Anda di halaman 1dari 71

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN GEL GIGI YANG MENGANDUNG EKSTRAK

DAUN JAMBU BIJ (Psidium guajava L) DENGAN Na CMC SEBAGAI


GELLING AGENT

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Farmasi.

Oleh
Dea Arditia Rahman
NIM: 105102003360

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/ 2009 M
Lembar Pernyataan

Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar


hasil karya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai skripsi
atau karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga
pendidikan manapun.

Penulis
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaah, terucap puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang tak
henti-hentinya memberikan nikmat kepada kita semua hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta salam,
semoga selalu tercurah kepada “the real idol” baginda Nabi Muhammad SAW,
teladan terbaik sepanjang zaman, model manusia beriman yang layak jadi panutan
dalam setiap peran. Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di hari
pengadilan kelak.
Tentunya penyusunan skripsi ini tidak mudah dibuat, banyak pihak yang
sangat penting dalam proses tersusunnya skripsi ini. Oleh karenanya, penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak (Paturohman) dan ibunda (Yayah Hardianti) serta seluruh keluarga
besar dirumah yang sudah sangat tak terhitung jasanya kepada penulis dan
telah banyak menyayangi serta mengasihi penulis dengan berbagai bantuan
baik materil maupun immaterial. Jiwa dan raga untuk membesarkan penulis
hingga saat, aku sanga menyayangi kalian.
2. Ibu Nelly Suryani M.Si, Apt dan bapak Yardi M.Si, Apt yang telah banyak
memberi bimbingan dan arahan serta sabar dan mau meluangkan waktunya
ditengah kesibukan beliau berdua untuk menyelesaikan skripsi ini, mudah-
mudah Allah membalas dengan balasan yang terbaik
3. Dosen-dosen penguji ( ibu Farida Sulistyawati, M.Si, Apt, ibu Azrifitria, M.Si,
Apt, dan ibu Nurmeilis, M.Si, Apt) yang telah banyak memberi masukan dan
penyempurnaan serta dosen-dosen lain baik yang secara langsung maupun
tidak langsung terlibat dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Saudari Mutia Gardena yang sudah menjadi jembatan terlaksananya
penyusunan skripsi ini mulai dari tema hingga proses penelitian
5. Agus Wiryono, Oky Hermansyah, Salman Alfarisii, Arif Romdhon Hakim,
dan Lukky Jayadi yang sudah banyak terlibat dalam proses penelitian selama
ini dan semangat yang telah ditularkan
ii

6. Teman-teman Faramsi UIN Angkatan 2005, semuanya (tidak bias saya


sebutkan satu persatu) yang masing-masing mempunyai peranan penting bagi
penulis, mudah-mudahan ikatan persaudaraan kita dikekalkan hingga akhirat,
amiin
7. Mbak Eris Risenti yang sudah banyak membantu dalam penyediaan alat dan
bahan dan setia menemani proses penelitian penulis di laboratorium.
8. Mbak Pia yang telah membantu dalam proses birokrasi akademi serta seluruh
elemen farmasi UIN yang telah banyak memberi bantuan kepada penulis
9. A.Syahril Baidillah, murobbi dan tempat penulis berdiskusi soal keagamaan,
mudah-mudahan dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah wa
rohmah.
10. Adikku, Gia Ardian Rahman dan Gea Arian Rahman yang telah banyak
memberi pendewasaan dalam hidup penulis, mohon maaf aa belum banyak
bisa menjadi teladan yang baik
Tentunya masih banyak pihak-pihak yang berkaitan dengan penyusunan
skripsi ini yang tidak bisa saya sebut satu persatu tapi mudah-mudahan selalu
dalam keridhoan Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini suatu saat dapat
bermanfaat untuk dunia kesehatan khususnya, dan dunia islam pada umumnya.

Jakarta, 4 November 2009 M


16 Dzulqo’dah 1430 H

Penulis
iii

ABSTRAK

JUDUL : OPTIMASI FORMULA SEDIAAN GEL GIGI YANG


MENGANDUNG EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium
guajava Linn) DENGAN Na CMC SEBAGAI GELLING
AGENT

Telah dilakukan penelitian mengenai optimasi formula sediaan gel gigi


yang mengandung ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) dengan Na CMC
sebagai gelling agent. Berdasarkan data empiris, daun jambu biji (Psidium
guajava L) sering digunakan untuk obat kumur dan dapat mengobati sariawan
bahkan sakit tenggorokan. Data hasil penelitian juga menyebutkan bahwa daun
jambu biji (Psidium guajava L) memiliki kandungan sebgaai antiseptik alami.
Optimasi dilakukan terhadap semua bahan-bahan yang membentuk sediaan gel
gigi ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, Na CMC yang berfungsi sebagai gelling
agent optimal pada konsentrasi 6%, CaCO3 optimal pada konsentrasi 40%, Na
Lauril Sulfat optimal pad konsentrasi 3%, dan kombinasi gliserin-sorbitol optimal
pada konsentrasi 25%-5%. Perbandingan hasil pengujian yang dilakukan terhadap
sediaan gel gigi, dengan hasil pengujian sediaan pasta gigi yang sudah beredar di
pasaran menunjukkan bahwa secara umum sediaan ui hampir mirip dengan
sediaan gel gigi, Namun ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) rentan
teroksidasi cahaya dan udara sehingga secara penyimpanan dan stabilitas, sediaan
tidak bisa bertahan lama.

Kata Kunci: Psidium guajava., Gel gigi, gelling agent


iv

ABSTRACT

TITLE : OPTIMIZATION FORMULA OF TOOTH GEL


CONTAINING LEAF EXTRACT OF GUAVA (Psidium
guajava Linn) WITH Na CMC AS GELLING AGENT

A research about formula’s optimization of tooth gel using Na


CMC as a gelling agent. Based on empirical data, guava leaves (Psidium guajava
L) frequently used as gargle and also can heal sprue even a sore throat. Research
data also mentions that guava leaves contain a natural antiseptic. Optimization
carried out on all the forming materials preparation of this tooth gel. Based on the
result of this research, Na CMC which acts as a gelling agent, optimal at 6% of
concentration, CaCO3 optimal at 40% of concentration, Na Lauril Sulfate optimal
at 3% of concentration, and combination of gliserin-sorbitol optimal at 25%-5%
of concentration. Comparison of test result conducted on the preparation of tooth
gel form, with the test result of tooth gel preparations already circulating in the
market in general showed that the test prepration is almost similar to the dosage
form of a tooth gel, however, guava leaf extract (Psidium guajava L) oxidized
vulnerable to light and air so that the storage and stability, preparations could not
go along way

Key words: Psidium guajava., Tooth gel, gelling agent


v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................... i


Abstrak ................................................................................................. iii
Abstract ................................................................................................ iv
Daftar Isi ............................................................................................... v
Daftar Tabel ........................................................................................ vii
Daftar Gambar .................................................................................... viii
Daftar Lampiran ................................................................................... ix
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 3
1.3. Hipotesis .................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Jambu Biji .................................................................. 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman ........................................................ 5
2.1.2. Nama Daerah ................................................................... 5
2.1.3. Deskripsi Tanaman.......................................................... 6
2.1.4. Kandungan Kimia ........................................................... 6
2.1.5. Khasiat Daun Jambu Biji ................................................ 7
2.2. Ekstraksi .................................................................................... 7
2.3. Gigi .......................................................................................... 10
2.4. Pasta Gigi ................................................................................. 12
2.5. Gel ........................................................................................ 15
2.5.1. Bahan-Bahan Dalam Pembuatan Gel ........................... 16
BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................... 19
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan waktu penelitian ................................................... 20
4.2. Alat dan bahan ......................................................................... 20
4.3. Metode penelitian .................................................................... 21
4.3.1. Determinsi, Penyiapan Simplisia dan Penapisan .......... 21
4.3.2. Pembuatan Ekstrak ........................................................ 24
4.3.3. Optimasi dan penentuan Na CMC................................. 24
4.3.4. Optimasi dan penentuan CaCO3 .................................... 27
4.3.5. Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol ................... 28
4.3.6. Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat ..................... 29
4.4. Formula Optimal Sediaan ........................................................ 30
4.5. Pengukuran dan pengujian hasil formula optimasi .................. 30
4.5.1. Organoleptis .................................................................. 30
4.5.2. Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan..................... 30
4.5.3. Uji Stabilitas .................................................................. 31
4.5.4. Uji pH ............................................................................ 31
4.5.5. Uji Konsistensi .............................................................. 32
vi

4.5.6. Uji Viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm)... 32


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil ........................................................................................ 33
5.1.1. Hasil Determinasi Tanaman .......................................... 33
5.1.2. Hasil Penapisan Fitokimia ............................................. 33
5.1.3. Hasil Optimasi dan penentuan Na CMC ....................... 34
5.1.4. Hasil Optimasi dan penentuan CaCO3 .......................... 34
5.1.5. Hasil Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol .......... 34
5.1.6. Hasil Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat ............ 35
5.1.7. Hasil pengamatan organoleptis dan sediaan optimal .... 35
5.1.8. Hasil Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan ........... 35
5.1.9. Hasil Uji Stabilitas ........................................................ 35
5.1.10. Hasil Uji Stabilitas terhadap pH .................................. 36
5.1.11. Hasil Uji Stabilitas terhadap konsistensi ..................... 36
5.1.12. Hasil Uji Viskositas ..................................................... 36
5.2. Pembahasan ............................................................................. 36
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ...............................................................................42
6.2. Saran 42
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 43
Lampiran ............................................................................................. 45
vii

