Anda di halaman 1dari 21

BIOLOGI SEL

A. Struktur Sel
Secara umum terdiri dari tiga komponen utama yakni selaput plasma atau membran sel,
sitoplasma dan organel-organel sel.

1. Membran plasma
Membran sel adalah pemisah antara ekstraseluler (bagian luar sel) dan intraseluler (bagian
dalam sel). Fungsi membran sel adalah untuk membatasi sel dan sebagai media keluar
masuknya zat ke dalam maupun ke luar sel. Membran sel dimiliki oleh semua sel.

2. Sitoplasma
Sitoplasma yang berada di dalam inti sel dinamakan sebagai nukleoplasma. Sitoplasma
adalah cairan yang berada dalam sel dan bagian luar organel sel. Kandungan utamanya
adalah air sampai 90%. Fungsi sitoplasma adalah untuk melarutkan berbagai zat kimia
dan sebagai tempat berlangsungnya beragam reaksi kimia. Sitoplasma tersusun atas
sitosol, sebuah massa kompleks mirip gel yang bercampur dengan sitoskeleton dan
organel-organel

3. Nukleus
Inti sel atau nukleus adalah bagian yang menyimpan kode genetik dalam bentuk DNA.
Fungsi inti sel adalah untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan menyimpan DNA. DNA
disimpan di dalam kromosom. Inti sel dibungkus oleh suatu membran, membran lipid
bilayer, sehingga terpisah dari sitoplasma. Inti sel hanya terdapat di dalam sel eukariotik.
DNA di dalam sel prokariotik bercampur dengan sitoplasma.

Organel bermembran
1. Retikulum endoplasma
RE kasar terdapat ribosom dan menempel dengan inti sel dan berperan dalam sintesis
protein. RE halus itu tidak ada ribosom dan berfungsi di bagian sintesis lemak,
metabolisme karbohidrat dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan. Memiliki
struktur seperti jalinan tubulus dan kantong gepeng berisi cairan yang
luas,berkesinambungan dan terbungkus membran, sebagian dipadati ribosom

2. Mitokondria
Mitokondria berperan penting dalam proses respirasi sel. Bekerja sebagai organel energy,
tempat utama produksi ATP, mengandung enzim untuk siklus asam sitrat, protein system
transport electron, dan ATP sintase. Memiliki Badan berbentuk batang atau oval
terbungkus 2 membrane, dengan membrane dalam melipat menjadi krista yang mencuat
ke matriks interior.
3. Kompleks golgi
Kompleks golgi berperan dalam sistem ekskresi sel, memodifikasi, mengemas, dan
mendistribusikan protein yang baru disintesis. Memiliki bentuk berupa tumpukan
kantung pipih bermembran mulai dari yang besar maupun kecil. Badan golgi dapat
ditemukan dihampir semua sel eukariotik.

4. Peroksisom
Memiliki fungsi untuk menyederhanakan rantai asam lemak yang panjang melalui proses
beta oksidasi. Selain itu, peroksisom juga berfungsi mentransfer hidrogen ke oksigen dan
menetralkan racun yang dihasilkan oleh proses transfer tersebut. Memiliki bentuk seperti
kantong bermembran berisi enzim oksidatif ,mengandung protein reseptor yang
terbungkus oleh membran tunggal yang terbuat dari lipid
5. Lisosom
Lisosom berfungsi mencerna makromolekul seperti polisakarida, lipid, fosfolipid, asam
nukleat, dan protein. Lisosom dapat ditemukan di hampir semua sel hewan kecuali sel
darah merah. Memiliki bentuk seperti kantong agak bulat yang dikelilingi membran
tunggal. Di dalamnya terdapat enzim hidrolitik untuk mengontrol pencernaan intraseluler

Organel tak bermembran


1. Sentrosom
Sentrosom berperan penting dalam pembelahan sel melalui proses yang disebut mitosis.
Sentriol hanya ditemukan pada sel hewan. Membentuk dan mengatur sitoskeleton
mikrotubulus. Memiliki sepasang struktur silindris yang tegak lurus satu sama lain
(sentriol) dikelilingi sebuah massa amorf.

2. Ribosom
Ribosom adalah organel kecil, padat, dan tidak bermembran namun berperan penting
sebagai tempat sintesis protein. Ribosom dimiliki oleh semua jenis sel. Memiliki granul-
granul RNA dan protein, sebagian melekat ke RE kasar dan sebagian bebas di sitosol.
3. Vault
Vault mengangkut RNA pembawa pesan (mRNA) dari nukleus ke sitoplasma. Sebagai
truk seluler untuk transpor dari nukleus ke sitoplasma. Memiliki bentuk seperti tong
okktagonal berongga.

