PENDAHULUAN
1
meneruskan beban–beban yang terjadi pada struktur ke dalam tanah melalui
pondasi.
Pada elemen kolom terdapat beban aksial (P) akibat beban struktur dan
gaya lateral (H) yang terjadi akibat beban gempa dan beban angin. Gaya
lateral yang terjadi pada kolom akan menghasilkan defleksi lateral (∆), pada
keadaan tersebut kolom akan mendapatkan momen lentur tambahan (momen
sekunder). Kondisi struktur seperti ini disebut dengan efek P-delta. Namun
pada perencanaan suatu struktur sering mengabaikan efek p-delta yang dapat
berpengaruh pada kestabilan kolom, terlebih pada struktur gedung bertingkat
tinggi dan memiliki bentuk kantilever.
2
3. Perbandingan gaya dalam struktur dengan efek p-delta dan tanpa
efek p-delta.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mutu beton dengan fc’ kurang dari 10 Mpa, digunakan untuk beton non
struktur (misalnya: kolom praktis, balok praktis).
4
2. Mutu beton dengan fc’ antara 10 Mpa sampai 20 Mpa, digunakan untuk
beton struktur (misalnya: balok, kolom, pelat maupun fondasi).
3. Mutu beton dengan fc’ sebesar 20 Mpa keatas, digunkana untuk struktur
beton yang direncanakan tahan gempa.
1. Beton memiliki kuat tarik yang rendah, sekitar sepersepuluh dari kuat
tekannya
5
2. Agar dapat menjadi suatu elemen struktur, material penyusun beton
dicampur, dicetak dan setelah itu perlu dilakukan proses perawatan
untuk mencapai kuat tekannya
3. Biaya pembuatan cetakan beton cukup tinggi, dapat menyamai harga
beton yang dicetak
4. Ukuran atau dimensi penampang struktur beton umumnya lebih besar
dibandingkan dengan struktur baja, sehingga akan menghasilkan
struktur yang lebih berat
5. Adanya retakan pada beton akibat susut beton dan beban hidup yang
bekerja
6. Mutu beton sangat tergantung pada proses pencampuran material
maupun proses pencetakan beton sendiri.
6
Gambar 2.2 Portal tak bergoyang dengan beban dan geometri
simetris (Setiawan, 2015)
2.2.2 Bergoyang
Sebuah portal akan mengalami goyangan atau perpindahan dalam arah
horizontal apabila beban-beban yang bekerja pada portal tersebut tidak
simetri. Sebagai contoh suatu portal tak bergoyang ditunjukkan dalam
gambar 2.3. sebagai akibat adanya gaya horizontal P pada portal tersebut,
maka portal tersebut akan mengalami perpindahan kearah kanan sebesar
∆ di titik B dan C. (Setiawan, 2015).
Portal yang tak simetri baik dari sisi geometri maupun dari sisi
pembebanan akan cenderung mengalami goyangan atau perpindahan
dalam arah horizontal. Suatu contoh dari struktur portal bergoyang
ditunjukkan dalam gambar 2.4.
7
Gambar 2.4 Analisis portal bergoyang. (Setiawan, 2015)
8
2.5 Bangunan Kantilever
Balok kantilever adalah balok yang satu ujungnya terdapat tumpuan jepit
dan ujung lain menggantung bebas. Balok kantilever menahan beban gravitasi
menerima momen negatif pada keseluruhan panjang balok tersebut. Akibatnya
tulangan balok kantilever ditempatkan pada bagian atas atau sisi tariknya,
konsekuensi dari pengaplikasian struktur ini yakni, struktur kantilever harus
benar-benar kuat, hubungan struktur antara bidang penjepit dengan yang
dijepit terjadi pada satu pangkal saja. (Yasmin, 2017)
9
2.6 Defleksi
10
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope
yang terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope
titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada
beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja.
11
2) Daerah aktif. Magnitude 8 SR mungkin terjadi dan magnitude 7 SR
sering terjadi, yaitu di lepas pantai Barat Sumatera, pantai Selatan
Jawa, Nusa Tenggara, Banda.
