Kecewa Atas Kinerja Pemprov
Kecewa Atas Kinerja Pemprov
Setahun lebih Wahidin Halim (WH) menjabat Gubernur Banten. Banyak janji-janji
saat Pemilihan Gubernur (Pilgub) Banten belum dapat direalisasikan. Terutama
janji kampanye yang menyentuh masyarakat langsung, seperti Pengobatan Gratis
Cukup Menggunakan e-KTP dan Pendidikan Gratis serta percepatan pembangunan
infrastruktur.
Menyikapi hal itu, para pelaku kontrol sosial (baca: LSM) mencanangkan Gerakan
#2019GantiGubernur. Gerakan ini bertujuan agar anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten segara bertindak memakzulkan Gubernur
Banten WH. Atau Wahidin Halim segera merealisasikan janji-janji kampanyenya
dan membenahi kinerja Pemprov Banten dengan cepat.
“Kami sangat kecewa. Janji kampanye belum ditepati. Kinerja Pemprov Banten
menurun. WH dan pendukungnya banyak menunjukan perilaku tak pantas. Sudah
lebih dari setahun WH menjabat Gubernur, mana buktinya? Kami merasa dibohongi
dan sebagian masyarakat juga merasa dibohongi. Maka kami menyuarakan Ganti
Gubernur kepada anggota Dewan agar segera bertindak. WH harus segera tepati
janji dan benahi kinerja Pemprov atau anggota Dewan segera makzulkan WH,”
kata Iwan Hermawan alias Adung Lee, Juru Bicara #2019GantiGubernur.
“Janji berobat gratis itu tanpa embel-embel. Cukup e-KTP. Jadi seharusnya si
Kaya, si Menengah dan si Miskin bisa menikmatinya. Ternyata sekarang pakai SKTM
saja. Tentu hanya dimiliki si Miskin. Dan pola berobat gratis pakai SKTM itu produk
Gubernur Atut Chosiyah, bukan realisasi janji WH. Dan berlaku juga hanya di
rumah sakit milik Pemprov; RSUD Banten dan RUSD Malingping,” ujar Febi Maulana
dari Kosgoro Banten.
Pendidikan Gratis
Janji WH soal Pendidikan Gratis juga sudah menyimpang. Pendidikan Gratis hanya
diterapkan di SMA/SMK Negeri saja. SMA/SMK Negeri tetap tidak gratis. Artinya,
hanya rakyat Banten yang sekolah di negeri saja yang dapat menikmati Pendidikan
Gratis ini.
“Padahal bicara soal siswa miskin tingkat SMA/SMK sederajat, 40%-nya sekolah di
SMA/SMK swasta atau MA Negeri/Swasta atau ponpes yang tidak diwajibkan
melaksanakan Pendidikan Gratis. Pendidikan Gratis tidak tepat sasaran. Keadilan
bagi si Miskin dimana?,” ujar M Latief dari Jarrak Banten.
“Tanpa sanksi, pelaku penyebab kekacauan ini merasa aman. Dan memberikan
contoh kepada yang lain untuk tidak berhati-hati di tahun depan. Kekacauan PPDB
Online bukan hanya tahun 2018, tapi tahun 2017 juga kacau. Gubernur WH
sepertinya tidak mau mengaca pada pengalaman,” kata Hamim Rizieq dari LSM
Gempur.
Kebijakan melakukan PPDB Online terpusat oleh Pemprov Banten juga tidak ada
dasar hukumnya. Karena Gubernur WH tidak menerbitkan pergub tentang PPDB
Online 2018. Pelaksanaannya hanya berdasarkan perintah lisan Wahidin Halim.
“Pemprov Banten itu sebuah kerajaan dengan rajanya Wahidin Halim atau bagian
dari NKRI? Jika bagian dari NKRI, setiap kebijakan harus didasari dengan hukum.
Jika tidak ada pergub, maka harus dikembalikan kepada aturan yang di atasnya,”
jelas Hamim.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No 14 Tahun 2018
Pasal 4 ayat (2) menyebutkan, “Dalam Pelaksanaan PPDB, Sekolah hanya dapat
menggunakan salah satu jenis mekanisme sebagaimana dimaksud ayat (1)”.
“Artinya, tanpa pergub, hak sekolah yang menentukan. Apakah sekolah mau pakai
PPDB Online atau PPDB Offline. Pengambil-alihan hak sekolah ini tanpa pergub,
sudah masuk kategori kesewenang-wenangan. WH sudah otoriter,” ujar Hamim. (*)
#Togogisme