi dan aspirasi berubah, dan bila akurasi prediksi meningkat (Prawiranegara, 1997).
Berikut karakteristik perencanaan inkremental:
Tujuan dan sasaran perencanaan bersifat praktis-pragmatis
Tujuan dan sasaran perencanaan seringkali terukur dan mudah untuk dievaluasi
Memandang suatu bagian rencana sebagai bagian yang berdiri sendiri
Bersifat terperinci (detail) dan teknis
Jangka waktu perencanaan relatif pendek
Menggunakan pendekatan trial by error
4. Contoh Implementasi
Implementasi dari teori perencanaan generasi kedua: perencanaan post-
positivistik adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) (dalam kajian ini
difokuskan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banjarnegara
tahun 2019). Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2019 mengacu pada pedoman penyusunan yang terdapat di dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2018 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2019. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) ini
perlu disusun karena berkaitan dengan susunan prioritas pembangunan yang ingin dicapai
dalam satu tahun anggaran dan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Sistem perencanaan pembangunan daerah yang ada di Indonesia terdapat berbagai
produk perencanaan yang saling berkaitan, salah satunya adalah Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan produk rencana tahunan yang dimaksudkan
3
sebagai arahan prioritas pembangunan tiap tahunnya dalam rangka mencapai tujuan
perencanaan yang ingin dicapai di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD). Adanya Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) juga
dimaksudkan membagi atau membuat pembabakan dalam susunan prioritas
pembangunan yang ingin dicapai dalam dalam lima tahun periode kepemimpinan kepala
daerah. Pembagian prioritas tersebut sangatlah penting karena berkaitan dengan
keterbatasan waktu dan anggaran pembangunan, apabila rencana pembangunan tersebut
ingin dicapai secara serentak. Selain itu, kompleksnya masalah dan solusi pemecahan
masalah tersebut juga membutuhkan pembagian prioritas agar lebih mudah diukur
ketercapaiannya.
Karakteristik perencanaan generasi kedua: post-positivistik yang dinilai sesuai
dengan karakteristik perencanaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yaitu
keterlibatan banyak pihak, penggunaan berbagai metode, data, dan teori dalam
penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dinilai sesuai dengan
metodoologi dalam perencanaan generasi kedua yang menggunakan metode triangulasi
yaitu penggunaan bermacam-macam metode, sumber data, peneliti, dan teori. Kemudian
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang bermuatan prioritas pembangunan
dalam satu tahun anggaran dinilai sesuai dengan karakteristik perencanaan generasi kedua
yang menekankan kepada tujuan-tujuan jangka pendek, fokus pada masalah yang
dianggap penting. Kemudian Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang disusun
setiap tahunnya dinilai sesuai dengan karakteristik perencanaan generasi kedua yang
menyatakan bahwa tujuan perencanaan akan dirumuskan kembali apabila suatu tujuan
telah selesai atau mengalami perubahan.
Selain itu, di dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD)
yang melibatkan masyarakat salah satunya melalui kegiatan musyawarah perencanaan
pembangunan (musrenbang) dinilai sesuai dengan paradigma perencanaan generasi
kedua yang coba menyeimbangkan peran perencana dan peran masyarakat. Adanya
kegiatan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) juga merupakan upaya
untuk mewujudkan hubungan antara perencana dengan realitas (keadaan/perilaku
manusia) yang menjadi objek perencanaannya.
5. Kesimpulan
Teori Perencanaan Generasi Kedua atau dapat disebut teori perencanaan model
post-positivistik. Teori ini berkembang akibat respon dari teori perencanaan sebelumnya
(rasional-komprehensif) yang hanya menekankan pada beberapa aspek saja dan terkesan
tidak dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Seiring dengan perkembangannya,
teori ini mengkaji sebuah fenomena untuk mengatahui informasi yang lengkap dan valid
yang dilakukan dengan verifikasi data. Oleh karena itu, teori perencanaan generasi kedua
ini dinilai memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menganalisa sebuah fenomena.
Dengan menggunakan teori perencanaan ini data yang diperoleh dinilai lebih valid
sehingga dalam merencanakan sebuah tindakan dapat sesuai dengan kebutuhan objek
perencanaan.
4
Kelebihan teori perencanaan ini mampu memberikan informasi yang
sesungguhnya dalam sebuah kejadian di suatu daerah. Dengan informasi yang lengkap
dan akurat ini selain untuk menutupi kekurangan teori perencanaan generasi pertama juga
dapat menjadi bahan perencanaan yang strategis dan sesuai dengan kebutuhan pada objek
penelitian/perencanaan. Sedangkan kekurangan teori perencanaan generasi kedua ini
masih melibatkan masyarakat hanya sebatas sebagai informan saja. Untuk mendukung
keberlanjtuan sebuah pelaksanaan pembangunan diperlukan kerjasama dengan
masyarakat agar turut membantu memelihara lingkungan dan mendukung pembangunan.
Maka dapat disimpulkan,
6. Daftar Pustaka
Allmendinger, P. (2002). Towards a post-positivist typology of planning theory. Planning
Theory, 1(1), 77–99. https://doi.org/10.1177/147309520200100105
CRPLAN 2110 (2017) ‘Planning Theory’, Creating Innovative Cities and Regions.
Hostovsky, C. (2006) ‘The Paradox of the Rational Comprehensive Model of Planning
Tales from Waste Management Planning in Ontario , Canada’, pp. 382–395. doi:
10.1177/0739456X05282831.
Masik, A. (2005) ‘Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan’, Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol.16/No. 3, 16(3), pp. 1–23.
Prawiranegara, M. (1997). Pemahaman Dasar Tentang Hukum dan Administrasi
Perencanaan Wilayah dan Kota. Hukum Dan Administrasi Perencanaan, 1–72.
Priyani, R. et al. (2007) ‘Pluralitas Dalam Teori Perencanaan’, 18(3), pp. 23–39.
Schonwandt, W. (2008) Planning in Crisis? Theoretical Orientations for Architecture
and Planning.