Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi memiliki peran penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan
manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada
energi. Pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan dapat
menimbulkan masalah krisis energi. Penggunaan sumber energi seperti bahan bakar
yang berasal dari bahan baku fosil merupakan bahan bakar yang tidak mudah didaur
ulang dan membutuhkan proses yang lama untuk menghasilkan bahan bakar tersebut
(Aldi, Nurniswati et al, 2017). Oleh karena itu, perlu adanya sumber energi alternatif
baru yang dapat diperbarui. Salah satu teknologi energi yang sesuai dengan
persyaratan tersebut adalah teknologi biogas.
Biogas sangat potensial sebagai sumber energy terbarukan karena kandungan
methane (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi. CH4 sendiri
mempunyai nilai kalor 50 MJ/kg. Methane (CH4) yang memiliki satu karbon dalam
setiap rantainya, dapat menghasilkan pembakaran yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan bahan bakar berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah
CO2 yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek adalah
lebih sedikit.( Suyitno, 2012)
Biogas dapat diproduksi dari bahan organic dengan bantuan bakteri untuk proses
fermentasi anaerobnya. Pada umumnya hamper semua jenis bahan organic dapat
diolah menjadi biogas. Untuk biogas sederhana, bahan organic yang paling banyak
digunakan di Indonesia adalah dari kotoran dan urine hewan. Beberapa bahan lain
yang digunakan adalah dari kotoran manusia, sampah bio (organik), dan sisa proses
pembuatan tahu. (M. Nizam, 2013)
Jenis-jenis bahan organic yang diproses termasuk beberapa contoh di atas sangat
mempengaruhi kualitas biogas yang dihasilkan. Pemilihan bahan biogas dapat
ditentukan dari perbandingan kadar C (karbon) dan N (nitrogen) dalam bahan
tersebut. Bahan organic yang umumnya mampu menghasilkan kualitas biogas yang
tinggi mempunyai rasio C/N sekitar 20-30 (Sasse, 1988) atau 20-25 (Dennis A.,
2001)
Menurut M. Nizam komposisi dan produktivitas system biogas dipengaruhi oleh
parameter-parameter seperti temperature digester, ph (tingkat keasaman),tekanan, dan
kelembaban udara. Komponen biogas yang paling penting adalah metana (CH4).
Biogas berbeda dengan gas alam dan gas kota. Beberapa perbedaan sifat dari biogas,
gas kota, dan gas alam. Biogas mempunyai nilai kalor sedang dan besarnya sangat
tergantung dari kandungan CH4 dalam biogas. Massa jenis biogas sedikit lebih tinggi
dari massa jenis udara. Jika dibakar, biogas mempunyai kecepatan maksimum yang
rendah, yaitu sekitar 0,25 m/s.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis menulis tugas yang
berjudul “ Teknologi Pemanfaatan Biogas dalam Mengurangi Ketergantungan Di
Bidang Energi”.

1.2.Rumusan Masalah

Tulisan ini dibuat oleh karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan
begitu banyaknya manfaat biogas yang di hasilkan oleh limbah pertanian ataupun
peternakan serta pemanfaatan teknologi modern dalam pengolahannya.

1.3.Tujuan

Penulisan ini bertujuan untuk memberi tahu kita akan berbagai manfaat biogas
dalam kehidupan sehari-hari serta cara dan teknologi dalam pengolahan biogas,
sehingga dapat ketergantuan terhadap energy yang tak terbaharukan.

