Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PBL BLOK 9

Mekanisme dan Struktur KerjaOrgan Pencernaan


Disusun oleh : Maria Aprilla Weking
e-mail : maria.aprilla@yahoo.co.id
NIM : 10.2012.402
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

ANATOMI
a. Mulut
Batas-batas mulut adalah :
Atas : palatum durum dan molle,
Bawah : mandibula, lidah dan struktur lain pada dasar lumut,
Lateral : pipi,
Depan : bibir,
Belakang : lubang menuju faring.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan sistem pernafasan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Saluran dari kelenjar liur di pipi, dibawah lidah
dan dibawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut. Di dasar mulut terdapat lidah, yang
berfungsi untuk merasakan dan mencampur makanan. Di belakang dan dibawah mulut terdapat
tenggorokan (faring). Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari
manis, asam, asin dan pahit. Penciuman lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan(incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang(molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Pada saat makan, aliran dari ludah membersihkan bakteri yang bisa menyebabkan
pembusukan gigi dan kelainan lainnya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya
lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak masuk ke
dalam pipa udara (trakea) dan ke paru-paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang
(palatum mole, langit-langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam hidung.
Proses kimia dan fisiologi di dalam mulut. Air liur menghaluskan makanan dan
menjadikannya lebih mudah ditelan. Air liur mengandung enzim, yaitu ptialin dan amilase liur.
Sewaktu menelan, lidah mendorong makanan ke belakang mulut dan selanjutnya ke esofagus.
Langit-langit(Laring) menghalangi makanan untuk memasuki rongga nasal Makanan bergerak
melalui esofagus secara peristaltik.1

Gambar 2 : mulut

B.2 Mulut (mikroskopik)


Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk ( berkeratin) atau tanpa
lapisan tanduk, bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap
kerusakan selama mengunyah dan dan hanya terdapat di gingival dan palatum durum. Lamina
propia daerah ini memiliki sejumlah papilla dan langsung melekat pada jaringan tulang. Epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk menutupi palatum molle, bibir, pipi, dan dasar mulut.
Lamina propia memiliki papilla, mirip dermis kulit, dan menyatu dengan submukosa, yang
mengandung kelenjar liur kecil yang difus. Pada bibir, daerah peralihan epitel mulut tidak
berlapis tanduk menjadi epitel kulit dapat dilihat. Palatum molle mengandung otot rangka,
sejumlah besar kelenjar mukosa, dan nodul limfoid dalam lapisan submukosanya.2

b. Oesophagus
Eusophagus berawal sebagai struktur servikal setinggi kartilago krikoid pada c6 leher.
Didalam toraks, eusophagus melewati mediastinum superior di atas dan mediastinum posterior di
bawah. Setelah miring sedikit ke kiri di daerah leher eusophagus kembali ke garis tengah di
toraks setinggi T5. Dari situ, eusophagus terus turun ke arah bawah dan depan sampai ke pintu
eusophageal di diaphragma.3
Struktur :
- lapisan mukosa dalam berupa epitel gepeng berlapis,
- lapisan submukosa, dua lapisan otot,
- lapisan luar otot longitudinal dan lapisan dalam otot sirkular.
- 2/3 bagian atas adalah otot lurik, sedangkan
- sepertiga bagian bawah berupa otot polos.
- Lapisan jaringan areolar di luar.
Batas-batas :
Disisi kanan esofagus hanya disilang oleh v.azigos dan n.vagus dextra sehingga daerah ini paling
aman untuk dilakukan pembedahan.
Pasokan darah :
- 1/3 atas oleh arteri tiroid inferior, v. Tiroid inferior
- 1/3 tengah oleh cabang esofageal dari aorta torakalis, sistem azigos
- 1/3 bawah oleh cabang gastrika sinistra seliaka, v.azigos dan v. Gastrika sinister3

