Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelahiran prematur didefinisikan sehingga pelahiran bayi dengan usia kandungan
kurangdari 37 minggu.kelahiran prematur akhir, atau pelahiran bayi antara usia kehamilan
34 dan 36 minggu, terhitung sekitar 8,9% dari seluruh pelahiran prematurda angka ini
mengalami peningkatan sebesar 15% dalam 10 tahun terakhir saja. Kelahiran sangat
prematur didefinisikan sebagai pelahiran bayi sebelum usia kehamilan tepat 32 minggu (
besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ). Definisi ini kadang kala digunakan
untuk tujuan penilitian meliputi kontraksi yang terjadi antara usia kehamilan 20 dan 36
minggu sebanyak empat kali kontraksi dalam 20menit disertai sedikitnya satu kejadian
berikut Perubahan serviks sepanjang waktu, dilatasi sebesar 2 cm atau lebih,( besty
b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
Faktor risiko terkiat persalinan prematuritas risiko demografi, usia ibu kurang lebih
20 atau lebih kurang 35 tahun, status sosial ekonomi rendah, tidak menikah, tingkat
pendidikan rendah.Risiko medis kehamilan terdahulu, kehamilan prematuritas sebelumnya,
berat badan kurang sebelum kehamilan jika dibanding tinggi badan, pembedahan atau
abnormalitas uterus atau serviks, gangguan medis kronis, seperti diabetes, hipertensi atau
penyakit jantung. Faktor risiko terkiat persalinan prematuritas ,( besty b.kennedy, donna jean
ruth, e. Jean martin 2013 ).

B. Rumusan masalah
1. Definisi premature?
2. Patofisiologi persalinan premature?
3. Pengkajian Risiko Persalinan Premature?
4. Skrining untuk resiko persalinan premature?
5. Tanda dan gejala persalinan prematur?
6. Manajemen pada ibu yang berisiko mengalami persalinan premature?
7. Pertimbangan mengenai perilaku ibu hamil dalam mencari perawatan kesehatan?
8. Panduan pengkajian dan intervensi?

1
C. Tujuan
1. Menjelaskan Definisi premature
2. Menjelaskan Patofisiologi persalinan premature
3. Menjelaskan Pengkajian Risiko Persalinan Premature
4. Menjelaskan Skrining untuk resiko persalinan premature
5. Menjelaskan Tanda dan gejala persalinan prematur
6. Menjelaskan Manajemen pada ibu yang berisiko mengalami persalinan premature
7. Menjelaskan Pertimbangan mengenai perilaku ibu hamil dalam mencari perawatan
kesehatan
8. Menjelaskan Panduan pengkajian dan intervensi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Premature
Kelahiran prematur didefinisikan sehingga pelahiran bayi dengan usia kandungan
kurang dari 37 minggu.kelahiran prematur akhir, atau pelahiran bayi antara usia kehamilan
34 dan 36 minggu, terhitung sekitar 8,9% dari seluruh pelahiran prematurda angka ini
mengalami peningkatan sebesar 15% dalam 10 tahun terakhir saja. Kelahiran sangat
prematur didefinisikan sebagai pelahiran bayi sebelum usia kehamilan tepat 32 minggu (
besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
Angka kelahiran prematur pada ras kaukasia adalah 11.3% dan angka kelahiran
prematur pada ras hispanik adalah 11.8%. angka kelahiran prematur pada ras asli amerika
adalah 13,4%. Kelahiran prematur pada ras asia merupakan yang terendah, yaitu 10.5%.
Terdapat 3 jenis kelahiran prematur( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin
2013).
 Kelahiran prematur yang diindikasikan secara medis karena alasan terkait ibu atau
janin
 Kelahiran prematur karena ketuban pecah dini kurang bulan
 Kelahiran prematur karena persalinan prematur spontan
Bagian ini membahas tentang persalinan prematur spontan, yang bertanggung jawab
terhadap sekitar 50% kelahiran prematur. Persalinan prematur spontan biasanya
didefinisikan sebagai kontraksi uterus teratur yang terjadi pada usia kehamilan antara 20
dan 37 minggu yang disertai satu atau lebih kejadian berikut ( besty b.kennedy, donna jean
ruth, e. Jean martin 2013 ).
1. Perubahan serviks yang progresif (perubahan dilatasi atau penipisan serviks
dideteksi melalui pemerisaan berkala).
2. Dilatasi serviks sebesar 2cm atau lebih.
3. Penipisan serviks sebesar sebesar 80% atau lebih.
Definisi ini kadang kala digunakan untuk tujuan penilitian meliputi kontraksi yang
terjadi antara usia kehamilan 20 dan 36 minggu sebanyak empat kali kontraksi dalam
20menit disertai sedikitnya satu kejadian berikut. ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean
martin 2013 ).