4. Sitosol
5. Sitoskeleton
Sitoskeleton adalah kerangka sel. Fungsinya adalah untuk menyokong struktur sel dan
organel lain pada sel.

6. Mikrotubulus
Mikrotubulus berfungsi untuk menggerakan organel, pembentukan silia, flagel, dan untuk
mempertahankan bentuk sel. Memiliki bentuk Tabung panjang ramping berongga yang
tersusun atas molekul-molekul tubulin.

7. Mikrofilamen
Mikrofilamen berperan dalam kontraksi otot dan juga untuk mempertahankan bentuk
sel. Memiliki rantai-rantai heliks molekul aktin yang terpilin satu sama lain, dan tersusun
atas molekul meiosin yang terdapat di sel otot.

B. Sistem transpor membran


Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion
secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain ialah molekul
hidrofobik (CO2, O2), dan molekul polar yang sangat kecil (air, etanol). Sementara itu,
molekul lainnya seperti molekul polar dengan ukuran besar (glukosa), ion, dan substansi
hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel.
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya
lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan
transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme
khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. Lalu
lintas membran akan membuat perbedaan konsentrasi ion sebagai akibat dari dua proses
yang berbeda yaitu difusi dan transpor aktif, yang dikenal sebagai gradien ion. Lebih
lanjut, gradien ion tersebut membuat sel memiliki tegangan listrik seluler. Dalam keadaan
istirahat, sitoplasma sel memiliki tegangan antara 30 hingga 100 mV lebih rendah daripada
interstitium.
1. Transpor aktif
Definisi transport aktif, pertama kali dicetuskan oleh Rosenberg sebagai sebuah
proses yang menyebabkan perpindahan suatu substansi dari sebuah area yang mempunyai
potensial elektrokimiawi lebih rendah menuju ke tempat dengan potensial yang lebih
tinggi. Proses tersebut dikatakan, memerlukan asupan energi dan suatu mekanisme kopling
agar asupan energi dapat digunakan demi menjalankan proses perpindahan substansi.
Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak
spontan. Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor aktif
membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor
aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionofor. Ionofor merupakan antibiotik
yang menginduksi transpor ion melalui membran sel maupun membran buatan. Yang
termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps.
Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan
antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah,
sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan. ATP driven
pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya
ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya
terjadi pada Bakteriorhodopsin.
Hormon tri-iodotironina yang dikenal sebagai aktivator enzim fosfatidil inositol-3
kinase dengan mekanisme dari dalam sitoplasma dengan bantuan integrin alfavbeta3.
Lintasan enzim fosfatidil inositol-3 kinase, lebih lanjut akan memicu transkripsi genetik
dari Na+ ATP sintase, K+ ATP sintase, dll, beserta penyisipan ATP sintase tersebut pada
membran plasma, berikut regulasi dan modulasi aktivitasnya.
Transpor aktif adalah pergerakan atau pemindahan yang menggunakan energi
untuk mengeluarkan dan memasukkan ion –ion dan molekul melalui membran sel yang
bersifat permeabel dengan tujuan memelihara keseimbangan molekul kecil di dalam sel.
Transpor aktif dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel, di mana muatan
listrik ini ditentukan oleh ion natrium (Na+), ion kalium (K+), dan ion klorin (Cl-). Keluar
masuknya ion Na+ dan K+ diatur oleh pompa natrium-kalium. Transpor aktif dapat
berhenti jika sel didinginkan, mengalami keracunan, atau kehabisan energi. Transpor aktif
memerlukan molekul pengangkut berupa protein integral pada membran, di mana di dalam
molekul ini, terdapat situs pengikatan. Proses transport aktif dimulai dengan pengambilan
tiga ion Na+ dari dalam sel dan menempati situs pengikatan pada protein integral. Energi
diperlukan untuk mengubah bentuk protein integral pada membran yang sebelumnya
membuka ke arah dalam sel menjadi membuka ke bagian luar sel. Selanjutnya, ion Na+