1.4.Manfaat

Di harapkan dengan penulisan tugas ini dapat mengetahui cara pembuatan biogas
dan teknologi yang yang digunakan dalam proses pembuatanya sehingga dapat
penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat membuat biogas sehingga
dapat mengurangi ketergantunga terhadap energy.
II. Tinjauan Pustaka

2.1. Biogas

Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh bakteri apabila bahan organic
mengalami proses fermentasi dalam reactor (biodigester) dalam kondisi anaerob
(tanpa udara). Reaktor yang dipergunakan untuk menghasilkan biogas umumnya
disebut digester atau biodigester, karena di tempat inilah bakteri tumbuh dengan
mencerna bahan-bahan organik. Untuk menghasilkan biogas dalam jumlah dan
kualitas tertentu, maka digester perlu diatur suhu, kelembaban, dan tingkat keasaman
supaya bakteri dapat berkembang dengan baik. Biogas sendiri merupakan gabungan
dari gas metana(CH4),gas CO2 dan gas lainnya.(Suyitno, 2012)
Biogas sangat potensial sebagai sumber energy terbarukan karena kandungan
methane (CH4) yang tinggi dan nilai kalornya yang cukup tinggi. CH4 sendiri
mempunyai nilai kalor 50 MJ/kg. Methane (CH4) yang memiliki satu karbon dalam
setiap rantainya, dapat menghasilkan pembakaran yang lebih ramah lingkungan
dibandingkan bahan bakar berantai karbon panjang. Hal ini disebabkan karena jumlah
CO2 yang dihasilkan selama pembakaran bahan bakar berantai karbon pendek adalah
lebih sedikit.( Suyitno, 2012)

2.2.Komposisi Biogas

Komposisi dan produktivitas system biogas dipengaruhi oleh parameter-


parameter seperti temperature digester, ph (tingkat keasaman), tekanan, dan
kelembaban udara. Komponen biogas yang paling penting adalah metana (CH4).
Tabel 1 adalah gambaran komposisi biogas dari Horikawa tahun 2004 dimana biogas
tersusun dari 81,1% CH4.( Horikawa, 2004)
Gas Digester Sludge Sistem Anaerob (%
volume)
CH4 81,1%
CO2 14,0%
H2S 2,2%
N2 + O 2 2,7%

Namun demikian, pendapat mengenai komposisi biogas di bawah ini lebih


banyak dijadikan acuan oleh beberapa peneliti. Biogas umumnya terdiri dari:
1. Methane, CH4 = 55-75%.
2. Carbon dioxide, CO2 = 25-45%.
3. Carbon monoxide, CO = 0-0,3%.
4. Nitrogen, N2 = 1-5%.
5. Hydrogen, H2 = 0-3%.
6. Hydrogen sulfide, H2S = 0,1-0,5%.
7. Oxygen, O2 = sisanya
Biogas berbeda dengan gas alam dan gas kota. Beberapa perbedaan sifat dari
biogas, gas kota, dan gas alam. Biogas mempunyai nilai kalor sedang dan besarnya
sangat tergantung dari kandungan CH4 dalam biogas. Massa jenis biogas sedikit lebih
tinggi dari massa jenis udara. Jika dibakar, biogas mempunyai kecepatan maksimum
yang rendah, yaitu sekitar 0,25 m/s.(Hadiyanto, 2013)

2.3.Sampah Organik

bahan organik diuraikan menjadi biogas melalui empat tahapan proses meliputi
hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis. Kondisi operasi dalam
proses produksi biogas sangat dipengaruhi oleh temperatur, pH dari sistem dalam
digester, pengadukan, bahan penghambat, konsentrasi substrat, dan luas permukaan
substrat. Komposisi utama biogas hasil produksi secara anaerobik oleh bakteri-bakteri
pengurai meliputi metana, karbon dioksida, uap air, gas nitrogen, gas oksigen, gas
hidrogen, amonia, dan gas (S. Nilai positif yang dapat diambil dari proses konversi
bahan-bahan organik menjadi biogas adalah gas metana sebagai produk utama.(
Khaidir, 2015)

2.4.Proses Pembuatan

2.4.1.Persiapan bahan
Bahan yang digunakan dalam proses ini merupakan bahan organic yang
berasal dari sampah organic misalnya dari buah-buahan dan sayuran hasil sortiran.
Bahan-bahan organik didegradasi menjadi asam-asam organik asam-asam lemah
terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mendegradasi asam- asam tersebut
menjadi gas metana oleh bakteri pembentuk gas metana. Sampah organik ini diberi
beberapa perlakuan agar dapat digunakan dengan mudah pada saat diaplikasikan
sebagai umpan dalam digester seperti yang terlihat pada Gambar 1. Proses persiapan
bahan mulai dari pengecilan ukuran, pengeringan sampai proses penggilingan
menjadi serbuk.

