Anda di halaman 1dari 39

BAB II

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KLATEN

Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara keseluruhan.
Kondisi umum dilihat dari profil geografi, demografi, ekonomi dan profil sosial dan budaya.

2.1. Geografis, Topografis dan Geohidrologi

2.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110˚26’14’’ - 110˚48’33’’ Bujur TImur dan
7˚32’19’’ - 7˚48’33’’ Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan
langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah
Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten
berbatasan dengan beberapa kabupaten :

 Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

 Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

 Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)

 Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)

Dari sisi bentangan garis katulistiwa, Kabupaten Klaten terletak antara 7032`19” Lintang Selatan
sampai 7048`33” Lintang Selatan dan antara 110026`14” Bujur Timur sampai 110047`51” Bujur
Timur.

2.1.2 Kondisi Topografi

Kondisi Fisik dasar Kabupaten Klaten digambarkan melalui beberapa kondisi, yang diuraikan
sebagai berikut :
a) Kondisi Topografi

Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan
Seribu dengan ketinggian antara 76 – 1.60 m dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten
Klaten, secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu:
BUKU PUTIH SANITASI II - 1
KABUPATEN KLATEN
1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi Kecamatan
Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung.
2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan–kecamatan
Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen,
Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari,
Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.
3. Wilayah berbukit / gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi
sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno.
Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirinci sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) meliputi
sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan Cawas.
2. Wilayah dengan ketinggian antara 100 – 200 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan:
Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di bagian barat), Trucuk,
Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian
selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di
bagian timur), Polanharjo (di bagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan
Wonosari (di bagian barat).
3. Wilayah dengan ketinggian antara 200 – 400 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan
Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko , Kebonarum (di bagian
utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung
(sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat).
4. Wilayah dengan ketinggian antara 400 – 1000 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan:
Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil)
dan Tulung (sebagian kecil).
5. Wilayah dengan ketinggian 1.000 – 2000 m dpl berada di Kecamatan Kemalang.

Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari
Permukaan Laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari
Permukaan Laut (dalam Ha dan meter dpl)
Luas (Ha) Berdasar Ketinggian (meter dpl)
No. Kecamatan 100- 200- 400- 1000- 1500- Jumlah
100 2000
200 400 1000 1500 2000
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

01. Prambanan 0 2.168 275 0 0 0 0 2.443


02. Gantiwarno 0 2.564 0 0 0 0 0 2.564
03. Wedi 0 2.438 0 0 0 0 0 2.438
04. Bayat 0 3.943 0 0 0 0 0 3.943
05. Cawas 232 1.125 0 0 0 0 0 3.447

BUKU PUTIH SANITASI II - 2


KABUPATEN KLATEN
06. Trucuk 62 3.319 0 0 0 0 0 3.381
07. Kalikotes 0 1.298 0 0 0 0 0 1.298
08. Kebonarum 0 472 495 0 0 0 0 967
09. Jogonalan 0 2.240 430 0 0 0 0 2.670
10. Manisrenggo 0 20 2.318 358 0 0 0 2.696
11. Karangnongko 0 22 2.224 428 0 0 0 2.674
12. Ngawen 0 816 881 0 0 0 0 1.697
13. Ceper 0 2.445 0 0 0 0 0 2.445
14. Pedan 176 1.741 0 0 0 0 0 1.917
15. Karangdowo 2.828 95 0 0 0 0 0 2.923
16. Juwiring 1.042 1.937 0 0 0 0 0 2.979
17. Wonosari 1.054 2.060 0 0 0 0 0 3.114
18. Delanggu 0 1.878 0 0 0 0 0 1.878
19. Polanharjo 0 2.030 354 0 0 0 0 2.384
20. Karanganom 0 882 1.524 0 0 0 0 2.406
21. Tulung 0 0 2.612 588 0 0 0 3.200
22. Jatinom 0 0 2.948 605 0 0 0 3.553
23. Kemalang 551 0 554 3062 975 325 250 5.166
24. Klaten Selatan 0 1.407 15 0 0 0 0 1.443
25. Klaten Tengah 0 892 0 0 0 0 0 892
26. Klaten Utara 0 1.038 0 0 0 0 0 1.038

Jumlah 5.945 36.830 14.630 5.041 975 325 250 65.556

Sumber: Klaten Dalam Angka tahun 2010.

b) Kondisi Struktur Geologi/Jenis Tanah


Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten, terdiri dari 5 ( lima) macam, yaitu :
a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah kecamatan
Bayat.
b. Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di
kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan,
Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan Karangdowo, Juwiring,
Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom.
c. Grumusol Kelabu Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat
di Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.
d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batu kapur napal
terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan kalikotes sebelah selatan.
e. Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier
terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan,
Gantiwarno, dan Wedi.
Dari kondisi Kabupaten Klaten wilayahnya dapat ditemui 2 endapan yaitu :
a. Endapan Vulaknik Gunung Merapi

BUKU PUTIH SANITASI II - 3


KABUPATEN KLATEN
Endapan ini merupakan hasil erupsi Gunung Merapi yang menghampar sampai ke
tenggara Kabupaten Klaten. Ketebalan endapan di bagian puncak berkisar antara 0,1
– 6,5 meter, sedangkan pada lerengnya berkisar antara 0,5 – 1,0 meter. Endapan
vuklanik ini umumnya berupa pasir, krikil, berangkal dan bongkah-bongkah batuan
beku. Daerah penyebaran endapan vulkanik ini relative sangat subur.
b. Endapan Alluvial
Secara umum endapan ini berupa sungai maupun endapan hasil transportasi yang
berasal dari pelapukan batu-batuan yang lebih tua. Penyebaran endapan sungai ini
terdapat di kali Dengkeng dan sekitarnya berupa : lempung, pasir kerikil dan kerakal.

2.1.3 Hidrologi
Suplai air tanah maupun air tawar seluruhnya datang dari hujan yang berasal dari penguapan
air laut, yang merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Hujan yang jatuh akan meresap
ke dalam tanah, sebagian menjadi air tanah yang mengisi aguifer (formasi tanah yang
mengandung dan menghantarkan air tanah) dan sebagian besar mengalir di permukaan
sebagai run off (surface flow dan sub surface flow), dalam kenyatannya siklus hidrologi ini
sangat rumit meskipun pada dasarnya hidrologi adalah bagian dari ilmu bumi, namun pada
hakekatnya hidrologi harus berhubungan dengan atmosfir sebagai medium yang meneruskan
air ke muka bumi maupun dari muka bumi.
Wilayah kabupaten Klaten termasuk dalam wilayah DAS Bengawan Solo yaitu Sub DAS
Bengawan Solo hulu. Ada beberapa sumber air yang terdapat di Kabupaten Klaten dan sangat
bermanfaat untuk keperluan rumah tangga, irigasi, industry serta kepentingan-kepentingan
lainnya. Sungai-sungai besar yang mengalir dari atas/pegunungan menuju dan bermuara di
Bengawan Solo diantaranya : Kali Dengkeng, Kali Simping, Kali Pusur, Kali Brambang, dan
Kali Soko. Sungai-sungai tersebut mempunyai beberapa anak sungai pada bagian hulunya.
Kecuali pemanfaatan air beserta sumber-sumber air tersebut, terutama ditujukan untuk
menjaga kelestarian serta mencegah pencemaran terhadapnya. Dengan adanya banyak
sungai (air permukaan) yang mengalir diwilayah Kabupaten Klaten tersebut akan membawa
manfaat dan pengaruh terhadap kedalaman air tanah. Adanya sungai-sungai tersebut
merupakan suatu cara untuk menaikkan kedalaman air tanah sebagai discharge atau sebagai
pengisi yang merupakan suplai air tanah, di samping untuk kegiatan pengairan serta kegiatan-
kegiatan lainnya.

BUKU PUTIH SANITASI II - 4


KABUPATEN KLATEN
2.2. Administratif

Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 ( dua puluh enam ) Kecamatan, 391 (
tiga ratus Sembilan puluh satu ) desa dan 10 ( sepuluh ) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga (
RT ) sebanyak 9.559 RT, dan Rukun Warga ( RW ) sebanyak 3.663 RW .
Sedangkan berdasarkan luas wilayah Desa/Kelurahan. Pedukuhan , Blok Sensus menurut
kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 2.2
Luas Wilayah, Desa / Kalurahan, Pedukuhan, Blok Sensus Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Klaten Tahun 2010

BS Biasa BS Khusus LuasWilayah


Kecamatan / Desa /
Kalurahan Dukuh / Cencus /Cencus ( Km2 ) /
Sub District Village
Block Block Area ( Km2 )
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01 Prambanan 16 - 183 147 - 24,43
02 Gantiwarno 16 - 149 122 - 25,64
03 Wedi 19 - 178 164 - 24,38
04 Bayat 18 - 228 174 - 39,43
05 Cawas 20 - 238 189 - 34,47
06 Trucuk 18 - 171 239 - 33,81
07 Kalikotes 7 - 99 99 - 12,98
08 Kebonarum 7 - 65 61 - 9,67
09 Jogonalan 18 - 202 160 - 26,70
10 Manisrenggo 16 - 252 113 - 26,96
11 Karangnongko 14 - 35 97 - 26,74
12 Ngawen 13 - 124 121 - 16,97
13 Ceper 18 - 42 184 - 24,45
14 Pedan 14 - 151 143 - 19,17
15 Karangdowo 19 - 161 135 - 29,23
16 Juwiring 19 - 208 182 - 29,79
17 Wonosari 18 - 149 175 - 31,14
18 Delanggu 16 - 37 130 - 18,78
19 Polanharjo 18 - 44 125 - 23,84
20 Karanganom 19 - 48 141 - 24,06
21 Tulung 18 - 185 141 - 32,00
22 Jatinom 17 1 207 157 - 35,53
23 Kemalang 13 - 214 105 - 51,66
24 Klaten Selatan 11 1 112 117 1 14,43
25 Klaten Tengah 3 6 97 117 1 8,92
26 Klaten Utara 6 2 124 120 - 10,38
Jumlah / Total 2010 391 10 3.703 3.658 2 655,56
2009 391 10 3.703 3.658 2 655,56
2008 391 10 3.703 3.192 5 655,56
2007 391 10 3.703 3.192 5 655,56
2006 391 10 3.703 3.192 5 655,56
Sumber: BPS KabupatenKlaten 2010

Peta wilayah administratif Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.1.

BUKU PUTIH SANITASI II - 5


KABUPATEN KLATEN
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Klaten

BUKU PUTIH SANITASI II - 6


KABUPATEN KLATEN
2.3. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar 1.307.562 jiwa, naik sebesar 3.652 jiwa
atau 0,28% bila dibandingkan tahun 2009. Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan
penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 1.995 per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis
kelamin, penduduk laki – laki sebesar 640.187 jiwa, naik sebesar 0,35%, perempuan sebesar
667.375 jiwa, naik sebesar 0,21 bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Apabila dilihat dari
kelompok umur, maka kelompok umur 15 - 19 sebesar 134.644 jiwa mendo-minasi penduduk
Kabupaten Klaten. Jumlah kepala keluarga tahun 2010 sebesar 377.234 kepala keluarga. Keadaan
ini menyebabkan rata - rata jiwa per keluarga sebesar 3,47 orang per keluarga. Sedangkan jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk kabupaten Klaten dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
di Kabupaten Klaten Tahun 1983 - 2010

Pertumbuhan
Jumlah Penduduk Penduduk ( Jiwa ) /
Persentase /
Tahun / Year ( Jiwa ) / Population Growth of
Persentage
( Person ) Population
( Person )
(1) (2) (3) (4)
1983 1.124.869 12.334 1,10
1984 1.138.542 13.673 1,20
1985 1.149.171 10.269 0,89
1986 1.154.788 5.617 0,49
1987 1.161.255 6.437 0,55
1988 1.166.618 5.393 0,46
1989 1.172.976 6.358 0,54
1990 1.179.047 6.071 0,51
1991 1.184.619 5.572 0,47
1992 1.189.964 5.345 0,45
1993 1.196.501 6.537 0,55
1994 1.202.742 6.241 0,52
1995 1.216.009 13.267 1,09
1996 1.223.439 7.430 0,61
1997 1.228.640 5.201 0,42
1998 1.234.113 5.473 0,44
1999 1.242.711 8.598 0,69
2000 1.257.682 14.971 1,19
2001 1.265.295 7.613 0,60
2002 1.271.530 6.235 0,49
2003 1.277.297 5.767 0,45
2004 1.281.786 4.489 0,35
2005 1.286.058 4.272 0,33
2006 1.293.242 7.184 0,56
2007 1.296.987 3.745 0,29
2008 1.300.494 3.507 0,27
2009 1.303.910 3.416 0,26
2010 1.307.562 3.652 0,28
Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010

BUKU PUTIH SANITASI II - 7


KABUPATEN KLATEN
Jumlah Kepala Keluarga, Penduduk akhir tahun dan rata-rata anggota Kepala Keluarga menurut
kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Tabel 2.4.
Kepala Keluarga, Penduduk Akhir Tahun dan Rata-rata Anggota Kepala Keluarga
Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Kecamatan / Kepala Keluarga / Penduduk Akhir Tahun / Rata-rata Jiwa / KK


Sub District Head of Family Last Year Population (%)
(1) (2) (3) (4)
001 Prambanan 17.008 49.393 2,90
02 Gantiwarno 14.058 41.111 2,92
03 Wedi 14.382 56.025 3,90
04 Bayat 20.628 64.214 3,11
05 Cawas 18.247 66.196 3,63
06 Trucuk 22.695 82.778 3,65
07 Kalikotes 10.159 38.003 3,74
08 Kebonarum 6.791 21.496 3,17
09 Jogonalan 16.109 58.402 3,63
10 Manisrenggo 12.938 42.210 3,26
11 Karangnongko 12.011 37.912 3,16
12 Ngawen 15.364 44.825 2,92
13 Ceper 20.611 63.985 3,10
14 Pedan 13.802 48.989 3,55
15 Karangdowo 13.792 51.077 3,70
16 Juwiring 14.997 61.348 4,09
17 Wonosari 17.372 62.859 3,62
18 Delanggu 14.364 44.889 3,13
19 Polanharjo 13.131 46.305 3,53
20 Karanganom 12.739 49.245 3,87
21 Tulung 14.328 54.708 3,82
22 Jatinom 14.930 57.592 3,86
23 Kemalang 11.399 35.106 3,08
24 Klaten Selatan 11.657 42.204 3,62
25 Klaten Tengah 13.748 44.045 3,20
26 Klaten Utara 9.974 42.645 4,28
Jumlah / Total 2010 377.234 1.307.562 3,47
2009 367.585 1.303.910 3,55
2008 352.949 1.300.494 3,68
2007 336.588 1.293.242 3,84
2006 340.091 1.286.058 3,78

Sumber: Klaten dalam angka 2010

BUKU PUTIH SANITASI II - 8


KABUPATEN KLATEN
Sedangkan jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di kabupaten Klaten dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.5.
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Kecamatan / Laki – Laki / Wanita / Jumlah / Rasio Jenis


Sub District Male Female Total Kelamin / Sex Ratio

(1) (2) (3) (4) (5)


01 Prambanan 23.661 25.732 49.393 91,95
02 Gantiwarno 19.603 21.508 41.111 91,14
03 Wedi 27.082 28.943 56.025 93,57
04 Bayat 31.458 32.756 64.214 96,04
05 Cawas 32.358 33.838 66.196 95,63
06 Trucuk 41.081 41.697 82.778 98,52
07 Kalikotes 18.676 19.327 38.003 96,63
08 Kebonarum 10.355 11.141 21.496 92,94
09 Jogonalan 29.178 29.224 58.402 99,84
10 Manisrenggo 20.367 21.843 42.210 93,24
11 Karangnongko 18.436 19.476 37.912 94,66
12 Ngawen 22.299 22.526 44.825 98,99
13 Ceper 31.472 32.513 63.985 96,80
14 Pedan 24.198 24.791 48.989 97,61
15 Karangdowo 25.205 25.872 51.077 97,42
16 Juwiring 30.063 31.285 61.348 96,09
17 Wonosari 30.230 32.629 62.859 92,65
18 Delanggu 22.356 22.533 44.889 99,21
19 Polanharjo 22.715 23.590 46.305 96,29
20 Karanganom 24.183 25.062 49.245 96,49
21 Tulung 26.945 27.763 54.708 97,05
22 Jatinom 28.116 29.476 57.592 95,39
23 Kemalang 17.328 17.778 35.106 97,47
24 Klaten Selatan 20.601 21.603 42.204 95,36
25 Klaten Tengah 21.408 22.637 44.045 94,57
26 Klaten Utara 20.813 21.832 42.645 95,33
Jumlah / Total 2010 640.187 667.375 1.307.562 95,93
2009 637.939 665.971 1.303.910 95.79
2008 635.528 664.966 1.300.494 95.50
2007 633.552 663.435 1.296.987 95.50
2006 631.231 662.011 1.293.242 95.50

Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010

Proyeksi Distribusi dan Kepadatan Penduduk


Berdasarkan data perkembangan penduduk wilayah Kabupaten Klaten 5 tahun terakhir, memiliki
laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0,363 % per tahun, dan proyeksi jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten pada tahun 2010 hingga 2030 dengan menggunakan rumus bunga berganda,
yaitu sebesar 1.403.361 jiwa, dan secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Mendasarkan

BUKU PUTIH SANITASI II - 9


KABUPATEN KLATEN
proyeksi penduduk serta penyediaan ruang pengembangan sebesar 429 ha, maka kepadatan bruto
rata-rata sebesar 21 jiwa/ha dan kepadatan netto sebesar 69 jiwa/ha.

Tabel 2.6
Proyeksi Jumlah Penduduk
Per Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010-2030
No Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2029

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Prambanan 49.636 50.361 51.282 52.220 53.175
2 Gantiwarno 41.292 41.895 42.662 43.442 44.237
3 Wedi 55.920 56.737 57.774 58.831 59.907
4 Bayat 64.317 65.256 66.450 67.665 68.903
5 Cawas 66.613 67.586 68.822 70.081 71.363
6 Trucuk 82.890 84.100 85.639 87.205 88.800
7 Kalikotes 37.661 38.211 38.910 39.622 40.346
8 Kebonarum 21.498 21.812 22.211 22.618 23.031
9 Jogonalan 58.298 59.150 60.232 61.333 62.455
10 Manisrenggo 42.070 42.684 43.465 44.260 45.070
11 Karangnongko 38.435 38.996 39.709 40.436 41.175
12 Ngawen 44.743 45.397 46.227 47.073 47.934
13 Ceper 64.299 65.239 66.432 67.647 68.884
14 Pedan 49.218 49.936 50.850 51.780 52.727
15 Karangdowo 51.391 52.142 53.096 54.067 55.056
16 Juwiring 61.661 62.562 63.706 64.872 66.058
17 Wonosari 63.119 64.041 65.212 66.405 67.620
18 Delanggu 44.840 45.495 46.327 47.174 48.037
19 Polanharjo 46.382 47.060 47.920 48.797 49.689
20 Karanganom 49.437 50.159 51.077 52.011 52.962
21 Tulung 54.973 55.776 56.796 57.835 58.893
22 Jatinom 57.755 58.599 59.671 60.762 61.873
23 Kemalang 34.933 35.444 36.092 36.752 37.424
24 Klaten Selatan 41.829 42.440 43.216 44.007 44.812
25 Klaten Tengah 44.197 44.843 45.663 46.498 47.349
26 Klaten Utara 42.548 43.170 43.959 44.763 45.582
Jumlah 1.309.957 1.329.090 1.353.400 1.378.154 1.403.361
Sumber: Perda RTRW

2.4. Pendidikan

Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional
maupun daerah. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarananya merupakan
hal utama yang harus diperhatikan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan
modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia sendiri
ataupun pembangunan ekonomi. Pendidikan ataupun pengetahuan diakui secara luas sebagai
unsur mendasar dari pembangunan manusia.

Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk
melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh

BUKU PUTIH SANITASI II - 10


KABUPATEN KLATEN
beberapa komponen yang di antaranya adalah angka partisipasi sekolah, angka putus sekolah
dan angka melek huruf.

Sebagaimana dikemukakan di muka, aspek pendidikan dapat dilihat dari berbagai faktor,
diantaranya angka partisipasi sekolah yang ditampilkan dalam kelompok umur, yakni kelompok
7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Walaupun tidak merupakan sesuatu
yang mutlak, kelompok partisipasi sekolah 7-12 tahun akan dapat diparalelkan sebagai angka
partisipasi sekolah untuk SD/MI. Kelompok 13-15 tahun akan mempresentasikan angka
partisipasi sekolah untuk tingkat SLTP/MTs, kelompok umur 16-18 tahun akan menunjukkan
angka partisipasi sekolah untuk tingkat SMU/SMK/MA. Sedangkan kelompok umur 19-24 tahun
akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat perguruan tinggi/akademi dengan
berbagai jenjang pendidikan S-0 (D-I, D-II, D-III), D-IV, S-1. Berikut ini adalah beberapa
indikator pendidikan di Kabupaten Klaten selama tahun 2007-2009.

Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009
2007 2008 2009
No. Sekolah, Guru dan Murud
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Jumlah Sekolah
a. SD 772 27 769 37 766 40
b. SMP 65 43 65 41 65 42
c. SMA 16 15 16 15 16 15
d. SMK 9 43 9 42 10 42
02. Jumlah Guru
a. SD 8.373 334 8.393 449 7.615 460
b. SMP 3.084 776 3.083 722 3.074 746
c. SMA 1.017 363 1.039 353 1.042 343
d. SMK 545 1.410 580 1.382 657 1.352
03 Jumlah Murid
a. SD 103.226 4.938 102.244 5.927 102.017 6.446
7.418
b. SMP 41.460 7.958 40.953 40.361 7.110

c. SMA 12.175 2.951 12.147 2.588 12.024 2.053


d. SMK 6.641 18.980 7.388 18.838 8.476 18.002

Sumber : Klaten Dalam Angka 2009

Bila dilihat pada tabel tersebut terjadi penurunan jumlah SD Negeri dari 772 pada Tahun 2007
menjadi 766 di tahun 2009. sementara disisi lain, terjadi peningkatan SD swasta dari 27 pada
Tahun 2007 menjadi 40 SD di Tahun 2009. Untuk tingkatan pendidikan menengah, baik SMP
maupun SMK swasta, terjadi penurunan jumlah sekolah. Jumlah SMP swasta di tahun 2007
sebanyak 43 menjadi 42 pada tahun 2009. Demikian halnya dengan SMK swasta menurun dari

BUKU PUTIH SANITASI II - 11


KABUPATEN KLATEN
sebanyak 43 menjadi 42 pada Tahun 2009. Beberapa indikator pendidikan yang lain, dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8 Beberapa Indikator Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2007–2009


INDIKATOR PENDIDIKAN 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4)

Penduduk Usia 7 – 12 tahun (persen)


- Tidak / Belum Pernah Sekolah 0,4 0,0 0,0
- Masih Sekolah 99,3 99,3 99,5
- Tidak Sekolah Lagi 0,3 0,7 0,5
Penduduk Usia 13 – 15 tahun (persen)
- Tidak / Belum Pernah Sekolah 0,6 0,0 0,4
Masih Sekolah 96,3 96,0 91,8
Tidak Sekolah Lagi 3,1 4,0 7,8
Penduduk Usia 16 – 18 tahun (persen)
- Tidak / Belum Pernah Sekolah 1,2 0,8 0,4
- Masih Sekolah 71,3 70,8 73,0
- Tidak Sekolah Lagi 27,5 28,4 26,6
Penduduk Usia 19 – 24 tahun (persen)
Tidak / Belum Pernah Sekolah 0,4 0,0 0,3
Masih Sekolah 12,5 11,5 14,5
Tidak Sekolah Lagi 87,1 88,5 85,2

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009.

Tabel 2.9 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2007 - 2009
Sekolah Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Negeri SD 53 57 46
SMP 105 21 42
SMU 5 8 6
SMK 20 55 50

JUMLAH DI NEGERI 183 141 144

Swasta SD 2 2 3
SMP 74 17 42
SMU 14 19 11
SMK 358 138 338
JUMLAH DI SWASTA 448 212 394
KESELURUHAN 541 353 538

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun 2009.

Pada Indeks pendidikan seperti yang telah diungkapkan di bagian sebelumnya, terjadi
sedikit penurunan dari 76,74 di tahun 2008 menjadi 76,33 di tahun 2009. Turunnya Indeks
Pendidikan ini dipengaruhi oleh Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana
angka Rata-rata Lama Sekolah sedikit turun dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,75 menjadi

BUKU PUTIH SANITASI II - 12


KABUPATEN KLATEN
7,38, sedangkan Angka Melek Huruf meningkat dari 89,28 menjadi 89,9 persen. Gambaran
rerata lama sekolah dan angka melek huruf di Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Rerata Lama Sekolah di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009


(dalam tahun)
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009.

Gambar 2.3 Tingkat Melek Huruf Orang Dewasa di Kabupaten Klaten


Tahun 2007-2009 (dalam persen)
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009

2.5. Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut
diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, sebagaimana pada
kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR): “…tujuan utama dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk

BUKU PUTIH SANITASI II - 13


KABUPATEN KLATEN
menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif” (BPS Kab. Klaten
(2010). IPM Kabupaten Klaten Tahun 2009). Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan
agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan
merata.

Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Klaten selama ini. Di antaranya dengan memberikan penyuluhan
kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku hidup sehat, penyediaan berbagai
fasilitas umum seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta
penyediaan fasilitas air bersih.

Salah satu indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimana Angka
Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru
lahir pada suatu tahun tertentu. Variabel AHH diharapkan dapat mencerminkan “Lama Hidup”
sekaligus “Hidup Sehat” suatu masyarakat dan estimasi umur yang bisa dicapai oleh bayi yang
baru dilahirkan. Usia hidup panjang tanpa ditunjang oleh kesehatan tentunya hanya akan
menjadi beban, sehingga membicarakan masalah usia harapan hidup, tidak dapat dilepaskan
dari upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

AHH di Kabupaten Klaten tahun 2009 adalah 71,40 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2008
yang sebesar 71,14 tahun. Angka harapan hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh Angka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate / IMR) dimana pada tahun 2009 ini IMR lebih rendah
dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,3 / 1000 kelahiran hidup menjadi 6,5 / 1000 kelahiran hidup.
Angka ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kematian bayi di Kabupaten
Klaten. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan
lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga,
mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu melahirkan merupakan
cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan
pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Gambaran perkembangan UHH di Kabupaten
Klaten selama tahun 2007-2009 selengkapanya dapat dilihat pada bagian berikut.

BUKU PUTIH SANITASI II - 14


KABUPATEN KLATEN
Gambar 2.4 Usia/Angka Harapan Hidup (UHH / AHH) di Kabupaten Klaten Tahun
2007-2009 (dalam satuan tahun)
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009.
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya
dapat dilihat dari peningkatan Angka/Usia Harapan Hidup (AHH / UHH) penduduk dari suatu
wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya akses
terhadap pelayanan kesehatan, terpenuhinya kebutuhan gizi dan kalori, kemampuan
mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan
yang memadai, pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memperpanjang usia harapan hidupnya. Dalam hal ketersediaan fasilitas kesehatan di
Kabupaten Klaten, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10 Sarana Kesehatan di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009


Sarana Kesehatan 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4)

- Rumah Sakit 7 7 7
- Rumah sakit jiwa 1 1 1
- Puskesmas 34 34 34
- Puskesmas Pembantu 82 86 86
- Rumah Bersalin Swasta 18 19 19
- Balai Pengobatan Swasta 6 28 28

Sumber: Klaten Dalam Angka Tahun 2009

Selain jumlah fasilitas kesehatan, kualitas kesehatan juga diukur dari jumlah kematian bayi
lahir dan ibu melahirkan. Selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah ibu
melahirkan. Pada tahun 2007 sebanyak 17.584 orang, kemudian menjadi 18.932 di Tahun
2008, dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi 19.459. Peningkatan ini tentu menyebabkan
jumlah bayi lahir juga meningkat. Jumlah kelahiran bayi pada Tahun 2007 sebanyak 17.584
jiwa, kemudian naik di tahun 2008 menjadi 18.794 jiwa dan pada Tahun 2009 meningkat

BUKU PUTIH SANITASI II - 15


KABUPATEN KLATEN
menjadi 19.334 bayi lahir. Peningkatan jumlah kelahiran bayi ini ternyata diimbangi dengan
penurunan angka kematian bayi dari 253 di tahun 2007, kemudian menurun menjadi 138 bayi
meninggal di tahun 2008, dan menurun lagi pada Tahun 2009 menjadi sebanyak 125
kematian bayi. Demikian halnya, juga terjadi penurunan kematian ibu melahirkan selama 3
tahun terakhir. Pada Tahun 2007 jumlah kematian ibu melahirkan sebanyak 23 orang,
menurun di tahun 2008 menjadi 7 orang dan pada Tahun 2009 menjadi 4 orang. Gambaran
beberapa indikatir kesehatan di Kabupaten Klaten, selengkapnya daoat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.11 Jumlah Kelahiran, Kematian Bayi, Ibu Melahirkan dan Kematian Ibu Maternal di
Kabupaten Klaten Tahun 2007 – 2009

Uraian Indikator Kesehatan 2007 2008 2009


(1) (2) (3) (4)
Jumlah Kelahiran 17.515 18.794 19.334
Jumlah Kematian Bayi 253 138 125
Jumlah Ibu Melahirkan 17.515 18.932 19.459
Jumlah Kematian Ibu maternal 23 7 4

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu Bersalin (MMR) turun pada
tahun 2009 dibanding tahun 2008 mengalami penurunan, dari sejumlah 7 kematian
menjadi 4 kematian. Meskipun demikian, masih adanya kematian ibu bersalin tetap perlu
menjadi perhatian, mengingat usaha pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi
maupun kematian ibu melahirkan dihadapkan pada kemampuan mengatasi permasalahan
status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta status gizi dan
pelayanan kesehatan.

Status gizi berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran: Balita
Kekurangan Energi Protein (KEP), Balita Kekurangan Vitamin A (KVA), Ibu hamil KEK, Ibu
hamil kekurangan Zat Besi, Penderita GAKY anak Sekolah, bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), Wanita Usia Subur Anemia.

BUKU PUTIH SANITASI II - 16


KABUPATEN KLATEN
2.6. Sosial Masyarakat

a. Kesejahteraan Masyarakat

Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap beberapa indikator sosial,
yang mencakup: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (ii) Tingkat Kemiskinan; dan (iii)
Rasio Penduduk yang Bekerja. Gambaran rincian terhadap fokus kesejahteraan sosial di
Kabupaten Klaten, secara umum adalah sebagai berikut:

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Berbagai program pembangunan khususnya dalam pembangunan manusia yang


dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Klaten selama ini telah menunjukkan hasil yang cukup
baik, salah satunya diukur dari indikator Indek Pembangunan Manusia (IPM).

Pemanfaatan IPM sebagai alat pemantauan juga merupakan alat paling penting dalam
manajemen pembangunan, karena IPM dapat memperlihatkan dampak pembangunan yang
dilakukan pada periode sebelumnya. IPM sebagai suatu ukuran yang mengkaitkan
pertumbuhan ekonomi dengan kualitas fisik untuk mengambarkan tingkat kualitas hidup dan
kesejahteraan rakyat merupakan alat ukur yang sensitif karena juga dapat mengukur dampak
krisis ekonomi pada kehidupan penduduk.

IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun dari 3 (tiga) komponen esensial untuk
kehidupan manusia, yaitu: (i) Usia hidup panjang dan sehat (diukur dengan Angka Harapan
Hidup ketika lahir), (ii) Pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan Angka Melek Huruf
(literacy rate) dan Rata-rata lama sekolah yang ditempuh oleh penduduk usia 15 tahun ke
atas (Mean years of schooling), dan (iii) Standar hidup layak yang diukur dengan komsumsi
perkapita riil yang sesuaikan (PPP – Purchasing Power Parity – dalam rupiah). Hasil
penghitungan IPM Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Klaten Tahun 2007 - 2009
Tahun
Uraian Komponen Pembentuk IPM
2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4)

Usia Harapan Hidup (Tahun) 70,93 71,15 71,40


Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) 7,70 7,75 7,38
Angka Melek Huruf (Persen) 89,28 89,28 89,90
Pengeluaran Perkapita yang telah disesuaikan (Rupiah) 638.070 641.860 645.700

Indeks Harapan Hidup (IHH) 76.55 76,92 77,33

Indeks Pendidikan (IP) 76,63 76,74 76,33

BUKU PUTIH SANITASI II - 17


KABUPATEN KLATEN
Indeks Kemampuan Daya Beli (PPP) 64,26 65,13 66,20
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,48 72,93 73,29

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Klaten Tahun 2009.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bahwa IPM di Kabupaten Klaten pada tahun 2009
secara total mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 72,48 pada tahun 2007; menjadi
sebesar 72,93 pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,29 pada tahun 2009. Dilihat
dari 3 (tiga) komponen pendukungnya maka terjadi peningkatan pada beberapa indeks,
yaitu Indeks Harapan Hidup (IHH) dari sebesar 76,55 pada tahun 2007, menjadi sebesar
76,92 di tahun 2008 dan tahun 2009 naik lagi menjadi sebesar 77,33. Indeks Pendidikan
(IP) justru mengalami penurunan dari 76,74 pada tahun 2008 menjadi sebesar 76,33 pada
tahun 2009, sedangkan Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami peningkatan dari 64,26
pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,13 pada tahun 2008, selanjutnya untuk tahun 2009
meningkat lagi menjadi sebesar 66,20.

2. Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu fokus utama dalam Tujuan Pembangunan Global atau
Millenium Development Goals (MDGs). Jika dilihat berdasarkan pentahapan Keluarga
Sejahtera (KS), menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2009 terjadi penurunan keluarga
Pra Sejahtera dan peningkatan dalam Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera III
dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III dan KS Plus). Jumlah keluarga Pra Sejahtera yang
pada tahun 2007 sebanyak 89.881 KK turun menjadi 78.179 KK di Tahun 2009.
Peningkatan terjadi di kelompok jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) yang pada tahun 2007
sebanyak 69.923 KK, pada tahun 2009 bertambah menjadi sebesar 72.997 KK. Gambaran
selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.

BUKU PUTIH SANITASI II - 18


KABUPATEN KLATEN
120,000.00

100,000.00

80,000.00

60,000.00

40,000.00

20,000.00

0.00
2007 2008 2009

Pra Sejahtera 89,881.00 83,723.00 78,179.00


KS I 69,923.00 71,948.00 72,997.00
KS II 113,411.00 113,821.00 113,293.00
KS III+III Plus 57,426.00 69,815.00 78,940.00

Pra Sejahtera KS I KS II KS III+III Plus

Gambar 2.5 Perkembangan Jumlah Tahapan Keluarga Sejahtera di Kabupaten Klaten


Tahun 2007 – 2009 (dalam satuan Kepala Keluarga / KK)
Sumber: Klaten Dalam Angka 2009

Jumlah Penduduk Miskin, yang biasa diartikan sebagai penjumlahan penduduk dalam
kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) juga bisa dilihat menurut
kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
miskin, untuk kategori peringkat 5 besar, masing-masing ada di Kecamatan Bayat,
Kecamatan Trucuk, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Cawas.
Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin (Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) Berdasar
Kecamatan (dalam satuan KK)
Pra
No Kecamatan KS I KS II KS III KS II+ Jumlah PS+KSI Ranking
sejahtera
1 Prambanan 3,222 3,733 3,040 2,188 605 12,788 6,955 6
2 Gantiwarno 3,571 2,902 2,138 2,563 203 11,377 6,473 9
3 Wedi 3,212 2,668 3,039 4,634 906 14,459 5,880 13
4 Bayat 13,574 2,152 623 245 133 16,727 15,726 1
5 Cawas 4,495 3,161 7,731 1,975 53 17,415 7,656 5
6 Trucuk 6,034 6,500 5,309 2,027 311 20,181 12,534 2
7 Kalikotes 2,098 1,918 2,990 1,991 142 9,139 4,016 20
8 Kebonarum 815 1,463 1,990 1,137 229 5,634 2,278 26
9 Jogonalan 2,460 4,434 3,480 4,883 126 15,383 6,894 7
10 Manisrenggo 3,383 2,734 3,567 945 52 10,681 6,117 12
11 Karangnongko 2,589 2,181 1,681 3,042 143 9,636 4,770 18
12 Ngawen 1,883 2,190 4,098 2,119 788 11,078 4,073 19
13 Ceper 2,374 4,007 6,777 3,162 433 16,753 6,381 11

BUKU PUTIH SANITASI II - 19


KABUPATEN KLATEN
14 Pedan 2,166 3,031 4,847 2,720 262 13,026 5,197 15
15 Karangdowo 4,014 1,213 4,584 3,245 145 13,201 5,227 14
16 Juwiring 2,879 3,509 6,882 2,349 410 16,029 6,388 10
17 Wonosari 2,886 3,998 7,125 2,008 224 16,241 6,884 8
18 Delanggu 1,331 2,192 3,649 3,478 378 11,028 3,523 21
19 Polanharjo 484 2,624 7,128 734 74 11,044 3,108 23
20 Karanganom 2,771 2,132 4,114 3,442 243 12,702 4,903 16
21 Tulung 2,452 2,392 6,307 1,640 104 12,895 4,844 17
22 Jatinom 6,786 2,121 3,377 1,830 874 14,988 8,907 3
23 Kemalang 4,825 2,915 1,349 537 2 9,628 7,740 4
24 Klaten Selatan 1,244 1,563 7,774 1,555 303 12,439 2,807 25
25 Klaten Tengah 1,104 1,814 5,728 3,248 1,407 13,301 2,918 24
26 Klaten Utara 1,071 2,401 3,494 2,616 951 10,533 3,472 22
Jumlah 2008 83,723 71,948 112,821 60,313 9,501 338,306 155,671
Jumlah 2006 89,881 69,923 113,411 49,278 8,145 330,638 159,804

Sumber: Klaten Dalam Angka 2010

3. Rasio Penduduk yang Bekerja

Kualitas dan efektifitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai korelasi positif
yang cukup erat dengan suksesnya program-program pembangunan. Dalam hal ini
gambaran profil SDM merupakan suatu informasi masukan untuk mengevaluasi
pembangunan ekonomi pada tahap sebelumnya, dan merencanakan tahapan
pembangunan berikutnya. Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu
mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan, karena di
dalam kelompok angkatan kerja ini terdapat kelompok penduduk yang bertindak
sebagai pelaku ekonomi. Karakteristik angkatan kerja ini sangat besar pengaruhnya
bagi kesejahteraan penduduk, terutama jika dilihat secara ekonomi makro.

Semakin besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara, maka semakin besar
penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan
permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di
samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas
penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif, sehingga nilai
ratio ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan
jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.

Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai
acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, trend
indikator ini akan menunjukkan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke
tahun. Secara teori, penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: (i)
penduduk usia kerja, dan (ii) penduduk bukan usia kerja,

BUKU PUTIH SANITASI II - 20


KABUPATEN KLATEN
Gambaran beberapa indikator kependudukan dan ketenagakerjaan di Kabupaten
Klaten selama tahun 2007 - 2009, selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel
berikut.

Tabel 2.14 Beberapa Indikator Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten Tahun
2007 - 2009

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN 2007 2008 2009


(1) (2) (3) 4)

Jumlah Penduduk Usia Kerja (jiwa/orang) 954.888 954.433 957.307


Kegiatan utama penduduk usia kerja (%)
- Bekerja 58,89 66,7 59,53
- Mencari pekerjaan 2,25 2,2 2,40
- Sekolah 11,45 6,8 16,26
- Mengurus rumah tangga 15,67 15,3 14,96
- Lainnya 11,74 9,0 6,85
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja / TPAK (%) 61,14 68,9 61,93
Tingkat Pengangguran Terbuka / TPT (%) 3,68 3,19 3,88
Lapangan Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%)
- Pertanian 23,34 23,3 23,65
- Pertambangan dan Penggalian 1,06 1,8 1,38
- Industri 24,20 22,3 22,36
- Listrik, Gas dan Air Minum 0,15 0,7 0,09
- Konstruksi 8,13 6,5 8,09
- Perdagangan 23,94 22,4 24,31
- Angkutan 1,81 2,6 2,25
- Lembaga Keuangan 0,72 1,1 2,06
- Jasa dan Lainnya 16,65 19,2 15,80
Status Pekerjaan Penduduk yang Bekerja (%)
- Berusaha sendiri 20,04 22,4 23,93
- Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap 20,06 16,3 13,92
- Berusaha Dibantu Buruh Tetap 3,18 2,7 1,99
- Buruh/karyawan dan Pekerja Bebas 45,63 48,6 48,33
- Pekerja Keluarga 11,09 10,0 11,83

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Klaten Tahun 2009

b. Agama

Kehidupan keagamaan yang harmonis, sangat didambakan oleh seluruh umat beragama di
Kabupaten Klaten. 93,19% penduduk Kabupaten Klaten memeluk agama Islam, 3,17%
memeluk agama Katholik, 2,83% beragama Kristen Protestan, 0,75 beragama Hindu dan
sebanyak 0,05% beragama Budha.

BUKU PUTIH SANITASI II - 21


KABUPATEN KLATEN
Sarana ibadah yang ada di Kabupaten Klaten, yang bertambah hanya masjid, naik sebesar
2,53% bila dibandingkan terhadap tahun 2009, sedangkan jumlah sarana ibadah yang lain
tidak mengalami perubahan.
Tabel 2.15
Penduduk Menurut Kecamatan dan Pemeluk Agama
Di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Protestan
Kecamatan / Islam / Katholik
/ Hindu Budha Jumlah/Total
Sub District Moslem /Katholik
Christian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01 Prambanan 46.750 1.172 1.215 88 168 49.393
02 Gantiwarno 37.280 2.023 1.300 508 - 41.111
03 Wedi 51.627 2.051 1.630 717 - 56.025
04 Bayat 62.376 1.440 331 67 - 64.214
05 Cawas 64.008 1.222 868 98 - 66.196
06 Trucuk 81.432 432 888 24 2 82.778
07 Kalikotes 37.003 601 378 14 7 38.003
08 Kebonarum 15.748 2.838 1.843 1.067 - 21.496
09 Jogonalan 49.664 4.986 2.022 1.705 25 58.402
10 Manisrenggo 40.995 287 782 146 - 42.210
11 Karangnongko 32.653 2.033 1.657 1.569 - 37.912
12 Ngawen 41.900 1.532 723 670 - 44.825
13 Ceper 60.166 2.800 923 43 53 63.985
14 Pedan 46.927 516 1.265 266 15 48.989
15 Karangdowo 48.142 210 1.887 838 - 51.077
16 Juwiring 59.540 849 702 256 1 61.348
17 Wonosari 59.950 1.194 1.675 26 14 62.859
18 Delanggu 42.315 643 1.836 66 29 44.889
19 Polanharjo 45.376 371 512 46 - 46.305
20 Karanganom 48.423 321 501 - - 49.245
21 Tulung 54.263 184 261 - - 54.708
22 Jatinom 55.846 813 314 619 - 57.592
23 Kemalang 33.707 705 532 162 - 35.106
24 Klaten Selatan 34.252 3.505 3.951 432 64 42.204
25 Klaten Tengah 32.618 5.417 5.680 117 213 44.045
26 Klaten Utara 35.621 3.368 3.368 263 25 42.645
Jumlah / Total 2010 1.218.582 41.513 37.044 9.807 616 1.307.562
2009 1.215.352 41.726 37.044 9.340 448 1.303.910
2008 1.211.422 42.142 36.756 9.608 567 1.300.494
2007 1.210.877 37.814 36.104 11.507 684 1.296.987
2006 1.204.526 41.970 34.989 11.221 536 1.293.242
Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten / Diolah Kembali

Tabel 2.16
Sarana Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010

Gereja Gereja Pure


Kecamatan / Masjid Surau Khatolik / Kristen dan
Sub District /Moscue /Mushola Kapel / Ptotestan / Vihara /
Church Church Vihara
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01 Prambanan 94 92 6 8 2
02 Gantiwarno 76 45 3 3 3
03 Wedi 131 49 2 2 3
04 Bayat 132 103 2 1 2

BUKU PUTIH SANITASI II - 22


KABUPATEN KLATEN
05 Cawas 128 130 4 5 1
06 Trucuk 148 117 6 - -
07 Kalikotes 74 26 1 - -
08 Kebonarum 36 39 1 1 -
09 Jogonalan 100 84 5 8 4
10 Manisrenggo 86 112 2 - -
11 Karangnongko 69 90 4 4 1
12 Ngawen 117 47 2 2 4
13 Ceper 102 120 3 1 1
14 Pedan 79 68 9 1 2
15 Karangdowo 72 87 4 - 6
16 Juwiring 118 104 1 3 2
17 Wonosari 101 86 5 3 -
18 Delanggu 78 69 5 1 1
19 Polanharjo 165 101 1 2 1
20 Karanganom 103 96 3 1 -
21 Tulung 165 36 4 - -
22 Jatinom 117 67 4 4 2
23 Kemalang 58 54 1 1 1
24 Klaten Selatan 90 23 6 8 3
25 Klaten Tengah 62 35 11 7 2
26 Klaten Utara 97 35 3 2 3
Jumlah / Total 2010 2.598 1.915 98 68 44
2009 2.534 2.101 98 70 44
2008 2.507 1.892 68 92 41
2007 2.486 1.770 68 92 49
2006 2.386 1.847 60 100 49
Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten
2.7. Perekonomian

2.7.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Klaten selama tahun 2010 dapat dilihat pada
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 yaitu
sebesar 1,73%.
Dibandingkan tahun 2009, pertumbuhan tahun 2010 lebih rendah, hal ini disebabkan karena
adanya serangan hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi hingga 4.409 Ha.
Cuaca ekstrim yang terjadi pada tahun 2010 juga merupakan salah satu penyebab turunnya
PDRB di sektor Pertanian. Demikian juga, dengan telah diselesaikannya pembangunan
infrastruktur pada tahun 2010, menyebabkan penurunan di sektor Bangunan / Konstruksi.
3 ( tiga ) sektor yang pertumbuhannya paling tinggi yairu sektor Jasa – jasa sebesar 8,23%,
Listrik dan Air Minum sebesar 7,89% dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
sebesar 7,30%. Sedangkan 3 ( tiga ) sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil
yaitu sektor Bangunan / Konstruksi sebesar -10,18%, Sektor Pertanian sebesar 9,15% dan
Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,36%.

BUKU PUTIH SANITASI II - 23


KABUPATEN KLATEN
Tabel 2.17 Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun 2000 – 2010
BERLAKU KONSTAN
TAHUN DASAR 2000
Tahun
Nilai % Pertum- Nilai % Pertum-
(juta Rp) buhan (juta Rp) buhan
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 3.332.343,53 - 3.332.343,53 -
2001 3.837.399,33 15,16 3.477.045,38 4,34
2002 4.404.119,84 14,77 3.612.899,26 3,91
2003 4.915.533,76 11,61 3.791.474,35 4,94
2004 5.475.849,75 11,40 3.975.792,87 4,86
2005 6.520.828,29 19,08 4.158.205,16 4,59
2006 7.504.499,43 15,09 4.253.788,00 2,30
2007 8.349.253,36 11.,26 4.394.688,02 3,31
2008 9.491.601,49 13,68 4.567.200,96 3,93
2009 10.358.526,02 9,13 4.761.018,67 4,24
2010 11.272.386,97 8,82 4.843.247,28 1,73

Sumber : Klaten Dalam Angka 2010

Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya tahun 2010 dapat dilihat sebagai
berikut.

Tabel 2.18 Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan


Solo Raya Tahun 2010
( Jutaan Rupiah )

Rincian Berlaku Konstan 2000

(1) (2) (3)

Propinsi 444.396.468,19 186.995.480,65

Klaten 11.272.386,97 4.843.247,28

Sukoharjo 9.911.509,17 4.978.263,31

Surakarta 9.941.136,57 5.103.886,25

Karanganyar 9.223.851,60 5.452.435,49

Boyolali 8.101.684,50 4.248.048,20

Wonogiri 6.302.822,89 2.998.123,41

Sragen 6.746.779,80 3.068.863,66

Sumber : Klaten dalam Angka 2010

BUKU PUTIH SANITASI II - 24


KABUPATEN KLATEN
Gambar 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Agregat Tahun 2006 – 2010
( Atas Dasar Harga Konstan 2000 )

4.5
4.24
4 3.93
3.5
3.31
3
2.5
2.3
2
1.73
1.5
1
0.5
0
2006 2007 2008 2009 2010

Tabel 2.19. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Klaten Tahun 2009 – 2010 ( % )

LAPANGAN USAHA 2009 2010


(1) (2) (3)
1. Pertanian 4,81 – 9,15
2. Penggalian 7,19 6,85

3. Industri Pengolahan 3,30 6,35


4. Listrik dan Air Minum 7,61 7,89

5. Bangunan / Konstruksi -2,72 - 10,18


6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,82 8,85

7. Angkutan dan Komu-nikasi 8,63 5,36


8. Keuangan, Persewaan & Jasa
6,77 7,30
Perusahaan

9. Jasa – jasa 8,10 8,23

PDRB 4,24 1,73

BUKU PUTIH SANITASI II - 25


KABUPATEN KLATEN
2.7.2 Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten.
Perekonomian Kabupaten Klaten tahun 2010, menurut Produk Domestik Regional Bruto atas
dasar harga berlaku didominasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 26,51%,
sektor Industri Pengolahan sebesar 20,59% dan sektor Pertanian sebesar 18,30%.
Sedangkan sektor – sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor Listrik dan Air Minum
sebesar 1,15%, sektor Penggalian sebesar 1,81% dan sektor Angkutan dan Komunikasi
sebesar 3,23%.

Tabel 2.20. Struktur Ekonomi Kabupaten Klaten Atas Dasar


Harga Berlaku Tahun 2009 – 2010 ( % )

LAPANGAN USAHA 2009 2010


(1) (2) (3)
1. Pertanian 19,64 18,30
2. Penggalian 1,75 1,81

3. Industri Pengolahan 20,05 20,59


4. Listrik dan Air Minum 1,12 1,15

5. Bangunan / Konstruksi 8,63 7,46


6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 25,68 26,51
7. Angkutan dan Komu-nikasi 3,21 3,23

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 3,90 4,05


9. Jasa – jasa 16,02 16,91

Sumber : Klaten Dalam Angka 2010

Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto.


Inflasi merupakan salah satu alat untuk melihat perubahan harga. Inflasi Produk Domestik
Regional Bruto tahun 2010 diperoleh dengan membagi antara Indeks Implisit tahun 2010 dan
tahun 2009. Indeks Implisit merupakan hasil bagi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga berlaku dengan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000.
Indeks Implisit tahun 2010 sebesar 232,74%, sedang tahun 2009 sebesar 217,57%, jadi
inflasi PDRB tahun 2010 = 6,97%.

BUKU PUTIH SANITASI II - 26


KABUPATEN KLATEN
Tabel 2.21. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Klaten Tahun 2009 – 2010 ( % )

LAPANGAN USAHA 2009 2010


(1) (2) (3)
1. Pertanian 194,51 217,11

2. Penggalian 278,35 292,19


3. Industri Pengolahan 225,67 237,05

4. Listrik dan Air Minum 338,58 349,03


5. Bangunan / Konstruksi 227,00 238,01
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 201,20 213,54

7. Angkutan dan Komu-nikasi 241,88 251,16


8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 226,83 238,63

9. Jasa – jasa 250,01 265,30

Sumber : Klaten Dalam Angka 2010

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita.

Produk Domestik Regional Bruto per Kapita merupakan hasil bagi PDRB dan penduduk
pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut harga berlaku tahun
2010 sebesar Rp. 8.635.310,07 naik sebesar 8,57% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.
Sedang jika dilihat atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 3.710.211,70 naik sebesar
1,50% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.

Tabel 2.22. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto


Per Kapita Tahun 2000 - 2010

BERLAKU KONSTAN 2000


TAHUN % Pertum- % Pertum-
Nilai (Rupiah) Nilai (Rupiah)
buhan buhan
(1) (2) (3) (4) (5)
2000 2.656.913,59 - 2.656.913,59 -
2001 3.040.848,95 14,45 2.755.295,68 3,70
2002 3.472.177,09 14,18 2.848.384,33 3,38
2003 3.856.046,44 11,06 2.974.265,23 4,42
2004 4.279.722,86 10,99 3.107.333,54 4,47
2005 5.078.862,92 18,67 3.238.691,91 4,23
2006 5.805.021,37 14,30 3.290.470,00 1,60
2007 6.444.304,16 11,01 3.392.004,66 3,09

BUKU PUTIH SANITASI II - 27


KABUPATEN KLATEN
2008 7.380.450,42 14,53 3.516.704,93 3,68
2009 7.953.322,11 7,76 3.655.531,20 3,95
2010 8.635.310,07 8,57 3.710.211,70 1,50

Sumber : Klaten dalam Angka 2010

2.8. Visi Dan Misi

Belajar dari sejarah, dan berangkat dari potensi yang dimiliki, maka visi pembangunan
daerah Kabupaten Klaten yang dirumuskan dalam RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun
2010-2015 adalah: “Terwujudnya Klaten Yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo. Visi tersebut
mengandung makna:

1. Masyarakat Klaten yang TOTO TITI : terwujudnya tatanan kehidupan yang


berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan sosial yang harmonis, kehidupan
perekonomian yang dinamis, kehidupan politik yang demokratis dan kondusif serta
menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kepemerintahan yang menerapkan 10 prinsip
Tata Pemerintahan yang Baik dan Bersih (Good Governance dan Clean Goverment)
meliputi: Partisipasi, Penegakan Hukum, Transparansi, Kesetaraan, Daya tanggap,
Wawasan kedepan, Akuntabilitas, Pengawasan, Efisiensi dan Efektivitas,
Profesionalisme.

2. Masyarakat Klaten yang TENTREM: Klaten yang TENTREM merupakan terwujudnya


tatanan kehidupan yang aman dan damai sebagai prasyarat bagi berlangsungnya
pembangunan yang merupakan proses dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat
yang adil dan sejahtera.

3. Masyarakat yang KERTORAHARJO: Klaten yang KERTO RAHARJO merupakan


terwujudnya tatanan kehidupan yang sejahtera, tercukupinya kebutuhan material dan
spiritual dalam naungan Rahmat dan Ridho Tuhan Yang Maha Kuasa.

Untuk mewujudkan visi tersebut dijabarkan dan diindikasikan sebagai berikut :

1. “WAREG” dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi masyarakat secara
menyeluruh.

2. “WARAS” dalam arti terpenuhinya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih bermutu
dan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Klaten.

BUKU PUTIH SANITASI II - 28


KABUPATEN KLATEN
3. “WASIS” dalam arti terwujudnya pendidikan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
kemampuan ekonomi masyarakat sehingga secara signifikan akan mendorong
terwujudnya kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil dan berwatak.

4. “WUTUH” dalam arti terpenuhinya kebutuhan sandang dengan segala manifestasinya


bagi masyarakat sehingga semakin mampu mewujudkan tingkat peradaban yang baik.

5. “WISMA” dalam arti terpenuhinya papan/perumahan yang lebih layak dan semakin
bermutu serta dapat terjangkau bagi lapisan masyarakat, baik di wilayah perkotaan dan
pedesaan serta didukung oleh terwujudnya lingkungan yang sehat , tertata dan
BERSINAR.

Dengan rumusan visi yang mempunyai jangka menengah dan rumusan misi yang
diharapkan dapat mewujudkan visi diperlukan suatu arah dan strategi pembangunan
daerah, untuk mengimplementasikannya dengan menyusun langkah-langkah yang berisikan
tujuan, sasaran dan program indikatif. Program indikatif tersebut juga dapat dirumuskan
dalam suatu agenda daerah, yang akan dijabarkan dalam program- kegiatan pembangunan
selama 5 (lima) tahun ke depan.

Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten selama kurun waktu 2010-2015 adalah sebagai
berikut:

1. Misi 1: Mengupayakan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (Wareg, Waras,


Wasis, Wisma dan Wutuh).

2. Misi 2: Mengupayakan terpenuhinya sarana prasarana kebutuhan sosial dasar


masyarakat.

3. Misi 3: Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan
materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

4. Misi 4: Meningkatkan partisipasi masyarakat dan penghargaan serta aktualisasi diri


dalam pembangunan.

5. Misi 5: Menumbuhkan kehidupan perekonomian yang dinamis dengan menumbuhkan


kehidupan perekonomian rakyat yang berbasis sumber daya lokal, menjaga
kelestarian lingkungan hidup, serta mengurangi kemiskinan.

6. Misi 6: Penerapan pengarusutamaan gender dalam berbagai fungsi pemerintahan.

BUKU PUTIH SANITASI II - 29


KABUPATEN KLATEN
7. Misi 7: Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak pelaku pembangunan.

8. Misi 8: Mewujudkan tata pemerintahan yang baik yang didukung sumber daya yang
memadai.

9. Misi 9: Mendorong proses kemandirian desa untuk mampu memenuhi kebutuhan


pemerintahan, ekonomi, sosial dan budaya.

2.9. Aspek Strategis Organisasi

Bersandar pada prinsip – prinsip otonomi daerah bahwa pemerintah daerah memiliki hak,
wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang mendukung tugas – tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas –
tugas pembantuan lainnya yang terejawantahkan sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Klaten Nomor .... Tahun ... tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Klaten.

Pemerintah Kabupaten Klaten dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selalu
mengedepankan pola pendekatan partisipastif (partisipatory approach) yang diharapkan
penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan daerah selalu berkembang dinamis dan
sejalan dengan aspirasi masyarakat, sehingga akan terjadi atau tumbuh timbal balik (feed
back) antara pemerintah daerah, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya
secara selaras, sinergi dan berkesinambungan.
Pemerintah Daerah terdiri dari Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang meliputi :
a. Sekretariat Daerah
b. Staf Ahli
c. Sekretariat DPRD
d. Dinas Daerah
e. Lembaga Teknis Daerah
f. Satpol PP
g. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
h. Kecamatan
i. Kelurahan

BUKU PUTIH SANITASI II - 30


KABUPATEN KLATEN
Gambar 2.7 Bagan SOTK Pemda Klaten

BUKU PUTIH SANITASI II - 31


KABUPATEN KLATEN
Dalam penyelenggaraan urusan sanitasi, berdasarkan SOTK Perangkat Daerah Kabupaten Klaten
telah terjabarkan pada tugas pokok dan fungsi beberapa SKPD terkait yaitu :

a. Satuan Kerja Perangkat Daerah Koordinatif dan Perencanaan Pembangunan adalah Badan
Perencana Pembangunan Daerah yaitu pada Bidang Fisik Prasarana dan Bidang Sosial dan
Budaya.

b. Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Teknis, meliputi :

1. Dinas Pekerjaan Umum yaitu pada Bidang Cipta Karya dan Bidang Kebersihan dan
Pertamanan dan Bidang SDA.

2. Dinas Kesehatan yaitu pada Bidang pengendalian Penyakit, Bidang Kesehatan Keluarga
dan Masyarakat, dan Bidang Promosi Kesehatan.

3. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana yaitu pada


bidang Pengembangan SDA, Lingkungan dan TTG.

4. Dinas Pendidikan terkait dengan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan non formal.

5. Badan Lingkungan Hidup yaitu pada Seksi pengendalian Kerusakan Lingkungan.

6. SKPD lainnya yang terkait dalam koordinasi pelaksanaan program kegiatan sanitasi yaitu
Bagian Kesra, Bagian Administrasi Pembangunan dan Bagian Perekonomian Setda
Kabupaten Klaten.

7. Perangkat Daerah Kewilayahan yang terdiri dari Kecamatan, Kelurahan dan Desa.

8. UPTD Puskemas

9. Jabatan Fungsional yaitu Sanitarian Kecamatan

10. PDAM Klaten yang melaksanakan tugas pokok dana fungsi penyediaan air minum yang
mendukung program AMPL.

Dalam upaya percepatan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) yang
sejalan dengan kebijakan nasional pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan, di
Kabupaten Klaten sejak tahun 2007 telah dibentuk Tim Koordinasi yang beranggotakan para
pinpinan SKPD terkait penyelenggaraan pembangunan AMPL dan Pokja AMPL yang bertugas
membantu Tim Koordinasi AMPL yang beranggotakan personil pejabat eselon III, IV dan staf yang
berasal dari SKPD terkait. Tugas pokok dari Pokja AMPL adalah :

BUKU PUTIH SANITASI II - 32


KABUPATEN KLATEN
a. Melaksanakan kegiatan dalam rangka penyusunan rencana kerja Operasionalisasi Kebijakan Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) berbasis masyarakat, termasuk Program Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan Sanitasi oleh Masyarakat
(SANIMAS);

b. Melaksanakan kegiatan sosialisasi, observasi, pengolahan data dan sinkronisasi Operasionalisasi


Kebijakan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL);

c. Memfasilitasi proses penyusunan program, kegiatan dan pemilihan /penentuan desa yang akan
menerima bantuan;

d. Memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat bagi terselenggaranya keberlanjutan


prasarana dan sarana air minum dan sanitasi yang berbasis masyarakat;

e. Memberikan bantuan teknis pada masyarakat penerima program kegiatan;

f. melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi hasil program kegiatan.

2.10. Tata Ruang Wilayah

2.10.1 Rencana Struktur Ruang


A. Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten
Penetapan sistem pusat pelayanan (perkotaan) tersebut dimaksudkan untuk menentukan
kawasan-kawasan yang berperan sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan sesuai dengan
jangkauan pelayanannya.
Sistem pusat kegiatan di Kabupaten Klaten sebagai berikut:
a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu kawasan perkotaan Klaten (Ibukota Kabupaten Klaten)
yang melayani wilayah Kabupaten Klaten dan wilayah kabupaten sekitarnya, yaitu
Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Gunungkidul dan sebagian Kabupaten Sleman.
b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan perkotaan yang melayani beberapa wilayah
kecamatan, yaitu:
1. Kawasan perkotaan Prambanan dan
2. Kawasan perkotaan Delanggu.
c. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), yaitu kawasan perkotaan yang melayani beberapa
wilayah kecamatan yang diproyeksikan menjadi Pusat Kegiatan Lokal, yaitu:
1. Kawasan perkotaan Wedi,
2. Kawasan perkotaan Pedan dan

BUKU PUTIH SANITASI II - 33


KABUPATEN KLATEN
3. Kawasan perkotaan Jatinom
d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu kawasan perkotaan yang melayani kecamatan yang
bersangkutan serta beberapa kecamatan sekitarnya, meliputi: Kawasan perkotaan
Gantiwarno, Kawasan perkotaan Bayat, Kawasan perkotaan Trucuk, Kawasan perkotaan
Kalikotes, Kawasan perkotaan Jogonalan, Kawasan perkotaan Kebonarum, Kawasan
perkotaan Manisrenggo, Kawasan perkotaan Karangnongko, Kawasan perkotaan Ngawen,
Kawasan perkotaan Cawas, Kawasan perkotaan Karangdowo, Kawasan perkotaan Juwiring,
Kawasan perkotaan Wonosari, Kawasan perkotaan Polanharjo, Kawasan perkotaan Ceper,
Kawasan perkotaan Karanganom, Kawasan perkotaan Tulung, Kawasan perkotaan
Kemalang

B. Rencana Sistem Perdesaan


Desa dan kelurahan yang yang tidak termasuk dalam sistem perkotaan, akan
dikembangkan pusat pelayanannya secara berjenjang sesuai dengan karakter dan potensi yang
dimiliki oleh masing-masing desa/kelurahan.
Sistem perdesaan disusun berdasarkan pelayanan perdesaan secara berhierarki, meliputi:
a. pusat pelayanan lingkungan (PPL) yang melayani beberapa wilayah administrasi desa;
b. pusat pelayanan setiap desa;
c. pusat pelayanan pada setiap dusun atau kelompok permukiman.
Hierarki pusat pelayanan desa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pusat Pelayanan Lingkungan
Pusat pelayanan lingkungan adalah desa yang memiliki peran selain melayani wilayah
desanya sendiri juga melayani beberapa desa di sekitarnya.
Kriteria penetapan desa pusat pertumbuhan adalah:
1. Tidak termasuk dalam kawasan perkotaan
2. Jarak dari kawasan perkotaan > 5 km
3. Tidak termasuk dalam kawasan rawan bencana
4. Memiliki skor/nilai yang relatif lebih tinggi dari desa lainnya, yang diukur dengan
indikator:
a) Proporsi penduduk yang bekerja di sektor selain pertanian
b) Banyaknya jenis fasilitas perkotaan yang dimiliki
c) Tingkat aksesibilitas
d) Jumlah dan kepadatan penduduk

BUKU PUTIH SANITASI II - 34


KABUPATEN KLATEN
Berdasarkan pertimbangan kriteria di atas, pusat pelayanan lingkungan di Kabupaten Klaten
ditetapkan meliputi: Desa Randusari Kecamatan Prambanan, Desa Mutihan Kecamatan
Gantiwarno, Desa Gentan Kecamatan Gantiwarno, Desa Trotok Kecamatan Wedi, Desa Wiro
Kecamatan Bayat, Desa Ngerangan Kecamatan Bayat, Desa Bogor Kecamatan Cawas, Desa
Karangasem Kecamatan Cawas, Desa Sajen Kecamatan Trucuk, Desa Jimbung Kecamatan
Kalikotes, Desa Sapen Kecamatan Manisrenggo, Desa Ngemplak Kecamatan Karangnongko,
Desa Banyuaeng Kecamatan Karangnongko, Desa Drono Kecamatan Ngawen, Desa
Srebegan Kecamatan Ceper, Desa Bakungan Kecamatan Karangdowo, Desa Bolopleret
Kecamatan Juwiring, Desa Serenan Kecamatan Juwiring, Desa Bulan Kecamatan Wonosari,
Desa Teloyo Kecamatan Wonosari, Desa Tegalgondo Kecamatan Wonosari, Desa Janti
Kecamatan Polanharjo, Desa Jeblok Kecamatan Karanganom, Desa Pomah Kecamatan
Tulung, Desa Kayumas Kecamatan Jatinom, Desa Randulanang Kecamatan Jatinom, Desa
Somopuro Kecamatan Jogonalan, Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang, Desa Temuwangi
Kecamatan Pedan, Desa Kaligawe Kecamatan Pedan, dan Desa Mendak Kecamatan
Delanggu.
b. Pusat desa biasa
Yaitu pusat pelayanan yang hanya melayani wilayah desa itu sendiri, dengan kriteria:
1. Tidak termasuk dalam kawasan perkotaan
2. Tidak sebagai DPP
c. Pusat dukuh
Yaitu pusat pelayanan yang hanya melayani dukuh itu sendiri.

C. Rencana Sistem Jaringan Prasarana


Untuk mengembangkan sarana dan prasarana wilayah, maka diprediksikan terlebih dahulu
jumlah, distribusi dan kepadatan penduduk di kabupaten Klaten hingga akhir tahun rencana, yaitu
tahun 2010 sampai dengan tahun 2029.

D. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air


Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumber daya air di Kabupaten
Klaten terdiri atas:
a. Pengembangan sungai, waduk, dan embung, meliputi:
1. pengelolaan sumber daya air dalam wilayah Kabupaten sebagai bagian dari
pengelolaan Wilayah Sungai Bengawan Solo dan Sebagian Wilayah Sungai Progo-
Opak-Serang;

BUKU PUTIH SANITASI II - 35


KABUPATEN KLATEN
2. pengelolaan sumber daya air merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Bengawan
Solo dan sebagian Daerah Aliran Sungai Progo-Opak-Serang meliputi:
a) Sub Daerah Aliran Sungai Dengkeng;
b) Sub Daerah Aliran Sungai Opak; dan
c) Sub Daerah Aliran Sungai Pusur-Brambang.
3. pengembangan dan pengelolaan waduk adalah Waduk/Rawa Jombor berada di Desa
Krakitan Kecamatan Bayat;
4. pelestarian bentuk dan fungsi sungai dan rawa dengan pengawasan ruang sempadan
secara ketat;
5. pengembangan embung di beberapa wilayah kecamatan meliputi: Kecamatan
Kemalang, Kecamatan Karangnongko, Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan
Gantiwarno, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Tulung, Kecamatan Jatinom,
Kecamatan Karanganom,Kecamatan Polanharjo, Kecamatan Wedi, Kecamatan Bayat
dan Kecamatan Cawas.
b. Pengembangan jaringan irigasi meliputi:
1. peningkatan jaringan irigasi dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan
menjadi irigasi teknis;
2. pembangunan bendung dan cek dam untuk meningkatkan suplai air pada jaringan
irigasi;
3. meningkatkan elevasi air dan volume tampungan air di sungai-sungai yang belum
dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi;
4. pengelolaan dan perlindungan daerah irigasi dalam Kabupaten terdiri atas:
a) daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah
sebanyak 2 daerah irigasi;
b) daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
provinsi sebanyak 6 daerah irigasi; dan
c) daerah irigasi yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
Kabupaten sebanyak 476 daerah irigasi.
5. mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi;
6. melibatkan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), Gabungan Perkumpulan Petani
Pemakai Air (GP3A), Induk Perkumpulan Petani Pemakai Air (IP3A) dalam
pengelolaan jaringan irigasi;
7. rehabilitasi dan pemeliharaan kerusakan jaringan irigasi; dan
8. pembangunan dan perbaikan pintu-pintu air.

BUKU PUTIH SANITASI II - 36


KABUPATEN KLATEN
c. Pengembangan jaringan air minum meliputi:
1. pengembangan jaringan air bersih perpipaan pada kawasan perkotaan;
2. pengembangan sistem air bersih difokuskan kepada upaya pengelolaan sumber air
yang ada, pemanfaatan sumber air baru dan peningkatan jaringan distribusi;
3. pengembangan jaringan air bersih di wilayah yang rawan kekurangan air bersih
meliputi: Kecamatan Kemalang, Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Karangnongko,
Kecamatan Jatinom, Kecamatan Gantiwarno, dan Kecamatan Bayat.
4. pembangunan jaringan perpipaan mandiri di perdesaan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah.
d. Pengembangan sistem pengendalian banjir meliputi:
1. pembangunan tanggul dan talud permanen disepanjang sungai;
2. normalisasi sungai;
3. pembangunan embung;
4. reboisasi kawasan resapan air;
5. pengendalian kawasan resapan air; dan
6. pengendalian kawasan lindung sempadan sungai.

E. Sistem Jaringan prasarana lainnya.


Pengembangan Sistem jaringan prasarana lainnya berupa pengelolaan lingkungan
yang terdiri atas:
a. Pengembangan sistem jaringan persampahan meliputi:
1. pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah berada di Desa Troketon
Kecamatan Pedan;
2. pengembangan tempat pengumpulan dan pemilahan sampah sementara meliputi:
a) Desa Joho Kecamatan Prambanan;
b) Desa Candirejo Kecamatan Ngawen; dan
c) Desa Jomboran Kecamatan Klaten Tengah.
3. pengembangan Tempat Penampungan Sementara (TPS) berada di sekitar pusat-
pusat lingkungan yang strategis;
4. pengembangan tong sampah berada di setiap rumah dan bangunan lainnya di
kawasan perkotaan, serta di sepanjang jalan utama kawasan perkotaan;
5. pengembangan teknologi pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse, Reduce,
Recycle); dan
6. peningkatan jaringan pelayanan sampah berada di seluruh kawasan perkotaan.

BUKU PUTIH SANITASI II - 37


KABUPATEN KLATEN
b. Pengembangan sistem pengelolaan limbah meliputi:
1. pengelolaan limbah industri kecil dan rumah tangga yang dikembangkan melalui
pengelolaan hasil limbah yang berupa biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi alternatif;
2. pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, limbah Bahan
Berbahaya Beracun (B3) secara mandiri pada fasilitas tertentu maupun secara
terpadu untuk pelayanan skala Kabupaten; dan
3. pengembangan instalasi pengelolaan limbah B3 di kawasan peruntukan industri.
c. Pengembangan sistem jaringan sanitasi meliputi:
1. pemenuhan fasilitas septic tank pada masing-masing Kepala Keluarga (KK) pada
wilayah perkotaan dan perdesaan;
2. pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat masyarakat
berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum;
3. pengembangan Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) di beberapa kecamatan
meliputi:
a) Kecamatan Klaten Tengah;
b) Kecamatan Jogonalan;
c) Kecamatan Delanggu; dan
d) Kecamatan Pedan.
4. pengembangan instalasi pengolah limbah domestik dan limbah tinja dengan sistem
perpipaan pada kawasan perkotaan; dan
5. mewajibkan pengembang pemukiman baru untuk menyediakan jaringan sanitasi, yang
terpadu dengan sistem jaringan wilayah.

d. Pengembangan sistem jaringan drainase meliputi:


1. pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan Sungai Dengkeng sebagai
jaringan drainase induk, dan berjenjang sesuai dengan ordo sungai yang ada;
2. normalisasi jaringan drainase yang ada;
3. mengembangkan sumur resapan pada tiap bangunan;
4. peningkatan sarana dan prasarana penunjang drainase;
5. pembangunan saluran drainase memperhatikan kontur dan daerah tangkapan air;
6. pembuatan saluran drainase tersendiri pada setiap kawasan fungsional seperti
kawasan industri, perdagangan, perkantoran dan pariwisata, yang terhubung ke
saluran primer tanpa membebani saluran di wilayah permukiman; dan

BUKU PUTIH SANITASI II - 38


KABUPATEN KLATEN
7. mengoptimalkan daya serap air ke dalam tanah untuk mengurangi beban saluran
drainase dengan penghijauan dan kewajiban pembuatan sumur resapan pada
kawasan-kawasan tertentu.
e. Pengembangan jalur dan ruang evakuasi bencana terdiri atas:
1. ruang evakuasi bencana gempa bumi meliputi:
a) lapangan olahraga setempat;
b) lapangan olahraga dan kantor Kecamatan Pedan dan Kecamatan Juwiring; dan
c) Dodiklatpur Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan, Gedung Olahraga
Gelarsena Kecamatan Klaten Utara dan pendopo Kabupaten.
2. jalur evakuasi bencana gempa bumi meliputi:
a) Bayat-Cawas-Pedan-Juwiring;
b) Prambanan-Jogonalan-Klaten Selatan;
c) Gantiwarno-Jogonalan; dan
d) Bayat-Wedi-Klaten Selatan.
3. ruang evakuasi bencana erupsi Gunung Merapi meliputi:
a) Balai Desa Dompol dan Balai Desa Keputran Kecamatan Kemalang;
b) Bumi Perkemahan Kepurun Kecamatan Manisrenggo;
c) Dodiklatpur Desa Danguran Kecamatan Klaten Selatan, Gedung Olahraga
Gelarsena Kecamatan Klaten Utara, dan pendopo Kabupaten; dan
d) lapangan sepak bola, sekolahan, kantor kecamatan dan kantor desa di wilayah
Kecamatan Manisrenggo, Kecamatan Prambanan, Kecamatan Karangnongko,
dan Kecamatan Jatinom.
4. jalur evakuasi bencana erupsi Gunung Merapi meliputi:
a) Kemalang-Manisrenggo-Prambanan; dan
b) Kemalang-Karangnongko-Kebonarum-Klaten Selatan.
5. ruang untuk hunian tetap korban bencana erupsi Gunung Merapi meliputi:
a) tanah kas desa di Desa Panggang Kecamatan Kemalang;
b) tanah kas desa di Desa Bawukan Kecamatan Kemalang; dan
c) tanah kas desa di Desa Kepurun Kecamatan Manisrenggo.
6. ruang evakuasi bencana banjir di kantor desa dan sekolahan setempat; dan
7. ruang evakuasi bencana tanah longsor di kantor desa dan sekolahan setempat.

BUKU PUTIH SANITASI II - 39


KABUPATEN KLATEN

Anda mungkin juga menyukai