Mario P. A. D. R. Boediono
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
2
Mario P. A. D. R. Boediono
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
ABSTRAK
ABSTRACT
Menyetujui
Mengetahui
Ketua Departemen,
Tanggal lulus:
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan
oktober 2009 sampai Juli 2011 di Laboratorium Kimia Fisik, Departemen Kimia
FMIPA IPB, dan Laboratorium Terpadu, IPB. Karya ilmiah yang berjudul
Pemisahan dan Pencirian Amilosa-Amilopektin Pati Jagung dan Pati Kentang
pada Berbagai Variasi Suhu ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana sains pada Departemen Kimia FMIPA IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ahmad Sjahriza
selaku pembimbing pertama dan Ibu Dr. Tetty Kemala M.Si. selaku pembimbing
kedua yang telah memberikan arahan, saran, dan dorongan selama pelaksanaan
penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih penulis berikan
kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan kakak serta adikku (Stela, Fernando,
Angel, Davega) yang selalu memberikan semangat, doa, dan kasih sayang. Terima
kasih juga kepada Bapak Nano, Ibu Ai, Bapak Ismail, para analis laboratorium
terpadu atas fasilitas dan bantuan yang diberikan selama penelitian. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Siti Rachmah, Vicky, Ema, Rita, Bayu, Alvin,
Maired, dan yang turut membantu, memberikan semangat dan dukungannya
dalam penyusunan karya ilmiah.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
proses lebih lanjut dibanding dengan metode diberikan pada penambahan iod merupakan
lain yang menggunakan banyak bahan kimia contoh pembentukan kompleks tersebut (Hart
seperti dengan penggunaan dimetil sulfoksida 1987). Amilosa merupakan komponen yang
(DMSO) dan n-butanol. larut dalam air pada suhu 70 sampai 800C
Untuk mengetahui senyawa yang (Heldman 1980).
diperoleh dari pemisahan berupa amilosa dan Dalam tubuh manusia, pemecahan amilosa
amilopektin dari sifat fisiknya dilakukan dipengaruhi oleh enzim yang terdapat di
karakterisasi menggunakan Differential dalam tubuh. Enzim amilase bekerja secara
scanning calorimetry (DSC). (Brown 1988). spesifik memecah ikatan 1,4 dalam amilosa
Metode viskositas Brookfield digunakan untuk untuk membentuk maltosa yang merupakan
mengetahui bobot molekul. Untuk mengetahui disakarida, kemudian enzim maltase akan
kadar pati pada contoh digunakan metode memecah maltosa menjadi 2 unit glukosa
Luff-Schoorl. yang dapat diserap oleh tubuh manusia
(Smith, Walter 1967, Harper 1981).
TINJAUAN PUSTAKA Amilopektin adalah molekul hasil
polimerisasi unit-unit glukosa anhidrous
melalui ikatan α-1,4 dan α-1,6 pada setiap 20-
Polisakarida 26 unit monomer (Rapaille dan Vanhemelrijck
1994) Amilopektin juga dapat membentuk
Polisakarida adalah polimer hasil kristal, tetapi tidak sereaktif amilosa. Hal ini
kondensasi monosakarida dan tersusun dari terjadi karena adanya rantai percabangan yang
banyak molekul monosakarida yang berikatan menghalangi terbentuknya kristal.
satu sama lain, dengan melepaskan sebuah Pemecahan amilopektin dalam tubuh
molekul air untuk setiap ikatan yang manusia oleh enzim β-amilase hanya akan
terbentuk. Senyawa ini memiliki rumus umum memproduksi 50% maltosa, karena enzim
(C6H10O5)n dimana ‘n’ adalah banyaknya tersebut hanya akan memecah ikatan α-(1,4)-
monomer. Beberapa polisakarida berfungsi D-glukosa, sedangkan α-(1,6)-D-glukosa tidak
sebagai bentuk penyimpanan bagi bisa terpecah (Smith dan Walters 1967).