terlepas dari situs pengikatan dan keluar dari protein integral menuju ke luar sel. Kemudian
dari luar sel, dua ion K+ menempati situs pengikatan di protein integral. Bentuk protein
integral berubah, dari sebelumnya membuka ke arah luar menjadi membuka ke arah dalam
sel dan ion kalium dilepaskan ke dalam sel.
2. Transpor pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradien
konsentrasinya. Transpor pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi
merupakan contoh dari transpor pasif. Difusi terjadi akibat gerak termal yang
meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih
acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi seluler yang mengonsumsi O2 masuk. Osmosis
merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan
oleh beda konsentrasi zat terlarut total (dari hipotonis ke hipertonis). Difusi terfasilitasi
juga masih dianggap ke dalam transpor pasif karena zat terlarut berpindah menurut gradien
konsentrasinya. Contoh molekul yang berpindah dengan transpor pasif ialah air dan
glukosa. Transpor pasif air dilakukan lipid bilayer dan transpor pasif glukosa terfasilitasi
transporter. Ion polar berdifusi dengan bantuan protein transpor. Transport pasif
merupakan transport ion, molekul, dan senyawa yang tidak memerlukan energi untuk
melewati membran plasma. Transport pasif mencakup osmosis dan difusi.
a) Osmosis
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, di mana molekul air berdifusi
melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis, dikenal
larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi), larutan hipotonik
(larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik (dua larutan yang
mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan yang tidak sama
konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua larutan seimbang.
Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat
(tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan
bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak
molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul
air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah
dari larutan hipotonik ke hipertonik.
Proses osmosis juga terjadi pada sel hidup di alam. Perubahan bentuk sel terjadi
jika terdapat pada larutan yang berbeda. Sel yang terletak pada larutan isotonik, maka
volumenya akan konstan. Dalam hal ini, sel akan mendapat dan kehilangan air yang sama.
Banyak hewan-hewan laut, seperti bintang laut (Echinodermata) dan kepiting (Arthropoda)
cairan selnya bersifat isotonik dengan lingkungannya. Jika sel terdapat pada larutan yang
hipotonik, maka sel tersebut akan mendapatkan banyak air, sehingga bisa menyebabkan
lisis (pada sel hewan), atau turgiditas tinggi (pada sel tumbuhan). Sebaliknya, jika sel
berada pada larutan hipertonik, maka sel banyak kehilangan molekul air, sehingga sel
menjadi kecil dan dapat menyebabkan kematian. Pada hewan, untuk bisa bertahan dalam
lingkungan yang hipo- atau hipertonik, maka diperlukan pengaturan keseimbangan air,
yaitu dalam proses osmoregulasi. Contoh peristiwa osmosis adalah air laut yang meskipun
memiliki beragam jenis zat terlarut, molekul airnya tetap akan bergerak ke larutan gula
yang konsentrasinya sangat tinggi
b) Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga
seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan di mana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Contoh yang
sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi
manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.Difusi yang paling
sering terjadi adalah difusi molekuler. Difusi ini terjadi jika terbentuk perpindahan dari
sebuah lapisan (layer) molekul yang diam dari solid atau fluida.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi,yaitu:
a. Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
b. Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
c. Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
d. Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
e. Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
f. Difusi yang dilakukan oleh sel hidup contohnya adalah peristiwa masuknya O2 dan
keluarnya CO2