Sampah organik

‐Di Potong kecil kecil

Potongan sampah
organik

‐dijemur di panas matahari selama beberapa hari untuk menurukan


kadar air yang tinggi
‐diove nselama beberapa jam pada suhu 105C sampai kadar air kostan

Potongan sampah organic


kering

Di blender sampai di peroleh bubuk atau serbuk sampah organic

Serbuk sampah organik


2.4.2.Proses produksi biogas
Sampel kering organic dijadikan sebagai umpan dalam digester untuk proses
biogas secara biogas secara anaerobic. Digester dapat terbuat dari bahan stainless
steel ataupun bahan sederhana lainnya seperti botol air mineral. Diagram cara
pembuatan biogas dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah.

Air

‐Diisi kedalam digester sebagai media untuk proses konversi bahan organik
mejadi biogas
-Ditambahkan sejumlah tertentu bahan orgaik
‐Ditambahkan sejumlah kecil kotoran ternak yang masih segar sebagai
sumber bakteri pegurai bahan organik

slurry

-Slurry yang merupakan campuran air,bahan organik, dan mikroorganisme


diaduk sampai merata
-Mulut botol ditutup dengan plastik/bahan karet yang dapat mengembang
atau memungkinkan untuk dilalui oleh gas yang terbentuk-
-Dinkuasi selama beberapa hari

biogas Sisa Proses

Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan Biogas ( cahyari dan putra, 2010)
III. Metodologi Penelitian

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan meliputi: (1) di kalangan peternak sapi:


(a) pertemuan dengan peternak dan beberapa kelompok di sekitarnya untuk
membicarakan langkah pelaksanaan kegiatan; (b) pelatihan pembuatan rancangan
reaktor biogas dan aspek yang perlu dilakukan; (c) pembuatan Demplot Reaktor
Biogas di salah satu peternak sapi yang mendukung pemanfaatan biogas secara
optimal; (d) pembuatan Rancangan Reaktor Biogas pada peternak/kelompok peternak
sapi. (2) Di kalangan kelompok petani salak: (a) pertemuan dengan peserta kelompok
untuk membicarakan langkah pelaksanaan kegiatan; (b) analisis unsur penting, seperti
Nitrogen, Phospor, Kalium pada limbah biogas yang didapat; (c) Demplot
penggunaan limbah biogas pada tanaman salak. Untuk menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi peternak sapi, maka solusi yang dikerjakan melalui program ini adalah
dengan menerapkan Teknologi Reaktor Biogas atau Digester Biogas dan pemanfaatan
limbah biogas. Saat ini teknologi untuk menghasilkan biogas telah banyak
dikembangkan, sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis,
jumlah, dan pengelolaan kotoran ternak. Secara umum terdapat dua teknologi yang
digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama, proses yang sangat umum, yaitu
fermentasi kotoran ternak menggunakan reaktor atau digester yang didesain khusus
dalam kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru dikembangkan, yaitu dengan
menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa harus membuat
digester khusus. Pada program ini, teknologi yang dipilih menggunakan reaktor atau
digester anaerob. Beberapa keuntungan mengapa digester anaerob yang dipilih untuk
digunakan antara lain: a. Keuntungan pengolahan limbah: (i) digester anaerob
merupakan proses pengolahan limbah yang alami; (ii) membutuhkan lahan yang lebih
kecil dibandingkan dengan proses kompos aerob ataupun penumpukan
Pembuatan Biogas sampah; (iii) memperkecil volume atau berat limbah yang
dibuang; (iv) memperkecil rembesan polutan. b. Keuntungan energi: (i) proses
produksi energi bersih; (ii) memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat
diperbaharui; (iii) biogas dapat digunakan untuk berbagai penggunaan. c. Keuntungan
lingkungan: (i) menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara nyata; (ii)
menghilangkan bau; (iii) menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya
nutrisi; (iv) memaksimalkan proses daur ulang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Pembuatan Digester.

