ABSTRACT
Taxes are a financial source for state revenues, so that the tax authorities as the tax collector must
perform outreach to tax payers and improve tax compliance. This study aims to determine the effect
of the self-assessment system and the information system of taxation on tax payer compliance. The
analysis tool used regression analysis to examine the effect of independent variables on the dependent
variable. The result of research that the self-assessment system and the information system of taxation
positive effect on tax compliance. The study is expected to contributed positively both to the tax office
and can be used as a reference for further research.
Keywords: self-assessment system, the information system of taxation, and tax compliance
ABSTRAK
Pajak adalah sumber keuangan untuk penerimaan negara, sehingga otoritas pajak sebagai pemungut
pajak harus melakukan penjangkauan ke wajib pajak dan memperbaiki kepatuhan pajak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem self-assessment dan sistem informasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi untuk menguji
pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen. Hasil penelitian bahwa sistem self-assessment
dan sistem informasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif baik terhadap kantor pajak maupun dapat dijadikan
referensi untuk penelitian lebih lanjut.
Kata kunci: sistem asesmen diri, sistem informasi perpajakan, dan kepatuhan pajak
31
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
tahun 2007 menunjukkan jumlah Wajib Pajak memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
badan hanya 1,35 juta dan Wajib Pajak orang penerimaan negara. Penelitian tentang
pribadi hanya 5,14 juta. Jumlah ini terlampau kepatuhan Wajib Pajak memang sudah banyak
kecil bila dibandingkan dengan usia produktif dilakukan, tetapi yang dikaitkan dengan self
di Indonesia yang mencapai 170 juta. Untuk assessment system masih sedikit. Oleh karena
tahun 2011 terdapat 67% dari empat juta itu sangat perlu dilakukan penelitian terhadap
pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan hal ini.
SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain Motivasi Penelitian adalah Memberikan
diduga karena mereka kecewa terhadap kontribusi kepada lembaga pelayanan pajak
pelayanan yang diberikan petugas pajak. mengenai kepatuhan wajib pajak dalam
(Darmin Nasution: 2011) membayar pajak. Bagi masyarakat umum,
Menurut Setiaji dan Hidayat (2005), tax penulis berharap publikasi tulisan ini dapat
ratio sendiri merupakan perbandingan antara berguna untuk penelitian selanjutnya. Bagi
jumlah penerimaan pajak dibandingkan penelitian selanjutnya dapat menambah ilmu
dengan Produk Domestik Bruto (PDB) suatu yang berkaitan dengan perpajakan dan
negara. Rasio itu dipergunakan untuk menilai sebagai referensi penelitian yang relevan.
tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh Tujuan Penelitian adalah untuk
masyarakat dalam suatu negara. Tahun 2009 memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
tax ratio Indoensia hanya 11,9% yang self assessment system terhadap kepatuhan
kemudian meningkat menjadi 12% di tahun wajib pajak. Kedua, Memperoleh bukti
2010. Negara maju yang merupakan anggota empiris mengenai pengaruh sistem informasi
Organization for Economic Cooperation and perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Development (OECD) memiliki rata-rata ratio Ketigaa, memperoleh bukti empiris mengenai
di atas 30% bahkan Swedia mencapai 53%. pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
Oleh sebab itu, perlu bagi Indonesia untuk wajib pajak.
meningkatkan lagi tax ratio dengan
meningkatkan penerimaan pajak.
Penelitian Forest dan Sheffrin (2002) KAJIAN LITERATUR
menganalisis apakah sistem pajak yang
sederhana meningkatkan kenyamanan dan Self Assessment System
kepatuhan Wajib Pajak. Ia menemukan bahwa
sistem pajak Amerika Serikat yang sederhana Self assessment system adalah suatu
bukan pencegahan yang tepat untuk tindakan sistem pemungutan pajak yang memberi
penghindaran pajak dan tidak meningkatkan wewenang kepada Wajib Pajak untuk
kepatuhan Wajib Pajak. Fallan (1999) menguji menentukan sendiri besarnya pajak yang
apakah perbedaan gender dalam perubahan terutang. Ciri-cirinya:1). Wewenang untuk
pajak positif antara pengetahuan Wajib Pajak menentukan besarnya pajak terutang ada pada
dengan kepatuhan Wajib Pajak. Wajib Pajak sendiri. 2). Wajib Pajak aktif,
Carnes dan Englebrecht (1994) mulai dari menghitung, menyetor dan
menemukan bahwa ketika sanksi meningkat melaporkan sendiri pajak yang terutang. 3).