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Syarat mutu pasta gigi 13
2. Formula Optimasi Na CMC pada gel gigi 25
3. Formula Optimasi CaCO3 pada gel gigi 27
4. Formula Optimasi Gliserin+Sorbitol pada gel gigi 28
5. Formula Optimasi Na Lauril Sulfat pada gel gigi 29
6. Formula Akhir optimasi sediaan gel gigi 30
7. Hasil Penapisan Fitokimia ekstrak kental daun jambu biji 33
8. Hasil optimasi Na CMC 54
9. Hasil penentuan Na CMC 55
10. Hasil optimasi CaCO3 55
11. Hasil penentuan CaCO3 56
12. Hasil Optimasi Gliserin+Sorbitol 56
13. Hasil Optimasi Na Lauril Sulfat 57
14. Hasil Uji Stabilitas 58
15. Hasil Uji Stabilitas Terhadap pH 59
16. Hasil Uji Stabilitas Terhadap Konsistensi 59
17. Hasil Uji Perbandingan viskositasi 59
viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar tanaman jambu biji 7
2. Gambar bagian-bagian gigi 10
3. Perbandingan nilai pH terhadap stabilitas 47
4. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-0 48
5. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-1 48
6. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-2 49
7. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-3 49
8. Gambar perbandingan viskositas sediaan pada pekan ke-4 50
9. Gambar hasil uji konsistensi terhadap stabilitas 50
10. Gambar sediaan formula optimal 51
11. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 450C 52
12. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 550C 52
13. Gambar sediaan pada suhu penyimpanan 270C 53
ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Hasil Uji Determinasi tanaman 45
2. Hasil Uji Susut Pengeringan ekstrak kental daun jambu biji 46
3. Hasil pengujian pH 47
4. Hasil Pengukuran Viskositas 48
5. Hasil Pengujian Konsistensi 50
6. Gambar Sediaan Optimal 51
7. Hasil Uji Stabilitas 52
8. Tabel Hasil Uji 54
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bumi kita memiliki potensi tumbuhan yang sangat besar. terdapat

tidak kurang dari 25.000 spesies tumbuhan berbunga di alamnya berbunga,

sekitar 80%-nya telah digunakan dalam pengobatan(WHO, IUCN dan

WWF. 1993) produk obat-obatan saat ini sangat bergantung kepada hasil-

hasil alam terutama tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu, inovasi dan kreasi

dibidang pengembangan obat-obatan yang berbasis pengobatan berbasis

herbal harus lebih dikembangkan, dengan tidak mengesampingkan mutu

keamanan dan khasiat obat, prospek dunia pengobatan berbasis herbal ini

sangat menjanjikan dan banyak diincar orang.

Salah satu tumbuhan obat yang perlu dikembangkan dan banyak

digunakan sebagai bahan obat adalah daun jambu biji (Psidium guajava L.).

Tumbuhan ini banyak terdapat di Indonesia dan digunakan untuk

pembuatan ramuan obat atau jamu. Daun jambu biji dapat digunakan

sebagai obat kumur untuk sakit gigi, sebagai astringent pada beberapa

sediaan kosmetik, anti diare dan muntah karena kolera, anti spasmodik dan

pemakaian lokal untuk reumatik, anti inflamasi, antipiretik, analgetik, dan

anti bakteri (Iwu, 1993). melirik khasiat-khasiat yang beraneka ragam

tersebut, maka inovasi dari produk yang berasal dari bahan ini dapat ditelaah

sebagai salah satu sediaan kosmetik seperti gel gigi.


2

Dalam dunia kesehatan terutama kesehatan mulut, masalah yang

sering dialami oleh masyarakat pada umumnya adalah keluhan sakit gigi

yang disebabkan karies gigi dan penyakit jaringan pendukung gigi.

Walaupun penyakit ini tidak secara langsung membahayakan jiwa manusia

namun sering kali mengganggu aktivitas manusia. Salah satu cara untuk

menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menggosok gigi dengan

menggunakan pasta gigi.

Sediaan pembersih gigi adalah sediaan semi padat yang efektif

sebagai medium perawatan yang terdiri dari campuran bahan penggosok,

bahan pembersih, dan bahan tambahan agar zat aktif dapat bekerja pada

permukaan gigi dengan efek utamanya yaitu membuat permukaan gigi lebih

resisten terhadap kerusakan oleh bakteri atau jamur di mulut tanpa merusak

gigi maupun membran mukosa mulut. Sediaan pembersih gigi dapat berupa

pasta, gel, pasta dengan lapisan berwarna, serbuk atau cairan. Sediaan dalam

bentuk gel umumnya lebih disukai karena mempunyai penampilan yang

lebih baik. Namun sediaan dalam bentuk pasta ataupun gel, masyarakat

menyebutnya sebagai pasta gigi.

Pada penelitian kali ini, dilakukan optimasi formula gel gigi dengan

penambahan ekstrak daun jambu biji dan Na CMC sebagai gelling agent

pada konsentrasi yang berbeda-beda untuk setiap formula. Hal ini


3

dimaksudkan untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi Na CMC

yang digunakan sebagai gelling agent terhadap stabilitas fisik pasta gigi

ekstrak daun jambu biji,disamping itu, karena penelitian ini baru dilakukan

pertama kalinya, oleh karenanya masing-masing dari setiap rangkaian

formula dilakukan optimasi terhadap komponen-komponen yang lain untuk

mendapatkan formula yang lebih baik dan lebih stabil secara penyimpanan.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat menjadi

sediaan gel gigi yang stabil secara fisik dengan menggunakan Na CMC

sebagai gelling agent?

2. Berapakah konsentrasi Na CMC yang baik digunakan sebagai gelling

agent pada sediaan gel gigi dengan menggunakan ekstrak etanol 70%

daun jambu biji?

3. Pada konsentrasi berapa pula didapatkan formula yang sesuai dan stabil

secara fisik sebagai bahan pembuatan gel gigi dengan menggunakan

ekstrak etanol 70% daun jambu biji?

1.3. Hipotesis

1. Ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat sediaan gel gigi

dengan penambahan Na CMC sebagai gelling agent.

2. Dengan variasi modifikasi konsentrasi, diharapkan dapat ditemukan

konsentrasi optimal dari Na CMC sebagai gelling agent dalam

pembuatan gel gigi ekstrak etanol 70% daun jambu biji.


4

3. Dengan menggunakan metode trial and error, diharapkan dapat

ditemukan formula yang tepat dari masing-masing komponen pembuat

gel gigi ini.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan Konsentrasi optimal dari Na CMC sebagai gelling agent

dalam pembuatan gel gigi dengan menggunakan ekstrak etanol 70%

daun jambu biji

2. Mendapatkan Formula yang optimal dari variasi formula optimasi yang

dilakukan

3. Membuat sediaan gel gigi dari ekstrak daun jambu biji yang berfungsi

sebagai antiseptik yang stabil secara fisik

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai terobosan baru dalam dunia kosmetik khususnya sediaan gigi

yang menggunakan bahan aktif ekstrak daun jambu biji, yang tentunya

minim akan efek samping dan tidak kalah berkhasiat dibandingkan dengan

bahan aktif kimiawi dan juga dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai

rekomendasi bahan aktif yang berkhasiat dan aman digunakan dalam

pembuatan sediaan gigi bagi industri kosmetik Indonesia.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Jambu Biji

Tinjauan mengenai tumbuhan ini meliputi klasifikasi, nama daerah,

deskripsi tanaman, khasiat dan kegunaan serta kandungan kimia

2.1.1 Klasifikasi Tanaman


Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) diklasifikasikan sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

2.1.2 Nama daerah

Sumatra : Glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak),

masiambu (Nias), biawas, jambu biawas, jambu biji, jambu

susu (Melayu)

Kalimantan : Libu, nyibu, (Dayak Busang)


6

Jawa : Jambu klutuk (Sunda), bayawas, jambu krutuk, petokal,

tokal (Jawa), jambu bender, jambu bigi (Madura)

NTB : Sotong (Bali), guawa (Ende), goihawa (Sika), kejawas,

kujawas, kojabas (Timor)

2.1.3 Deskripsi Tanaman

Tanaman jambu biji merupakan tanaman semak atau pohon dengan

ketinggian 3–10 meter, kulit batang halus permukaannya, berwarna coklat

dan mudah mengelupas. Daun berhadapan, bertulang menyirip, berbintik,

berbentuk bulat telur agak menjorong atau agak bundar sampai meruncing,

panjang helai daun 6–14 cm, lebar 3–6 cm, panjang tangkai 3–7 cm, daun

yang muda berambut, daun yang tua permukaan atasnya menjadi licin.