3
1. Perubahan serviks sepanjang waktu
2. Dilatasi sebesar 2 cm atau lebih

B. Patofisiologi Persalinan Prematur


Untuk menemukan pemeriksaan diagnostik tersebut, patofisiologi persalinan prematur dan
faktor yang terkait harus diperiksa dan dipahami dengan lebih baik. Beberapa kombinasi alur
fisiologi ini cenderung menjadi penyebab utama pelahiran dini ( besty b.kennedy, donna jean
ruth, e. Jean martin 2013 ) :
1. Inflamasi dan infeksi
Infeksi dan inflamasi berhubungan dengan respon sitokin ibu atau janin, yang pada
gilirannya menghasilkan prostaglandin dan dapat menstimulasi perusakan ketuban janin.
Prostaglandin merupakan komponen penting pada proses persalinan. Masih belum jelas
tepatnya bagaimana infeksi dan inflamasi secara khusus dapat menyebabkan pelahiran
prematur, proses infeksi sangat berkaitan dengan pelahiran prematur, khususnya
pelahiran sangat prematur ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
2. Stres ibu atau janin
Penelitian tidak secara konsisten menunjukkan hubungan antara stres, peningkatan kadar
CDH ( Corticotropin-releasing hormone ) prematur ( besty b.kennedy, donna jean ruth,
e. Jean martin 2013 ).
3. Hemoragi atau abrupsio desidua
Produksi trombin ini mendorong pematangan serviks kontaksi uterus, dan perusakan
ketuban yang menyebabkan ketuban pecah dini.
4. Peregangan uterus mekanis
Peregangan uterus yang abnormal dapat menstimulasi produksi prostaglandin dengan
demikian menciptkan kontraksi ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013
).

C. Pengkajian Risiko Persalinan Prematur


Program pencegahan kelahiran prematur berdasarkan pada pengkajian risiko yang
dirancang untuk mengindentifikasi ibu yang berisiko mengalami persalinan prematur, dengan
intervensi khusus yang bertujuan mengurangi faktor risiko yang terindentifikasi. Pada
kebanyakan kasus, penyebab persalinan prematur berhubungan dengan berbagai faktor yang
saling memngaruhi terkait sosioekonomi, riwayat klinis, dan faktor biologis serta perilaku (
besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
4
Faktor risiko terkiat persalinan prematuritas .

a. Risiko Demografis
1. Usia ibu kurang lebih 20 atau lebih kurang 35 tahun.
2. Status sosial ekonomi rendah.
3. Tidak menikah.
4. Tingkat pendidikan rendah.
b. Risiko medis kehamilan terdahulu
1. Kehamilan prematuritas sebelumnya.
2. Berat badan kurang sebelum kehamilan jika dibanding tinggi badan.
3. Pembedahan atau abnormalitas uterus atau serviks.
4. Gangguan medis kronis, seperti diabetes, hipertensi atau penyakit jantung.
c. Risiko medis pada kehamilan sekarang
1. Kehamilan kembar.
2. Kenaikan berat badan yang buruk.
3. Perdarahan trimester pertama atau kedua.
4. Masalah plasenta seperti previa atau abrupsio.
5. Hipertensi kronis atau akibat kehamilan.
6. Kelainan janin.
7. Ketuban pecah dini.
d. Risiko lingkungan/perilaku/psikososial
1. Merokok.
2. Penyalahgunaan alkohol atau zat lain.
3. Status nutrisi.
4. Tempat tinggal.
5. Kekerasan dalam rumah tangga.
6. Aktivitas pekerjaan yang membuat stress.
7. Asuhan prenatal yang kurang atau tidak adekuat.

Faktor risiko tunggal terbesar pada persalinan prematur adalah riwayat persalinan
prematur terdahulu ( Besty b.kennedy, Donna jean ruth, E. Jean martin 2013 ).