3) Daerah lipatan dan retakan. Magnitude kurang dari 7 SR mungkin
terjadi, yaitu di pantai Barat Sumatera, kepulauan Suna, Sulawesi
Tengah.
4) Daerah lipatan dengan atau tanpa retakan. Magnitude kurang dari 7
SR bisa terjadi, yaitu di Sumatera, Jawa bagian Utara, Kalimatan
bagian Timur.
5) Daerah gempa kecil. Magnitude kurang dari 5 SR jarang terjadi, yaitu
di daerah pantai Timur Sumatera, Kalimantan Tengah.
6) Daerah stabil, tak ada catatan sejarah gempa, yaitu daerah pantai
Selatan Irian, Kalimantan bagian Barat.
Indonesia memiliki banyak sejarah gempa yang terjadi. Salah satu gempa
yang terdahsyat yaitu di tahun 2004 pada bulan Desember yang mengguncang
Aceh dan sekitarnya dengan gempa yang berkekuatan 9,8 SR. Gempa ini
mengakibatkan timbulnya tsunami karena hiposentrumnya berada pada dasar
laut.
12
Dalam perencanaan struktur beban didaerah gempa perencanaan limit
states designnya disebut Capacity design yang berarti bahwa ragam
keruntuhan struktur akibat beban gempa yang besar ditentukan lebih dahulu
dengan elemen-elemen kritisnya dipilih sedemikian rupa agar mekanisme
keruntuhannya dapat memencarkan energi yang sebesar-besarnya.
Beban gempa merupakan beban yang sangat tidak dapat diperkirakan baik
besarnya maupu arahnya. Besarnya gaya gempa sangat ditentukan oleh
perilaku struktur tersebut. Gaya horizontal, gaya vertikal dan momen torsi yang
terjadi sangat bergantung pada waktu getar sturuktur dan eksentrisitas antara
pusat kekakuan struktur dengan pusat massa struktur.
13
dipakai sebagai elemen penahan gaya lateral pada struktur bangunan tinggi
karena kekakuannya yang besar. Untuk mencapai struktur yang andal dan
ekonomis, semua elemen struktur didesain sedemikian rupa agar memiliki
daktilitas yang cukup untuk berdeformasi dan mendisipasi energy saat gempa
kuat terjadi.(Budiono, 2017)
Pada desain gedung tinggi tahan gempa dengan bahan beton bertulang,
beberapa perlaku khusus perlu diperhatikan, seperti ketidakberaturan
horizontal dan vertical yang mungkin terjadi, penyesuaian periode getar
struktur dengan periode minimum dan maksimum yang disyaratkan, faktor
skala gaya gempa bagi analisis gempa dengan gaya dinamik, pengecekan
stabilitas struktur, dan berbagai syarat lainnya sesuai dengan SNI 1726:2012.
Karena bangunan tinggi sering melewati batas normal yang disyaratkan,
beberapa penalty dalam proses desain harus dilakukan untuk menjamin
keandalan struktur. (Budiono, 2017)
2.10 P-delta
Pada kenyataannya elemen kolom yang mengalami gaya lateral akan
mengalami pembesaran momen akibat defleksi lateral. Besarnya momen
tambahan merupakan funsi dari beban gravitasi (P) dan defleksi lateral (Δ),
perilaku struktural tersebut biasa disebut dengan P-delta efek (P-Δ) yang
merupakan pengaruh global portal kolom. Besarnya defleksi lateral dilakukan
secara bertahap dan berulang/iterasi, nilai perbandingan defleksi lateral awal
14
(Δ1) dengan defleksi lateral akhir (Δn) harus lebih kecil dari 2,5 untuk
menghindari ketidak stabilan kolom portal akibat beban gravitasi. (Suyono,
2007)
15
Gambar 2.6 Pengaruh P-Δ. (Comino, 2016)
Menurut SNI 1726:2012 (BSN, 2012) Pengaruh P-delta pada geser dan
momen tingkat, gaya dan momen elemen struktur yang dihasilkan, dan
simpangan antar lantai tingkat yang timbul oleh pengaruh ini tidak disyaratkan
untuk diperhitungkan bila koefisien stabilitas ( T ) seperti ditentukan oleh
persamaan berikut sama dengan atau kurang dari 0,10:
𝑃𝑥 ∆𝐼𝑒
Ꝋ=
𝑉𝑥 ℎ𝑠𝑥 𝐶𝑑
Keterangan:
Px = beban desain vertikal total pada dan di atas tingkat x,dinyatakan
dalam kilo newton (kN); bila menghitung Px , faktor beban individu tidak
perlu melebihi 1,0;
∆ = adalah simpangan antar lantai tingkat desain seperti didefinisikan
dalam 7.8.6, terjadi secara serentak dengan Vx , dinyatakan dalam
milimeter (mm)
Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan 4.1.2
Vx = gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan 1 x (kN) sxh =
tinggi tingkat di bawah tingkat x, dinyatakan dalam milimeter (mm);
Cd =faktor pembesaran defleksi dalam Tabel9.