Pembungaan terdiri dari 1–3 bunga, panjang gagang pembungaan 2–4 cm,

panjang kelopak 7–10 mm, tajuk berbentuk bundar telur sungsang,

panjang 1,5–2 cm. Buah berbentuk bulat atau bulat telur, kalau masak

berwarna kuning, panjang 5–8,5 cm, berdaging yang menyelimuti biji-biji

dalam massa berwarna kuning atau merah jambu (Vademekum Bahan

Obat Alam, 1977)

2.1.4 Kandungan Kimia

Daun jambu biji mengandung minyak essensial(minyak atsiri)

dengan komponen utamanya ialah α-pinen, β-pinen, limonene, menthol,

terpenil asetat, isopropil alkohol, longisilen, Vitamin C, guaijaverin,

quersetin (Mahabir 2007), karyopillen, β-bisabolen, karyopillen oksida, β-


7

kopanen, tannin, farnesen, humulen, selinen, kardinen dan kurkumen

(Zakaria, 1994)

2.1.5 Khasiat Daun Jambu Biji

Daun jambu biji berkhasiat sebagai obat antara lain untuk mengobati

penyakit gastroenteritis, muntah-muntah, diare, luka-luka, penyakit kulit

seperti ulcer, gusi bengkak, sakit gigi, batuk, sakit tenggorokan, sariawan,

keputihan, diabetes, antiseptik, antibakteri, analgesik, antispasmodik,

antipiretik, antiinflamasi, dan disentri (Zakaria, 1994)

Gambar 1. Tanaman Jambu Biji

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan

mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang

diinginkan larut didalamnya (Ansel, 1989). Hasil dari proses ekstraksi ialah

ekstrak. Dalam buku disebutkan bahwa: Ekstrak adalah sediaan kering, kental

atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi simplisia nabati atau simplisia
8

hewani menggunakan pelarut dan cara yang sesuai, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung ( Depkes RI, 1979).

Ada beberapa macam metode ekstrasi diantaranya :

1. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut

a. Cara dingin

 Maserasi

Yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan prose

perendaman dimana pelarut yang tadi,dapat melunakkan susunan sel,

sehingga zat-zat yang mudah larut akan terbawa (Ansel, 1989)

 Perkolasi

Adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna

(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan paa temperatur

ruangan. Ekstraksi ini membutuhkan pelarut yang lebih banyak.

b. Cara panas

 Refluks

Adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama

waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada

residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapt termasuk proses ekstraksi

sempurna.

 Soxhlet

Adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendinginan balik.


9

 Digesti

Adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur

yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50 oC.

 Infus

Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas

air(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur

terukur 96-98 oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

 Dekok

Adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik

didih air.

2. Destilasi uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap

(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air

berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap

dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri

dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang

memisah sempurna atau memisah sebagian.


10

2.3. Gigi

Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Fungsi

utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi

tertanam di dalam tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua

lengkung. Lengkung rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang

bawah.

Gigi tetap berjumlah 32 pada setiap setengah rahang terdapat 8 buah

gigi, yaitu 2 gigiinsisivus, 1 kaninus, dan 2 premolar yang menggantikan

kedua molar gigi susu dan tambahan 3 molar lagi di bagian posterior.

Gambar 2. Bagian-bagian gigi


11

Gigi terdiri dari:

a. Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol di atas

gusi (gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian yang

dilapisi email

b. Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang

maksila atau mandibula

c. Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota anatomis dan

akar gigi. Di bagian tengah gigi terdapat rongga pulpa yang

melanjutkan diri menjadi saluran akar yang berakhir pada foramen

apikal. Rongga pulpa ini dikelilingi oleh dentin dan di bagian luar

dentin dilapisi oleh email (pada mahkota) dan sementum (pada akar).

Email atau enamel adalah bahan terkeras pada tubuh. Terdiri atas 97

% bahan berkapur, terutama kalsium fosfat dalam bentuk kristal apatit, dan

hanya 1 % bahan organik. Bahan organiknya terdiri dari enamelin, suatu

protein yang sangat kaya prolin.

Dentin merupakan bahan berkapur yang banyak mengandung unsur

organik, dengan proporsi yang sama sepeti tulang. Dentin mengandung

tubulus spinal yang keluar dari rongga sumsum. Masing-masing tubulus

tersebut ditempati oleh satu odontoblas melalui proses protoplasmik yang

sederhana.
12

2.4. Pasta Gigi

Dalam catatan sejarah, pertama kali pasta gigi pada peradaban

manusia ditemukan pada 1550 SM di Mesir kuno, dimana bahan-bahan

pembuatnya terdiri dari campuran serbuk batu api, tanah liat, kemenyan

dan madu. Sedangkan pada masa Romawi dan Yunani kuno, pasta gigi

terbuat dari serbuk tanduk rusa, serbuk tulang hewan, serbuk batu apung

dan marmer, madu dan berbagai macam tumbuhan obat yang digunakan

hingga ke zaman pertengahan. Sedangkan produk pasta gigi komersial

yang sudah diproduksi di pasaran dimulai di Amerika Serikat pada tahun

1850 dengan nama Sheffield Toothpaste (Mitsui, 1997).

Pasta gigi adalah produk semipadat yang terdiri dari campuran bahan

penggosok, bahan pembersih dan bahan tambahan yang digunakan untuk

membantu membersihkan gigi tanpa merusak gigi maupun membran

mukosa mulut.

Sediaan pembersih gigi dapat berupa pasta, gel, pasta dengan lapisan

berwarna, serbuk atau cairan. Bentuk yang umum berada di pasaran adalah

dalam bentuk pasta dan gel. Sediaan dalam bentuk gel umumnya lebih

disukai karena mempunyai penampilan yang lebih baik.

Fungsi utama dari pasta gigi adalah menghilangkan pengotor dari

permukaan gigi dengan efek buruk yang kecil terhadap gigi. Timbulnya

busa saat menggosok gigi membuat proses pembersihan gigi menjadi lebih

menyenangkan. Fungsi lain dari pasta gigi adalah untuk mencegah

kerusakan gigi dan mengurangi bau mulut.(Mitsui, 1997)


13

Syarat mutu pasta gigi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Syarat mutu pasta gigi (SNI 12-3524-1995)

No Jenis Uji Satuan Syarat


1 Sukrosa atau karbohidrat lain yang dapat - Negatif
terfermentasi
2 pH - 4,5 – 10,5
3 Cemaran logam
Pb ppm Maksimal 5,0
Hg ppm Maksimal 0,02
As ppm Maksimal 2,0
4 Campuran Mikroba
Angka lempeng total - < 105
E. coli - Negatif
5 Zat Pengawet Sesuai dengan yang
diijinkan Dept. Kes
6 Formaldehida maks. sebagai formaldehida % 0,1
bebas
7 Flour bebas ppm 800-1500
8 Zat Warna - Sesuai dengan yang
diijinkan Dept. Kes
9 Organoleptik
Keadaan Harus lembut, serba
sama (homogen) tidak
terlihat adanya
gelembung udara,
gumpalan,dan partikel
yang terpisah.

Benda Asing Tidak tampak


14

Karakteristik yang penting dari pasta gigi adalah konsistensi,

kemampuan menggosok, penampilan, pembentukan busa, rasa, stabilitas

dan keamanan.

a. Konsistensi

Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. konsistensi ideal dari

pasta yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga dapat

mempertahankan bentuk pasta minimal selama 1 menit. konsistensi dapat

diukur melalui densitas, viskositas, kelenturan. Viskositas adalah ukuran

resistensi zat cair untuk mengalir. Makin besar resistensi suatu zat cair

untuk mengalir, makin besar pula viskositasnya.

b. Kemampuan menggosok

Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat

bervariasi. pasta gigi yang ideal harus memiliki kemampuan menggosok

yang cukup untuk dapat dibersihkan dan membersihkan partikel atau noda

dan mengkilatkan permukaan gigi.

c. Penampilan

Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogen, mengkilat, bebas

dari gelembung udara dan memiliki warna yang menarik.

d. Pembentukan busa

Surfaktan yang digunakan harus dapat mensuspensikan dan

membersihkan sisa makanan melalui proses gosok gigi.


15

e. Rasa

Rasa dan aroma merupakan hal yang paling diperhatikan konsumen

dan merupakan karakteristik yang penting untuk mengetahui apakah

konsumen akan membeli produk atau tidak.

f. Stabilitas

Formulasi pasta gigi harus stabil, sesuai dengan waktu penyimpanan.

waktu penyimpanan pasta gigi dapat mencapai tiga tahun. Sediaan pasta

gigi tidak boleh memisah atau terjadi sineresis. Viskositas dan pH sediaan

pasta gigi harus dapat dipertahankan selama waktu penyimpanan.

2.5. Gel

Gel adalah suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu

dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul

organik yang besar dan saling diresapi cairan. (DepKes RI, 1995)

Makromolekul yang ada pada sediaan gel disebarkan keseluruh cairan

sampai tidak terlihat ada batas diantaranya, cairan ini disebut gel satu fase.

Jika massa gel terdiri dari kelompok kelompok partikel kecil yang

berbeda, maka gel ini dikelompokkan sebagai sistem dua fase dan sering

pula disebut magma atau susu. Gel dianggap sebagai dispersi koloid

karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan ukuran

koloid(Ansel, 1989).

Bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak

lengket, gel mempunyai aliran tiksotropik dan pseudoplastik yaitu gel

berbentuk padat apabila disimpan dan akan segera mencair bila dikocok,
16

konsentrasi bahan pembentuk gel yang dibutuhkan hanya sedikit untuk

membentuk massa gel yang baik, viskositas gel tidak mengalami

perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman, 1989).

Gel merupakan salah satu bentuk sediaan untuk beberapa rute

pemberian obat. Gel digunakan sebagai sediaan yang diberikan secara oral,

topikal, vaginal, dan rektal. Gel dan jelli termasuk ke dalam sediaan gel

dibuat tampilan yang seragam dari transparan hingga semi

tranparan.(Mitsui, 1997). Komponen utama gel terdiri dari basis gel

dan pelembut, surfaktan, zat pengawet, zat aktif, pewarna, dan parfum.