monosakarida, sedangkan yang lain berfungsi Derajat polimerisasi amilopektin sangat
sebagai unsur struktural di dalam dinding sel bervariasi. Bila dibandingkan dengan amilosa
dan jaringan pengikat. Polisakarida umumnya yang hanya memiliki derajat polimerisasi
tidak memiliki bobot molekul yang tertentu, sebesar 500-2.000 unit glukosa (Pomeranz
karena polisakarida merupakan campuran dari 1991), derajat polimerisasi amilopektin sangat
molekul dengan bobot molekul tinggi besar yaitu lebih dari 50.000 unit glukosa
(Lehninger 1982). yang berarti berat molekul amilopektin yaitu
Pati adalah homoglikan yang terdiri dari 107 Dalton (Rapaille, Vanhemelrijck 1994).
satu jenis unit D-glukosa yang dihubungkan Bahkan menurut Blanshard dan Lillford
dengan ikatan glukosida. Ikatan gukosida (1987) menyebutkan berat molekul
stabil pada kondisi alkali dan dapat amilopektin mencapai 108 Dalton.
dihidrolisis pada kondisi asam. Unit glukosa Viskositas pasta amilopektin akan
pada pati membentuk dua jenis polimer yaitu meningkat apabila konsentrasinya dinaikkan
amilosa dan amilopektin (Swinkles 1985). (0-3%). Akan tetapi hubungan ini tidak linier,
Amilosa merupakan rantai lurus yang sehingga diperkirakan terjasi interaksi atau
terdiri dari molekul-molekul glukosa yang pengikatan secara acak di antara molekul-
berikatan α-(1,4)-D-Glukosa. Amilosa molekul cabang (Swinkles 1985).
memiliki berat molekul (BM) yang berbeda
untuk setiap jenis pati. Contohnya, pati O
refluks selama 3 jam. Kemudian contoh air 1:60 memiliki kandungan amilosa yang
didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 30 paling besar. Hal ini dikarenakan interaksi
% hingga pH mencapai 6 – 7. Sebanyak 10 antara sampel dengan air lebih banyak yang
mL contoh yang telah netral dimasukkan ke menyebabkan amilosa yang larut dalam air
dalam erlenmeyer asah dan ditambahkan air lebih banyak juga. Dari perbandingan suhu
15 mL dan larutan luff schoorl sebanyak 25 yang digunakan dapat diketahui bahwa pada
mL, kemudian dipanaskan selama 10 menit suhu yang lebih tinggi kandungan amilosa
hingga mendidih. Ditambahkan 15 mL larutan yang dihasilkan juga lebih besar. Hasil
KI 20 % dan 20 mL larutan H2SO4 25 % dan pengukuran standar dan sampel disajikan pada
segera titrasi dengan Na2SO3 0.1 N yang telah Lampiran 4 dan 5.
distandardisasi. Penambahan indikator
amilum dilakukan pada saat titrasi Tabel 1 Kadar amilosa dan amilopektin
berlangsung, titrasi dihentikan pada saat Amilopektin
larutan berubah warna dari biru menjadi putih Sampel Amilosa (%)
(%)
keruh. JA1 29.45 70.55
HASIL DAN PEMBAHASAN JA2 21.04 78.96
JA3 25.09 74.91
Pemisahan amilosa dan amilopektin JB1 9.47 90.53
dilakukan terhadap tepung jagung dan kentang
dengan variasi konsentrasi dan suhu. Prosedur JB2 13.21 86.79
pemisahan dilakukan dengan melarutkan JB3 15.78 84.22
sampel pada konsentrasi tertentu dalam JC1 7.87 92.13
akuades dan memanaskan sambil diaduk
perlahan selama 1.5 jam dengan suhu yang JC2 2.26 97.74
divariasikan pula. Total variasi yang JC3 13.79 86.21
dilakukan sebanyak 18 variasi. Dari hasil ini KA4 52.2 47.8
didapatkan dua fase yaitu filtrat dan endapan.