kepatuhan meningkat pula. Ia juga Fiskus tidak ikut campur dan hanya
menemukan ketika persepsi Wajib Pajak mengawasi.
meningkat, kepatuhan juga meningkat. Alm et Masalah yang dihadapi KPP bahwa
al. (1993) melakukan studi eksperimental guna wajib pajak sudah membayar pajak, tetapi
menentukan determinan-determinan kepatuhan masih timbul kebingungan para Wajib Pajak
wajib pajak. Ia menemukan bahwa pelaporan dalam mematuhi kewajiban perpajakannya,
Wajib Pajak meningkat seiring dengan wajib pajak sering tidak menyampaikan SPT
semakin besarnya probabilitas audit dan sanksi tepat waktu.
atas ketidakpatuhan. Kepatuhan akan lebih
besar pula ketika Wajib Pajak mendapat Sistem Informasi Perpajakan
insentif atas pembayaran tersebut. Karena
kebijakan perpajakan dalam hal ini sistem Dalam rangka akurasi data, kecepatan
pemungutan perpajakan self assessment system dan memperlancar pekerjaan, Direktorat
32
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
33
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Pelayanan fiskus diteliti melalui tiga sesuai dengan ketentuan teknis dari UU
dimensi yaitu: 1) Kualitas Sumber Daya perpajakan.
Manusia, kualitas fiskus sangat menentukan di
dalam efektivitas pelaksanaan peraturan Selain itu, Nurmantu (dalam Yunita,
perundang-undangan di bidang perpajakan. 2007) membedakan kepatuhan menjadi dua
Bila dikaitkan dengan optimalisasi target macam, yaitu:
penerimaan pajak, maka fiskus haruslah 1. Kepatuhan Formal, kepatuhan formal
orang yang berkompeten di bidang perpajakan, adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memiliki kecakapan teknis dan bermoral memenuhi kewajiban perpajakan secara
tinggi. 2) Ketentuan Perpajakan, dengan formal sesuai dengan ketentuan dalam
perkembangan yang terjadi baik Undang-Undang perpajakan. Misalnya,
perekonomian, perdagangan internasional, batas waktu penyampaian Surat
teknologi informasi maupun aspek lainnya, Pemberitahuan (SPT) tahunan.
untuk penyesuaiannya telah dilakukan 2. Kepatuhan Material, kepatuhan material
amandemen terhadap Undang-Undang merupakan suatu keadaan dimana Wajib
Perpajakan. Amandemen yang dilakukan Pajak secara substansi atau hakikat
seirama dengan faktor internal dan faktor memenuhi semua ketentuan material
ekstenal yang mempengaruhi dan dipengaruhi. perpajakan yakni sesuai isi dan ketentuan
Ketentuan perpajakan harus dibuat sebaik dalam Undang-Undang perpajakan. Jadi
meungkin agar dapat dimengerti, diaplikasikan Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan
oleh Wajib Pajak dan memiliki dampak yang material dalam mengisi SPT adalah Wajib
baik setelah diterbitkan. Pajak yang mengisi dengan jujur, baik dan
benar SPT tersebut sesuai dengan ketentuan
Kepatuhan Wajib Pajak dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan
pajak (KPP) sebelum batas waktu.