Pembuatan digeter yang dilakukan mengacu pada beberapa sumber (Widarto


L 1995; Widarto L,. dan Sudarto C. 1997) dengan beberapa perubahan sesuai
kebutuhan dan lokasi. Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang
berfungsi untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan organik oleh bakteri.
Jenis digester yang digunakan adalah model continuous feeding, di sini pengisian
bahan organiknya dilakukan secara terus-menerus setiap hari. Besarnya digester
disesuaikan dengan banyaknya kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas
yang diinginkan, yaitu berkapasitas 3000 liter. Pada pembuatan digester diperlukan
bahan bangunan seperti pasir, semen, batu koral, batako, besi konstruksi, cat, dan
pipa pralon.

4.2. Proses Pembuatan Biogas


Setelah pengerjaan digester selesai, mulai dilakukan proses pembuatan biogas
dengan langkah sebagai berikut. (a) mencampur kotoran ternak dengan air sampai
terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada bak penampung sementara. Bentuk
lumpur akan mempermudah pemasukan ke dalam digester; (b) mengalirkan lumpur
ke dalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama, kran gas yang
ada di atas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada di dalam
digester terdesak ke luar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi
dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh; (c) membuang gas yang pertama
dihasilkan pada hari kesatu sampai ke-20 karena yang terbentuk adalah gas CO2.
Adapun pada hari ke-21 sampai seterusnya baru terbentuk gas metan (CH4) dan CO2
mulai menurun. Pada komposisi CH4 54 persen dan CO2 27 persen, biogas akan
menyala; (d) pada hari ke-21, gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan
api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-21 ini sudah bisa
menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti
bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran ternak secara terus-
menerus sehingga dihasilkan biogas yang optimal.

V. KESIMPULAN

Dari kegiatan Iptek pada peternak sapi dan petani salak ini dapat disimpulkan
sebagai berikut. Pembuatan digester bagi peternak sapi dapat memecahkan berbagai
permasalahan yang timbul pada lingkungan peternakan, baik masalah lingkungan,
maupun kebutuhan akan energi. Ketersediaan bahan baku atau kotoran sapi baik
jumlah maupun kelangsungan pengisiannya, sangat menentukan keberhasilan biogas
yang dihasilkan. Rancangan teknis dalam pembuatan instalasi biogas perlu
diperhitungkan, misalnya ketinggian dan banyaknya belokan, karena akan
menentukan lancarnya aliran biogas. Limbah biogas dapat dipergunakan sebagai
pupuk organik pada pertanaman salak, dengan pemberian yang dilakukan secara
periodik.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Rahadi, Angga Dheta Sirajjudin Aji, Rahmat Hidayat.,2012. “Penerapan
Teknologi Biogas Dalam Mereduksi Pencemaran Limbah Kotoran Sapi Dengan
Konsep Infilter (Integrasi Food, Feed, Fuel, And Fertilizer) Di Desa Garung
Kabupaten Lamongan”. Artikel Ilmiah Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Brawijaya
Untoro Budi Surono., 2013. “Pembuatan Biogas Dari Limbah Sapi dan Pemanfaatan
Limbah Biogas Sebagai Pupuj Organik ”. Artikel Ilmiah Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra Yogyakarta.
Suyitno., 2012. “Biogas Kombinasi Ampas Tebu-Kotoran Sapi Sebagai Upaya
Konversi Energi Terbarukan ”. Artikel Ilmiah Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik.
M. Nizam., 2015. “Teknologi Produksi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif
Berbahan Baku Sampah Organik”. Artikel Ilmiah Program Studi Teknik Kimia,
Fakultas Teknik.
Khaidir., 2015. “Pemanfaatan Teknologi Biogas sebagai Sumber Bahan Bakar
Alternatif di Sekitar Wilayah Operasional PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih
Field”. Artikel Ilmiah Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Malikussaleh Lhokseumawe

Anda mungkin juga menyukai