Pada sediaan gel yang transparan, maka zat tambahan harus dapat larut dan

terdispersi dalam basisnya.(Mitsuii, 1997).

2.5.1 Bahan-bahan dalam pembuatan Gel Gigi

Bahan-bahan yang umum digunakan dalam pasta gigi adalah

sebagai berikut(Harry, 1973),( M. Howard, 1974)

A. Abrasif (bahan penggosok)

Adalah bahan pembersih yang mempunyai kemampuan untuk

membersihkan permukaan gigi dari sisa-sisa makanan serta tidak

menimbulkan efek buruk pada permukaan gigi. Kemampuan menggosok

dan membersihkan dari abrasif dipengaruhi oleh ukuran, bentuk dan

kekerasan bahan tersebut. Bahan penggosok biasa digunakan dalam

konsentrasi 10-50%. Bahan penggosok yang biasa digunakan antara lain

alumina, silika, dikalsium fosfat, kaolin, bentonit, kalsium karbonat,

natrium bikarbonat, kalsium pirofosfat.( Harry, 1973)


17

B. Detergen

Detergen dan pembentukan busa digunakan dalam sediaan

pembersih gigi untuk membantu membersihkan noda dengan cara

menurunkan tegangan permukaan. Hal ini akan meningkatkan penetrasi

sehingga membantu menghilangkan noda. Detergen harus tidak berasa,

tidak toksik, tidak mengiritasi dalam mukosa mulut. Kualitas busa sangat

penting karena busa mempunyai pengaruh dalam penilaian terhadap

penampilan dan kenyamanan sediaan pembersih gigi. Konsentrasi

detergen dalam formula biasanya 0,5-2,0%. Detergen yang umum biasa

digunakan adalah natrium lauril sulfat.

C. Humektan

Humektan penting digunakan untuk mencegah pengeringan sediaan

pembersih gigi yang biasanya terjadi bila tutup tube terbuka. Humektan

dapat juga berfungsi sebagai pelicin sediaan dan untuk mencegah

terjadinya pengerakan sisa gel setelah komponen lain menguap. Bahan

yang sering digunakan adalah sorbitol, gliserin, propilen glikol. Dalam

sediaan pembersih gigi yang tidak tembus cahaya digunakan konsentrasi

20-40%. Dalam sediaan pembersih gigi berbentuk gel bisa digunakan

hingga 80%.

D. Pembentuk Gel (gelling agent)

Pembentuk gel penting sebagai bahan pengikat membentuk suatu

semisolid yang stabil. Bahan pembentuk gel yang biasa digunakan adalah

koloid hidrofilik yang dapat terdispersi dalam media air. Biasa digunakan
18

gum alam seperti lumut inggris, gum tragakan, selulosa sintetik, Na

CMC, Magnesium Alumunium Silicate dan lain-lain.

E. Penambah rasa (flavour)

Pemilihan penambah rasa merupakan salah satu langkah penting

dalam membuat formula sediaan pembersih gigi. Penambah rasa dipilih

dengan fungsi yang optimal. Konsumen lebih menyukai sediaan

pembersih gigi dengan rasa yang dapat meninggalkan sensasi segar

dalam mulut dan kesan bersih. Penambah rasa yang umum ditambahkan

adalah mentol untuk memberikan kesan dingin.

F. Bahan tambahan lain

Bahan tambahan lain yang digunakan dalam sediaan pembersih gigi

adalah pengawet. Penambahan pengawet digunakan untuk menjaga dan

mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan pembersih gigi.

Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah campuran dari metil paraben.

Pewarna digunakan agar sediaan pembersih gigi terlihat lebih menarik,

pewarna yang sering digunakan adalah merah, hijau (D&C #3), biru dan

titanium oksida
19

BAB III
KERANGKA KONSEP

Daun jambu biji dapat Pembuatan sediaan mulut


berkhasiat sebagai antiseptik berbasis herbal masih sangat
alami terbatas.

Determinasi tanaman di
Herbarium Bogoriense Daun Jambu Biji
LIPI Puslit Biologi

Proses penyiapan simplisia kering

Maserasi dengan etanol

Evaporasi

Ekstrak kental daun jambu biji

Optimasi Na CMC Pembuatan Formula Optimasi Optimasi Na-Lauril

Optimasi CaCO3 Optimasi Gliserin&sorbitol

FORMULA OPTIMAL

Homogenitas &volume pemisahan Uji pH

Organoleptik Uji Stabilitas Uji Viskositas Uji penetrasi


20

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi FKIK UIN-

Jakarta dan Pusat Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian dimulai dari bulan mei sampai bulan September 2009.

4.2. Alat dan Bahan

4.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, Spatula,

timbangan analitik, toples, Vacuum Rotary Evaporator, Lumpang dan Alu,

pH meter, Oven, Inkubator, Labu Erlenmeyer, Viskometer Brookfield,

Kaca Arloji, Beaker Glass, Gelas Ukur, Pipet.

4.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Ekstrak Etanol 70 % daun Jambu Biji, Na CMC, Natrium Lauril Sulfat,

Kalsium Karbonat, Gliserin, Sorbitol, Minyak Permen, Na meta bisulfit,,

Nipagin.
21

4.3. Metode Penelitian

4.3.1. Determinasi, Penyiapan Simplisia, dan penapisan fitokimia

4.3.1.1. Determinasi dan Penyiapan Simplisia

Penelitian mengenai optimasi formula gel gigi ini demulai dengan

melakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense, Pusat

Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong. Daun Jambu Biji (Psidium guajava.

Linn) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

(BALITTRO) Depertemen Pertanian Bogor tersebut selanjutnya disortasi

kering, lalu dicuci dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan,

setelah kering, setelah itu daun jambu biji di potong kecil-kecil sehingga

didapat simplisia kering yang kemudian digunakan untuk proses

maserasi.

4.3.1.2. Penapisan fitokimia (Farnsworth, 1969)

Pada pemeriksaan terhadap kandungan golongan senyawa kimia

dari serbuk dan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.) seperti

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid/terpenoid, kuinon, minyak

atsiri dan kumarin.

a. Identifikasi alkaloid

Sebanyak + 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak

25 % digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform da

digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas

saring, filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan A), sebagai

larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan


22

pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya (larutan

B). Larutam A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot

atau ditetesi dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau

jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

Larutan B dibagi dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing

pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata

dengan pereaksi Dragendroff atau endapan putih dengan pereaksi Mayer

menunjukkan adanya senyawa alkaloid.

b. Identifikasi flavonoid

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan

selama 5 menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya (dalam tabung reaksi),

ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2

ml amil alkohol, kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna

merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan

adanya flavonoid.

c. Identikasi saponin

Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air

panas. Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik.

Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila

ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil.

d. Identifikasi tanin

Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama

15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat


23

ditambah 1-2 tetes FeCl3 1 %, terbentuknya warna biru, hijau atau hitam

menunjukkan adanya seyawa golongan tanin.

e. Identifikasi steroid/terpenoid

Sebanyak + 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2

jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.

Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke

dalam residu. Terbetuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya

steroid/triterpenoid.

f. Identifikasi kuinon

Sebanyak + 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit,

disaring. Sebanyak 5 ml filtat ditambah beberapa tetes larutan NaOH 1

N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.

g. Identifikasi minyak atsiri

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi

(volume 20 ml), tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut

tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi

dengan air, kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang

diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya residu dilarutkan

dengan pelarut etanol 95 % sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas

saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan penguap, residu yang berbau

aromatik menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.


24

h. Identifikasi kumarin

Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 10 ml kloroform. Corong yang diberi lapisan kapas yang

telah dibasahi dengan air dipasag pada mulut tabung, kemudian

dipanaskan selama 30 menit, setelah dingin disaring. Filtrat diuapkan

dengan cawan penguap hingga kering, sisa ditambah air panas 10 ml,

dinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan

0,5 ml amoniak 1 %. Diamati dibawah sinar UV 366 nm, flouresensi biru

atau hijau menunjukkan adanya kumarin.

4.3.2. Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)

menggunakan metode ekstraksi cara dingin dengan cara maserasi dan

memakai etanol 70% sebagai pelarut. Ekstraksi cara dingin memiliki

keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu memperkecil

kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang

terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat terekstraksi

dengan ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa yang

memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan

(Heinrich et al, 2004). Metode maserasi dipilih karena prosesnya

mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan sederhana, dan tidak

memerlukan keahlian khusus (Green, 2000). Sedangkan etanol 70%

digunakan karena etanol umum digunakan pada ekstraksi total.

Keuntungan penggunaan etanol ini adalah sebagaian besar senyawa

lipofilik dan polar dapat terekstraksi (Heinrich et al, 2004).


25

Daun jambu biji yang sudah dibuat derajat halus dimasukkan

dalam gelas piala besar dan diberi etanol hingga seluruh simplisia

terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 2,5 cm diatas

permukaan serbuk (Harbone, 1996, Depkes RI, 1996). Proses maserasi

dilakukan selama 3 jam sambil diaduk. Lalu disaring menggunakan

kapas untuk menyaring ampas. Proses ini dilakukan berulang-ulang

hingga tidak ada lagi senyawa yang terekstrak yang ditandai dengan

warna pelarut yang jernih. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan, disaring

dengan menggunakan kertas saring dan diuapkan etanolnya hingga

didapat ekstrak etanol yang kental.