Difusi terfasilitasi (Difusi terbantu)


Difusi terfasilitasi adalah difusi yang dibantu oleh protein kotranspor (protein
pembawa) atau dengan saluran protein Substansi seperti asam amino, gula, dan substansi
bermuatan tidak dapat berdifusi melalui membrane plasma. Substansi-substansi tersebut
melewati membran plasma melalui saluran yang di bentuk oleh protein. Protein yang
membentuk saluran ini merupakan protein integral. Difusi dipermudah dengan protein
pembawa. proses difusi ini melibatkan protein yang membentuk suatu salauran dan
mengikat substansi yang ditranspor. Protein ini disebut protein pembawa. Protein pembawa
biasanya mengangkut molekul polar, misalnya asam amino dan glukosa.
a) Endositosis
Endositosis adalah transpor makromolekul dan materi yang sangat kecil ke dalam
sel dengan cara membentuk vesikula baru dari membran plasma. Langkah-langkahnya
pada dasarnya merupakan kebalikan dari eksositosis.Sebagian kecil luas membran plasma
terbenam ke dalam membentuk kantong. Begitu kantong ini semakin dalam, kantong ini
terjepit membentuk vesikula yang berisi materi yang didapat dari luar selnya. Endositosis
dibutuhkan untuk berbagai macam fungsi yang penting bagi sel, karena endositosis dapat
meregulasi berbagai macam proses seperti pengambilan nutrisi, adhesi dan migrasi sel,
reseptor sinyal, masuknya patogen, neurotransmisi, presentasi antigen, polaritas sel,
mitosis, pertumbuhan dan diferensiasi, dan masuknya obat.
Terdapat tiga jenis endositosis, yaitu:
Fagositosis ("pemakanan seluler") merupakan proses di mana sel menelan suatu
partikel dengan kaki semu (pseudopod) yang membalut di sekeliling partikel tersebut dan
membungkusnya di dalam kantong berlapis-membran yang cukup besar untuk bisa
digolongkan sebagai vakuola. partikel itu dicerna setelah vakuola bergabung dengan
lisosom yang mengandung enzim hidrolitik.
Pinositosis ("peminuman seluler") merupakan proses di mana sel "meneguk"
tetesan fluida ekstraseluler dalam vesikula kecil. Karena salah satu atau seluruh zat terlarut
yang larut dalam tetersan tersebut dimasukkan ke dalam sel, pinositosis tidak bersifat
spesifik dalam substansi yang ditranspornya. Endositosis yang diperantrai reseptor
membutuhkan reseptor yang disebut ligan.
b) Eksositosis
Eksositosis adalah mekanisme transpor molekul besar seperti protein dan
polisakarida, melina berisi molekul tersebut dengan membran plasma. Vesikula transpor
yang lepas dari aparatus Golgi dipindahkan oleh sitoskeleton ke membran plasma. Ketika
membran vesikula dan membran plasma bertemu, molekul lipid membran menyusun ulang
dirinya sendiri sehingga kedua membran bergabung. Kandungan vesikulanya kemudian
tumpah ke luar sel. Banyak sel sekretoris menggunakan eksositosis untuk mengirim keluar
produk-produknya. Misalnya sel tertentu dalam pankreas menghasilkan hormon insulin
dan mensekresikannya ke daam darah melalui eksositosis. Contoh lain adalah neuron atau
sel saraf yang menggunakan eksositosis untuk melepaskan sinyal kimiawi yang
merangsang neuron lain atau sel otot. Ketika sel tumbuhan sedang membuat dinding,
eksositosis mengeluarkan karbohidrat dari vesikula Golgi ke bagian luar selnya.
C. Pembentukan Energi
Makanan yang sudah dikonsumsi dan masuk ke organ pencernaan akan dipecah oleh
enzim yang ada di dalam sistem pencernaan kita. Melalui reaksi katabolisme, protein dipecah
menjadi asam amino. Asam amino ini bisa digunakan sebagai sumber energi ketika tubuh
membutuhkannya. Asam amino juga bisa didaur ulang untuk membuat protein atau dioksidasi
menjadi urea.
Selain memecah protein, katabolisme juga bisa memecah glikogen menjadi glukosa.
Karbohidrat sederhana ini kemudian akan melalui proses oksidasi yang dinamakan glikolisis.
Dari reaksi inilah energi dihasilkan.
Sedangkan lemak akan melalui proses pemecahan yang disebut hidrolisis. Proses ini
menghasilkan asam lemak dan gliserol, yang selanjutnya akan melalui reaksi glikolisis dan
reaksi biokimiawi lainnya hingga terbentuklah energi.
Energi yang dihasilkan dari proses-proses di atas disimpan sebagai molekul adenosine
triphospate (ATP). Banyak aspek dari metabolisme sel, baik anabolisme maupun katabolisme,
berkaitan erat dengan produksi dan konsumsi ATP sebagai sumber energi, yang juga berperan
sebagai bahan bakar dalam seluruh proses metabolisme.
Olahraga seperti berlari, berenang, dan bersepeda adalah jenis kegiatan yang merupakan
latihan katabolis atau kardio. Ketika melakukan aktivitas ini, detak jantung, tekanan darah, dan
pernapasan akan meningkat. Latihan katabolis dapat membantu Anda menjaga kesehatan jantung
dan paru-paru. Namun sebelum melakukan olahraga kardio, sebaiknya berkonsultasi terlebih
dulu dengan dokter jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu.