KA5 47.21 52.79
Filtrat yang dihasilkan diduga merupakan
amilosa sedangkan untuk padatan diduga KA6 3132 68.68
merupakan amilopektin. Terhadap amilosa KB4 41.95 58.05
yang didapatkan dianalisis kadar dan bobot KB5 7.6 92.4
molekulnya dengan viskometer sedangkan
untuk amilopektin dilakukan pengukuran KB6 36.58 63.42
kadar air, kadar amilopektin, analisis termal KC4 38.25 61.75
dengan DSC, dan analisis bobot molekul. KC5 6.31 93.69
Pada percobaan juga dilakukan pengukuran
kadar pati pada contoh yang digunakan. KC6 33.74 66.26
Ket : J = Jagung 1 = 72˚C
Kadar Amilosa pada Jagung dan Kentang K= Kentang 2 = 70 ˚C
dengan Metode Spektrofotometri UV- A= 1:60 3 = 60 ˚C
tampak B= 1:45 4 = 57 ˚C
C= 1:30 5 = 55 ˚C
6 = 53 ˚C
Metode yang digunakan dalam penentuan
kadar amilosa adalah spektrofotometri uv-
tampak pada panjang gelombang 576.7 nm. Kadar Air
Panjang gelombang ini diperoleh dari
penentuan panjang gelombang maksimum Granula pati utuh tidak larut dalam air
dari standar dengan konsentrasi paling besar. dingin. Granula pati dapat menyerap air dan
Pereaksi yang digunakan pada metode ini membengkak, tetapi tidak dapat kembali
adalah asam asetat 1 M dan pereaksi iod. seperti semula (retrogradasi). Air yang
Asam asetat berfungsi sebagai pemecah terserap dalam molekul menyebabkan granula
granula pati, sedangkan pereaksi iod berfungsi mengembang. Pengembangan granula pati
menimbulkan warna pada larutan pati. pada air dingin dapat mencapai 25-30 % dari
Dimana iod akan dibungkus oleh amilosa bobot semula. Pengembangan granula pati
yang berada di dalam air. disebabkan oleh penetrasi molekul air ke
Hasil analisis kadar amilosa pada Tabel 1 dalam granula dan terperangkap pada susunan
menunjukkan bahwa pada nisbah sampel dan molekul-molekul amilosa dan amilopektin.
6
Kadar air dari amilopektin ditentukan apabila bahan tersebut dikenai suatu gaya
dengan metode AOAC 2005. Kadar air tertentu.
amilopektin dari tepung jagung dan kentang Viskometer brookfield termasuk dalam
pada berbagai variasi suhu dapat dilihat pada viskometer rotasi yang pengukurannya
Tabel 2 berdasarkan rotasi (putaran) dalam silinder.
Viskositas amilosa dan amilopektin pada
Tabel 2 Kadar air amilopektin penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Sampel Kadar air (%)
Tabel 3Bobot molekul amilosa dan
JA1 86.59 amilopektin
JA2 82.84 Bobot molekul Bobot molekul
JA3 58.44 Sampel Amilosa Amilopektin
5
JB1 87.03 (10 g/mol) (106 g/mol)
JB2 82.23 JA1 3.0128 42.4210
JB3 54.43 JA2 3.7610 20.3774
JC1 86.03 JA3 5.6916 81.2783
JC2 85.79 JB1 2.3904 21.0170
JC3 55.86 JB2 3.1417 21.3281
KA4 95.98 JB3 5.5319 81,0286
KA5 90.17 JC1 2.0040 1.54141
KA6 73.43 JC2 2.7880 16.9112
KB4 94.56 JC3 4.9801 25.1297
KB5 91.02 KA4 2.6974 23.3728
KB6 69.31 KA5 3.1581 30.7523
KC4 95.57 KA6 4.2688 61.6797
KC5 90.62 KB4 1.7351 47.0977
KC6 74.74 KB5 2.5265 33.5433
KB6 3.2295 50.8239
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa semakin
tinggi suhu yang digunakan, maka akan KC4 1.2419 18.2891
menghasilkan kadar air yang makin tinggi. KC5 1.5790 8.91903
Hal ini disebabkan pada saat pemanasan KC6 2.1089 47.9394
gerakan molekul air akan lebih besar.