5
D. Skrining untuk resiko persalinan premature
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko mengalami lahir
prematur meliputi pengkajian serviks, ultrasonografi transvagina, pemeriksaan penanda
biokimia, dan pemantauan aktivitas uterus di rumah ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e.
Jean martin 2013 ).
1. Pengkajian serviks Pengkajian digital dilatasi serviks yang rutin saja belum terbukti
menjadi alat skrining yang efektif untuk mendeteksi ibu yang beresiko tinggi mengalami
lahir prematur.
2. Ultrasonografi transvagina Pengukuran panjang serviks dengan ultrasonografi
transvagina dapat menjadi alat yang bermanfaat untuk memprediksi persalinan prematur.
Akan tetapi, terdapat batasan pada ultrasonografi transvagina. Akurasi pengukuran
bergantung pada ultrasonografer; faktor seperti distensi kandung kemih dan posisi ibu
dapat memengaruhi pengukuran.
3. Penanda biokimia Penanda biokimia yang secara akurat mengidentifikasi ibu yang benar
benar beresiko mengalami kelahiran prematur, akan memberikan informasi pelengkap
yang membantu klinisi menghindarivterapi yang tidak perlu dan mahal bagi pasien yang
meskipun mengalami kontraksi, akan mengalami pelahiran cukup bulan. fFN(fetal
fibronectin) merupakan satu-satunya penanda biokimia yang memiliki nilaiprediksi
paling tepat untuk pelahiran prematur, yang memungkinkannya untuk memandu
intervensi klinis ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
Walaupun pengumpulan cairan untuk uji fFN sangat mudah, terdapat beberapa
kontraindikasi:
 Periksa dalam selama 24 jam terakhir
 Dilatasi serviks lebih dari 3 cm
 Pecah ketuban
 Seklase serviks (operasi minor dengan menjahit serviks)
 Perdarahan pervagina atau plasenta prevasia
 Hubyangan seksual dalam 24 jam terakhir
4. Semua temuan tersebut dapat menyebabkan hasil positif palsu. Karena alasan ini, riwayat
yang menyeluruh harus diperoleh dari pasien dan uji fFN harus dilakukan sebelum
periksa dalam ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
Pemantauan aktivitas uterus di rumah Peran pemantauan aktivitas uterus dirumah dalam
mencegah kelahiran prematur telah menjadi kontroversi. Penelitian terbaru menunjukan

6
tidak ada bukti manfaat pada ibu, janin, atau bayi baru lahir dari penggunaan pemantauan
aktivitas uterus di rumah ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).

E. Tanda dan gejala persalinan prematur

Ibu hamil harus diberi edukasi untuk mengenali gejala berikut.

1. Kontraksi uterus: kontraksi uterus yang sering terjadi setiap 10 menit atau kurang
(lebih dari lima kali dalam satu jam), dapat mengidentifikasi persalinan prematur.
Kontraksi persalinan prematur sering kali tidak terasa nyeri dan dapat digambarkan
sebagai pengencang uterus atau sebagai pergerakan bayi yang tidak beraturan.
2. Kram seperti saat haid: kram pada bagian bawah abdomen atau paha atas ini dapat
terjadi secara konstan atau intermiten.
3. Nyeri tumpul pada punggung bagian bawah: nyeri punggung saat kehamilan
bukanlah sesuatu yang tidak umum, tetapi nyeri punggung bagian bawah yang tidak
mereda dengan istirahat atau perubahan posisi harus diperiksa. Nyeri terasa
“menggeroti” atau berdenyut dibawah garis pinggang, yang dapat terjadi intermiten atau
konstan, dan dapat menyebarke bagian depan abdomen.
4. Tekanan panggul: banyak ibu ,menggambarkan tekanan ini sebagai rasa berat pada
abdomen bawah, panggul, punggung atau paha, yang terasa seakan-akan bayi
mendorong turun. Kondisi ini sering kali merupakan tekanan panggul yang ritmis dan
tidak mereda dengan istirahat.
5. Kram abdomen: kram usus disertai atau tanpa diare, terkadang digambarkan sebagai
nyeri gas dapat berhubungan dengan persalinan prematur.
6. Peningkatan atau perubahan rabas vagina: rabas berwarna putih atau susu
merupakan hal yang normal saat kehamilan. akan tetapi, peningkatan atau perubahan
rabas yang tiba-tiba, baik berupa mukus, berair atau disertai bercak darah, dapat
berhubungan dengan persalinan prematur( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean
martin 2013 ).
7.
F. Manajemen pada ibu yang berisiko mengalami persalinan premature
Jika pasie hamil menghubungi dengan gejala yang dimulai saat ibu atif secara
fisik dan gejala telah terjadi selama kurang dari 1 jam, ia harus diintruksikan untuk melakukan
hal hal berikut ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).
 Mengkosongkan kantung kemih
7
 Beristirahat dengan berbaring miring kiri dan kanan
 Minum cairan (2 sampai 3 gelas minuman non kafein, seperti air dan jus)
 Palpasi untuk memeriksa kontraksi uterus
 Hubungi kembali dalam 1 jam jika gejala menetap atau jika gejala berulang dengan
dimulainya aktivitas normal
 Hubungi kembali segera jika terdapat :
1. Kebocoran cairan bening dari vagina, seperti cairan amnion
2. Kontraksi yang sering dan kuat (tiap 5 menit atau kurang)
3. Perubahan rabas vagina
4. Perdaraha per vagina