4.3.3. Optimasi dan penentuan Na CMC

Tabel 2. Formula optimasi Na CMC pada gel gigi

Bahan 1 2 Formula 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0


Na CMC (%) 4,0 6,0 8,0 10
Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40
Gliserin (%) 15 15 15 15
Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10
Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0
Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75
Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1
Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
Aquadest sampai dengan (ml) 100 100 100 100
26

Na CMC dikembangkan terlebih dahulu dalam air panas dengan

cara menaburkannya diatas air, lalu didiamkan selama + 15 menit agar

memudahkan dalam proses pembuatan, setelah itu aduk kuat-kuat secara

constant sehingga basis gel berhasil dibuat homogen.

Setelah itu, CaCO3 dimasukkan kedalam basis gel tersebut, diaduk

hingga homogen bersama basis gel (M1). Dalam lumpang yang terpisah,

Gliserin dicampurkan bersama dengan sorbitol dan Ekstrak daun jambu

biji (M2). Na Lauril sulfat dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum

dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya (M3).

M2 (Ekstrak+Gliserin+Sorbitol) dicampurkan kedalam M1(Na

CMC+CaCO3), diaduk hingga homogen.Setelah itu, ditambahkan M3

(Na lauril sulfat+air), diaduk perlahan hingga homogen. Nipagin, Na

Metabisulfit, dan minyak permen ditambahkan setelah semua massa

(M1+M2+M3) tercampur homogen, diaduk perlahan-lahan hingga semua

bahan, tercampur homogen.

Dalam optimasi formula ini, konsentrasi dari Na CMC

dimodifikasi dari mulai 4% hingga 10%, lalu dari masing-masing

modifikasi tersebut, didapatkanlah konsentrasi optimal dari Na CMC

yang cocok sebagai basis gel formula sediaan ini.


27

4.3.4. Optimasi dan penentuan CaCO3

Tabel 3. Formula optimasi CaCO3 (Kalsium Karbonat) pada gel gigi

Bahan 1 2 Formula 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0


Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0
Kalsium Karbonat (%) 20 30 40 50
Gliserin (%) 15 15 15 15
Larutan Sorbitol (%) 10 10 10 10
Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0
Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75
Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1
Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
Aquadest sampai dengan (ml) 100 100 100 100

Setelah optimasi konsentrasi Na CMC dan Ekstrak yang sesuai,

ditemukan. Maka dalam formulasi kali ini, dilakukan proses optimasi dan

penentuan konsentrasi dari Kalsium Karbonat yang bertujuan untuk

menemukan konsentrasi Kalsium Karbonat yang optimal yang berfungsi

sebagai abrasif pada formula pembuatan gel gigi. Sedangkan cara

pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.


28

4.3.5. Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol

Tabel 4. Formula optimasi Gliserin+Sorbitol pada gel gigi

Bahan 1 2 Formula 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0


Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0
Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40
Gliserin (%) 15 20 25 30
Larutan Sorbitol (%) 15 10 5,0 0
Na-Lauril Sulfat (%) 2,0 2,0 2,0 2,0
Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75
Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1
Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
Aquadest sampai dengan (ml) 100 100 100 100

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari

Gliserin+Sorbitol yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi dari

kedua pemanis yang paling baik, secara rasa maupun pengaruh kepada

penampilan sediaan akhir gel gigi. Disamping berfungsi sebagai pemanis,

kedua zat ini juga dapat saling bersinergi ketika digabungkan, Sedangkan

cara pembuatan sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.


29

4.3.6. Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat

Tabel 5. Formula optimasi Na Lauril Sulfat pada gel gigi

Bahan 1 2 Formula 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0


Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0
Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40
Gliserin (%) 25 25 25 25
Larutan Sorbitol (%) 5,0 5,0 5,0 5,0
Na-Lauril Sulfat (%) 10 5,0 3,0 2,0
Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75
Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1
Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
Aquadest sampai dengan (ml) 100 100 100 100

Dalam formula ini, dilakukan proses optimasi dari Na Lauril Sulfat

yang bertujuan untuk menemukan konsentrasi pembuat busa yang paling

baik namun lebih aman secara pemakaian, baik nyaman

digunakan,maupun nilai estetika pada penampilan sediaan akhir gel gigi.

Daya busa yang baik ialah yang cukup menimbulkan busa dan tidak

terlalu mudah bereaksi jika terkena air., Sedangkan cara pembuatan

sediaan, sama seperti formula optimasi sebelumya.


30

4.4. Formula Optimal Sediaan

Tabel 6. Formula akhir optimasi sediaan gel gigi

Bahan 1 2 Formula 3 4

Ekstrak Daun Jambu Biji (%) 2,0 2,0 2,0 2,0


Na CMC (%) 6,0 6,0 6,0 6,0
Kalsium Karbonat (%) 40 40 40 40
Gliserin (%) 25 25 25 25
Larutan Sorbitol (%) 5,0 5,0 5,0 5,0
Na-Lauril Sulfat (%) 3,0 3,0 3,0 3,0
Minyak Permen (%) 0,75 0,75 0,75 0,75
Nipagin (%) 0,1 0,1 0,1 0,1
Nipasol (%) 0,01 0,01 0,01 0,01
Na-Meta Bisulfit (%) 1,0 1,0 1,0 1,0
Aquadest sampai dengan (ml) 100 100 100 100

4.5. Pengukuran dan Pengujian Hasil Formula Optimasi

4.5.1. Organoleptis

Pengamatan sediaan akhir yang meliputi bau, rasa, dan warna yang

diamati secara obyektif dan kontinyu. Pengamatan ini bertujuan untuk

melihat terjadinya perubahan secara signifikan pada sediaan akhir yang

telah dibuat.

4.5.2. Uji Homogenitas & Volume Pemisahan

Pengujian ini berfokus pada pengolesan sediaan pada kaca objek,

lalu mengamati penampilan permukaan, apakah ada bagian yang terpisah

atau tidak. Sedangkan uji volume pemisahan ialah pengujian dengan

melihat perubahan yang terjadi antara volume pemisahan dengan volume

awal sediaan yang dimasukkan dalam tabung reaksi.


31

4.5.3. Uji Stabilitas

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin

identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian produk tersebut. (Joshita

Djajadisastra, 2004). Sediaan kosmetika yang stabil adalah suatu sediaan

yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode

waktu penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya

sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Oleh karena itu, untuk

mengetahui apakah sediaan gel gigi yang dibuat, dapat dikategorikan

stabil secara fisik, maka dilakukan pengujian stabilitas terhadap sediaan

kami dengan metode elevated temperature yaitu suhu dipercepat dengan

suhu yang bervariasi yaitu suhu kamar (270 C), 450 C dan 550 C yang

diamati selama satu bulan dan diamati penampilan sediaan tersebut,

apakah terjadi perubahan atau tidak.

4.5.4. Uji pH

Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan

bahwasanya pH dari sediaan gel gigi yang telah dibuat, apakah sesuai

standard SNI yang telah ditetapkan. Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan pH meter jenway, sebelum sediaan dicelupkan, alat

dikalibrasi terlebih dahulu dengan mecelupkan elektrodanya ke larutan

dapar pH 7 kemudian pada pH 4, lalu dicoba kembali pada pH 7. Setelah

itu barulah pengukuran pH sediaan dilakukan.


32

4.5.5. Uji konsistensi

Uji konsistensi dilakukan untuk mengukur daya penetrasi atau

kekuatan sediaan yang dibuat, alat yang digunakan untuk mengukurnya

ialah penetrometer. Sediaan ditaruh dalam wadah yang rata bagian

bawahnya. Lalu wadahnya ditempatkan pada meja penetrometer, setelah

itu alat dihidupkan lalu batang penetrometer dinaikkan hingga

bersentuhan dengan batang jarum pengukur, kemudian batang

penetrometer didekatkan hingga ujung kepalanya menyentuh sediaan

dalam wadah tadi. Lalu pengukuran dilakukan setelah batang dilepaskan

selama periode 5 detik sekali, setelah itu dilakukan pembacaan nilai

penetrasi yang terjadi dengan membaca angka yang ditunjuk oleh jarum

pembaca.

4.5.6. Uji viskositas pada berbagai kecepatan geser (rpm)

Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Makin

besar resistensi suatu sediaan untuk mengalir, makin besar pula

viskositasnya. (Zulfikri, 2000)


33

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

5.1.1. Hasil Determinasi Tanaman

Dari hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium

Botani Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong

Bogor. Terbukti bahwa sampel yang kami gunakan dalam penelitian ini

adalah daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn). Untuk detail dapat

dilihat di lampiran 1.

5.1.2. Hasil Penapisan Fitokimia

Dari hasil penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap eksrak

yang telah dipekatkan, didapatkan karakteristik ekstrak dan hasil

penapisan fitokimia. Untuk detail hasil penapisan dapat dilihat pada

tabel 7. dan untuk detail hasil uji susut pengeringan dapat dilihat pada

lampiran 2.

Tabel 7. Hasil penapisan fitokimia ekstrak kental daun jambu biji

(Psidium guajava L.)