Hormon-hormon yang Terlibat di Dalam Reaksi Katabolisme


Pada proses katabolisme, tubuh membutuhkan bantuan hormon dan zat tertentu.
Sejumlah hormon yang berperan dalam katabolisme antara lain:
Kortisol. Hormon ini membantu mengatur metabolisme protein, lemak dan karbohidrat. Hormon
yang dikenal sebagai hormon ‘stres’ ini dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Sitokin. Ini adalah zat yang mengatur interaksi antar sel dan berperan dalam mengatur sistem
kekebalan tubuh. Beberapa jenis sitokin berfungsi merangsang sistem kekebalan tubuh,
sedangkan beberapa jenis sitokin lainnya berfungsi dalam menekan aktivitas sistem kekebalan
tubuh.
Glukagon. Hormon ini dihasilkan oleh pankreas, dan bersama dengan insulin berfungsi menjaga
kadar gula dalam darah.
Adrenalin. Hormon yang dikenal sebagai epinefrin ini dapat meningkatkan detak jantung,
menguatkan kontraksi jantung, dan meningkatkan aliran darah ke otot .

D. Pemakaian ATP sebagai sumber energi


Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan
makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti
sel-sel yang rusak dan untuk kontraksi otot. Semua energi yang dipergunakan dalam proses
biologi bersumber dari matahari. Fox (1988) membagi enam bentuk energi, yaitu: a. energi
kimia; b. energi mekanik; c. energi panas; d. energi sinar; e. energi listrik; dan f. energi nuklir.
Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan makanan tidak dapat secara langsung
digunakan untuk proses kontraksi otot atau proses-proses yang lainnya. Energi ini terlebih
dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu Adenosine Tri Phosphate (ATP).
ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap bagian sel yang memerlukan energi (Mayes,
1985; Fox, 1988). Adapun proses biologis yang menggunakan ATP sebagai sumber enereginya
antara lain: proses biosintesis, transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel, kontraksi
otot, konduksi saraf dan sekresi kelenjar (Mayes, 1985; Fox, 1988).
Apabila ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate inorganic (Pi),
maka sejumlah energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan untuk kontraksi otot
dan proses-proses biologi lainnya. Fox dan Mathews (1988) menerangkan, bila satu senyawa
fospat dilepaskan dari 1 grl. ATP, maka akan keluar energi yang diperkirakan sebesar 7-12 Kcal.
Selama kehidupan berjalan, maka fungsi tubuh akan berjalan terus, sehingga proses penyediaan
energi dari ATP-pun akan berjalan terus (Amstrong, 1979; Mayes, 1985). Peranan ATP sebagai
sumber energi untuk proses-proses biologi tersebut berlangsung secara mendaur ulang (siklus).
ATP terbentuk dari ADP dan Pi melalui suatu proses fosforilasi yang dirangkaikan dengan
proses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk dialirkan ke proses
reaksi biologis yang membutuhkan energi untuk dihidrolisis menjadi ADP dan Pi sekaligus
melepaskan energi yang dibutuhkan oleh proses biologi tersebut. Demikian seterusnya sehingga
terjadi suatu daur ulang ATP - ADP secara terus menerus. Gugus fospat paling ujung pada
molekul ATP dipindahkan ke molekul penerima gugus fospat dan selanjutnya digantikan oleh
gugus fospat lainnya dari proses fosforilasi dan oksidasi molekul penghasil energi (Mays, 1985).
E. Jenis Sel
Sel berasal dari kata latin cella, yang berarti ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert
Hooke, yang melakukan pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruanganruangan kecil
yang meyusun gabus tersebut). Dalam biologi, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana
yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel mampu melakukan
semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung di dalam sel.
Berdasarkan jenis sel dibagi menjadi dua, yaitu:
• Sel Prokariotik: Sel prokariotik adalah sel yang tidak memiliki selaput inti.
• Sel Eukariotik: Sel eukariotik adalah sel yang memiliki selaput inti.
1. Prokariotik
Prokariotik berasal dari kata yunani pro dan karyon. Pro artinya sebelum dan karyon,
artinya inti. Jadi sel prokariotik berarti “sebelum inti”. Bagian dalam sel prokariot disebut
sitoplasma. Sel prokariotik tidak memiliki nukleus sejati karena bahan intinya masih tersebar di
dalam sitpolasma dan belum di selubungi oleh membran inti. Materi genetiknya (DNA)
terkonsentrasi pada suatu daerah yang disebut nukleotid, tetapi tidak ada membran yang
memisahkan daerah ini dari bagian sel lainnya. Hampir semua sel prokariotik memiliki selubung
sel di luar membran selnya. Jika selubung tersebut mengandung suatu lapisan kaku yang terbuat
dari karbohidrat atau kompleks karbohidrat-protein, peptidoglikan, lapisan itu disebut sebagai
dinding sel. Sejumlah prokariota memiliki struktur lain di luar selubung selnya. Banyak jenis
bakteri memiliki lapisan di luar dinding sel yang disebut kapsul yang membantu sel bakteri
melekat pada permukaan benda dan sel lain juga dapat membantu sel bakteri menghindar dari sel
kekebalan tubuh manusia jenis tertentu. Selain itu, prokariota sering kali juga memiliki bahan
genetik tambahan yang disebut plasmid yang juga berstruktur DNA lingkar. Pada umumnya,
plasmid tidak dibutuhkan oleh sel untuk pertumbuhan meskipun sering kali plasmid membawa
gen tertentu yang memberikan keuntungan tambahan pada keadaan tertentu, misalnya resistansi
terhadap antibiotik. Prokariota juga memiliki sejumlah protein struktural yang disebut
sitoskeleton, yang pada mulanya dianggap hanya ada pada eukariota. Protein skeleton tersebut
meregulasi pembelahan sel dan berperan menentukan bentuk sel.

