Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Bacterial vaginosis (BV) adalah penyebab tersering timbulnya duh vagina
yang abnormal pada wanita yang reproduktif. Gejala ini ditandai dengan
perubahan populasi flora normal Lactobacillus dan terjadi pertumbuhan bakteri
anaerob di vagina yang disebabkan hilangnya pH normal vagina. Istilah BV
sendiri disetujui pada tahun 1983 menggantikan istilah sebelumnya yaitu
Gardnerella Vaginitis (Hay P., 2002).
2.2 Etiologi
Beberapa literatur telah dikemukakan oleh para ahli, ditemukannya bakteri
pada duh vagina yaitu Gardnerella vaginalis dan bakteri - bakteri anaerob lainnya
menjadi penyebab BV(Roman and Pernoll, 2003).
Lactobacillus yang merupakan flora normal dominan pada vagina
digantikan oleh Gardnerella vaginalis dan kuman - kuman anaerob, yaitu
Peptostreptococcus, basil Gram negatif anaerob, Mobiluncus dan Mycoplasma
hominis yang tumbuh berlebihan (Linda O, Eckert MD, 2006).
Gambar 1. Pewarnaan gram dari swab vagina wanita dengan flora normal. Sel epitel dan intinya
dapat terlihat jelas. Bakteri batang gram positif adalah bentuk dari Lactobacillus (Hay P., 2002).
Gambar 2. Pewarnaan gram dari swab vagina wanita BV. Ada banyak bakteri berukuran kecil.
Beberapa merupakan bakteri gram positif dan sebagian gram negatif. Bentuk batang yang agak
melengkung khas pada Mobiluncus mulieris. Clue cell tidak terlihat pada gambar ini (Hay P.,
2002).
2.3 Patofisiologi
2.5 Diagnosis
Gambar 4. Gambar Clue Cell dari Pengecatan Salin (Amsel R. dkk., 1983)
Terdapat juga kriteria lain yang dapat membantu, yaitu Kriteria Nugent
atau juga dikenal sebagai skor Nugent merupakan metode diagnosis infeksi BV
dengan pendekatan berdasarkan jumlah bakteri yang ada pada sekret vagina.
Kriteria Nugent merupakan modifikasi dari metode Spiegel dalam penghitungan
jumlah kuman pada preparat basah sekret vagina (Nugent, Krohn, dan Hillier,
1991).
Kriteria Nugent dinilai dengan adanya gambaran Lactobacillus,
Gardnerella vaginalis dan Mobiluncus spp. (skor dari 0 sampai 4 tergantung pada
ada atau tidaknya pada preparat). Kuman batang Gram negatif/Gram variable
kecil (Garnerella vaginalis) jika lebih dari 30 bakteri per lapangan minyak imersi
(oif) diberi skor 4; 6-30 bakteri per oif diberi skor 3; 1-5 bakteri per oif diberi skor
2; kurang dari 1 per oif diberi skor 1; dan jika tidak ada diberi skor 0. Kuman
batang Gram-positif besar (Lactobacillus) skor terbalik, jika tidak ditemukan
kuman tersebut pada preparat diberi skor 4; kurang dari 1 per oif diberi skor 3; 1-5
per oif diberi skor 2; 6-30 per oif diberi skor 1; dan lebih dari 30 per oif diberi
skor 0. Kuman batang Gram berlekuk-variabel (Mobiluncus sp.) , jika terdapat
lima atau lebih bakteri diberi skor 2 , kurang dari 5 diberi skor 1 , dan jika tidak
adanya bakteri diberi skor 0. Semua skor dijumlahkan hingga nantinya
menghasilkan nilai akhir dari 0 sampai 7 atau lebih. Kriteria untuk infeksi BV
adalah nilai 7 atau lebih tinggi; skor 4-6 dianggap sebagai intermediate, dan skor
0-3 dianggap normal (Nugent, Krohn, dan Hillier, 1991).
2.6 Penatalaksanaan
Antibiotik yang terpilih untuk mengobati BV adalah golongan antibiotik
yang dapat menghambat aktivitas bakteri anaerob. Metronidazole dan klindamisin
adalah pilihan antibiotik untuk BV. Secara teori, antibiotik yang tidak aktif
melawan flora normal Lactobacilus (misalnya metronidazole) dapat menyebabkan
peningkatan flora normal vagina dibandingkan dengan Klindamisin yang dapat
melawan pertumbuhan flora normal vagina. Namun, klindamisin memiliki
kemampuan yang lebih kuat dalam melawan bakteri-bakteri M hominis,
Mobiluncus spp dan G vaginalis dibandingkan metronidazole. Pengobatan standar
BV adalah pemberian metronidazole 400 mg peroral 2 kali sehari selama 5 hari.
Alternatifnya adalah metronidazole 2 gram dosis tunggal. Angka kesembuhan
metronidazole sampai 95 % namun setelah 2 minggu menurun menjadi 80%.
Pilihan pengobatan topikal juga cukup baik misalnya krim klindamisin 2% atau
gel metronidazole 0,75% intravagina. Pengobatan topikal memang lebih mahal
namun memiliki efikasi yang sama dengan pemberian oral. Pengobatan topikal ini
dapat dipertimbangkan pemberiannya pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan sistemik (Hay P., 2002).
2.7. Komplikasi