Karakteristik ekstrak Hasil

a. Alkaloid -
b. Flavonoid +
c. Saponin +
d. Steroid/triterpenoid +
e. Tannin +
f. Kuinon -
g. Minyak Atsiri +
h. Susut Pengeringan 2,44%
34

i. Warna Hitam kehijauan


j. Bau Khas aromatik
k. Rasa Pahit

5.1.3. Hasil Optimasi dan penentuan Na CMC

Optimasi pertama yang dilakukan ialah mendapatkan formula Na

CMC yang tepat yang akan digunakan sebagai basis gel pada formula

sediaan gel gigi, dari hasil optimasi empat formula dengan modifikasi Na

CMC tersebut, didapatkan konsentrasi yang cocok digunakan sebagai

basis gel ialah pada konsentrasi 6%. untuk detail hasil optimasi, dapat

dilihat pada tabel 8 dan untuk detail penentuan Na CMC dapat dilihat

pada tabel 9

5.1.4. Hasil Optimasi dan penentuan CaCO3

Kalsium Karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai abrasif,

mengalami optimasi pula, dari hasil optimasi konsentrasi Kalsium

Karbonat yang dilakukan, didapatlah konsentrasi yang sesuai yaitu 40%.

untuk detail hasil optimasi, dapat dilihat pada tabel 10 dan untuk detail

hasil penentuan CaCO3 dapat dilihat di tabel 11

5.1.5. Hasil Optimasi dan penentuan Gliserin+Sorbitol

Optimasi formula gliserin+Sorbitol yang dilakukan, perlu adanya

karena berpengaruh terhadap rasa dan penampilan akhir sediaan, dan

hasil dari optimasi kedua pemanis ini, ditemukanlah formula yang tepat

yaitu dengan konsentrasi Gliserin 25% dan Sorbitol 5%. untuk detail

hasil optimasi, dapat dilihat pada tabel 12


35

5.1.6. Hasil Optimasi dan penentuan Na Lauril Sulfat

Kemampuan menghasilkan busa-pun menjadi perhatian khusus

dalam pembuatan sediaan gel gigi ini, dalam optimasi empat formula

untuk menemukan konsentrasi yang tepat ini, didapatlah konsentrasi Na

Lauril Sulfat yang cukup memenuhi criteria yaitu pada konsentrasi 3%.

untuk detail hasil optimasi, dapat dilihat pada tabel 13

5.1.7. Hasil Pengamatan organoleptis sediaan otpimal

Penampilan : Merata, mulus tapi masih terlihat rongga walaupun

sedikit

Warna : Hijau Muda

Bau : Menthol

Rasa : Cukup Manis

5.1.8. Hasil Uji Homogenitas dan Volume Pemisahan

Volume pemisahan tidak mengalami perubahan. Homogenitas gel

gigi pada semua konsentrasi tetap dengan berjalannya waktu dan tidak

terjadi pemisahan.

5.1.9. Hasil Uji Stabilitas

Dari hasil uji stabilitas yang dilakukan terhadap sediaan pada

berbagai suhu diantaranya ialah suhu pada suhu 270 C, suhu 450 C dan

550C selama 4 minggu. Untuk detail hasil pengamatan pada uji stabilitas

dapat dilihat di tabel 14.


36

5.1.10. Hasil uji stabilitas terhadap pH

Hasil pengujian yang dibandingkan antara pH terhadap berbagai

suhu penyimpanan menunjukkan hasil yang tidak terlalu jauh berbeda

ketika dua pekan pertama, tetapi kemudian terjadi perubahan yang cukup

signifikan ketika memasuki pekan ketiga. Untuk detail hasil uji pH dapat

dilihat pada tabel 15.

5.1.11. Hasil uji stabilitas terhadap konsistensi

Pada pengukuran konsistensi menggunakan penetrometer, telah

terjadi perubahan dengan bertambahnya waktu yang ditandai dengan

bertambahnya nilai penetrasi. Untuk detail hasil uji konsistensi dapat

dilihat pada tabel 16.

5.1.12. Hasil Uji Viskositas

Uji Viskositas dilakukan terhadap peningkatan kecepatan geser

(rpm). Pengujian dilakukan selama 1 bulan dengan cara membandingkan

sediaan uji terhadap sediaan yang beredar dipasaran yang berbentuk gel

dan pasta gigi yang mengandung CaCO3. Untuk detail hasil uji

viskositas, dapat dilihat tabel 17.

5.2. Pembahasan

Daun jambu biji yang diyakini dan memang berkhasiat sebagai

antidiare, telah lama diketahui dan digunakan oleh masyarakat sejak lama.

Disamping itu, daun jambu biji juga berkhasiat sebagai antiseptik, antijamur,

bahkan antibakteri. Hal ini dapat menjadi daya tarik tersendiri mengingat

daun jambu biji mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.


37

Penelitian ini ditujukan untuk mengoptimasi formula gel gigi dengan

menggunakan ekstrak etanol 70% daun jambu biji yang dilatar belakangi oleh

khasiatnya sebagai antiseptik dan inovasi baru dalam dunia kosmetik

khususnya sediaan gigi.

Optimasi bahan yang pertama kali digunakan ialah Na CMC yang

merupakan basis gel (gelling agent) karena ini merupakan faktor penting

dalam pembuatan sediaan bentuk gel. konsentrasi yang diuji coba ialah 4%,

6%, 8%, dan 10%. Dari hasil uji yang dilakukan didapatlah konsentrasi yang

tepat untuk digunakan yaitu 6% karena selain membuat konsistensi sediaan

terlihat kokoh, namun mudah terdistribusi ketika sediaan digosokkan ke

permukaan benda.

Pada konsentrasi 4%, konsistensi sediaan memang terlihat bagus,

tetapi ketika diletakkan pada sikat gigi, sediaan tidak dapat konsisten lagi atau

melebur kebawah permukaan sikat gigi. sedangkan pada konsentrasi 8%,

sediaan terlihat sangat konsisten, tetapi rupanya hal itu membuatnya semakin

susah untuk terdistribusi ketika sudah menempel pada sikat gigi. begitu pula

yang terjadi dengan konsentrasi 10%

Optimasi bahan selanjutnya ialah optimasi CaCO3 yang berfungsi

sebagai abrasif yaitu bahan penggosok yang berfungsi untuk mengangkat

sisa-sisa makanan yang menempel di gigi. optimasi dilakukan untuk

mencegah semakin sulitnya sediaan mengalir sehingga menyerupai pasta dan

agar tidak terlalu encer seperti emulsi. Dari hasil optimasi empat konsentrasi

yang ada (20%, 30%, 40% dan 50%), didapatkanlah konsentrasi yang cocok

yaitu 40% karena selain sifat alirannya menyerupai sediaan gel pada
38

umumnya, konsentrasi ini juga tidak mempercepat adanya oksidasi dari

sediaan. Terbukti dari hasil perbandingan dengan konsentrasi 50% yang

mulai menimbulkan efek oksidasi yang lebih parah dibandingkan konsentrasi

40%. Sedangkan pada konsentrasi 20% dan 30% sediaan menjadi terlihat

encer seperti emulsi yang membuatnya menjadi sangat rapuh ketika ditaruh

pada sikat gigi.

Telah didapatkannya formula optimal dari Na CMC dan CaCO3

tidak berarti formula sediaan sudah mencapai optimal, optimasi masih

dilakukan tidak hanya terhadap bahan aktif, tetapi juga bahan tambahan yang

dalam hal ini gliserin-sorbitol sebagai pemanis dan humektan sebagai

pelembab sediaan agar tidak cepat kering.

Optimasi dilakukan pada konsentrasi kombinasi gliserin-sorbitol

dengan masing-masing konsentrasi 15%15%, 20%-10%, 25%-5%, dan

gliserin saja 30%. Hasil yang didapatkan memang tidak terlalu berpengaruh

terhadap sediaan, tetapi lebih kepada daya manis yang paling bagus yang

dihasilkan oleh kombinasi kedua bahan tersebut. Dan daya manis yang cukup

bagus dan bertahan lama ialah kombinasi gliserin-sorbitol dengan konsentrasi

25%-5%. Selain daya manisnya yang bertahan cukup bagus, kombinasi ini

pun memberi kesan mengkilap terhadap sediaan sehingga memberi nilai

estetika yang cukup bagus. (lihat gambar 10). Untuk konsentrasi 15%-15%,

sediaan hanya berasa agak manis yang bertahan tidak terlalu lama atau

kemudian terasa agak tawar karena dayanya sudah mulai berkurang,

sedangkan pada konsentrasi 20%-10%, sediaan mulai terasa cukup bertahan

lama tetapi penampilan sediaan tidak sebagus konsentrasi 25%-5%. Dan


39

untuk konsentrasi gliserin 30%, sediaan akhir malah terasa agak pedas karena

pada sediaan ini, gliserin hanya sendiri, tanpa ada kombinasi dengan sorbitol.

Daya busa atau yang dihasilkan oleh Na Lauril Sulfat, berpengaruh

juga terhadap warna akhir sediaan dan homogenitasnya sehingga Na Lauril

Sulfat juga dilakukan optimasi untuk mendapatkan daya busa yang bagus

tanpa merusak sediaan. Variasi konsentrasi yang dilakukan ialah 10%, 5%,

3%, dan 2%.dari keempat konsentrasi tersebut didapatlah konsentrasi optimal

yaitu pada konsentrasi 3% dengan daya busa yang cukup bagus ketika

digosok dan tidak terlalu menimbulkan banyak rongga pada sediaan akhir.

Sedangkan pada konsentrasi 10% dan 5%, busa yang dihasilkan memang

cukup banyak, tetapi hal itu membuat penampilan akhir menjadi berongga.

Hasil dari formula yang sudah dilakukan optimasi kemudian dibuat

menjadi suatu sediaan baru yang kemudian dilakukan pengujian untuk

menguji kualitas dari sediaan tersebut, apakah memenuhi syarat sediaan yang

layak atau tidak.

