Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja

Dalam proses tumbuh kembang, masa remaja merupakan peralihan antara masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Proses ini ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pematangan
fungsi organ hormonal serta pengaruh lingkungan. Factor-faktor ini berhubungan dengan
Kesehatan Reproduksi Remaja yang didefinisikan sebagai seuatu keadaan kesehatan yang
sempurna secara fisik, mental dan social dan bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi.

Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan


demi kelestarian hidup (ICPD, 1994). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat jasmani,
rohani dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang
berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.

Kesehatan reproduksi menurut Depkes (2004) adalah keadaan kesejahteraan fisik,


mental, dan sosial yang utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam
segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya. Iskandar (1995),
menambahkan bahwa kesehatan reproduksi yaitu mencakup kondisi dimana wanita dan pria
dapat melakukan hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan,
dan bila kehamilan diinginkan, wanita dimungkinkan menjalankan kehamilan dengan aman,
melahirkan anak yang sehat serta didalam kondisi siap merawat anak yang dilahirkan. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses
reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultur (BKKBN,
2001 ).

2.2 Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja

Hal yang berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yaitu pubertas
yang mempunyai arti awal masa remaja. Pada masa pubertas terjadi perubahan badaniah yang
menandai adanya kemampuan untuk melanjutkan keturunan (reproduksi). Ada uang menyebut
pubertas sebagai saat pematangan seksual. Perubahan ini disertai perubahanmental dan akan
mempengaruhi perilakumu.

Perubahan yang terjadi pada setiap orang itu berbeda-beda, karena setiap orang
memiliki perbedaan saat kematangan sekseual. Biasanya perempan mengalami pubertas lebih
awal pada usia 11-12 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 13-15 tahun.
Di Indonesia, batasan remaja mendekati batasan PBB tentang pemuda kurun
usia 14-24 tahun yang dikemukakan dalam Sensus Penduduk 2010. Menurut sensus ini, jumlah
remaja Indonesia adalah 147.338.075 jiwa atau 18,5% dari seluruh penduduk Indonesia.
Pedoman umum masyarakat Indonesia untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24
tahun dan belum menikah.

Adapun J.J. Rosseau membagi perkembangan jiwa manusia menurut perkembangan


perasaannya, yang membaginya menjadi 4 tahap yaitu:

1. Umur 0-4 atau 5 tahun: masa kanak- kanan (infancy).

2. Umur 5 –12 tahun: masa bandel (savage stage).

3. Umur 12 –15 tahun: bangkitnya akal (rasio), nalar (reason) dan kesadaran diri (self
consciousness).

4. Umur 15-20 tahun: masa kesempurnaan remaja (adolescence proper) dan merupakan
puncak perkembangan emosi.

5. Perkembangan Fisik pada Remaja

Pada masa remaja seseorang mengalami pertumbuhan fisik yang lebih cepat dibandingkan
dengan masa sebelumnya. Ini nampak pada organ seksualnya, dimana biologik sampai pada
kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Ciri sekunder individu dewasa adalah pada pria tampak
tumbuh kumis, jenggot dan rembut sekitar alat kelamin dan ketiak. Rambut yang tumbuh relatif
lebih kasar. Suara menjadi lebih besar, dada melebar dan berbentuk segitiga, serta kulit relatif
lebih kasar. Dan pada wanita tampak rambut mulai tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak,
payudara dan panggul mulai membesar, dan kulit relatif lebih halus.

Sedangkan organ kelamin juga mengalami perubahan ke arah pematangan yaitu:

1. b) Pada pria, sejak usia ini testis akan menghasilkan sperma yang tersimpan dalam
skrotum. Kelenjar prostat menghasilkan cairan semen, dan penis dapat digunakan untuk
bersenggama dalam perkawinan. Seorang pria dapat menghasilkan puluhan sampai jutaan
sperma sekali ejakulasi dan mengalami mimpi basah, dimana sperma keluar dengan
sendirinya secara alamiah.