Sehingga penetrasi ke dalam molekul amilosa
dan amilopektin akan lebih besar juga yang Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada
menyebabkan banyak molekul air yang suhu yang lebih rendah viskositas yang
terperangkap pada molekul amilosa dan dihasilkan lebih besar. Hal ini dikarenakan
amilopektin. Kadar air yang tinggi dapat pada suhu yang rendah pengaruh gaya ikatan
hidrogen masih terjadi, sedangkan pada suhu
menyebabkan sampel amilopektin mudah
yang lebih tinggi tidak terjadi.
rusak oleh bakteri oleh karena itu perlu
dilakukan pengawetan dengan cara Bobot molekul amilosa dan amilopketin
menyimpan sampel amilopektin ke dalam yang dihasilkan pada penelitian cukup baik.
lemari pendingin bersuhu 5 oC. Hasil Menurut Rapaille dan Vanhemelrijck (1992)
pengukuran kadar air selengkapnya dapat bobot molekul amilosa berkisar antara 20.000-
dilihat pada Lampiran 2. 300.000 g/mol, sedangkan amilopektin 3 – 30
× 106 g/mol. Bahkan menurut Blanshard dan
Lillford (1987) bobot molekul amilopektin
Viskositas dan Bobot Molekul
dapat mencapai 108. Bobot molekul
Viskositas merupakan diartikan sebagai amilopektin pada penelitian diperoleh pada
resistensi atau ketidakmauan suatu bahan kisaran 8 × 106 – 80 × 106, nilai ini berada
untuk mengalir yang disebabkan karena dalam kisaran bobot molekul yang terdapat
pada literatur. Bobot molekul amilosa dan
adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan
terhadap deformasi atau perubahan bentuk amilopektin yang berasal dari tepung jagung
lebih tinggi dari kentang. Hal ini dapat terjadi
7
karena ikatan hidrogen yang terdapat pada Hasil dari analisis pada tepung jagung dan
rantai molekul amilosa dan amilopektin pada kentang menunjukkan hasil yang tidak
tapioka lebih kuat dibandingkan dengan yang berbeda terlalu jauh (Tabel 4). Pada Tabel 4
ada pada kentang. Data perhitungan dapat dilihat bahwa kadar pati pada tepung
viskositas dan bobot molekul dapat dilihat jagung lebih kecil daripada tepung kentang.
pada lampiran 6. Kadar pati pada tepung jagung dan pada
Berdasarkan reaksi warnanya dengan tepung kentang nilainya tidak berbeda jauh
iodium, pati juga dapat dibedakan dengan dengan nilai pada umumnya yaitu berkisar
amilosa dan amilopektin. Pati bila berikatan antara 54.1 %-71.7 % untuk tepung jagung
dengan iodium akan menghasilkan warna dan 60 % – 80 % untuk tepung kentang.
biru. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa Contoh perhitungan untuk kadar pati dapat
pati akan merefleksikan warna biru bila dilihat pada Lampiran 3.
polimer glukosanya lebih besar dari 20
(seperti amilosa). Bila polimer glukosanya Tabel 4 Kadar pati pada jagung dan kentang
kurang dari 20, seperti amilopektin akan Contoh Ulangan Pati (%) Rerata
dihasilkan warna merah atau ungu-coklat. Kentang 1 53.61
Sedangkan polimer yang lebih kecil dari lima, 52.69
2 51.77
tidak memberi warna pada iodium. (Koswara Jagung 1 49.04
2009) 49.63
2 50.22
Data JC1 menunjukkan bobot molekul
amilopektin lebih rendah dari yang terdapat Karakter termal
pada literatur. Hal ini dapat disebabkan
amilosa dan amilopektin belum terpisah. Hal Menurut Coral DF (2009) amilopektin dari
tersebut telah dibuktikan dengan uji kualitatif jagung memiliki suhu transisi kaca pada 70 -
menggunakan iodium. Menurut koswara 75 oC dan amilopektin dari kentang memiliki
amilopektin dengan iodium akan suhu transisi kaca pada 67 oC sedangkan.
menimbulkan warna ungu, sedangkan pada Hasil yang diperoleh dari penelitian
percobaan diperoleh warna biru yang menunjukkan nilai yang berbeda jauh, hal ini
menunjukkan warna dari reaksi iodium dapat disebabkan karena tingginya kadar air
dengan amilosa. pada sampel yang dapat mengganggu dalam
Pengaruh suhu terhadap pemisahan pengukuran karakter termal dengan
amilosa dan amilopektin dapat dilihat di Tabel menggunakan DSC.
3. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
semakin kecil suhu yang digunakan, maka
bobot amilosa dan amilopektin yang diperoleh
semakin besar pula. Sedangkan pada suhu
yang lebih tinggi, bobot molekul yang
diperoleh lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan
pada suhu tinggi sebagian amilosa dan
amilopektin yang ada menjadi rusak karena
tingginya suhu.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytical Chemist
[AOAC].2005.Official Methods of
Analysis AOAC International.Washington:
AOAC International.
Harper JM. 1981. Extrution of Food. Florida: Schwartd, B.J, A.J. Zelinskie. 1978. The
CRC Press Inc.: Bota Ranton Binding and Disintegrant Properties of
the Corn Starch Fractions Amylose and
Hart H. 1987. Kimia Organik, Suatu Kuliah Amylopectin. Pharmaceutical Research
Singkat. Jakarta:Erlangga. Laboratories West Point, Pensylvania, ,
463 – 483.
Heldman W .1980. Fundamentals of Foods
Chemistry. Avi Publ. Co: Wesport, Smith DB, AH Walter. 1967. Introductory
Connecticut. Food Science. London: Harrison and Sons
Ltd
Ikhsan, M. 1996.Pemakaian Amilum
Termodifikasi sebagai Sediaan Bahan Swinkles JJM. 1985. Sources of Starch, its
Pembantu Pembuatan Tablet Asam Chemistry and Physics. Di dalam: Van
Askorbat secara Cetak Langsung, Beynum GMA dan Roels JA (Ed). Starch
Skripsi Sarjana Farmasi FMIPA Conversion Technology. London:
Universitas Andalas, Padang. Chapman and Hall
Jane JL, Chen JF.1992. Effect of amylose Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
molecular size and amylopectin branch PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
chain length on paste properties of starch.
J Cereal Chem 69(1):60-65
LAMPIRAN
11
Sampel
Larutan A
Amilosa Amilopektin
UV-VIS
Contoh perhitungan pada sampel jagung perbandingan 1:60 pada suhu 72˚C
Kadar air = x 100%
.
= x 100 %
.
= 86.5937 %
13
×
[Glukosa] (%) = × 100%
. ×
= × 100%
.
= 59.56 %
[Pati] (%) = 0.9 × 59.56 %
= 53.61 %
14
Larutan Absorbans
Absorbans
(ppm) Terkoreksi
blanko 0.008
10 0.015 0.007
100 0.046 0.038
250 0.106 0.098
500 0.208 0.2
1000 0.398 0.39 y = 3.8512 × 10-4 x +3.4877 × 10-3
R2 = 0.99988
1500 0.596 0.588
2000 0.777 0.769
2500 0.973 0.965
Amilosa Amilopektin
Sampel Viskositas Intrinsik Bobot molekul Viskositas Intrinsik Bobot molekul
(105 g/mol) (106 g/mol)
JA1 0.8875 3.0128 1.8140 42.4210
JA2 1.0812 3.7610 1.1018 20.3774
JA3 1.5633 5.6916 2.8227 81.2783
JB1 0.7223 2.3904 1.1252 21.0170
JB2 0.9212 3.1417 1.1365 21.3281
JB3 1.5242 5.5319 2.8168 81.0286
JC1 0.6174 2.0040 0.1904 1.54141
JC2 0.8283 2.7880 0.9706 16.9112
JC3 1.3881 4.9801 1.2706 25.1297
KA4 0.8043 2.6974 1.2095 23.3728
KA5 0.9255 3.1581 1.4576 30.7523
KA6 1.2102 4.2688 2.3398 61.6797
KB4 0.5431 1.7351 1.9477 47.0977
KB5 0.7588 2.5265 1.5463 33.5433
KB6 0.9441 3.2295 2.0512 50.8239
KC4 0.4033 1.2419 1.0237 18.2891
KC5 0.4994 1.5790 0.6282 8.91903
KC6 0.6461 2.1089 1.9713 47.9394
Contoh perhitungan:
JA1 amilosa :
[µ] = k(Mv)α
0.8875 = 1.18 × 10-5(Mv)0,89
(Mv)0,89 = 75211.8644
Mv = 301282.1708 g/mol