Anda di halaman 1dari 2

Inspektorat Banten Malah Izinkan Siswa Titipan Di PPDB Online 2018

Ketua LSM Center of Investigation Corruption (CIC) Firman Hakim menyatakan


prihatin atas diizinkannya mekanisme siswa titipan oleh Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Banten di PPDB Online 2018 kemarin. Izin ini diberikan oleh Kepala
Inspektorat Banten Inspektur Kusmayadi.

“Pernyataan Inspektur Kusmayadi itu saat rapat PPDB Online tanggal 2 Juli 2018 di
Gedung Inspektorat Banten. Hadir pada rapat itu; Inspektur, Sekdis Dikbud Banten,
dan perwakilan dari MKKS. Rapatnya malam hari menjelang pengumuman passing
grade. Salah satu peserta rapat yang tidak suka dengan kebijakan itu, telah
merekamnya dan memberikan ke kami,” kata Firman.

Rekaman menggunakan HP android itu berdurasi 24 menit 7 detik. 99% suara


Inspektur Kusmayadi yang sedang memberikan arahan kepada para Kepala Sekolah
yang diwakili Majelis Kerja Kepala Sekolah (MKKS). Dalam arahannya, jelas
Inspektur Kusmayadi mengizinkan siswa titipan menggunakan mekanisme Jalur
Afirmasi yang disebut daerah abu-abu.

“Jujur-jujuran aja lah. Yang penting... sekali lagi... tidak ada transaksional.
Paling... Paling mendasar itu. Kalau... ya kurang-kurang dikitlah dimaklumi.
Contoh di daerah abu-abu untuk afirmasi. Afirmasi sudah dibuat (suara kurang
jelas) juknis. Kebutuhan lingkungan, orang tua, termasuk juga mou, kerjasama...
saya denger (suara tidak jelas) dengan kaka-kaka, dengan aparat mungkin ya,
dengan pepe-pepe, itu its ok. Tapi sekali lagi tidak ada transaksional. Tetapi juga
tidak melebihi. Ya. Maksud melebihi itu, Kaka-kaka mintanya 10, bapak beri 10,"
ditranslit dari file rekaman.

Dalam Pedoman PPDB Online Banten 2018, memang disebutkan adanya Jalur
Afirmasi sebesar 10% dari total siswa yang diterima. Tapi ini berarti jumlah siswa
yang diterima menjadi 110% dari kuota yang sudah ditetapkan Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan (Dindikbud) Provinsi Banten. (lebih jelasnya:
https://www.kompasiana.com/djibrieljd/5b97f0b0ab12ae258e11ec83/2019gantigu
bernur-wh-peduli-pendidikan-hanya-pencitraan).

“Istilah Pepe-Pepe itu untuk pejabat-pejabat. Nah pejabat mana yang dimaksud
Inspektur Kusmayadi? Sedangkan istilah Kaka-kaka itu untuk Kapolda, Kajati,
Kajari, Kapolres, Kapolsek dan lainnya. Apakah betul para kaka-kaka itu suka
nitipin siswa baru ke sekolah? Omongan Kusma ini sudah masuk fitnah.
Memperburuk citra kaka-kaka,” ujar Firman.

Dengan diizinkannya mekanisme siswa titipan untuk Pepe-Pepe dan Kaka-kaka,


Inspektur Kusma sudah jelas melanggar Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) No 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik
Baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK, atau Bentuk Lain Yang Sederajat.

Pasal 2 ayat (1) Permendikbud itu menyebutkan, “PPDB bertujuan untuk menjamin
Penerimaan Peserta Didik Baru berjalan secara objektif, transparan, akuntabel,
nondiskriminatif, dan berkeadilan dalam rangka mendorong peningkatan akses
layanan pendidikan”.
Dengan diizinkannya mekanisme siswa titipan, jelas Pemprov Banten sudah
diskriminatif terhadap siswa yang bukan titipan Pepe-pepe dan Kaka-kaka. Kusma
sudah jelas dapat dikenakan sanksi seperti dimaksud Pasal 26 ayat (2): “Pengenaan
sanksi juga berlaku bagi Komite Sekolah atau pihak lain yang melanggar ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini”.

“Mekanisme siswa titipan bukan saja tindakan diskriminatif dan tidak transparan,
tapi dapat merusak sistem yang dibangun oleh Permendikbud itu. Kesalahan Kusma
jelas berat, maka sanksi yang layak itu minimal pemberhentian sementara seperti
diatur Pasal 26 ayat (1) huruf a,” jelas Firman.

Selain mengizinkan siswa titipan untuk Pepe-Pepe dan Kaka-kaka, Kusma juga
mengancam para Kepala Sekolah untuk tidak memberikan informasi pelaksanaan
PPDB Online ke media. Kusma mengancam akan memeriksa Sekolah yang
memberikan informasi itu. Ancaman ini diberikan pada acara yang sama, rapat di
Gedung Inspektorat Banten tanggal 2 Juli 2018.

“Inspektur Kusma dengan jelas melakukan tindakan intimidasi kepada para Kepala
Sekolah untuk tidak memberikan informasi kepada media. Jelas ini namanya
menghambat kebebasan pers dan pelaksanaan Informasi Publik. Saya tidak paham,
kenapa Gubernur WH sepertinya enggan berurusan dengan Kusma. Jangankan
sanksi pemberhentian sementara, teguran tertulis saa tidak pernah terdengar,”
kata Firman bingung. (g)

#2019GantiGubernur
#Togogisme

Anda mungkin juga menyukai