G. Pertimbangan mengenai perilaku ibu hamil dalam mencari perawatan kesehatan


Proes ini sering kali menunda penanganan gejala yang dialami ibu.
1. Ibu mengumpulkan data dan mencari informasidengan membandingkan dugaannya
sendiri dan pada kondisi ini ia akan sering kali berupaya untuk menganggap gejala yang
ialaminya adalah “normal”.
2. Ibu membandingkan apa yang ia rasaka dengan pengalaman wanita lainnya (misalnya,
ibu, kakak perempuan, teman).
3 Ibu mengatasi sendiri gejala yag ia alami slama ia mampu. Ibu jarang
menginterpretasikan sensasi sebagai persalinan premature, tetapi mereka berfikir bahwa
mereka “bekerja trlalu keras” , “mengalami kelelahan yang sangat”,”menjelang flu”,
atau “punggung yang tegang” ( besty b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).

H. Panduan pengkajian dan intervensi


 pengkajian
 Riwayat kesehatan
 Riwayat reproduksi
 Perjalanan klinis prenatal kehamilan ini dapat kan rekam medis jika mungkin .
 Penentuan usia janin yang sebenarnya, berdasarkan hari pertama haid terakhir (PHPT),
sonogram awal, pngukuran tinggi fundus, tanggal quickening, dan tanggal denyut
jantung janin terdengar pertama kali.
 Parameter klinis obstetri yang rutin
 Pengkajian tanda / gejala persalinan prematur.

8
 Intervensi keperawatan dan penyedia layanan
 Tiring baring, posisi miring untuk mencapai perfusi plasenta yang maksimum
 Hidrasi, orang atau intravena
 Kultur urine dan serviks
 Obati adanya infeksi yang diketahui seperti vaginosis bacterial
 Pantau tanda tanda vital ibu
 Pantau kondisi janin menggunakan pemantau denyut jantung janin eksternal
 Pantau pola kontraksi. Gunakan system pemantauan eksternal untuk mencatat
frekuensi dan kualitas kontraksi uterus. Intensitas kontraksi harus dikaji dengan
palpasi
 Pemeriksaan serviks dasar, harus dilakukan lembut dengan manipulasi minimal pada
serviks.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kelahiran prematur didefinisikan sehingga pelahiran bayi dengan usia kandungan kurang
dari 37 minggu.kelahiran prematur akhir, atau pelahiran bayi antara usia kehamilan 34 dan 36
minggu, terhitung sekitar 8,9% dari seluruh pelahiran prematurda angka ini mengalami
peningkatan sebesar 15% dalam 10 tahun terakhir saja. Kelahiran sangat prematur
didefinisikan sebagai pelahiran bayi sebelum usia kehamilan tepat 32 minggu ( besty
b.kennedy, donna jean ruth, e. Jean martin 2013 ).

10
DAFTAR PUSTAKA

Besty B.Kennedy, Donna Jean Ruth, E. Jean Martin. 2013. Modul Majamen Intrapartum.
Jakarta. EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai