Bab II Gambaran Umum Kabupaten Klaten
Bab II Gambaran Umum Kabupaten Klaten
Kondisi Umum merupakan gambaran kondisi wilayah Kabupaten Klaten secara keseluruhan.
Kondisi umum dilihat dari profil geografi, demografi, ekonomi dan profil sosial dan budaya.
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110˚26’14’’ - 110˚48’33’’ Bujur TImur dan
7˚32’19’’ - 7˚48’33’’ Lintang Selatan. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan
langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah
Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten
berbatasan dengan beberapa kabupaten :
Dari sisi bentangan garis katulistiwa, Kabupaten Klaten terletak antara 7032`19” Lintang Selatan
sampai 7048`33” Lintang Selatan dan antara 110026`14” Bujur Timur sampai 110047`51” Bujur
Timur.
Kondisi Fisik dasar Kabupaten Klaten digambarkan melalui beberapa kondisi, yang diuraikan
sebagai berikut :
a) Kondisi Topografi
Kondisi Topografi wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan Pegunungan
Seribu dengan ketinggian antara 76 – 1.60 m dpl (di atas permukaan laut). Kabupaten
Klaten, secara geografis terbagi ke dalam 3 (tiga) wilayah, yaitu:
BUKU PUTIH SANITASI II - 1
KABUPATEN KLATEN
1. Wilayah lereng Gunung Merapi (alam area yang miring) yang meliputi Kecamatan
Karangnongko, Kemalang, Jatinom dan Tulung.
2. Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan–kecamatan
Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen,
Kebonarum, Wedi, Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari,
Juwiring, Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.
3. Wilayah berbukit / gunung kapur (wilayah bagian selatan) yang hanya meliputi
sebagian Kecamatan Bayat, Cawas dan Gantiwarno.
Dari sisi topografi wilayah Kabupaten Klaten, dapat dirinci sebagai berikut:
1. Wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 m di atas permukaan laut (dpl) meliputi
sebagian dari kecamatan-kecamatan: Juwiring, Karangdowo dan Cawas.
2. Wilayah dengan ketinggian antara 100 – 200 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan:
Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno, Wedi, Bayat, Cawas (di bagian barat), Trucuk,
Kalikotes, Klaten Selatan, Klaten Tengah, Klaten Utara, Kebonarum (di bagian
selatan), Ngawen (di bagian selatan dan timur), Ceper, Pedan, Karanganom (di
bagian timur), Polanharjo (di bagian timur), Delanggu, Juwiring (di bagian barat) dan
Wonosari (di bagian barat).
3. Wilayah dengan ketinggian antara 200 – 400 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan
Manisrenggo, Jogonalan (di bagian utara), Karangnongko , Kebonarum (di bagian
utara), Ngawen (di bagian utara), Jatinom, Karanganom (di bagian barat), Tulung
(sebagian besar) dan Polanharjo (bagian barat).
4. Wilayah dengan ketinggian antara 400 – 1000 m dpl meliputi kecamatan-kecamatan:
Kemalang (sebagian besar), Manisrenggo (sebagian besar), Jatinom (sebagian kecil)
dan Tulung (sebagian kecil).
5. Wilayah dengan ketinggian 1.000 – 2000 m dpl berada di Kecamatan Kemalang.
Gambaran Luas Daerah di Kabupaten Klaten berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari
Permukaan Laut, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Luas Daerah di Kabupaten Klaten Berdasar Kecamatan dan Ketinggian dari
Permukaan Laut (dalam Ha dan meter dpl)
Luas (Ha) Berdasar Ketinggian (meter dpl)
No. Kecamatan 100- 200- 400- 1000- 1500- Jumlah
100 2000
200 400 1000 1500 2000
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
2.1.3 Hidrologi
Suplai air tanah maupun air tawar seluruhnya datang dari hujan yang berasal dari penguapan
air laut, yang merupakan bagian dari proses siklus hidrologi. Hujan yang jatuh akan meresap
ke dalam tanah, sebagian menjadi air tanah yang mengisi aguifer (formasi tanah yang
mengandung dan menghantarkan air tanah) dan sebagian besar mengalir di permukaan
sebagai run off (surface flow dan sub surface flow), dalam kenyatannya siklus hidrologi ini
sangat rumit meskipun pada dasarnya hidrologi adalah bagian dari ilmu bumi, namun pada
hakekatnya hidrologi harus berhubungan dengan atmosfir sebagai medium yang meneruskan
air ke muka bumi maupun dari muka bumi.
Wilayah kabupaten Klaten termasuk dalam wilayah DAS Bengawan Solo yaitu Sub DAS
Bengawan Solo hulu. Ada beberapa sumber air yang terdapat di Kabupaten Klaten dan sangat
bermanfaat untuk keperluan rumah tangga, irigasi, industry serta kepentingan-kepentingan
lainnya. Sungai-sungai besar yang mengalir dari atas/pegunungan menuju dan bermuara di
Bengawan Solo diantaranya : Kali Dengkeng, Kali Simping, Kali Pusur, Kali Brambang, dan
Kali Soko. Sungai-sungai tersebut mempunyai beberapa anak sungai pada bagian hulunya.
Kecuali pemanfaatan air beserta sumber-sumber air tersebut, terutama ditujukan untuk
menjaga kelestarian serta mencegah pencemaran terhadapnya. Dengan adanya banyak
sungai (air permukaan) yang mengalir diwilayah Kabupaten Klaten tersebut akan membawa
manfaat dan pengaruh terhadap kedalaman air tanah. Adanya sungai-sungai tersebut
merupakan suatu cara untuk menaikkan kedalaman air tanah sebagai discharge atau sebagai
pengisi yang merupakan suplai air tanah, di samping untuk kegiatan pengairan serta kegiatan-
kegiatan lainnya.
Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 ( dua puluh enam ) Kecamatan, 391 (
tiga ratus Sembilan puluh satu ) desa dan 10 ( sepuluh ) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga (
RT ) sebanyak 9.559 RT, dan Rukun Warga ( RW ) sebanyak 3.663 RW .
Sedangkan berdasarkan luas wilayah Desa/Kelurahan. Pedukuhan , Blok Sensus menurut
kecamatan pada tahun 2010 dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 2.2
Luas Wilayah, Desa / Kalurahan, Pedukuhan, Blok Sensus Menurut Kecamatan
Di Kabupaten Klaten Tahun 2010
Peta wilayah administratif Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar 1.307.562 jiwa, naik sebesar 3.652 jiwa
atau 0,28% bila dibandingkan tahun 2009. Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan
penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 1.995 per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis
kelamin, penduduk laki – laki sebesar 640.187 jiwa, naik sebesar 0,35%, perempuan sebesar
667.375 jiwa, naik sebesar 0,21 bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Apabila dilihat dari
kelompok umur, maka kelompok umur 15 - 19 sebesar 134.644 jiwa mendo-minasi penduduk
Kabupaten Klaten. Jumlah kepala keluarga tahun 2010 sebesar 377.234 kepala keluarga. Keadaan
ini menyebabkan rata - rata jiwa per keluarga sebesar 3,47 orang per keluarga. Sedangkan jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan penduduk kabupaten Klaten dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
di Kabupaten Klaten Tahun 1983 - 2010
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk Penduduk ( Jiwa ) /
Persentase /
Tahun / Year ( Jiwa ) / Population Growth of
Persentage
( Person ) Population
( Person )
(1) (2) (3) (4)
1983 1.124.869 12.334 1,10
1984 1.138.542 13.673 1,20
1985 1.149.171 10.269 0,89
1986 1.154.788 5.617 0,49
1987 1.161.255 6.437 0,55
1988 1.166.618 5.393 0,46
1989 1.172.976 6.358 0,54
1990 1.179.047 6.071 0,51
1991 1.184.619 5.572 0,47
1992 1.189.964 5.345 0,45
1993 1.196.501 6.537 0,55
1994 1.202.742 6.241 0,52
1995 1.216.009 13.267 1,09
1996 1.223.439 7.430 0,61
1997 1.228.640 5.201 0,42
1998 1.234.113 5.473 0,44
1999 1.242.711 8.598 0,69
2000 1.257.682 14.971 1,19
2001 1.265.295 7.613 0,60
2002 1.271.530 6.235 0,49
2003 1.277.297 5.767 0,45
2004 1.281.786 4.489 0,35
2005 1.286.058 4.272 0,33
2006 1.293.242 7.184 0,56
2007 1.296.987 3.745 0,29
2008 1.300.494 3.507 0,27
2009 1.303.910 3.416 0,26
2010 1.307.562 3.652 0,28
Sumber : Klaten Dalam Angka, BPS Kabupaten Klaten, 2010
Tabel 2.6
Proyeksi Jumlah Penduduk
Per Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010-2030
No Kecamatan 2010 2015 2020 2025 2029
2.4. Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam pembangunan nasional
maupun daerah. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarananya merupakan
hal utama yang harus diperhatikan. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan
modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia sendiri
ataupun pembangunan ekonomi. Pendidikan ataupun pengetahuan diakui secara luas sebagai
unsur mendasar dari pembangunan manusia.
Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk
melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di suatu daerah dikaitkan oleh
Sebagaimana dikemukakan di muka, aspek pendidikan dapat dilihat dari berbagai faktor,
diantaranya angka partisipasi sekolah yang ditampilkan dalam kelompok umur, yakni kelompok
7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun dan 19-24 tahun. Walaupun tidak merupakan sesuatu
yang mutlak, kelompok partisipasi sekolah 7-12 tahun akan dapat diparalelkan sebagai angka
partisipasi sekolah untuk SD/MI. Kelompok 13-15 tahun akan mempresentasikan angka
partisipasi sekolah untuk tingkat SLTP/MTs, kelompok umur 16-18 tahun akan menunjukkan
angka partisipasi sekolah untuk tingkat SMU/SMK/MA. Sedangkan kelompok umur 19-24 tahun
akan menunjukkan angka partisipasi sekolah untuk tingkat perguruan tinggi/akademi dengan
berbagai jenjang pendidikan S-0 (D-I, D-II, D-III), D-IV, S-1. Berikut ini adalah beberapa
indikator pendidikan di Kabupaten Klaten selama tahun 2007-2009.
Tabel 2.7 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Klaten Tahun 2007-2009
2007 2008 2009
No. Sekolah, Guru dan Murud
Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
01. Jumlah Sekolah
a. SD 772 27 769 37 766 40
b. SMP 65 43 65 41 65 42
c. SMA 16 15 16 15 16 15
d. SMK 9 43 9 42 10 42
02. Jumlah Guru
a. SD 8.373 334 8.393 449 7.615 460
b. SMP 3.084 776 3.083 722 3.074 746
c. SMA 1.017 363 1.039 353 1.042 343
d. SMK 545 1.410 580 1.382 657 1.352
03 Jumlah Murid
a. SD 103.226 4.938 102.244 5.927 102.017 6.446
7.418
b. SMP 41.460 7.958 40.953 40.361 7.110
Bila dilihat pada tabel tersebut terjadi penurunan jumlah SD Negeri dari 772 pada Tahun 2007
menjadi 766 di tahun 2009. sementara disisi lain, terjadi peningkatan SD swasta dari 27 pada
Tahun 2007 menjadi 40 SD di Tahun 2009. Untuk tingkatan pendidikan menengah, baik SMP
maupun SMK swasta, terjadi penurunan jumlah sekolah. Jumlah SMP swasta di tahun 2007
sebanyak 43 menjadi 42 pada tahun 2009. Demikian halnya dengan SMK swasta menurun dari
Tabel 2.9 Angka Putus Sekolah di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2007 - 2009
Sekolah Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5)
Negeri SD 53 57 46
SMP 105 21 42
SMU 5 8 6
SMK 20 55 50
Swasta SD 2 2 3
SMP 74 17 42
SMU 14 19 11
SMK 358 138 338
JUMLAH DI SWASTA 448 212 394
KESELURUHAN 541 353 538
Pada Indeks pendidikan seperti yang telah diungkapkan di bagian sebelumnya, terjadi
sedikit penurunan dari 76,74 di tahun 2008 menjadi 76,33 di tahun 2009. Turunnya Indeks
Pendidikan ini dipengaruhi oleh Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf dimana
angka Rata-rata Lama Sekolah sedikit turun dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,75 menjadi
2.5. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Melalui upaya tersebut
diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik, sebagaimana pada
kalimat pembuka pada Human Development Report (HDR): “…tujuan utama dari
pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk
Berbagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan
oleh pemerintah Kabupaten Klaten selama ini. Di antaranya dengan memberikan penyuluhan
kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku hidup sehat, penyediaan berbagai
fasilitas umum seperti puskesmas, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta
penyediaan fasilitas air bersih.
Salah satu indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimana Angka
Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru
lahir pada suatu tahun tertentu. Variabel AHH diharapkan dapat mencerminkan “Lama Hidup”
sekaligus “Hidup Sehat” suatu masyarakat dan estimasi umur yang bisa dicapai oleh bayi yang
baru dilahirkan. Usia hidup panjang tanpa ditunjang oleh kesehatan tentunya hanya akan
menjadi beban, sehingga membicarakan masalah usia harapan hidup, tidak dapat dilepaskan
dari upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
AHH di Kabupaten Klaten tahun 2009 adalah 71,40 tahun, lebih tinggi dibanding tahun 2008
yang sebesar 71,14 tahun. Angka harapan hidup ini salah satunya dipengaruhi oleh Angka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate / IMR) dimana pada tahun 2009 ini IMR lebih rendah
dibanding tahun 2008 yaitu dari 7,3 / 1000 kelahiran hidup menjadi 6,5 / 1000 kelahiran hidup.
Angka ini menunjukkan keberhasilan pemerintah menekan angka kematian bayi di Kabupaten
Klaten. Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gizi dan kesehatan
lingkungan, kepercayaan, nilai-nilai dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga,
mempengaruhi mortalitas dalam masyarakat. Tingginya kematian ibu melahirkan merupakan
cerminan dari ketidaktahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan
pencegahan terjadinya komplikasi kehamilan. Gambaran perkembangan UHH di Kabupaten
Klaten selama tahun 2007-2009 selengkapanya dapat dilihat pada bagian berikut.
- Rumah Sakit 7 7 7
- Rumah sakit jiwa 1 1 1
- Puskesmas 34 34 34
- Puskesmas Pembantu 82 86 86
- Rumah Bersalin Swasta 18 19 19
- Balai Pengobatan Swasta 6 28 28
Selain jumlah fasilitas kesehatan, kualitas kesehatan juga diukur dari jumlah kematian bayi
lahir dan ibu melahirkan. Selama 3 (tiga) tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah ibu
melahirkan. Pada tahun 2007 sebanyak 17.584 orang, kemudian menjadi 18.932 di Tahun
2008, dan pada Tahun 2009 meningkat menjadi 19.459. Peningkatan ini tentu menyebabkan
jumlah bayi lahir juga meningkat. Jumlah kelahiran bayi pada Tahun 2007 sebanyak 17.584
jiwa, kemudian naik di tahun 2008 menjadi 18.794 jiwa dan pada Tahun 2009 meningkat
Tabel 2.11 Jumlah Kelahiran, Kematian Bayi, Ibu Melahirkan dan Kematian Ibu Maternal di
Kabupaten Klaten Tahun 2007 – 2009
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Angka Kematian Ibu Bersalin (MMR) turun pada
tahun 2009 dibanding tahun 2008 mengalami penurunan, dari sejumlah 7 kematian
menjadi 4 kematian. Meskipun demikian, masih adanya kematian ibu bersalin tetap perlu
menjadi perhatian, mengingat usaha pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi
maupun kematian ibu melahirkan dihadapkan pada kemampuan mengatasi permasalahan
status ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas yang sangat dipengaruhi oleh kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan dan pengetahuan serta status gizi dan
pelayanan kesehatan.
Status gizi berkaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat dengan sasaran: Balita
Kekurangan Energi Protein (KEP), Balita Kekurangan Vitamin A (KVA), Ibu hamil KEK, Ibu
hamil kekurangan Zat Besi, Penderita GAKY anak Sekolah, bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), Wanita Usia Subur Anemia.
a. Kesejahteraan Masyarakat
Analisis kinerja atas fokus kesejahteraan sosial dilakukan terhadap beberapa indikator sosial,
yang mencakup: (i) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (ii) Tingkat Kemiskinan; dan (iii)
Rasio Penduduk yang Bekerja. Gambaran rincian terhadap fokus kesejahteraan sosial di
Kabupaten Klaten, secara umum adalah sebagai berikut:
Pemanfaatan IPM sebagai alat pemantauan juga merupakan alat paling penting dalam
manajemen pembangunan, karena IPM dapat memperlihatkan dampak pembangunan yang
dilakukan pada periode sebelumnya. IPM sebagai suatu ukuran yang mengkaitkan
pertumbuhan ekonomi dengan kualitas fisik untuk mengambarkan tingkat kualitas hidup dan
kesejahteraan rakyat merupakan alat ukur yang sensitif karena juga dapat mengukur dampak
krisis ekonomi pada kehidupan penduduk.
IPM merupakan suatu indeks komposit yang disusun dari 3 (tiga) komponen esensial untuk
kehidupan manusia, yaitu: (i) Usia hidup panjang dan sehat (diukur dengan Angka Harapan
Hidup ketika lahir), (ii) Pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan Angka Melek Huruf
(literacy rate) dan Rata-rata lama sekolah yang ditempuh oleh penduduk usia 15 tahun ke
atas (Mean years of schooling), dan (iii) Standar hidup layak yang diukur dengan komsumsi
perkapita riil yang sesuaikan (PPP – Purchasing Power Parity – dalam rupiah). Hasil
penghitungan IPM Kabupaten Klaten dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.12 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Klaten Tahun 2007 - 2009
Tahun
Uraian Komponen Pembentuk IPM
2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bahwa IPM di Kabupaten Klaten pada tahun 2009
secara total mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 72,48 pada tahun 2007; menjadi
sebesar 72,93 pada tahun 2008 dan meningkat lagi menjadi 73,29 pada tahun 2009. Dilihat
dari 3 (tiga) komponen pendukungnya maka terjadi peningkatan pada beberapa indeks,
yaitu Indeks Harapan Hidup (IHH) dari sebesar 76,55 pada tahun 2007, menjadi sebesar
76,92 di tahun 2008 dan tahun 2009 naik lagi menjadi sebesar 77,33. Indeks Pendidikan
(IP) justru mengalami penurunan dari 76,74 pada tahun 2008 menjadi sebesar 76,33 pada
tahun 2009, sedangkan Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami peningkatan dari 64,26
pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,13 pada tahun 2008, selanjutnya untuk tahun 2009
meningkat lagi menjadi sebesar 66,20.
2. Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu fokus utama dalam Tujuan Pembangunan Global atau
Millenium Development Goals (MDGs). Jika dilihat berdasarkan pentahapan Keluarga
Sejahtera (KS), menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2009 terjadi penurunan keluarga
Pra Sejahtera dan peningkatan dalam Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera III
dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS III dan KS Plus). Jumlah keluarga Pra Sejahtera yang
pada tahun 2007 sebanyak 89.881 KK turun menjadi 78.179 KK di Tahun 2009.
Peningkatan terjadi di kelompok jumlah Keluarga Sejahtera I (KS I) yang pada tahun 2007
sebanyak 69.923 KK, pada tahun 2009 bertambah menjadi sebesar 72.997 KK. Gambaran
selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut.
100,000.00
80,000.00
60,000.00
40,000.00
20,000.00
0.00
2007 2008 2009
Jumlah Penduduk Miskin, yang biasa diartikan sebagai penjumlahan penduduk dalam
kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (KS I) juga bisa dilihat menurut
kecamatan di Kabupaten Klaten. Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
miskin, untuk kategori peringkat 5 besar, masing-masing ada di Kecamatan Bayat,
Kecamatan Trucuk, Kecamatan Jatinom, Kecamatan Kemalang dan Kecamatan Cawas.
Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Miskin (Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I) Berdasar
Kecamatan (dalam satuan KK)
Pra
No Kecamatan KS I KS II KS III KS II+ Jumlah PS+KSI Ranking
sejahtera
1 Prambanan 3,222 3,733 3,040 2,188 605 12,788 6,955 6
2 Gantiwarno 3,571 2,902 2,138 2,563 203 11,377 6,473 9
3 Wedi 3,212 2,668 3,039 4,634 906 14,459 5,880 13
4 Bayat 13,574 2,152 623 245 133 16,727 15,726 1
5 Cawas 4,495 3,161 7,731 1,975 53 17,415 7,656 5
6 Trucuk 6,034 6,500 5,309 2,027 311 20,181 12,534 2
7 Kalikotes 2,098 1,918 2,990 1,991 142 9,139 4,016 20
8 Kebonarum 815 1,463 1,990 1,137 229 5,634 2,278 26
9 Jogonalan 2,460 4,434 3,480 4,883 126 15,383 6,894 7
10 Manisrenggo 3,383 2,734 3,567 945 52 10,681 6,117 12
11 Karangnongko 2,589 2,181 1,681 3,042 143 9,636 4,770 18
12 Ngawen 1,883 2,190 4,098 2,119 788 11,078 4,073 19
13 Ceper 2,374 4,007 6,777 3,162 433 16,753 6,381 11
Kualitas dan efektifitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai korelasi positif
yang cukup erat dengan suksesnya program-program pembangunan. Dalam hal ini
gambaran profil SDM merupakan suatu informasi masukan untuk mengevaluasi
pembangunan ekonomi pada tahap sebelumnya, dan merencanakan tahapan
pembangunan berikutnya. Masalah angkatan kerja adalah masalah yang perlu
mendapat perhatian besar dalam melakukan perencanaan pembangunan, karena di
dalam kelompok angkatan kerja ini terdapat kelompok penduduk yang bertindak
sebagai pelaku ekonomi. Karakteristik angkatan kerja ini sangat besar pengaruhnya
bagi kesejahteraan penduduk, terutama jika dilihat secara ekonomi makro.
Semakin besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara, maka semakin besar
penawaran tenaga kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan
permintaan tenaga kerja (kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di
samping itu, semakin besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas
penduduk usia kerja untuk menopang penduduk usia tidak produktif, sehingga nilai
ratio ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan
jumlah kesempatan kerja yang mencukupi.
Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai
acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Di samping itu, trend
indikator ini akan menunjukkan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke
tahun. Secara teori, penduduk dapat dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu: (i)
penduduk usia kerja, dan (ii) penduduk bukan usia kerja,
Tabel 2.14 Beberapa Indikator Kependudukan dan Ketenagakerjaan di Kabupaten Klaten Tahun
2007 - 2009
b. Agama
Kehidupan keagamaan yang harmonis, sangat didambakan oleh seluruh umat beragama di
Kabupaten Klaten. 93,19% penduduk Kabupaten Klaten memeluk agama Islam, 3,17%
memeluk agama Katholik, 2,83% beragama Kristen Protestan, 0,75 beragama Hindu dan
sebanyak 0,05% beragama Budha.
Protestan
Kecamatan / Islam / Katholik
/ Hindu Budha Jumlah/Total
Sub District Moslem /Katholik
Christian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01 Prambanan 46.750 1.172 1.215 88 168 49.393
02 Gantiwarno 37.280 2.023 1.300 508 - 41.111
03 Wedi 51.627 2.051 1.630 717 - 56.025
04 Bayat 62.376 1.440 331 67 - 64.214
05 Cawas 64.008 1.222 868 98 - 66.196
06 Trucuk 81.432 432 888 24 2 82.778
07 Kalikotes 37.003 601 378 14 7 38.003
08 Kebonarum 15.748 2.838 1.843 1.067 - 21.496
09 Jogonalan 49.664 4.986 2.022 1.705 25 58.402
10 Manisrenggo 40.995 287 782 146 - 42.210
11 Karangnongko 32.653 2.033 1.657 1.569 - 37.912
12 Ngawen 41.900 1.532 723 670 - 44.825
13 Ceper 60.166 2.800 923 43 53 63.985
14 Pedan 46.927 516 1.265 266 15 48.989
15 Karangdowo 48.142 210 1.887 838 - 51.077
16 Juwiring 59.540 849 702 256 1 61.348
17 Wonosari 59.950 1.194 1.675 26 14 62.859
18 Delanggu 42.315 643 1.836 66 29 44.889
19 Polanharjo 45.376 371 512 46 - 46.305
20 Karanganom 48.423 321 501 - - 49.245
21 Tulung 54.263 184 261 - - 54.708
22 Jatinom 55.846 813 314 619 - 57.592
23 Kemalang 33.707 705 532 162 - 35.106
24 Klaten Selatan 34.252 3.505 3.951 432 64 42.204
25 Klaten Tengah 32.618 5.417 5.680 117 213 44.045
26 Klaten Utara 35.621 3.368 3.368 263 25 42.645
Jumlah / Total 2010 1.218.582 41.513 37.044 9.807 616 1.307.562
2009 1.215.352 41.726 37.044 9.340 448 1.303.910
2008 1.211.422 42.142 36.756 9.608 567 1.300.494
2007 1.210.877 37.814 36.104 11.507 684 1.296.987
2006 1.204.526 41.970 34.989 11.221 536 1.293.242
Sumber / Source : Departemen Agama Kabupaten Klaten / Diolah Kembali
Tabel 2.16
Sarana Ibadah Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2010
Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Klaten selama tahun 2010 dapat dilihat pada
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) atas dasar harga konstan 2000 yaitu
sebesar 1,73%.
Dibandingkan tahun 2009, pertumbuhan tahun 2010 lebih rendah, hal ini disebabkan karena
adanya serangan hama wereng coklat yang menyerang tanaman padi hingga 4.409 Ha.
Cuaca ekstrim yang terjadi pada tahun 2010 juga merupakan salah satu penyebab turunnya
PDRB di sektor Pertanian. Demikian juga, dengan telah diselesaikannya pembangunan
infrastruktur pada tahun 2010, menyebabkan penurunan di sektor Bangunan / Konstruksi.
3 ( tiga ) sektor yang pertumbuhannya paling tinggi yairu sektor Jasa – jasa sebesar 8,23%,
Listrik dan Air Minum sebesar 7,89% dan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
sebesar 7,30%. Sedangkan 3 ( tiga ) sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil
yaitu sektor Bangunan / Konstruksi sebesar -10,18%, Sektor Pertanian sebesar 9,15% dan
Angkutan dan Komunikasi sebesar 5,36%.
Perbandingan PDRB Provinsi Jawa Tengah dan Solo Raya tahun 2010 dapat dilihat sebagai
berikut.
4.5
4.24
4 3.93
3.5
3.31
3
2.5
2.3
2
1.73
1.5
1
0.5
0
2006 2007 2008 2009 2010
Tabel 2.19. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Klaten Tahun 2009 – 2010 ( % )
Produk Domestik Regional Bruto per Kapita merupakan hasil bagi PDRB dan penduduk
pertengahan tahun. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita menurut harga berlaku tahun
2010 sebesar Rp. 8.635.310,07 naik sebesar 8,57% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.
Sedang jika dilihat atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 3.710.211,70 naik sebesar
1,50% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.
Belajar dari sejarah, dan berangkat dari potensi yang dimiliki, maka visi pembangunan
daerah Kabupaten Klaten yang dirumuskan dalam RPJM Daerah Kabupaten Klaten Tahun
2010-2015 adalah: “Terwujudnya Klaten Yang Toto Titi Tentrem Kerto Raharjo. Visi tersebut
mengandung makna:
1. “WAREG” dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi masyarakat secara
menyeluruh.
2. “WARAS” dalam arti terpenuhinya tingkat kesehatan masyarakat yang lebih bermutu
dan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Klaten.
5. “WISMA” dalam arti terpenuhinya papan/perumahan yang lebih layak dan semakin
bermutu serta dapat terjangkau bagi lapisan masyarakat, baik di wilayah perkotaan dan
pedesaan serta didukung oleh terwujudnya lingkungan yang sehat , tertata dan
BERSINAR.
Dengan rumusan visi yang mempunyai jangka menengah dan rumusan misi yang
diharapkan dapat mewujudkan visi diperlukan suatu arah dan strategi pembangunan
daerah, untuk mengimplementasikannya dengan menyusun langkah-langkah yang berisikan
tujuan, sasaran dan program indikatif. Program indikatif tersebut juga dapat dirumuskan
dalam suatu agenda daerah, yang akan dijabarkan dalam program- kegiatan pembangunan
selama 5 (lima) tahun ke depan.
Misi Pembangunan Daerah Kabupaten Klaten selama kurun waktu 2010-2015 adalah sebagai
berikut:
3. Misi 3: Mengupayakan rasa aman lahir dan batin serta tercukupinya kebutuhan
materiil dan spiritual dan meningkatkan keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
8. Misi 8: Mewujudkan tata pemerintahan yang baik yang didukung sumber daya yang
memadai.
Bersandar pada prinsip – prinsip otonomi daerah bahwa pemerintah daerah memiliki hak,
wewenang dan kewajiban mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan yang mendukung tugas – tugas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas –
tugas pembantuan lainnya yang terejawantahkan sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Klaten Nomor .... Tahun ... tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Klaten.
Pemerintah Kabupaten Klaten dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya selalu
mengedepankan pola pendekatan partisipastif (partisipatory approach) yang diharapkan
penyelenggaraan urusan wajib dan urusan pilihan daerah selalu berkembang dinamis dan
sejalan dengan aspirasi masyarakat, sehingga akan terjadi atau tumbuh timbal balik (feed
back) antara pemerintah daerah, masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya
secara selaras, sinergi dan berkesinambungan.
Pemerintah Daerah terdiri dari Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah yang meliputi :
a. Sekretariat Daerah
b. Staf Ahli
c. Sekretariat DPRD
d. Dinas Daerah
e. Lembaga Teknis Daerah
f. Satpol PP
g. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu
h. Kecamatan
i. Kelurahan
a. Satuan Kerja Perangkat Daerah Koordinatif dan Perencanaan Pembangunan adalah Badan
Perencana Pembangunan Daerah yaitu pada Bidang Fisik Prasarana dan Bidang Sosial dan
Budaya.
1. Dinas Pekerjaan Umum yaitu pada Bidang Cipta Karya dan Bidang Kebersihan dan
Pertamanan dan Bidang SDA.
2. Dinas Kesehatan yaitu pada Bidang pengendalian Penyakit, Bidang Kesehatan Keluarga
dan Masyarakat, dan Bidang Promosi Kesehatan.
4. Dinas Pendidikan terkait dengan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan non formal.
6. SKPD lainnya yang terkait dalam koordinasi pelaksanaan program kegiatan sanitasi yaitu
Bagian Kesra, Bagian Administrasi Pembangunan dan Bagian Perekonomian Setda
Kabupaten Klaten.
7. Perangkat Daerah Kewilayahan yang terdiri dari Kecamatan, Kelurahan dan Desa.
8. UPTD Puskemas
10. PDAM Klaten yang melaksanakan tugas pokok dana fungsi penyediaan air minum yang
mendukung program AMPL.
Dalam upaya percepatan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) yang
sejalan dengan kebijakan nasional pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan, di
Kabupaten Klaten sejak tahun 2007 telah dibentuk Tim Koordinasi yang beranggotakan para
pinpinan SKPD terkait penyelenggaraan pembangunan AMPL dan Pokja AMPL yang bertugas
membantu Tim Koordinasi AMPL yang beranggotakan personil pejabat eselon III, IV dan staf yang
berasal dari SKPD terkait. Tugas pokok dari Pokja AMPL adalah :
c. Memfasilitasi proses penyusunan program, kegiatan dan pemilihan /penentuan desa yang akan
menerima bantuan;