2. c) Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel telur (ovum).
Hormon kelamin wanita mempersiapkan uterus (rahim) untuk menerima hasil konsepsi
bila ovum dibuahi oleh sperma, juga mempersiapkan vagina sebagai penerima penis saat
senggama. Sejak saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan menstruasi. Pada masa
menjelang menstruasi pertama (menarch) remaja putri sangatlah sensitif. Mereka juga
seringkali mengalami masa prementruasi syndrome (PMS) yang sangat berat.
Ovulasi adalah proses keluarnya ovum dari ovarium dan jika tidak dibuahi, maka ovum
akan mati dan terjadilah menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa alamiah keluarnya darah dari
vagina yang berasal dari uterus akibat lepasnya endometrium sebagai akibat dari ovum yang
tidak dibuahi.

1. Perkembangan Psikosial pada Remaja

Kesadaran akan bentuk fisik yang bukan lagi anak-akan menjadikan remaja sadar
meninggalkan tingkah laku anakanaknya dan mengikuti norma serta aturan yang berlaku.
Menurut Havigrust aspek psikologis yang menyertainya yaitu:

1. Menerima kenyataan (realitas) jasmani

2. Mencapai hubungan sosial yanglebih matang dengan teman sebaya.

3. Menjalankan peran-peran sosial menurut jenis kelamin sesuaikan dengan norma.

4. Mencapai kebebasan emosional (tidak tergantung) pada orang tua atau orang dewasa lain.

5. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep untuk bermasyarakat.

6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan atau jabatan.

7. Mencapai kebebasan ekonomi, merasa mampu hidup dengan nafkah sendiri.

2.3 Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

a) Hamil yang Tidak Dikehendaki (Unwanted Pregnancy)

Kehamilan yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy) merupakan salah satu akibat
dari kurangnya pengetahuan remajamengenai perilaku seksual remaja. Faktor lain penyebab
semakin banyaknya terjadi kasus kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) yaitu
anggapan-anggapan remaja yang keliru seperti kehamilan tidak akan terjadi apabila melakukan
hubungan seks baru pertama kali, atau pada hubungan seks yang jarang dilakukan, atau
hubungan seks dilakukan oleh perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks
dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, atau hubungan seks dilakukan dengan menggunakan
teknik coitus interuptus (senggama terputus) (Notoadmodjo, 2007).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Khisbiyah (1995) terdapat responden yang
mengatakan untuk menghindari kehamilan maka hubungan seks dilakukan di antara dua waktu
menstruasi. Informasi itu melakukan hubungan seks diantara dua menstruasi ini tentu saja
bertentangan dengan kenyataan bahwa sebenarnya masa anatara dua siklus menstruasi
merupakan masa subur bagi seorang wanita (Notoatmodjo, 2007).

Kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) membawa remaja pada dua
pilihan yaitu melanjutkan kehamilan kemudian melahirkan dalam usia remaja (early
childbearing) atau menggugurkan kandungan merupakan pilihan yang harus remaja itu jalani.
Banyak remaja putri yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy)
terus melanjutkan kehamilannya.

Menurut Affandi (1995) cit Notoatmodjo (2007) konsekuensi dari keputusan untuk
melanjutkan kehamilan adalah melahirkan anak yang dikandungnya dalam usia yang relatif
muda. Hamil dan melahirkan dalam usia remaja merupakan salah satu faktor resiko kehamilan
yang tidak jarang membawa kematian ibu. Kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia
kurang dari 20 tahun lebih besar 3-4 kali dari kematian ibu yang hamil dan melahirkan pada usia
20-35 tahun. Dari sudut kesehatan obstetri, hamil pada usia remaja dapat mengakibatkan resiko
komplikasi pada ibu dan bayi antara lain yaitu terjadi perdarahan pada trimester pertama dan
ketiga, anemia, preeklamsia, eklamsia, abortus, partus prematurus, kematian perinatal, berat bayi
lahir rendah (BBLR) dan tindakan operatif obstetri (Sugiharta, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004).

b) Aborsi

Aborsi (pengguguran) berbeda dengan keguguran. Aborsi atau pengguguran kandungan


adalah terminasi (penghentian) kehamilan yang disengaja (abortus provokatus). Abortus
provocatus yaitu kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam cara sehingga terjadi
pengguguran. Sedangkan keguguran adalah kehamilan berhenti karena faktor-faktor alamiah
(abortus spontaneus) (Hawari, 2006). Data yang tersedia dari 1.000.000 aborsi sekitar 60,0%
dilakukan oleh wanita yang tidak menikah, termasuk para remaja. Sekitar 70,0- 80,0%
merupakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion). Aborsi tidak aman (unsafe abortion)
merupakan salah satu faktor menyebabkan kematian ibu.

