Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien atas nama An. NC usia 3 tahun 5 bulan dirawat di RSUD Ulin

Banjarmasin dengan keluhan perut bengkak dan kuning. Pasien anak

perempuan usia 4 tahun datang dengan keluhan perut bengkak dan badan

kuning. Pasien juga mengeluh bengkak pada leher dan koreng pada kulit

kepala, ujung jari tangan dan kaki. Demam (-) muntah (-) Perut membengkak

±1 bulan SMRS. Tidak ada nyeri tekan koreng muncul perlahan, awalnya di

tangan lalu di kaki dan akhirnya muncul pada kulit kepala dan wajah. Awalnya

di tangan, lalu di kaki dan dan akhirnya muncul di kulit kepala dan wajah.

Awalnya mata kuning perlahan-lahan dan badan juga ikut menguning. Kuning

di mata ± 3 tahun SMRS.

Pada tahun 2016, pasien mengeluh perut pasien terasa panas tetapi

tangan dan kaki pasien dingin serta BAB berwarna pucat lalu pasien dibawa ke

RS Husada selama 1 minggu kemudian disarankan untuk pulang. 2 minggu

setelah keluar RS perut pasien terasa panas lagi disertai kuning di bagian

mata,lalu pasien kembali lagi ke RS Husada tetapi tidak ada perbaikan dan

dirujuk ke RS Suaka Insan. Di sana dirawat selama 10 hari dan gejala bengkak

pada perut mulai muncul tetapi selama perawatan tidak ada perbaikan. Setelah

± 4 bulan keluar RS muncul keluhan leher bengkak tapi tidak nyeri. Setelah itu

paies ditawat RS Islam selama 2 minggu tapi tetap tidak ada perbaikan

31
sehingga dibawa pulang. RPK: tidak ada keluhan serupa pada keluiarga namun

kakek pasien diketahui sakit liver.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan perut cembung membesar, ikterik

Kramer V, krusta hemoragik pada kulit regio kepala, dan keempat ekstrimitas.

pada area kepala dan genitalia, serta didapatkan vesikel, makula eritem dan

krusta pada bagian thorax, abdomen, ekstremitas pasien . Hasil pemeriksaan

neurologis pada pasien didapatkan Glasgow Coma Scale (GCS) 15, pupil

isokor dengan diameter 3 mm kanan dan kiri, reflex cahaya positif di kedua

mata dan tidak ditemukan tanda-tanda lateralisasi, serta kelemahan motorik.

Hasil pemeriksaan neurologis menunjukkan tidak terdapat gangguan pada

status neurologis pasien.

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium pada tanggal

17 Mei 2019. Didapatkan hasil yang tidak normal berupa penurunan Hb 8,9

g/dL, peningkatan leukosit 17.0 ribu/ul, penurunan eitrosit yaitu 3,68 ribu/ul,

penurunan hematocrit 24.6% dan peningkatan RDW-CV 23.3%. Hasil

pemeriksaan lab juga ditemukan penurunan MCV 66.8% dan penurunan MCH

24.2 pg. Hitung jenis eosinofil 0,2%, hitung jenis limfosit 19,5%, hitung jenis

granulosit 12,59% dan hitung jenis monosit 1.09% ribu/ul. Hasil pemeriksaan

hemostasis didapatkan hasil PT 45,9 detik dan hasil APTT 66,3 detik. Hasil

pemeriksaan hati dan pancreas menunjukkan terjadinya peningkatan bilirubin

total 15,89 mg/dl, bilirubin direk 14,43 mg/dl, bilirubin indirek 1,46 mg/dl,

SGOT 704 U/L, dan SGPT 224 U/L. Hasil pemeriksaan elektrolit didapatkan

32
terjadinya penurunan natrium 129 Meq/L dan kalium 3,2 Meq/L. Hasil

pemeriksaan imuno-serologis didapatkan anti toxoplasma IgG 200 (positive).

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang

diperoleh diagnosis kolektasis intrahepatal.

Kolestasis intrahepatik bisa juga disebut dengan kolestasis hepatoseluler.

Kolestasis intrahepatik merupakan 68% dari kasus kolestasis. Kolestasis

intrahepatik terjadi karena kelainan pada hepatosit atau elemen duktus biliaris

intrahepatik. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi, retensi serta

