Anda di halaman 1dari 2

Pengertian

Hiponatremia merupakan kondisi dimana gangguan elektrolit ketika kadar natrium


(sodium) dalam darah lebih rendah dari batas normal. Dalam tubuh kita natrium memiliki
sejumlah fungsi, antara lain untuk mengendalikan kadar air dalam tubuh, menjaga tekanan
darah,serta mengatur sistem saraf. Sodium merupakan ion yang bermuatan (+) terutama
cation dalam cairan luar sel-sel tubuh. Hal tersebt dapat dituliskan Na untuk sodium, ketika
digabungkan dengan chloride (Cl), akibat dari dua unsur tersebut yaitu menjadi (NaCl).
Tingkat sodium dalam darah normal adalah 135-145 mEql, atau dalam international unit hasil
– hasilnya mungkin sedikit bervariasi diantara laboratorium – laboratorium yang berbeda.
Hiponatremia adalah keadaan tubuh yang kekurangan kadar natrium dalam plasma yang di
tandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/L, mual, muntah dan
diare. Kemudian timbul rasa haus yang berlebihan, denyut nadi cepat, hipotensi, konvulsi,
dan membran mukosa kering. (Alimu, 2003).Kekurangan kadar natrium pada cairan ekstra
sel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic, Hal tersebut dapat mengakibatkan
perpindahan cairan dari ruang ekstra sel ke intra sel mengakibatkan sel menjadi benkak.
Konsentrasi natrium plasma menunjukan rasio natrium tubuh total terhadap air total tubuh.
Klasifikasi hiponatremia
A. Osmolitas plasma
a. Hiponatremia isotonik : jika kondisi natrium plasma < 135 dan osmolitas plasma
normal yaitu 280 – 285 mOsm/kg/H2O2.
b. Hiponatremia hipotonik jika kondisi natrium plasma < 135 dan osmolitas plasma
normal yaitu 280 – 285 mOsm/kg/H2O2 hal tersebut selalu menggambarkan ketidak
mampuan ginjal dalam mengeksresikan cairan yang masuk. Hipontremia hipotonik
ada 3:
1. Hiponatremia hipotonik hipovolemik dapat terjadi akibat kehilangan natrium renal
eksudat, penyebab kehilangan dapat dibedakan dalam konsentrasi urine.pada
kondisi ini terdapat penurunan jumlah CES dan deplesi solut. Hiponatremia dapat
deplesi volume dalam berbagai keadaan.gejala klinis dari deplesi volume yaitu
penurunan tekanan darah aostatik , penurunan denyut nadi.
Kratinin yang meningkat akan terjadi :
a. Gangguan gastroentistinal
b. Keringat yyang berlebihan
c. Penggunaan diuretik yang berlebih
d. Cerebral Salt wasing sindrome (CSWS)
2. Euvolemik hiponatremia hipotonik euvolemik berhubungan dengan adanya
kelompok syndrom klinis yang seharusnya harus dibedakan menurut pemeriksaan
osmilitas urine. Hal ini terjadi karena intake cairan yang berlebihan sedangkan
ginjal tidak mampu untuk mengekskresikan. Hal ini terjadi pada keadaan dibawah
ini :
a. SIADH
b. Men geluarkan terlalu banyak hormon anti diuretik
c. Sindrome nefrogenik
d. Defisiensi glukokortiroid
e. Hipertiroid
f. Munculnya kerinya yang berlebih
g. Intake cairan rendah
h. Polidispsia primer
3. Hipervolemik : Terjadi akibat adanya peningkatan total cairan tubuh yang
selanjutnya dapat dibedakan dengan pemeriksaan konsentrasi natrium pada
urine.erjadi keggalan ginjal dalam mengekskresikan cairan. Disini ditemukan
edema karena retensi cairan dan natrium. Dapat terjadi :
a. Gagal jantung
b. Sirosis
c. Sindrome nefrotik,gagal ginjal akut, dan kronik.
4. Hipernatremia hipertonik : Konsentrasi natrium plasma < 135 dan osmolitas
plasma normal yaitu 285 mOsm/kg/H2O2. Contoh : hiperglikemi

B. Berdasarkan konsentrasi natrium plasma


a. Hiponatremia ringan Konsentrasi natrium plasma < 135 mEq/L
b. Hiponatremia sedang Konsentrasi natrium plasma < 130 mEq/L
c. Hiponatremia berat Konsentrasi natrium plasma < 120 mEq/L

C. Berdasarkan konsentrasi ADH


a. Hiponatremia dengan ADH meningkat
b. Hiponatremia dengan supresi ADH fisiologis

D. Berdasarkan waktu
a. Hiponatremia akut
Hiponattremia akut yang terjadi < 48 jam , tanda gejala nya kedang dan
penurunan kesadaran. Hal ini disebabkan sel otak dari ekstra sel masuk ke intrasel
yang osmotisnya lebih tinggi
b. Hiponatremia kronik
Hiponattremia akut yang terjadi > 48 jam , tanda gejala nya kejang dan penurunan
kesadaran pasien terlihat lemas.

Dapus
Reynolds RM, padfield PL,Seckl JR. Disorders aoaf sodium balance, BMJ 2006; 332: 702-5.

Anda mungkin juga menyukai