Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya sastra sudah diciptakan orang jauh sebelum orang memikirkan apa
hakikat sastra dan apa nilai serta makna yang terkandung dalam sastra. Sebaliknya,
penelitian terhadap sastra baru dimulai sesudah orang bertanya apa dan dimana nilai
dan makna karya sastra yang dihadapinya. Biasanya mereka berusaha menjawab
pertanyaan tersebut berdasarkan apa hakikat sastra. Sastra sebagai ungkapan Baku dari
apa yang disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang dialami orang tentang
kehidupan, apa yang telah dipermenungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi
kehidupan yang menarik minat secara langsung.
Sastra melayu klasik sebenarnya merupakan karya sastra indonesia yang
dihasilkan antara tahun 1870 sampai dengan tahun 1942, yang pada waktu itu
berkembang dilingkungan masyarakat sumatera seperti "minangkabau,langkat,
tapanuli dan daerah sumatera lainnya", orang tionghoa dan masyarakat indo-eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair,
hikayat dan terjemahan novel barat. Sastra tersebut disebut sebagai sastra melayu
klasik karena sastra tersebut berkembang di daerah melayu pada masa sebelum dan
sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balai pustaka.
Catatan tertulis yang pertama kali ditemukan menggunakan bahasa Melayu
Kuno yang kabarnya berasal dari abad ke-7 Masehi, bahkan sastra tersebut tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan
wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan
aksara Pallawa. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis lainnya bermunculan di berbagai
tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

Sastra klasik, sastra lama, atau sastra tradisional adalah karya sastra yang
tercipta dan berkembang sebelum masuknya unsur-unsur modernisme ke dalam sastra
itu. Karya sastra Melayu klasik terikat oleh aturan-aturan yang sifatnya konvensional.
Hal ini dapat kita lihat pada puisi. Puisi-puisi klasik, seperti pantun dan syair, terikat
oleh aturan suku kata, aturan bunyi, dan jumlah baris. Demikian pula pada karya-karya
2

prosanya. Ragam bahasa yang digunakan dalam karya sastra Melayu klasik belum
banyak dipengaruhi bahasa asing (eropa). Bahasa Melayu merupakan media pengantar
yang paling dominan. Oleh sebab itu maka perlu kiranya membahas “Sastra-Sastra
Melayu”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sastra melayu?
2. Apa ciri-ciri sastra melayu?
3. Apa saja macam-macam sastra melayu?
4. Apa saja unsur instrinsik sastra melayu?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian sastra melayu
2. Untuk mengetahui ciri-ciri sastra melayu
3. Untuk mengetahui macam-macam sastra melayu
4. Untuk mengetahui unsur instrinsik sastra melayu
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Melayu


Sastra merupakan tulisan dalam arti yang luas. Umumnya sastra berupa teks
rekaan, baik puisi maupun prosa yang nilainya tergantung pada kedalaman pikiran dan
ekspresi jiwa. Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu,
sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti
catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang dan sebagainya.
Sastra dalam arti khusus yang kita gunakan dalam konteks kebudayaan, adalah
ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai hasil budaya
dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan gagasannya
melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya.
Dalam perkembangan berikut kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan
“su” sehingga menjadi susastra, yang diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan
indah. sastra adalah segala ungkapan yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan
maupun tertulis. Dalam hal ini pengertian "sastra" diambil dalam arti yang luas, yang
tidak terbatas pada susastra.
Dalam konteks kesenian,kesustraan adalah salah satu bentuk atau cabang
kesenian,yang menggunakan media bahasa sebagai alat pengungkapan gagasan dan
perasaan senimannya, sehingga sastra juga disamakan dengan cabang seni lain seperti
seni tari,seni lukis, dan sebagainya.
Masa sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu berkembang
begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang mengembangkan sastra
Melayu. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari abad ke-7
Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di
bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah.
Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan
di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad
ke-18.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra melayu adalah hasil
budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
4

gagasannya melalui bahasa melayu yang lahir dari perasaan dan pemikirannya bisa
berbentuk lisan maupun tulisan.