16
0.5
Ꝋ𝑚𝑎𝑥 ≤ 0.25
𝛽𝐶𝑑
2.11 Beban
Menurut Setiawan (2016), beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu
struktur. Penentuan secara pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu
stuktur selama umur layanannya merupakan salah satu pekerjaan yangcukup
sulit. Selain itu, pada umumnya penentuan besarnya beban hanya merupakan
suatu estimasi saja. Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari
struktur dapat diketahui secara pasti, distribusi beban dari elemen ke elemen
dalam suatu struktur pada umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan.
Jika beban-beban yang bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka
maslaah berikutnya adalah menentukan kombinasi-kombinasi beban yang
paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Besar beban
17
yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang
berlaku. Beberapa jenis beban yang sering dijumpai antara lain :
1. Beban mati adalah beban gravitasi yang berasal dari berat semua
komponen gedung/bangunan yang bersifat permanen selama masa
layan struktur tersebut. Termasuk pula kedalam jenis beban mati adalah
unsur-unsur tambahan, mesin serta peralatan tetap yang tak terpisahkan
dari gedung tersebut. Selain itu berat sendiri struktur, system perpipaan,
jaringan listrik, penutup lantai, serta plafond juga termasuk jenis beban
mati.
Komponen Gedung
Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m3
Dinding bata merah 1/2 batu 250 kg/m3
Penutup atap genting 50 kg/m3
Penutup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m3
18
maka penentuan beban hidup dengan tepat merupakan suatu hal yang
cukup sulit.
3. Beban angin adalah beban yang timbul sebagai akibat adanya tekanan
dari gerakan angina. Beban angin sangat ditentukan oleh lokasi dan
ketinggian dari struktur bangunan. Intensitas tekanan tiup yang
direncanakan dapat diambil minimum sebesar 25 kg/m 2, kecuali untu
kondisi berikut :
a. Tekanan tiup ditepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil
minimum 40 kg/m2
b. Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya
lebih besar dari 40 kg/m2, harus diambil sebesar p = v2/16 (kg/m2),
dengan V adalah kecepatan angina dalam m/s.
c. Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan
rumus (42,5 + 0.6h) dengan h adalah tinggi cerobong seluurh dalam
meter.
4. Beban gempa merupakan beban dalam arah horizontal dari struktur yang
ditimbulkan oleh adanya gerakan tanah akibat gempa bumi, baik dalam
arah vertical maupun horizontal. Pada beberapa kasus umumnya
pengaruh gempa dalam arah vertical lebih menentukan daripada
pengaruh gempa arah vertical. Besarnya gempa yang bekerja pada dasar
struktur/bangunan ditentukan berdasarkan persamaan
V= Cs x W
19
2.12 Jenis Struktur Gedung
20
f. Sistem struktur gedung memiliki berat lantai tingkat yang beraturan,
artinya setiap lantai tingkat memiliki berat yang tidak lebih dari 150%
dari berat lantai tingkat di atasnya atau di bawahnya. Berat atap atau
rumah atap tidak perlu memenuhi ketentuan ini.
g. Sistem struktur gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem
penahan beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik
beratnya, kecuali bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah
ukuran unsur dalam arah perpindahan tersebut.
h. Sistem struktur gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa
lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh lantai
tingkat. Kalaupun ada lantai tingkat dengan lubang atau bukaan
seperti itu, jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari jumlah lantai
tingkat seluruhnya.