Menurut Hawari (2006), aborsi yang disengaja (abortus provocatus) ada dua macam yaitu
pertama, abortus provocatus medicalis yakni penghentian kehamilan (terminasi) yang disengaja
karena alasan medik. Praktek ini dapat dipertimbangkan, dapat dipertanggungjawabkan dan
dibenarkan oleh hukum. Kedua, abortus provocatus criminalis, yaitu penghentian kehamilan
(terminasi) atau pengguguran yang melanggar kode etik kedokteran, melanggar hukum agama,
haram menurut syariat Islam dan melanggar Undang-Undang (kriminal).

c) Penyakit Menular Seksual (PMS)

Menurut Notoatmodjo (2007), penyakit menular seksual merupakan suatu penyakit yang
mengganggu kesehatan reproduksi yang muncul akibat dari prilaku seksual yang tidak aman.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit anak muda atau remaja, karena remaja
atau anak muda adalah kelompok terbanyak yang menderita penyakit menular seksual (PMS)
dibandingkan kelompok umur yang lain. PMS adalah golongan penyakit yang terbesar
jumlahnya (Duarsa, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004) Remaja sering kali melakukan hubungan seks
yang tidak aman, adanya kebiasaan bergani-ganti pasangan dan melakukan anal seks
menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti
Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia. Cara melakukan hubungan kelamin pada remaja tidak hanya
sebatas pada genital-genital saja bisa juga orogenital menyebabkan penyakit kelamin tidak saja
terbatas pada daerah genital, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital (Notoatmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya resiko penularan penyakit menular


seksual (PMS) pada remaja adalah faktor biologi, faktor psikologis dan perkembangan kognitif,
perilaku seksual, faktor legal dan etika dan pelayanan kesehatan khusus remaja.

d) HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus and Acquired Immunodeficiency


Syndrome)

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu sindrom atau kumpulan


gejala penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan
manifestasi stadium akhir infeksi virus “HIV” (Tuti Parwati, 1996) cit (Notoatmodjo, 2007).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus RNA tunggal yang menyebabkan
AIDS (Limantara, dkk, 2004) cit (Soetjiningsih, 2004). Menurut Limantara (2004) cit
Soetjiningsih (2004) faktor yang beresiko menyebabkan HIV pada remaja adalah perubahan
fisiologis, aktifitas sosial, infeksi menular seksual, prilaku penggunaan obat terlarang dan anak
jalanan dan remaja yang lari dari rumah. Perubahan fisiologis yang dapat menjadi resiko
penyebab infeksi dan perjalanan alamiah HIV meliputi perbedaan perkembangan sistem imun
yang berhubungan dengan jumlah limfosit dan makrofag pada stadium pubertas yang berbeda
dan perubahan pada sistem reproduksi.

Aktifitas seksual tanpa proteksi merupakan resiko perilaku yang paling banyak pada
remaja. Hubungan seksual dengan banyak pasangan juga meningkatkan resiko kontak dengan
virus HIV. Ada tiga tipe hubungan seksual yang berhubungan dengan transmisi HIV yaitu
vaginal, oral, dan anal.

2.4 Jenis-jenis penyakit yang menyerang Reproduksi Remaja

Jenis-jenis penyakit yang menyerang reproduksi remaja antara lain:

1. Gonorrhea (GO)

Penyakit yang disebabkan bakteri Neisseeria gonnorreheae, masa inkubasi atau masa tunasnya 2-
10 hari sesudah kuman masuk ke tuuh melalui hubungan seks.

2. Sifilis (Raja Singa)

Penyakit yang disebabkan kuman treponema Pallidum. Masa inkubasinya atau masa tunasnya 2-
6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui
hubungan seks. Setelah itu beberapa tahun dapat berlalu tanpa gejala.