Gambar 3 : Eusophagus

C. Duodenum (makroskopik & mikroskopik)


Dari Gaster makanan disalurkan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan. Duodenum
menerima enzim pankreatik dari pankreas dan empedu dari hati. Cairan tersebut (yang masuk ke
dalam duodenum melalui lubang yang disebut sfingter oddi) merupakan bagian yang penting dari
proses pencernaan dan penyerapan. Gerakan peristaltik juga membantu pencernaan dan
penyerapan dengan cara mengaduk dan mencampurnya dengan zat yang dihasilkan oleh usus.
Beberapa centi pertama dari lapisan duodenum adalah licin, tetapi sisanya memiliki lipatan-
lipatan, tonjolan-tonjolan kecil (vili) dan tonjolan yang lebih kecil (mikrovili). Vili dan mikrovili
menyebabkan bertambahnya permukaan dari lapisan duodenum, sehingga menambah jumlah zat
gizi yang diserap. Sisa dari usus halus, yang terletak dibawah duodenum, terdiri dari jejunum dan
ileum. Bagian ini terutama bertanggungjawab atas penyerapan lemak dan zat gizi lainnya.4
Penyerapan ini diperbesar oleh permukaannya yang luas karena terdiri dari lipatan-
lipatan, vili dan mikrovili. Dinding usus terdapat pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Kepadatan dari isi
usus berubah secara bertahap, seiring dengan perjalanannya melalui usus halus. Di dalam
duodenum, air dengan cepat dipompa ke dalam isi usus untuk melarutkan keasaman lambung.
Ketika melewati usus halus bagian bawah, isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air,
lendir dan enzim-enzim pankreatik. Pada usus kecil, menghasilkan enzim:
a. Erepsin (peptidase) yang menghidrolisis peptida menjadi asid(asam) amino
b. Maltase yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa
c. Sukrase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
d. Laktase yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa4

Gambar 4 : duodenum
D. Jejenum (makro mikro)
Jejunum atau usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, yang terletak diantara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian dari jejunum.

Pada jejunum, lapisan mukosanya mirip dengan duodenum tetapi vilusnya lebih langsung
dan sel gobletnya lebih banyak. Pada dasarnya kriptus dapat ditemukan sel paneth, berupa sel
berbentuk limas dengan puncaknya menghadap lumen. Di dalam sitoplasmanya terdapat
granula kasar berwarna merah. Lapisan submukosa disini tidak terdapat kelenjar.

E. Ileum (makro mikro)


Ileum atau usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan
berfungsi untuk menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu

Lapisan mukosa pada ileum seperti jejunum tetapi sel pialanya jauh lebih banyak. Di dalam
lamina propia terdapat kelompok nodulus limfatikus yang membentuk bangunan khusus ang
disebut plaque peyeri yang dapat terliht meluas ke dalam submukosa. Lapisan submukosa terdiri
tas jaringan ikat jarang dengan pleksus meissner di dalamnya dan tidak mempunyai kelenjar.

F. COLON (usus besar)


Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Sekum membentuk kantung
buntu di bawah pertemuan antaa usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjulan
kecil seperti jari di dasar sekum adalah apendiks, suatu jaringan limfoid yang mengandung
limfosit.1 Apendiks memiliki lumen yang sempit. Apendiks berhubungan dengan
mesenterium ileum oleh mesenterium pendek berbentuk segitiga yang di dalamnya berjalan
pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.5

Kolon, yang membentuk sebagain besar usus besar, tidak bergelung seperti usus halus
tetapi terdiri dari tiga bagian relatif lurus, yaitu kolon asendens, kolon transversum, dan
kolon desendens. Bagian terakhir kolon desendens membentuk huruf S, membentuk kolon
sigmoid, kemudian lurus membentuk rektum.6
a. Kolon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi kanan
abdomen sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis dexter. Pada flexura colica
dextra kolon membelok ke kiri dengan tajam dan menyilangi abdomen sebagai kolon
transversum dalam lengkungan yang dapat menggantung lebih rendah daripada
umbilikus, dan baik pada sisi kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien. Pada
flexura colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah pada sisi kiri
absdomen sampai tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai colon sigmoid. Colon
sigmoid memiliki beberapa lengkungan di dalam pelvis dan berakhir pada sisi yang
berlawanan dengan pertengahan sekum tepatnya berhubungan dengan rektum.5

Usus Besar (mikro)