B. Ciri-Ciri Sastra Melayu


Sastra melayu lama sering juga disebut sastra melayu klasik, sastra melayu kuno
atau sastra melayu purba. Yang digolongkan karya sastra melayu lama adalah karya
sastra yang muncul sejak masa purba sampaai tahun 1920an. Contohnya antara lain
sejarah melayu, taman raja-raja dan hikayat hangtuah. Berikut merupakan ciri sastra
melayu lama yaitu:
1. Statis, maksudnya terikat dalam aturan-aturan yang ketat.
2. Milik bersama karena tidak diketahui pengarangnya (anonym).
3. Isi berkisar seputar kerajaan.
4. Banyak menggunakan kata-kata klise misalnya konon atau sebermula.
5. Disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut.
6. Banyak dipengaruhi budaya melayu dan arab
7. Berbahasa melayu kuno
8. Berisi ajaran hidup atau didaktis
9. Bersifat khayalan misalnya ada manusia bisa berubah wujud.

C. Macam-macam Sastra Melayu


1. Gurindam
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris
kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris
pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan
jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Contoh :
Pabila banyak mencela orang
Itulah tanda dirinya kurang
Dengan ibu hendaknya hormat
Supaya badan dapat selamat
5

2. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah,
cerita, dongeng maupun sejarah. Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya
cerita. Hikayat adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi
sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk akal,
penuh keajaiban.
Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi hikayat sebagai jenis prosa
cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan orang-orang
ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian,
keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang mirip cerita sejarah atau berbentu
riwayat hidup.
Salah satu contoh hikayat sastra Melayu klasik yang akan dipublikasikan pada
tulisan ini adalah hikayat tentang Hang Tuah, yaitu sebuah karya sastra Melayu yang
paling tersohor dan bercerita tetnang Hang Tuah dalam kemakmuran Kesultanan
Malaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang amat termasyur.

3. Karmina
Karmina atau dikenal dengan nama pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari
dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola
sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan
secara langsung. Contoh : Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak ingin
Tuan tak hendak, kami tak ingin

4. Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris,
jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi). Ciri-ciri pantun yaitu:
1). Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait/kuplet
2). Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata (umumnya
10 suku kata).
6

3). Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan). Baitu pertama yang
umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut.
4). Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau abc-abc atau abcd-
abcd atau aa-aa).
5). Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait
antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya
datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi :
a. Pantun anak-anak teridiri dari pantun bersuka cita dan pantun berduka cita
b. Pantun muda terdiri dari pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun
perceraian, pantun beriba hati, dan pantun dagang
c. Pantun tua terdiri dari pantun nasehat, pantun adat, pantun agama. Contoh:
Ubi kayu rendah batangnya
Daun direbus isi makan
Orang berilmu rendah hatinya
Bisa dipegang jadi harapan
d. Pantun jenaka dan Pantun teka-teki

5. Seloka
Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun
perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis
empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka
yang ditulis lebih dari empat baris.
7

1). Contoh seloka 4 baris:


anak pak dolah makan lepat,
makan lepat sambil melompat,
nak hantar kad raya dah tak sempat,
pakai sms pun ok wat ?

2). Contoh seloka lebih dari 4 baris:


Baik budi emak si Randang
Dagang lalu ditanakkan
Tiada berkayu rumah diruntuhkan
Anak pulang kelaparan
Anak dipangku diletakkan
Kera dihutan disusui

6. Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul
setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait,
berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya
mengutamakan isi. Ciri-ciri syair yaitu :
1). Terdiri dari empat baris
2). Tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
3). Persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
4). Tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
5). Terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
6). Biasanya berisi cerita atau berita.
Contoh :
Diriku lemah anggota layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah Kakanda berpulang dahulu
8

7. Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri dari empat, enam, delapan atau
sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran
dan isi. Jika talibun itu enam baris maka tiga baris pertama merupakan sampiran,
sedangkan tiga baris berikutnya merupakan isi. Berirama abc-abc, abcd-abcd, abcde-
abcde, dan seterusnya. Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke pekan
Yuk beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu.