regurgitasi bahan-bahan yang merupakan komponen empedu seperti bilirubin,

asam empedu serta kolesterol ke dalam plasma.7 Hasil dari akumulasi empedu

di parenkim hati, darah dan di jaringan menyebabkan penyakit kuning pada

kulit dan selaput lendir disertai dengan choluria, acholia dan hypocholia.1

Pada kasus, di pasien didapatkan keluhan perut membesar. Hati besar

dan nodular menunjukkan kemungkinan metastasis hati. Hepatomegali tender

dapat dilihat pada hepatitis virus, gagal jantung kongestif, dan hepatitis

alkoholik. Pada choledocholithiasis dan cholecystitis, kelembutan kuadran

kanan atas (RUQ) dihargai. Kandung empedu yang teraba, membesar, dan

tidak nyeri bisa menyarankan kanker pankreas. Splenomegali dapat dilihat

karena hemolisis masif atau HTN portal. Asites dapat diamati pada sirosis

karena portal HTN.9

Serta hasil laboraturium darah pasien menunjukan anemia berat akut

dapat ditemukan karena hemolisis. Evaluasi apus perifer, jumlah retikulosit

dapat membantu membedakan. Anemia kronis dapat dilihat pada sirosis atau

33
keganasan yang mendasarinya. Peningkatan waktu protrombin dapat dilihat

dengan kolestasis yang cepat berbalik dengan suplementasi vitamin K sebagai

lawan dari pasien dengan sirosis. Pada kolestasis, hiperbilirubinemia langsung

yang dominan (lebih dari 50% dari total bilirubin) diamati. Alkali fosfatase

serum juga dievaluasi 3 kali lebih banyak dari batas normal atas pada

kolestasis, sementara peningkatan normal atau ringan pada transaminase (ALT

/ AST) adalah bentuk murni dari ikterus kolestatik.9,10,11,12

Penatalaksanaan kolestasis hepatoselular mencakup pengobatan

simtomatik dari gejala yang terkait sementara upaya khusus untuk proses

penyakit yang mendasarinya dicoba. 13,14,15

Dengan demikian diagnosa Kolestasis terutama berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana kasus ini anak

diberikan IVFD D5 ½ NS 500/ hari, UDCA 2x75 mg, Supralisin sirup 1x5ml,

vit K 1x2mg, dan Cefotaxim 3x300mg. Asam ursodeoxycholic dapat

digunakan dalam dosis 13 hingga 15 mg / kg per hari untuk mengurangi rasa

gatal pada pasien dengan kolestasis karena PBC dan mungkin pada kolestasis

terkait obat. Penggunaan tidak dipelajari dalam penyebab lain

kolestasis.Antibiotik dipertimbangkan untuk mengurangi risiko sepsis. Vitamin

yang larut dalam lemak harus ditambah.1,13,14 Seharusnya kolestasis diobati dan

koagulasi harus dikelola dengan Vitamin Suplemen K. Tanpa pengobatan

pasien mengalami Malnutrisi, rakhitis dan bertubuh pendek.16

34
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi

yang cukup, malnutrisidapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh

ketidakseimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi

untuk mempertahankan kesehatan.17 Berbagai gejala kurang gizi meliputi:

penurunan berat badan drastis, massa otot yang menurun, massa jaringan yang

menurun, kehilangan lemak (jaringan adipose), perut membengkak, pipi dan

mata cekung, kulit dapat menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat dan dingin,

rambut rontok, kelelahan parah, waktu pemulihan luka yang lama, waktu

pemulihan dari infeksi lebih lama, waktu pemulihan dari penyakit yang lebih

lama, mudah merasa depresi dan cemas, mudah marah, sulit berkonsentrasi,

risiko tinggi terhadap komplikasi setelah operasi, risiko tinggi terhadap

hipotermia – suhu tubuh yang sangat rendah, jumlah total dari beberapa jenis

sel darah putih menurun, sistem imun melemah, meningkatkan risiko infeksi,

rentan terhadap rasa dingin.18

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik manifestasi klinis

yang didapatkan pada pasien sesuai dengan teori yaitu berupa adanya gejala

massa otot yang menurun, massa jaringan yang menurun, kehilangan lemak

(jaringan adipose), perut membengkak, pipi dan mata cekung, kulit dapat

menjadi lebih tipis, kering, inelastis, pucat dan dingin, kelelahan parah, dan

waktu pemulihan luka yang lama serta meningkatnya risiko infeksi.18 Seperti

infeksi oleh bakteri Staphylococcus merupakan patogen primer pada impetigo

krustosa.19 Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang

lapisan epidermis kulit.20 Gejala timbul 1-3 hari setelah infeksi. Kelainan kulit

35
diawali oleh kemerahan mendatar pada kulit yang dengan cepat berubah

menjadi benjolan seperti jerawat yang berisi cairan atau nanahberukuran

kurang lebih 2 cm. Benjolan kecil ini dapat pecah,mengeluarkan isi nanah atau

cairan, kemudian mengering dan meninggalkan keropeng tebal berwarna

kuning seperti madu. Jika keropeng ini dikelupas, terdapat luka dangkal yang

merah dan basah di bawahnya. Terdapat beberapa benjolan seperti ini yang

berkumpul di suatu tempat atau bergabung satu sama lain menjadi besar.

Benjolan ini umumnya tidak nyeri, namun dapat terasa gata lringan sesekali.

Jika kelainan kulit ini disentuh atau digaruk oleh penderita, maka kuku-kuku

penderita dapat menjadi pembawabakteri dan menyebabkan benjolan-benjolan

baru di kulit daerah lain yang disentuh penderita. Kemerahan atau bengkak di

sekitar kelainan kulit jarang ditemui. Gejala demam dan pembesaran kelenjar

getah bening lebih sering ditemui pada tipe krustosa.21

Pasien anak perempuan berusia 4 tahun, didiagnosis pioderma bentuk

impetigo krustosa. Diagnosis ini didapatkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik pada pasien. Selain itu berdasarkan identitas, pioderma

bentuk impetigo krustosa dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun

wanita, namun banyak terjadi pada anak-anak. Dari hasil anamnesis diketahui

pasien mengeluhkan bengkak pada leher dan koreng pada kulit kepala, ujung

jari tangan dan kaki.

36
Gambar 1. Klinis Lesi pada Bagian Ekstremitas

37
38

Anda mungkin juga menyukai