Seperti yang telah dibahas sebelumnya, usus besar terdiri dari kolon, sekum,
apendiks, dan rektum, dimana nantinya raktum akan berlanjut ke anus. Pada kolon usus
besar, lapisan mukosa mempunyai bangunan mirip vilus tetapi itu bukan vilus, itu adalah
potongan kriptus liberkuhn. Kadang-kadang dapat ditemukan nodulus limfatikus di dalam
lamina propia. Lapisan otot mukosa mudah dikenali sebagai pembatas dengan lapisan
submukosa. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat jarang yang di dalamnya dapat
ditemukan pleksus meissner.
Umbai cacing atau dikenal juga dengan appendix lapisan mukosanya seperti usus
lainnya, yaitu epitel selapos torak yang mempunyai sel goblet. Terdapat banyak nodulus
limfatikus di dalam lamina propia yang memenuhi sekeliling dindingnya.

G. Rektum
Memiliki panjang seitar 12cm dn mendapat namanya karena berbentuk lurus atau hampir
lurus. Rektum dimulai pada pertengaha sakrum dan berakhir pada canalis analis. Hubungan
rektum pada bagian posterior adalah setengah bawah sakrum dan coccygeus, lateral dengan
musculus levator ani, anterior pria dengan vesica uriaria- vesicula seminalis- galndula
prostatica, dan anterior wanita dengan cervix uteri serta vagina.5
H. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

Organ tambahan

1. Hati
Hati atau hepar adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, dengan berat sekitar 1300-1550gr.
Hepar berwarna merah coklat, sangat vaskular dan lunak. Hepar berbentuk baji dengan dasarnya
pada sisi kanan dan apeks pada sisi kiri. Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen,
dilindungi oleh cartilago costalis; tepi bahwanya mencapai garis cartilago costalis tetapi tepi
hepar yang sehat tidak dapat teraba.5
Hepar dipertahankan dalam posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan oleh
logamentum perotineum. Permukaan anatanya yang licin membulat terletak di bawah diafragma.
Facies viseralisnya terletak diatas lambung, duodenum, flexura hepatica colon, ginjal kanan, dan
kelenjar adrenal kanan.Lobus hepar dibagi menjadi lobus kanan (dekstra) dan lobus kiri
(sinistra), selain itu terdapat juga lobus caudatus.

2. Kandung Empedu
Kadung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang berada di permukaan bawah lobus
kanan hati. Dari kadung empedu ini duktus sistikus, yang panjangnya sekitar 3 sampai 4cm,
berjalan ke belakang dan ke bawah untuk menyatu dengan duktus hepatikus komunis dan
bersama-sama membentuk duktus empedu. Bila empedu, yang disekresikan oleh hati tidak
segera diperlukan untuk pencernaan, empedu ini melewati duktus sistikus masuk ke dalam
kadung empedu dimana keduanya disimpan.7

3. Pankreas
Pankreas adalah organ panjang pada bagian belakang abdomen atas. Organ ini terdiri dari
caput (di dalam lengkungan duodenum), collum, corpus, dan cauda (yang mencapai lien). Terdiri
dari sel yang menyekresi getah pankreas dan pulau sel intraalveoli, di sebut juga pulau-pulau
Langerhans. Getah melalui duktus yang melewati panjang kelenjar utuk bergabung, pada caput
kelenjar, dengan duktus biliaris, duktuss membuka bersama ke dalam duodenum. Getah pankreas
adalah cairan pencernaan.5
Secara histology :
1. Hati
Pada struktur histologi hati, dapat dikenali vena sentralis yang biasanya terletak di tengah
lobulus. Di luar vena sentralis terdapat deretan sel-sel hati yang tersusun baik jari-hari mengarah
ke jaringan interlobularis. Dianatara deretan sel hati tersebut terdapat sinusoid hati yang bermura
ke dalam vena sentralis tadi. Saluran herring merupakan duktus biliaris intralobular, letaknya di
tepi lobulus.
Didalam jaringan interlobular dapat ditemukan duktus biliaris yang dindingnya dilapisi epitel
selapis atau berlapos kubis. Pada salah satu sudut jaringan interlobularis biasanya dapat
ditemukan duktur biliaris, arteriol cabang A.hepatika, cenul cabang V.porta. daerah ini disebut
degan segitiga kiernan.