3. Herpes Genitalis
Penyakit yang disebabkan virus herpes simplex, dengan masa inkubasi atau masa tunasnya 4-7
hari sesudah masuk ke tubuh melalui hubungan seks.

4. Trikomoniasis Vaginalis

Disebabkan oleh sejenis protozoa Trikomonas Vaginalis. Pada umumnya dikeluarkan melalui
hubungan seks.

5. Charcroid

Penyebabnya adalah bakteri Haemophilus ducrey, dan dikeluarkan melalui hubungan seksual.

6. Klamida

Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh Klamida trachomatis.

7. Kondiloma akuminata Genital Warts (HPV)

Penyebabnya adalah virus Human Paipilloma.

2.5 Penyebab timbulnya penyakit PMS/HIV yang menyerang kesehatan reproduksi


remaja

1. Hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, naik melalui vagina, dubur,
maupun mulut.

2. Jarum suntik dan alat-alat penusuk (tindik, tattoo, cukur kumis jenggot) yang tercemar
HIV.

3. Transfursi darah atau produk darah yang mengandung HIV.

4. Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungan.

2.6 Cara menanggulangi penyakit PMS/HIV yang penyerang system reproduksi

1. Hindari perbuatan-perbuatan yang beresiko untuk kehidupanmu kelak.

2. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menika.

3. Berani menolak ajakan yang beresiko tertular PMS atau HIV/AIDS.

4. Pilih teman yang berakhlak baik.

5. Bagi remaja yang sudah menikah harus saling setia. Artinya tidak melakukanhubungan
seksual dengan orang lain.

6. Gunakannlah masa remajamu untuk hal-hal yang bermanfaat.


2.7 Pentingnya kebersihan dan kesehatan pribadi bagi remaja

Kebersihan merupakan hal yang penting dalam pencegahan berbagai pengakit infeksi,
menjaga kesegaran dan keindahan tubuh. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting bagi semua
orang terlebih pada remaja dengan banyak aktivitas gerak dan olahraga.tubuh cepat berkeringat
dan debu menempel pada tubuh sehingga perlu dibersihkan dengan segera. Kemungkinan
penyakit infeksi yang timbul antara lain

1. Infeksi pencernaan

2. Kulit

3. Tangan

4. Kaki

5. Kuku

6. Alat kelamin

2.8 Penanganan yang Dilakukan Untuk Mencegah Masalah Kesehatan Reproduksi


Remaja

Penanganan yang dilakukan untuk mencegah masalah kesehatan reproduksi remaja


adalah melalui empat pendekatan yaitu institusi keluarga, kelompok sebaya (peer group),
institusi sekolah dan tempat kerja. Institusi keluarga disini diharapkan orang tua harus mampu
menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan sekaligus memberikan bimbingan
sikap dan prilaku kepada remaja.

Peer group diharapkan mampu tumbuh menjadi peer educator yang diharapkan dapat
membahas dan menangani permasalahan kesehatan reproduksi remaja. Institusi sekolah dan
tempat kerja merupakan jalur yang sangat potensial untuk melatih peer group ini, karena institusi
sekolah dan tempat kerja ini sangat mempengaruhi kehidupan dan pergaulan remaja.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini bahwa kesehatan reproduksi remaja itu sangat berkaitan
erat dengan remaja pada saat mereka mengalami masa pubertas. Jika kita tidak bertanggung
jawab dengan yang kita lakukan maka akan menyebabkan dampak bagi diri kita di kehidupan
mendatang.

3.2 Saran

Saran yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca bahwa hal yang paling penting
bagi remaja yaitu mengendalikan nafsu birahi karena kegagalan mengendalikan nafsu birahi
pada masa remaja dapat mengakibatkan kehamilan atau PMS. Mengingat pergaulan remaja saat
ini yang tidak terbatas sehingga pengetahuan tentang alat reproduksi remaja sangat bermanfaat
untuk mencegah dan menghindari terjadi hal-hal yang merugikan remaja.

Anda mungkin juga menyukai