D. Unsur Instrinsik Sastra Melayu


Bentuk cerita lama atau klasik adalah hikayat, dongeng, legenda, epos, silsilah,
fabel, parabel, dan cerita rakyat berbeda dengan karya sastra modern, berikut unsur-
unsur intrinsik karya sastra meliputi:

1. Tema
Tema yaitu pokok pikiran yang menjadi jiwa dan dasar cerita. Tema dibedakan
menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor.
a. Tema mayor: tema yang merupakan pusat pikiran cerita.
b. Tema minor: tema yang merupakan rincian atau bagian dari tema mayor yang
biasanya dapat dirumuskan dari setiap kejadian dalam cerita.

2. Alur atau plot


Alur atau plot yaitu rangkaian peristiwa yang dibuat dan dijalin dengan teliti
untuk membentuk suatu cerita dalam hubungan sebab akibat. Secara garis besar, alur
dibedakan menjadi alur maju dan alur mundur.
9

3. Latar cerita/setting
Latar / Setting yaitu sesuatu yang melingkupi pelaku atau kejadian-kejadian
dalam cerita. Latar cerita mencakup:
a. latar waktu (siang, dahulu kala, tahun 1945, dan sebagainya);
b. latar tempat (di sekolah, di kantor, di suatu kota, di laut, dan sebagainya);
c. latar suasana/situasi (sedih, gembira, lengang, sepi, gaduh, dan sebagainya);
d. latar alat (cangkul, pulpen, televisi, tali, dan sebagainya).

4. Penokohan
Penokohan yaitu penentuan dan penciptaan citra/image (biasanya berupa
gambaran watak atau sifat) pelaku atau tokoh dalam cerita.

5. Sudut pandang/point of view


Sudut Pandang yaitu cara pandang pengarang dalam menceritakan suatu cerita.
Ada beberapa sudut pandang.
a. Diaan-author observer: pengarang menggunakan orang ketiga (dia). Pengarang
seolah-olah tidak mengetahui jalan pikiran pelaku.
b. Diaan-author omniscient: pengarang menggunakan orang ketiga (dia). Pengarang
seolah-olah mengetahui dan mengatur jalan pikiran pelaku.
c. Akuan-author participant: pengarang menggunakan orang pertama (aku).
d. Campuran: pengarang menggunakan teknik campuran antara teknik a, b, dan c.

6. Gaya bahasa pengarang (style)


Gaya bahasa yaitu cara pengarang untuk menggunakan bahasa dalam
menyajikan pikiran dan perasaannya dalam cerita (ciri khas pengarang).

7. Amanat (message)
Amanat yaitu gagasan yang mendasari cerita sekaligus pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca.
10

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sastra melayu adalah hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya
manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa melayu yang lahir dari
perasaan dan pemikirannya bisa berbentuk lisan maupun tulisan.
Ciri-ciri sastra melayu lama yaitu: Statis, anonym, isi berkisar seputar kerajaan,
banyak menggunakan kata-kata klise misalnya konon atau sebermula, disampaikan
secara lisan dari mulut ke mulut, banyak dipengaruhi budaya melayu dan arab,
berbahasa melayu kuno, berisi ajaran hidup atau didaktis, bersifat khayalan. Macam-
macam sastra melayu yaitu : gurindam, hikayat, karmina, pantun, seloka syair dan
talibun.

B. Saran
Akhirnya selesailah makalah yang berjudul Sastra-Sastra Melayu ini dengan
tampilan yang sederhana. Dengan adanya malakah ini, penulis mengharapkan agar
yang membacanya dapat memperoleh pengetahauan baru tentang sastra melayu dan
dapat melestarikan sastra-sastra melayu.
11

DAFTAR PUSTAKA

Foulcher, Keith, Sastra Indonesia Modern Kritik Postkolonial, (Jakarta: Obor


Indonesia, 2008)

Kusmayadi, Ismail, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Grafindo Media, 2006)

Kosasih, Engkos, Cerdas Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006)

Nurcholis, Hanif, Saya Senang Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2006)

Untoro, Joko, Buku Pintar Pelajaran, (Jakarta: Wahyu Media, 2010)

Winarsih, Sumi, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA 2009, (Jakarta: Grasindo,
2009)

http://melayuonline.com

http://inspirasi-wahanapendidikan.blogspot.com/2011/11/sastra-melayu-klasik-sastra-
indonesia.html

http://rifaljohnnyjuhary.blogspot.com/2013/03/pengertian-karya-sastra-melayu-

Anda mungkin juga menyukai