2. Kadung Empedu
Lapisan mukosanya dilapisi epitel silindris yang biasanya tidak mempunyai sel piala. Epitel
bersama lamina propia membentuk lipatan mirip vilus intestinalis. Di dalam lamina propia
terdapat bangunan-bangunan bulat atau lonjong yang dilapisi epitel sama dengan epitel mukosa.
Ini sebenarnya potongan lipatan mukosa dan disebut sinus Rokitansky Ashoff. Pada daerah yang
berhadapan dengan jaringan hati kadang-kadang dijumpai sisa-sisa saluran keluar emedu yang
rudimenter dan disebut duktus aberans Luschka.
3. Pankreas
Kelenjar pankreas merupakan kelenjar ganda yang terdiri atas bagian eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin mirip dengan kelenjar parotis. Pars terminalis kelenjar berupa asinus. Di dalam
asinus sering dijumpai sel sentroasiner yang membatasi lumen asinus. Duktus sekretorius jarang
atau sedikit jumlahnya.4
Proses dasar Pencernaan
- Motilitas
Motilitas merupakan suatu pergerakkan dalam sistem pencernaan yang diakibatkan oleh
kontraksi otot sistem pencernaan. Terdapat dua jenis pergerakan yang disebabkan oleh kontraksi
otot tersebut, yaitu gerakan propulsif (mendorong) dan gerakan mencampur. Gerak propulsif
disebut juga gerak peristatik, gerakan ini mendorong makanan dengan kecepatan berbeda-beda
sesuai fungsi regio pencernaan. Gerakan mencampur berfungsi mencampur makanan dengan
getah pencernaan sehingga membantu perncernaan makanan dan mempermudah penyerapan,
karena membawa semua isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.
- Sekresi
Dalam proses penceranaan sekresi bahan-bahan yang membantu sistem pencernaan
dilakukan oleh dua kelenjar yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin
mengahsilkan getah pencernaan seperti saliva dan enzim yang memudahkan makanan melewati
sistem pencernaan sedangkan kelenjar endokrin menghasilkan hormone
- Pencernaan (digesti)
Pencernaan merupakan suatu proses penguraian makanan dari struktur kompleks menjadi
satuan yang lebih kecil sehingga dapat dicerna oleh enzim-enzim dalam sistem perncernaan.
Contohnya karbohidrat dipecahkan menjadi polisakarida atau disakarida yang kemudian oleh
enzim-enzim seperti amilase, sukrosa dan laktosa akan diubah menjadi monisakarida.
- Penyerapan
Proses penyerapan dimana terjadi pemindahan hasil pencernaan dari saluran pencernaan ke
darah atau limfe sehingga dapat digunakan oleh tubuh. Seperti yang telah disebutkan di atas
bahwa proses pencernaan melalui dua cara yang saling mendukung yaitu proses secara mekanik
dan secara kimiawi. Berikut akan dibahas Jalannya kedua proses tersebut.
a. Proses pencernaan mekanik
Pada proses secara mekanik umumnya akan dibahas mastikasi dan menelan. Kedua
proses ini memungkinkan makanan dapat berjalan dengan baik dalam sistem pencernaan.
1. Mastikasi (mengunyah)
Proses mastikasi terutama dipernakan oleh gigi. Seperti yang telah kita ketahui gigi sudah
dirancang sangat tepat untuk menguyah, dimana gigi anterior (incisivus) bekerja memotong dan
gigi posterior (molar) bekerja menggiling.
Semua otot rahang bawah yang bekerja bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan
55 pound pada incisivus dan 200 pound pada molar.
Pada umumnya otot-otot penguyah dipersarafi oleh cabang motorik dari saraf kranial ke
lima (N. trigeminus) dan proses menguyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak.
Perangsangan daerah retikularis spesifik pada pusat pengecap batang otak akan menimbulkan
pergerakkan mengunyah yang ritmis. Demikian pula, perangsangan area di hipotalamus,
amigdala dan korteks serebri dekat area sensoris untuk pengecap dan penghidu seringkali
menimbulkan gerakan menguyah.
Kebanyakan proses mengunyah disebabkan oleh suatu refleks mengunyah yang dapat
dijelaskan sebagai berikut : adanya bolus makanan di dalam mulut pada awalnya menimbulkan
penghambat refleks otot mengunyah, yang menyebabkan rahang bawah turun. Penurunan ini
akan menimbulkan refleks regang pada otot-otat rahang bawah yang menimbulkan kontraksi
rebound. Keadaan ini secara otomatis mengangkat rahang bawah yang menimbulkan pengatupan
gigi, tetapi juga menekan bolus melawan dinding mulut, yang mengahambat otot rahang bawah
sekali lagi, menyebabkan rahang bawah turun dan kembali rebound pada saat yang lain dan ini
terjadi berulang-ulang.
Mengunyah sangat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian
besar buah dan sayur-sayuran mentah karena zat-zat ini mempunyai membran selulosa yang
tidak mudah dicerna. Selain itu, mengunyah akan membantu pencernaan makanan, hal ini karena
enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan; karena itu kecepatan
pencernaan tergantung selurunya bergantung pada total area permukaan yang terpapar dengan
sekresi pencernaan. Selain itu, menggiling makanan hingga menjadi partikel-partikel dengan
konsistensi sangat halus akan mencegah ekskoriasi traktus gastrointestinal dan meningkatkan
kemudahan pengosongan makanan dari lambung ke dalam usus halus, kemudian ke semua
segmen usus halus berikutnya. 7
2. Proses menelan (deglutisi)
Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring membantu fungsi
pernapasan dan menelan. Faring diubah hanya dalam beberapa detik menjadi traktus untuk
mendorong masuk makanan. Yang terutama penting adalah respirasi tidak terganggu karean
proses menelan.
Pada umumnya menelan dapat dibagi manjadi tahap volunter; yang mencetuskan proses
menelan, tahap faringeal; yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui
faring ke dalam oesofagus dan tahap oesophageal; fase involunter lain yang mengangkut
makanan dari faring ke lambung.
Pusat pengaturan penelanan oleh daerah di medula dan pons bagian bawah. Implus motorik dari
pusat menelan ke faring dan esofagus bagian atas dijalarkan secara berturut-turut oleh saraf
kranial ke-5, ke-9, ke-10 dan ke-12. 7