Apabila ditemukan kondisi struktur bangunan yang tidak sesuai dengan
rincian yang telah disebutkan di atas maka struktur gedung dianggap sebagai
struktur gedung tidak beraturan. Analisis pembebanan terhadap gedung
dengan kondisi tersebut harus dilakukan berdasarkan cara Analisis respons
dinamis (Depkimpraswil, 2002).
21
2.14 Analisa Beban Dinamis
2.14.1 Karakteristik Dinamik Struktur Bangunan
Pada persamaan difrensial melibatkan tiga properti utama suatu
struktur yaitu massa, kekakuan dan redaman. Ketiga properti struktur itu
umumnya disebut dinamik karakteristik struktur. Properti-properti tersebut
sangat spesifik yang tidak semuanya digunakan pada problem statik.
Kekakuan elemen / struktur adalah salah satu-satunya karakteristik yang
dipakai pada problem statik, sedangkan karakteristik yang lainnya yaitu
massa dan redaman tidak dipakai ( Tri Wahyu Kuningsih, 2017 ).
1. Massa
Suatu struktur yang kontinu kemungkinan mempunyai banyak
derajat kebebasan karena banyaknya massa yang mungkin dapat
ditentukan. Banyaknya derajat kebebasan umumnya berasosiasi
dengan jumlah massa tersebut akan menimbulkan kesulitan. Hal ini
terjadi karena banyaknya persamaan differensial yang ada.
Terdapat dua permodelan pokok yang umumnya dilakukan untuk
mendeskripsikan massa struktur ( Tri Wahyu Kuningsih, 2017 ).
2. Kekakuan
kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur
bangunan yang sangat penting disamping massa bangunan. Antara
massa dan kekakuan struktur akan mempunyai hubungan yang
unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau Eigenproblem.
Hubungan tersebut akan menetukan nilai frekuensi sudut ω, dan
periode getar struktur T. Kedua nilai ini merupakan parameter yang
sangat penting dan akan sangat mempengaruhi respon dinamik
struktur. Pada prinsip bangunan geser ( shear building ) balok pada
lantai tingkat dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun
sesudah terjadi pergoyangan. Adanya plat lantai yang menyatu
22
secara kaku dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan
balok sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada prinsip
desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat
dibandingkan dengan balok, namun demikian rasio tersebut tidak
selalu linear dengan kekakuannya. Dengan prinsif shear building
maka dimungkinkan pemakaian lumped mass model. Pada prinsip
ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung berdasarkan rumus yang
telah ada. Pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin
besar kemampuannya dalam mengekang rotasi ujung kolom,
sehingga akan menambah kekuatan kolom. Perhitungan kekakuan
kolom akan lebih teliti apabila pengaruh plat lantai diperhatikan
sehingga diperhitungkan sebagai balok T ( Tri Wahyu Kuningsih,
2017 ).
3. Redaman
Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi ( energi
dissipation) oleh struktur akibat adanya berbagai macam sebab.
Beberapa penyebab itu antara lain adalah pelepasan energi oleh
adanya gerakan antar molekul didalam material, pelepasan energi
oleh gesekan alat penyambung maupun system dukungan,
pelepasan energi oleh adanya gesekan dengan udara dan pada
respon inelastic pelepasan energi juga terjadi akibat adanya sendi
plastis. Karena redaman berfungsi melepaskan energi maka hal ini
akan mengurangi respon struktur ( Tri Wahyu Kuningsih, 2017 ).