Ciri-ciri sel prokariotik


1. Memiliki membrane plasma memiliki nucleoid (DNA, RNA )
2. Memiliki sitoplasma
3. Tidak memiliki membrane inti dan system endomembran
Sel prokariotik secara umum memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding sel eukariotik. Setiap
prokariotik merupakan sel tunggal, tetapi akan sering terlihat dalam rantai, atau kelompok sel
yang berjumlah ratusan. Contoh sel prokariotik adalah bakteri Echerichiacoli. (Albert, 2002).

2. Eukariotik
Eukariotik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “eu = sebenarnya” dan “karion =
membran atau nucleus”. Jadi, sel eukariotik merupakan jenis sel yang memiliki selaput atau
membran untuk membungkus materi genetik yang terkandung di dalam inti sel agar tidak
tersebar. Contoh makhluk hidup yang memiliki susunan sel eukariotik adalah ganggang (kecuali
ganggang biru), manusia, hewan, tumbuhan, dan jamur (fungi).

Perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik

No Organel Prokariotik Eukariotik

1 Membran Plasma ada

2 Sitoplasma ada ada

3 Ribosom ada ada

4 Dinding Sel ada

5 Mesosom ada
6 Nukleus ada

7 Retikulum Endoplasma ada

8 Sentriol ada

9 Lisosom ada

10 Kompleks Golgi ada

11 Mitokondria ada

12 Badan Mikro ada

F. DNA
DNA (deoxyribonucleic acid) adalah
sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme
di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam intisel. Peran DNA di dalam sebuah sel adalah
sebagai materi genetik, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Struktur kimianya
berupa makromolekul kompleks yang terdiri dari 3 macam molekul yaitu, gula pentosa
(deoksiribosa), asam fosfat dan basa nitrogen.

Struktur DNA
Ada tiga struktur DNA yaitu:
1. Struktur Primer
• DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotidaterdiri dari satu
basa nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula pentosa berupa 2’-deoksi-
D-ribosa dalam bentuk furanosa, dan satu molekul fosfat. Penulisan urutan basa dimulai
dari kiri yaitu ujung 5’ bebas (tidakterikat nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3’
hidroksil bebas atau dengan arah 5’ →3’ (Darnell, et al., dalam T. Milanda, 1994).
2. Struktur Sekunder
• Heliks ganda tersebut tersusun dari dua untai polinukleotida secara antiparalel (arah
5’→3’ saling berlawanan), berputar ke kanan dan melingkari suatu sumbu. Unit gula
fosfat berada di luar molekul DNA dengan basa-basa komplementer yang berpasangan di
dalam molekul. Ikatan hidrogen di antara pasangan basa memegangi kedua untai heliks
ganda tersebut (Willbraham and Matta dalam T. Milanda, 1994). Kedua untai melingkar
sedemikian rupa sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan kembali bila putaran masing-
masing untai dibuka.

Gambar 1. Struktur DNA (Steve, Prentis. 1990)


Keterangan : a. Struktur primer DNA
b. Struktur sekunder DNA

3. Struktur Tersier
• Kebanyakan DNA virus dan DNA mitokondria merupakan molekul lingkar. Konformasi
ini terjadi karena kedua untai polinukleotida membentuk struktur tertutup yang tidak
berujung. Molekul DNA lingkar tertutup yang diisolasi dari bakteri, virus dan
mitokondria seringkali berbentuk superkoil, selain itu DNA dapat berbentuk molekul
linier dengan ujung-ujung rantai yang bebas.