Para ahli menyatakan, kepatuhan adalah Tax evasion merupakan suatu fenomena
perilaku untuk mengerjakan atau tidak yang sangat sulit untuk diamati dan diteliti.
mengerjakan aktivitas tertentu sesuai dengan Sulitnya pengamatan ini tidak terlepas dari
kaidah dan aturan yang berlaku. Apabila sulitnya mengontrol dan memverifikasi
Wajib Pajak telah mampu memahami perilaku dari Wajib Pajak. Sebagai ilustrasi,
peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku ketika menerima sebuah penghasilan
serta mengerti akan arti dan fungsi pajak,
/pendapatan, Wajib Pajak harus memilih satu
maka untuk membayar pajak akan terealisasi
dari dua pilihan berikut. Pertama, melaporkan
dengan perbuatan aktif, yaitu membayar pajak
pada waktunya dan pada jumlah terutang (tax actual income-nya sebagai pendapatan kena
disciplinary). Jadi bisa disimpulkan, kepatuhan pajak (PKP). Kedua, Melaporkan PKP yang
Wajib Pajak adalah perilaku Wajib Pajak lebih rendah daripada actual income.
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya Komalasari dan Nashih (2005) melakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. penelitian yang berupaya menguji hubungan
Komalasari (2005) menyatakan ketika antara tarif pajak dan kepatuhan Wajib Pajak
berbicara tentang kepatuhan (compliance), dan bagaimana hubungan tersebut dipengaruhi
terlebih dahulu perlu diketahui tentang apa oleh jenis income (endowed income vs earned
yang harus diukur, apakah evasion, avoidance, income). Hasil penelitian ini menunjukkan
compliance atau non compliance. Compliance bahwa ketika Wajib Pajak menerima endowed
bisa dikategorikan dalam 2 hal: income, tidak terdapat perbedaan tingkat
1. Administrative compliance, merupakan
kepatuhan Wajib Pajak baik dalam kondisi
bentuk kepatuhan terhadap aturan-aturan
administratif seperti pengajuan pembayaran yang berlaku tinggi maupun rendah. Alm
yang tepat waktu. et.al. (1993) dalam penelitiannya yang
2. Technical compliance, merupakan berjudul, “Estimating The Determinants of
kepatuhan Wajib Pajak terhadap teknis Taxpayer Compliance with Experimental
pembayaran pajak, misalnya pajak dihitung Data” melakukan estimasi respon individual
terhadap pajak dan sanksi. Ia melakukan studi
34
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
35
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
36
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
Tabel 1
Data Demografi Responden
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
37
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Self Assessment System
______________________________________________________________________
Pernyataan r hitung Sig Kesimpulan
________________________________________________________________________
1 0,657 0,000 Valid
2 0,512 0,000 Valid
3 0,752 0,000 Valid
4 0,563 0,000 Valid
5 0,785 0,000 Valid
6 0,733 0,000 Valid
________________________________________________________________________
Sumber : pengolahan data
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Sistem Informasi Perpajakan
________________________________________________________________________
Pernyataan r hitung Sig Kesimpulan
________________________________________________________________________
1 0,542 0,000 Valid
2 0,674 0,000 Valid
3 0,724 0,000 Valid
4 0,611 0,000 Valid
5 0,578 0,000 Valid
________________________________________________________________________
Sumber : pengolahan data
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak
________________________________________________________________________
Pernyataan r hitung Sig Kesimpulan
________________________________________________________________________
1 0,768 0,000 Valid
2 0,679 0,000 Valid
3 0,561 0,000 Valid
4 0,588 0,000 Valid
5 0,736 0,000 Valid
6 0,755 0,000 Valid
________________________________________________________________________
Sumber : pengolahan data
38
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
Reliabilitas dapat dilihat dengan cara merupakan reliabilitas rendah, 0,39 < alpha <
konsistensi internal yang diketahui dari 0,89 merupakan reliabilitas sedang dan 0,90 <
koefisien Alpha Cronbach (Hair, 2002 dikutip alpha < 1,00 merupakan reliabilitas tinggi.