23
Gambar 2.7 Main window dan menu bar. (Tavio, 2018)
Pada menu bar pilih File > New Model > Default.Edb maka akan
muncul boxes “Building Plan Grid System and Story Definition”
Pada option pilih Kn-m sehingga grid data dan story data akan
digambarkan dalam satuan meter dan satuan unit yang akan
dimodelkan dalam satuan kN-m
Isikan edit boxes pada Grid Dimension (Plan) dan Story Dimension
sesuai desain seperti terlihat pada Gambar
Pada Option Structural Object pilih Grid Only.
24
Gambar 2.8 Grid system dan story data. (Tavio, 2018)
Hasil dari isian grid dan story seperti pada gambar diatas akan simetris, maka
untuk meng-edit “Grid Data” dan “Story Data” sesuai dengan ukuran yang
diinginkan, gunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Klik kanan pada window pilih Edit Grid Data maka akan muncul boxes
Coordinate System pilih Modify/Show System lalu muncul boxes Define
Grid Data seperti terlihat pada Gambar. Isikan data grid arah x-x (X Grid
Data) dan grid arah y-y (Y Grid Data) sesuai denah rencana struktur
untuk memudahkan penggambaran elemen struktur lainnya.
Sedangkan utnuk mengubah story data klik kanan pada main window
pilih Edit Story Data maka akan muncul boxes Story Data. Edit
ketinggian pada tiap lantai sesuai dengan data gedung yang didesain
seperti terlihat pada Gambar
Setelah grid dan story data yang kita edit sedah sesuai dengan denah
rencana yang diinginkan maka grid dan story pada main window akan
terlihat seperti pada Gambar
25
Gambar 2.9 Edit grid data. (Tavio, 2018)
Input data material struktur yaitu pilih Define > Material Properties, maka
muncul window Define Materials lalu pilih CONC dan klik Add New Material.
Lalu isikan Material Property Data sesuai data-data diatas untuk beton mutu
35 Mpa seperti terlihat pada Gambar
26
Gambar Data Material (Beton fc’ 35 Mpa dan Tulangan fy 400 Mpa)
Pada option Concrete klik Reinforcement, maka akan muncul edit boxes
Reinforcement Data.pada option Design Type pilih Beam dan pada
option Concrete Cover to Rebar Center atau selimut beton isikan 0.04
untuk Top dan 0.04 untuk Bottom Seperti terlihat pada Gambar
27
Gambar 2.13 Design type untuk balok. (Tavio, 2018)
Pada option Concrete klik Reinforceent, maka akan muncul edit boxes
Reinforcement Data. Pada option Design Type pilih Column.
28
Gambar 2.15 Design type untuk balok. (Tavio, 2018)
29
Isikan Section Name dengan SW untuk dinding geser. Pada option
Material pilih FC35, dan isikan pada option Thickness untuk Membrane
0.35 dan Bending 0.35 seperti terlihat pada Gambar
Pada option Type pilih Shell dan centang pada Thick Plate, maka shell
akan dapat menerima lebih pngaruh deformasi akibat gaya tranversal.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian dilaksanakan di kantor PT. Module Tri Arba Buana Soetta
Residence no E 44 Gedebage Bandung. Perencanaan dilakukan selama bulan
Maret 2018 hingga bulan Mei 2018.
31
3.3 Metode Perencanaan
3.3.1 Metode pengumpulan data
32
3.4.3Cara analisis data
33
3.7 Desain Struktur
34
Gambar 3.3 Permodelan struktur 3D
35
BAB IV
Bulan
No Uraian Maret April Mei Juni Juli
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Tahap Persiapan
1. Studi Literatur
2. Pengurusan Izin
3. Pembentukan Proposal
4. Seminar Proposal
II Tahap Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data
2. Pengolahan Data
3. Analisis Data
III Tahap Pelaporan
1. Penulisan Laporan Draft
2. Seminar Draft
3. Pelaporan Tugas Akhir
4. Pengadaan Laporan
36
BAB V
PERKIRAAN BIAYA KEGIATAN
37
DAFTAR PUSTAKA
B.J. Davidson, R.C. Fenwick, and B.T. Chung. P-delta effects in multi-storey
structural design. In: Earthquake Engineering, Tenth World
Conference. pages 3847–3852, Balkema, Roterdam, 1992.
38