Gambar 2. Struktur Tersier DNA (Steve, Prentis. 1990)


Keterangan : a. Konformasi DNA sirkular
b. Konformasi DNA linear

Sifat-Sifat DNA
DNA merupakan sebuah polimer yang terdiri atas satuan-satuan berulang yang disebut juga
nukleotida. Tiap-tiap nukleotida terdiri dari tiga komponen utama yaitu :
 gugus fosfat
 gula deoksiribosa
 basa nitrogen (nukleobasa)
Pada DNA, nukleobasa yang ditemukan adalah
 Adenina (A)
 Guanina (G)
 Sitosina (C)
 Timina (T)
Nukleobasa yang terhubung dengan gugus gula disebut sebagai nukleosida, dan nukleosida yang
terhubung dengan satu ataupun lebih gugus fosfat disebut sebagai nukleotida. Polimer yang
terdiri dari nukleotida yang saling terhubung menjadi satu rantai disebut sebagai polinukleotida.
Hingga DNA termasuk pula ke dalam polinukleotida.
Fungsi DNA
 Membawa materi genetika dari generasi ke generasi berikutnya
 Mengontrol kehidupan secara langsung maupun tidak
 Sebagai auto katalis atau penggandaan diri
 Sebagai heterokatalis atau melakukan sintetis terhadap senyawa lain.
G. Sintesis Protein
Sintesis protein adalah sebuah proses pengubahan asam amino yang melibatkan sintesis RNA
dan dipengaruhi DNA menjadi partikel protein (bahasa biologi “molekuler”).
Tahapan-Tahapan Sintesis Protein
Tahap 1 : Replika DNA
Tahap Sintesis Protein – Replika DNA
replikasi merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam nukleus sel dimana DNA baru telah
dihasilkan dari DNA induk dan proses replikasi ini dibantu oleh enzim helikase.
Enzim helikase pada proses replikasi DNA berperan untuk melepaskan basa dan juga ikatan
hidrogen yang terdapat pada rangkaian ikatan DNA di dalam nukleus sel.
Dengan bantuan enzim helikase dalam proses replikasi DNA maka induk DNA akan melakukan
penggandaan menghasilkan DNA baru yang bentuknya sama dengan induknya.
Tahap 2 : Transkripsi
Tahap Sintesis Protein – Transkripsi
Tahap selanjutnya adalah transkripsi. Pada tahap ini terjadi penguraian kode genetik
DNA yang terjadi di dalam sitoplasma dan membentuk tiga jenis RNA yaitu mRNA, tRNA dan
rRNA. Tahap transkripsi terjadi di sitoplasma dengan bantuan enzim RNA polimerase. Dengan
bantuan enzim tersebut, proses transkripsi ini diawali dengan proses pembukaan rantai ganda
pada DNA dan menghasilkan rantai tunggal yang mempunyai peran sebagai rantai sense dan
rantai yang lain yang berasal dari pasangan DNA berperan sebagai rantai anti sense.
Pada tahap transkripsi terbagi lagi menjadi tiga tahap sebagai berikut :
(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )
Pada proses replikasi kita mengenal terdapat daerah pangkal replikasi, pada transkripsi ini
kita akan mengenal promoter. Promoter merupakan daerah DNA tempat melekatnya RNA
polimerase sehingga dapat melakukan proses transkripsi. Setelah RNA melekat pada promoter,
kemudian promoter melakukan pengikatan terhadap sekumpulan protein. Proses inilah yang
disebut sebagai faktor transkripsi. Ketiga komponen yaitu promoter, RNA polimerase dan faktor
transkripsi dalam proses transkripsi disebut sebagai kompoleks inisiasi transkripsi, yang mana
RNA polimerase mempunyai peran sebagai pembuka rantai ganda pada DNA.
(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )
Selanjutnya setelah terjadi pembukaan rantai ganda DNA oleh RNA plomerase, akan
terjadi penyusunan untaian nukleotida-nukleotida RNA oleh RNA dengan ketentuan arah 5’ ke
arah 3’. Kemudian pada tahap ini akan terjadi pemanjangan RNA yang sejalan dengan proses
terbentuknya pasangan DNA dengan basa nitrogen. Kemudian karena RNA tidak mempunyai
basa pirimidin (T) tapi mempunyai urasil (T), selanjutnya RNA akan membentuk pasangan urasil
(U) dengan dibantu oleh adenin (basa yang terdapat dalam rantai DNA). Sehingga pada rantai
RNA terdapat tiga jenis basa antara lain sitosin, guanin dan adenin yang akan berpasangan
dengan basa komplemen. Sesuai dengan aturan pasangan basa antara lain adenin berpasangan
dengan urasil dan guanin berpasangan dengan sitosin.
(3) Tahap Akhir ( Terminasi )
Pada tahap ini akan terjadi penyatuan kembali rantai DNA seperti semula. Kemudian
RNA polimerase akan terlepas dari rantai DNA dan akan membentuk RNA m yang baru. Untuk
Sel prokariotik yaitu sel yang tidak mempunyai nukleus (inti sel terbungkus oleh membran),
RNA hasil dari proses transkripsi akan aktif berperan menjadi RNA m setelah melalui tahap
tertentu. Akhirnya RNA m akan mempunyai tiga jenis urutan basa nitrogen yaitu pada nukleotida
RNA m dari hasil transkripsi yang disebut sebagai kodon (triplet)
Tahap 3: Translasi