Enzim-enzim Pencernaan

Enzim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai senyawa katalis yang
dapat mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Dengan bantuan
enzim, bahan makanan dicerna menjadi bahan lain yang lebih sederhana dan mudah diserap oleh
tubuh untuk selanjutnya menjadi sari makanan yang akan diedarkan oleh darah ke seluruh
tubuh.8

Fungsi/peran Enzim dalam proses pencernaan secara kimiawi di dalam tubuh manusia dapat
dilihat pada tabel di bawah.

No Lokasi Enzim Substrat Hasil


1 Kelenjar Amilae/Ptialin Amilum, Glikogen Disakarida,
Ludah Maltosa
2 Lambung Pepsin, Protein Pepton
Rennin
3 Usus Peptidase Polipeptida Rantai Asam Amino
Halus Pendek
Nuklease DNA, RNA Gula, Basa Asam
Nukleat
Laktase, Disakarida Monosakarida
Maltase
Sukrase
4 Pankreas Lipase Trigliserida Asam Lemak,
Gliserol
Tripsin, Protein Asam Amino
Kimotripsin
DNAase DNA Nukleotida
RNAase RNA Nukleotida

DAFTAR PUSTAKA

1. Gibson J. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : Penerbit EGC ; 2003
2. Bloom & Fawcett. Buku Ajar Histologi. Jakarta : Penerbit EGC ; 2002
3. Faiz O. At a Glance. Jakarta : Penerbit Erlangga ; 2004
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk Para Medis. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama ; 2001
5. Gibson J. Fisiologi & anatomi modern untuk perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2003.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2012
7. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002
8. Smith C. Biokim Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC;2000

Anda mungkin juga menyukai