Pengujian yang dilakukan meliputi pengamatan organoleptik, uji

homogenitas dan volume pemisahan, uji stabilitas, uji pH, uji viskositas serta

uji konsistensi.

Dari hasil pengamatan organoleptik pada sediaan uji formula akhir,

sediaan berwarna hijau muda, berbau menthol dan terasa manis yang cukup

bertahan. Tetapi keadaan ini hanya berlangsung selama 2 pekan saja, setelah

masuk pekan ketiga, sediaan mulai berubah warna menjadi berwarna orange

kecoklatan. Hal ini dikarenakan adanya kandungan vitamin C yang mudah

teroksidasi oleh cahaya dan pengaruh udara.


40

Hampir dari semua optimasi yang dilakukan dari awal penelitian

hingga formula akhir, menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda, semua

menunjukkan bahwasanya ketika mulai memasuki pekan ketiga, sediaan

menjadi berubah warna.

Uji homogenitas sediaan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan

dimana sediaan uji terlihat homogen, pada semua bagian permukaan, hal ini

terlihat dari tersebarnya persamaan warna, bentuk dan ukuran partikel sediaan

pada object glass. Sedangkan uji volume pemisahan menunjukkan hasil yang

bagus pula dimana volume sediaan akhir tidak terlalu berubah jauh

dibandingkan dengan volume awal.

Hasil uji stabiilitas sediaan pada suhu kamar (270 C) menunjukkan

kestabilan yang cukup bagus pada 0 hari hingga pekan kedua, tetapi

menunjukkan perubahan warna dan viskositas ketika mulai memasuki pekan

ketiga sebagaimana seperti yang telah dibahas sebelumnya. Sedangkan pada

suhu 450 C mulai terjadi pemisahan dari hari keempat belas setelah

penyimpanan yang ditandai dengam berubahnya warna permukaan menjadi

orange dan begitu seterusnya hingga sediaan menjadi berwarna orange

kecoklatan dan mengering. Dan pada suhu 550 C, sediaan mulai menunjukkan

perubahan pada hari kesepuluh dari penyimpanan yang ditandai dengan

berubahnya warna permukaan sediaan menjadi orange kecoklatan dan

berongga-rongganya sediaan pada suhu tersebut.

Pada uji viskositas, dilakukan perbandingan nilai viskositas yang

Nampak dari berbagai variabel diantaranya sediaan uji, pasta gigi biasa dan

gel gigi yang bereda di pasaran. Hasil dari perbandingan nilai ini
41

memperlihatkan nilai viskositas sediaan uji hampir setara dengan nilai gel

gigi yang beredar di pasaran, hal ini dikarenakan adanya faktor gelling agent

yang terkandung dalam sediaan uji kami sehingga secara viskositas, nilainya

menyerupai gel gigi dibandingkan dengan pasta gigi biasa.

Nilai viskositas mengalami penurunan yang cukup signifikan

dikarenakan sediaan uji mengandung gliserin dengan konsentrasi 25% yang

memiliki sifat higroskopis sehingga ketika proses penyimpanan dan

pengujian viskositas, sediaan menyerap uap air yang mungkin didapat dari

pengaruh ruangan yang ber-AC sehingga menyebabkan sediaan menjadi

sedikit lebih encer dan menyebabkan nilai viskositasnya menurun.

Pada uji konsistensi menggunakan penetrometer, didapatkan nilai

yang cukup bervariasi dari masing-masing suhu, tetapi karena semakin lama

penyimpanan, daya viskositas sediaan menurun, yang mengakibatkan naiknya

nilai konsistensinya pada 2 pekan pertama, tetapi mulai terlihat penurunan

ketika memasuki pekan ketiga dan seterusnya. (lihat tabel 16).

Pada pemeriksaan pH menggunakan pH meter, didapatkanlah nilai

yang stabil pada sediaan yang disimpan pada suhu kamar yang terjadi selama

dua pekan pertama, tetapi nilai itu berubah ketika memasuki pekan ketiga,

lebih dari itu, nilai pH sediaan dari masing-masing suhu juga, ikut meningkat.

Hal ini mungkin karena menurunnya nilai viskositas sediaan yang

menandakan bahwa sediaan menjadi semakin basa, disamping itu faktor Na

lauril sulfat dan CaCO3 dapat memungkinkan berpengaruh terhadap

meningkatny nilai pH dari sediaan.


42

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak etanol 70% daun jambu biji dapat dibuat sediaan gel gigi, namun

hasilnya kurang stabil

2. Konsentrasi Na CMC yang optimal digunakan ialah 6%

3. Formula akhir hasil optimasi bahan pembuat gel gigi yang optimal ialah:

Na CMC 6%, CaCO3 40%, Na Lauril Sulfat 3%, dan Gliserin-sorbitol

25%-5%.

6.2 Saran

1. Perlu adanya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan

sediaan gel gigi dengan menggunakan minyak atsiri dari dari daun jambu

biji.

2. Penelitian mengenai uji efektivitas antibakteri dari sediaan gel gigi juga

perlu mendapat perhatian khusus jika ada modifikasi penelitian lebih

lanjut dari penelitian kami.


43

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed ke-4. Farida Ibrahim,
penerjemah.UI Press . Jakarta.

Bilal, L.Smadi. 2007. Dental care products.

Darsono, F. L. 1995. Perbandingan daya antibakteri ekstrak daun jambu biji dari
dua kultivar terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. FF
Unika/Vidman
Departemen Kesehatan RI.1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standard Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1989. Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan RI.1993. Kodeks kosmetika Indonesia. Direktorat jendral
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
.
Departemen Kesehatan RI.1985. Formularium kosmetika Indonesia. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Departemen Kesehatan RI.1996. Materia Medika Indonesia. Jilid I. Direktorat


jendral Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta.

Djajadisastra, Joshita, Sutriyo, Haniefah. 2008. Effect of cream, gel and ointment
dosage forms on in-vitro skin penetration of caffeine as an anti-cellulite
using franz diffusion. Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics
and Sciences, University of Indonesia. Depok

George M. Howard. 1974. Perfume, cosmetics and soaps, Vol.III, eight edition,
Chapman and Hall, London.

Harry. R.G 1968. Harry’s cosmetology, 5th edition, chemical publ.co.inc: New
York.
Harry.R.G. 1973. Harry’s cosmetology, 6th edition, leonard hill books. New York.
44

Iwu, Maurice M. 1993: Handbook of African Medicinal Plants. CRC Press.. ISBN
No.0-8493-4266-X.

Lachman, L., Herbert, A.L and Joseph, L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi 1-3. UI Press. Jakarta

Last, R.J. 1970. Anatomy : Regional and applied, 4th edition, ELBS and Churchill,
London.
Leslie Taylor, ND. 2005. The Healing Power of Rainforest Herbs. Diakses dari
http://www.rain-tree.com/guava.htm, diakses tanggal 12 April 2009

Lieberman., Rieger and Banker. 1989. Pharmaceutical Dosage Form : Disperse


System. Vol ke-2. New York: Marcel Dekker Inc. 495-498

Mahabir P. Gupta, Ph.D. 2007. Preparations of pharmacopoeial monographs


on herbal drugs and harmonization efforts for regional herbal
pharmacopoeia. Center for Pharmacognostic Research on Panamanian
Flora,College of Pharmacy, University of Panama, USA.

Mitsui, T. Phd., 1997. New cosmetics science, Elsevier: Amsterdam.Soetarto M.,


Asep Ganda suganda, Desnida narti. 1985. Pemeriksaan kandungan
kimia daun psidium guajava Linn. Proceedings-1 seminar
pembudidayaan tanaman obat tradisional. Purwokerto, 17-18 oktober
1985

Soetarto M., Asep Ganda suganda, Desnida narti. 1985. Pemeriksaan kandungan
kimia daun psidium guajava Linn. Proceedings-1 seminar
pembudidayaan tanaman obat tradisional. Purwokerto, 17-18 oktober
1985

Wade, Ainley dan Paul j weller. 1994. Handbook of pharmaceutical excipients.


The Pharmaceutical press: London.

WHO, IUCN dan WWF. 1993. Guidelines on the Conservation of Medicinal


Plants. IUCN. Gland, Switzerland.

Yuniarti, Titin. 2008. Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional. Jakarta.

Zakaria, Muhamad bin & Mohd, Mustafa Ali 1994. Traditional Malay Medicinal
Plants.. Penerbit Fajar Bakti Sdn. Bhd
Zulfikiri. 2000. Uji pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun sirih(Piper betle
Linn) terhadap stabilitas pasta gigi. Universitas Indonesia, Depok.
45

Lampiran 1. Hasil Determinasi tanaman


46

Lampiran 2
Hasil Uji Susut Pengeringan Ekstrak Kental Daun Jambu Biji (Psidium
guajava L)

Bobot awal
Berat cawan kosong : 13,6586 g
Berat cawan kosong + tutup : 25,0401 g
Ekstrak kental : 1,0001 g
Berat cawan kosong + tutup + ekstrak : 26,0402 g

Bobot setelah pengeringan selama 180 menit


Berat cawan kosong + tutup + ekstrak : 25,4045 g

Susut pengeringan setelah pemanasan selama 180 menit

= 2,44%
47

Lampiran 3. Hasil Pengujian pH

Gambar 3. Perbandingan nilai pH terhadap stabilitas


48

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Viskositas

Gambar 4. Perbandingan viskositas pada pekan ke-0

Gambar 5. Perbandingan viskositas pada pekan ke-1


49

Gambar 6. Perbandingan viskositas pada pekan ke-2

Gambar 7. Perbandingan viskositas pada pekan ke-3


50

Gambar 8. Perbandingan viskositas pada pekan ke-4

Lampiran 5. Hasil pengujian konsistensi

Gambar 9. Hasil uji konsistensi terhadap stabilitas


51

Lampiran 6. Gambar sediaan optimal

Gambar 10. Sediaan formula optimal


52

Lampiran 7. Hasil Uji Stabilitas

Gambar 11. Penyimpanan Pada Suhu 450 C.