dari Santoso, 2008). Danin (1997 dikutip dari Hasil uji reliabiltas dapat dilihat sebagai
Santoso, 2008) memberikan patokan kasar berikut:
untuk mengukur reliabilitas yaitu alpha < 0,39
Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Hasil uji reliabilitas terhadap seluruh item Uji normalitas dipakai untuk menguji data
pernyataan menunjukkan koefisien alpha variabel dependen dan variabel independen
masing-masing variabel memiliki tingkat mempunyai distribusi accrual atau tidak.
treliabiltas sedang. Hal ini menunjukkan Model regresi yang baik mensyaratkan data
bahwa kuesioner yang digunakan mampu setiap variabel yang dimasukkan dalam model
menggali informasi yang diharapkan sebagai berdistribusi data normal atau mendekati
ukuran persepsi responden terhadap self normal (Gujarati, 1998). Pengujian terhadap
assessment system, sistem informasi normalitas data dapat dilakukan melalui uji
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak. Kolmogorov- Smirnov (K-S) satu arah dengan
melihat probabilitas nilai Z, apabila
Uji Asumsi Klasik probabilitas nilai Z lebih besar dari 5 persen
maka data terdistribusi dengan normal. Hasil
Uji Normalitas Data pengolahan data untuk uji normalitas dapat
dilihat pada tabel 5.7 sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas, One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Y Residual
N 128 127
Normal Parametersa Mean 54.02 .0719340
Std. Deviation 6.636 .45323551
Most Extreme Absolute .165 .110
Differences Positive .165 .107
Negative -.113 -.110
Kolmogorov-Smirnov Z 1.872 1.236
Asymp. Sig. (2-tailed) .002 .094
Sumber : Pengolahan data
39
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
linier antar variabel bebas. Apabila sebagian Inflation Factor (VIF). Apabila nilai
atau keseluruhan variabel-variabel bebas Tolerance di bawah 0,1 dan VIF lebih dari 10
berkorelasi kuat berarti terjadi gejala maka varaibel-variabel bebas dalam model
multikolinearitas. Bila korelasi berderajat memiliki masalah multikolinearitas. Hasil
rendah maka multikolinearitas yang terjadi pengujian data dapat dilihat pada tabel sebagai
tidak mempengaruhi model regresi. Untuk berikut:
mengetahui ada tidaknya multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance
Tabel 8
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
40
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
Pada gambar scatter plot tidak 1) Jika 0<d<dl, maka terjadi autokorelasi
menunjukkan pola atau bentuk tertentu dan positif
data menyebar acak di atas dan di bawah 2) Jika dl<d<du, maka tidak ada
angka nol pada sumbu ordinat, sehingga kepastian apakah terjadi autokorelasi
dinyatakan tidak terjadi gejala atau tidak (ragu-ragu).
heteroskedastisitas. 3) Jika 4-dl<d<4, maka terjadi
autokorelasi negatif
Uji Autokorelasi 4) Jika 4-du<d<4-dl, maka tidak ada
kepastian apakah terjadi autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan sebagai atau tidak (ragu-ragu).
korelasi yang terjadi antara anggota-anggota 5) Jika du<d<4-du, maka tidak terjadi
dari serangkaian observasi yang terletak autokorelasi baik positif atau negatif.
berderetan secara series dalam bentuk waktu Bila nilai DW, lebih besar dari batas atas (du)
(untuk time series) atau korelasi antara tempat dan kurang dari 4-du, maka dapat dinyatakan
yang berdekatan (cross-sectional). tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2005).
Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu Tabel 9
sama lain (Ghozali, 2005). Masalah ini timbul Uji Autokorelasi
karena residual (kesalahan pengganggu) tidak Model du < d hitung Keterangan
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Penelitian < 4-du
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi Persamaan 1.847 < 2.031 Bebas
dalam suatu model regresi dilakukan regresi < 2.153 Autokorelasi
pengujian terhadap nilai Durbin-Watson (DW
Test). Nilai DW yang didapat dari hasil SPSS Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil
akan kita bandingkan dengan nilai DW tabel Analisis
(batas lebih tinggi (upper bond atau du) dan
batas lebih rendah (lower bond atau dl), Hasil pengujian hipotesis dengan analisis
dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, regresi berganda dapat dilihat pada tabel
jumlah sampel (n), dan jumlah variabel sebagai berikut:
independen. Kriteria pengujiannya adalah
sebagai berikut:
Tabel 10
Hasil Analisis Regresi
Unstandardized
Model Coefficients
B Std.Error t-hitung Signifikansi
(Constant) -.362 .748 -.484 .629
X1 1.007 .015 67.018 .000
X2 1.388 .148 9.348 .000
___________________________________________________________________________
R2 = 0.993
Adj R2 = 0.992
F = 974.801
Sig.F = 0.000*
Keterangan: * = Signifikansi pada α = 0.05%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian hipotesis pada tabel 10 0,000) terhadap kepatuhan wajib pajak.. Nilai
menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan signifikansi F sebesar 0,000 yaitu nilai F <
95%, signifikansi secara statistik (p-value 0,05 berarti terdapat pengaruh yang signifikan
41
JRAK, Volume 13, No 1 Februari 2017
antara variabel independen secara bersama- penelitian ini relatif sedikit, yaitu 130
sama terhadap variabel dependen. Hasil R2 responden. Wilayah penelitian sempit karena
sebesar 0,993 menunjukkan bahwa 99% penelitian ini hanya meliputi kota Surakarta
kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh Beberapa pertimbangan yang perlu
pelayanan fiskus yang baik dengan asas self diperhatikan dalam mengembangkan dan
assessment system dan didukung sistem memperluas penelitian selanjutanya, meliputi:
informasi perpajakan. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbang-
kan untuk menambah jumlah sampel dan
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN menambah lokasi penelitian.
SARAN Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai
Berdasarkan hasil pengujian dan berikut: hasil penelitian ini dapat menambah
analisis penelitian ini, maka dapat disimpulkan referensi bagi perkembangan dunia akademik
bahwa asas self assessment system dan sistem khususnya yang berkaitan dengan perpajakan.
informasi perpajakan berpengaruh positif Penelitian ini membantu fiskus dalam
terhadap kepatuhan wajib pajak. memperbaiki mekanisme pelayanan pajak
Penelitian ini memiliki beberapa sehingga meningkatkan kepatuhan wajib
keterbatasan yang harus diperhatikan dalam pajak.
menginterpretasikan hasil analisis diatas, yaitu
jumlah sampel yang digunakan dalam
Besim, Mustafa and Glenn P.Jenskins. 2005. Komalasari, T. Puput dan Nashih. 2005
Tax Compliance When Do Employees Degree of Tax Payer Compliance and Tax
Behave Like The Self-Employed? Tariff The Testing on The Impact of
Applied Economics. 1201. Income Types. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. 544
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima
Perpajakan. Jakarta : Rineka Cipta. Nisa, Hanantun. 2002. Hubungan antara
Carnes, A. Gregory and Ted D. Tingkat Pendidikan Wajib Pajak dan
Englebrecht. 1994. An Investigation of Efektifitas Layanan Informasi Perpajakan
the Effect of Detection Risk Perceptions, Terhadap Sikap Ketaatan Wajib Pajak
Penalty Sanctions, and Income Visibility dalam Membayar Pajak di Kecamatan
an Tax Compliance. Journal of the Kepon, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
American Taxation Association. 17(1):26- Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas
41. Muhammadiyah Surakarta.
Direktorat Jenderal Pajak, 2007. Undang- Santoso, Singgih. 2008. Panduan Lengkap
Undang Republik Indonesia Nomor 28 menguasai SPSS 16.0. Jakarta: PT Elex
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Media. Komputindo.
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
42
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM..………………………………………..…...……(Satyawati & Cahjono )
Setiaji, Gunawan dan Hidayat Amir. 2005. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for
Evaluasi Kinerja Sistem Perpajakan Business: “ Metodologi Penelitian untuk
Indonesia. Jurnal Ekonomi Universitas Bisnis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Esa Unggul. Edisi November 2005.
Waluyo. 2006. Perpajakan Indonesia. Edisi 6.
Jakarta: Salemba Empat.
43