Tahap Sintesis Protein – Translasi


Pada tahap ini terjadi proses translasi, yaitu proses penerjemahan. Kode kodon yang
berasal dari RNA m diterjemahkan sehingga menjadi asam amino yang akan membentuk protein.
Kode-kode yang berbeda dari masing-masing urutan pada basa nitrogen akan diterjemahkan
menjadi asam-asam amino yang berbeda pula. Sebagai contoh penerjemahan yang terjadi pada
asam amino fenilalanin yang merupakan hasil penerjemahan dari kodon tiga basil urasil (UUU).
Asam amino glisin merupakan hasil penerjemahan dari kode CGC, asam amino serin merupakan
hasil penerjemahan dari kode UCA, dan asam amino triptofan merupakan hasil penerjemahan
dari kode UGG. Pada tahap ini setidaknya untuk menghasilkan protein yang berasal dari
penerjemahan kodon mRNA membutuhkan 20 macam jenis asam amino. Selanjutnya akan
dihasilkan rantai polipeptida yang spesifik dari beberapa asam amino sehingga pada tahap ini
akan terbentuk protein yang spesifik pula.
Dalam proses translasi terdapat tiga tahap sebagai berikut :
(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )
Pada tahap ini terjadi pengikatan oleh bagian terkecil ribosom pembawa kode genetik
asam amino yang kemudian akan dibuat dan mengikat pada mRNA dan pada inisiator tRNA.
Kemudian terjadi pembentukan komplek inisiasi dari molekul ribosom yang mengikat secara
bersama tiga molekul tersebut. Kemudian molekul tRNA akan melakukan pengikatan dan
pemindahan asam amino yang dari sitoplasma ke bagian ribosom tentunya dengan bantuan
enzim dan juga energi GTP (guanosin trifosfat). Dalam pemindahan ini pada ujung masing-
masing tRNA membawa satu antikodon dan satu asam amino. Terakhir pada tahap ini terjadi
pengaktifan asam amino oleh tRNA dan pada mRNA akan dihubungkan antara kodon dan
antikodon.
(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )
Tahap selanjutnya setelah asam amino sudah aktif, terjadi penghubungan oleh ikatan
peptida yang akan terbentuk ikatan polipeptida pada ujung tRNA pembawa asam amino. Sebagai
contoh asam amino fenilalanin akan dibawa oleh tRNA yang antikodonnya adalah AAA
sehingga kemudian berhubungan pada kodon mRNA UUU. Selanjutnya rantai ikatan polipetida
akan mengalami pemanjangan dikarenakan adanya penambahan asam amino.
(3) Tahap Akhir ( Terminasi )
Selanjutnya pada tahap terminasi, setelah tRNA membawa antikodon dan kemudian
antikodon tersebut bertemu dengan kodon UGA, UAA dan juga UAG. Setelah itu akan terjadi
pelepasan rantai ikatan polipeptida yang sudah terbentuk, kemudian setelah terlepas dari ribosom
maka akan diolah menjadi protein yang bersifat fiungsional.
REFERENSI

Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2002. Biologi, Edisi Kelima, Jilid I. Jakarta:
Erlangga. Hal:154-155, 126 ISBN 979-688-468-2
Karmana O. 2008. Biologi. Indonesia: Grafindo Media Pratama. Hal 22. ISBN 978-979-
758-583-9.
Madigan MT, Martinko JM, Brock TD. 2006. Brock Biology of Microorganisms. 11th Ed.
New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Setiowati T, Furqonita D. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press. Hal 20. ISBN 979-
1211-25-6.
Yahya. 2019. Pengertian dan tahapan sintesis protein. 6 April 2019.
https://zuniyahya.com/pengertian-dan-tahapan-sintesis-protein/

Anda mungkin juga menyukai