Gambar 12. Peyimpanan Pada Suhu 550 C.


53

Gambar 13. Penyimpanan Pada Suhu 270 C


54

Lampiran 8. Tabel Hasil

Tabel 8. Hasil Optimasi Na CMC

Kons. Na CMC
Hasil Pengamatan
(%)
Warna: Hijau kehitaman
Bau: Menthol
Rasa: Pahit yang lama hilangnya
4,0
Konsistensi: agak encer, kurang konsisten sewaktu ditaruh
di sikat gigi( meluruh kebawah), sangat mudah hancur
seperti lotion
Warna: Hijau kehitaman
Bau: Menthol
6,0 Rasa: Pahit yang lama hilangnya
Konsistensi : bagus ketika ditaruh di sikat gigi, mudah
tersebar atau terdistribusi.
Warna: Hijau kehitaman
Bau: Menthol
Rasa: Pahit yang lama hilangnya
8,0
Konsistensi : cukup mudah mengalir, konsistensinya sangat
bagus ketika ditaruh di sikat gigi, tetapi itu membuatnya
tidak mudah terdistribusi sewaktu digosok (kenyal).
Warna: Hijau kehitaman
Bau: Menthol
10 Rasa: Pahit yang lama hilangnya
Konsistensi : sangat bagus(cenderung elastis) sehingga
sediaan sangat susah terdistribusi ketika digosokkan
55

Tabel 9. Hasil penentuan Na CMC

Konsentrasi RPM Viskositas pH


Sediaan

4% 2 93500 7,23
4 60320
6 52420
10 37340
12 33600
6% 2 113400 7,44
4 90480
6 70430
10 50290
12 33390
8% 2 146800 8,14
4 109820
6 88500
10 67300
12 50520
10% 2 163200 8,32
4 125700
6 105700
10 79230
12 62580

Tabel 10. Hasil Optimasi CaCO3


Konsentrasi Hasil Pengamatan
CaCO3
Warna : hijau muda
Bau: menthol, merata
20%
Rasa: manis yang meninggalkan rasa pahit
Konsistensi : mudah mengalir
Warna :hijau agak kekuningan
Bau: menthol, merata
30%
Rasa: sedikit manis
Konsistensi : agak susah mengalir
Warna :hijau kekuningan
Bau: menthol, merata
40%
Rasa: manis yang meninggalkan sedikit rasa pahit
Konsistensi : agak susah mengalir
Warna: Hijau kekuningan
Bau: menthol, merata
50%
Rasa: manis yang meninggalkan sedikit rasa pahit
Konsistensi :sukar mengalir
56

Tabel 11. Hasil penentuan CaCO3

Sediaan RPM Viskositas

CaCO3 20% 2 87400


4 62360
6 57900
10 44670
12 38700
CaCO3 40% 2 109200
4 88400
6 67830
10 47800
12 40890
CaCO3 60% 2 125800
4 98760
6 78450
10 64800
12 52390
CaCO3 80% 2 164300
4 144500
6 119900
10 88790
12 76870
Pasta gigi 2 346000
4 185000
6 125200
10 81700
12 68600
Gel gigi 2 117640
4 77460
6 58190
10 42310
12 21820

Tabel 12. Hasil Optimasi Gliserin-sorbitol


Konsentrasi Hasil Pengamatan
Gliserin-Sorbitol
15%-15% Warna: Hijau muda
Bau: Menthol, merata
Rasa: agak manis yang cukup bertahan
Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung
Konsistensi : Agak susah mengalir
57

20-10% Warna: Hijau muda


Bau: Menthol, merata
Rasa: cukup manis yang bertahan
Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung
Konsistensi : Agak susah mengalir
25%-5% Warna: Hijau muda
Bau: Menthol, merata
Rasa: manis yang bertahan
Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung
Konsistensi : Agak susah mengalir
30% Warna: Hijau muda
Bau: Menthol, merata
Rasa: manis agak pedas,dan bertahan
Penampilan: Mulus, merata, agak sedikit bergelembung
Konsistensi : Agak susah mengalir

Tabel 13. Hasil Optimasi Na Lauril Sulfat


Konsentrasi Na Lauril Sulfat Hasil Pengamatan
10% Warna: Hijau muda memudar
Bau: Menthol, merata
Rasa: agak manis dan berasa asam
Penampilan: Merata,Tapi berongga
Konsistensi : Agak susah mengalir
Daya Busa: Sangat mudah membusa
5,0% Warna: Hijau muda sedikit menguning
Bau: Menthol, merata
Rasa: cukup manis yang masih berasa asam
Penampilan: merata, tapi masih agak sedikit
berongga
Konsistensi : Agak susah mengalir
Daya Busa: masih mudah membusa sehingga
masih terlihat banyak rongga pada sediaan
3,0% Warna: Hijau muda
Bau: Menthol, merata
Rasa: cukup manis
Penampilan: merata, rongga sudah mulai sedikit
Konsistensi : Agak susah mengalir
Daya Busa: cukup membusa ketika digunakan
2,0% Warna: Hijau muda
Bau: Menthol, merata
Rasa: manis yang cukup bagus
Penampilan: merata, rongga sudah mulai sangat
sedikit
Konsistensi : Agak susah mengalir
Daya Busa: tidak memberikan pengaruh busa
terhadap sediaan
58
59

Tabel 15. Hasil Uji stabilitas terhadap pH


Pekan ke- pH Sediaan pada suhu
270 C 450 C 550 C
0 7,43 7,58 7,88
1 7,43 7,35 7,66
2 7,43 8,56 8,38
3 8,24 8,63 8,54
4 8,33 8,72 8,69

Tabel 16. Hasil Uji stabilitas terhadap konsistensi (mm/5 detik)


Formula Pada Pekan ke-
Suhu 0 1 2 3 4
270C 355 360 373 380 385
450C 352 358 361 332 305
550C 348 355 359 320 287

Tabel 17. Hasil Uji Perbandingan Viskositas


Sediaan RPM Viskositas (Cenitpoise) Pekan ke-
0 1 2 3 4
Uji 2 122800 118760 116350 109545 98430
4 80890 76840 72930 63600 57640
6 60580 58930 54530 47150 40320
10 49300 48620 44780 36580 27290
12 32380 31130 29340 26460 19780
Pasta gigi 2 346000 3425000 336000 325600 313000
4 185000 181330 168800 162280 157900
6 125200 124800 119550 113300 107800
10 81700 78900 75690 73450 70550
12 68600 66300 58540 54500 52580
Gel gigi 2 117640 114580 112900 108700 106390
4 77460 73440 69520 66990 65930
6 58190 56320 55330 52450 47480
10 42310 41230 39850 37680 35480
12 21820 20670 19550 17330 16850
Tabel 10. Hasil Uji Stabilitas terhadap organoleptik

Suhu Pengamatan Pada Pekan ke-


1 2 3 4
270 C Warna: Hijau Warna: Hijau kekuningan, Warna: Hijau kekuningan, tetapi Warna: Hijau kekuningan,
kekuningan, merata. merata. permukaan atas berubah menjadi permukaan, terlihat lebih orange
Bau: Menthol Bau: Menthol sedikit orange. Bau: Menthol
Rasa: Manis Rasa: Manis Bau: Menthol Rasa: Manis
Konsistensi: agak sulit Konsistensi : agak sulit Rasa: Manis Konsistensi : agak sulit mengalir
mengalir. mengalir. Konsistensi : agak sulit mengalir Gelembung bertambah
Gelembung sedikit Gelembung sedikit Gelembung bertambah

450 C Warna: hijau Warna: Hijau kekuningan, Warna: Hijau kekuningan,tetapi Warna: Hijau kekuningan, tetapi
Bau: Menthol Bau: Menthol warna permukaan berubah menjadi warna permukaan berubah
Rasa: Manis Rasa: Manis orange kecoklatan menjadi orange kecoklatan
Konsistensi : agak sulit Konsistensi : agak sulit Bau: Menthol membentuk cekungan
mengalir. mengalir. Rasa: Manis Bau: Menthol
Gelembung sedikit Gelembung bertambah Konsistensi : agak sulit mengalir. Rasa: Manis
Gelembung bertambah Konsistensi : agak sulit
mengalir.
Gelembung bertambah

550 C Warna: hijau Warna: permukaan, terlihat Warna: permukaan, terlihat orange, Warna: permukaan, terlihat
Bau: Menthol lebih orange Bau: Menthol lebih orange
Rasa: Manis Bau: Menthol Rasa: Manis Bau: Menthol
Konsistensi : agak sulit Rasa: Manis Konsistensi : agak sulit mengalir. Rasa: Manis
mengalir. Konsistensi : agak sulit Gelembung bertambah Konsistensi : agak sulit
Gelembung sedikit mengalir. mengalir.
Gelembung bertambah Gelembung bertambah

Anda mungkin juga menyukai